Anda di halaman 1dari 3

Apa itu Terapi Hormon: Gambaran Umum,

Manfaat, dan Hasil yang Diharapkan


Apa itu Terapi Hormon?
Terapi hormon adalah istilah yang digunakan untuk pemanfaatan hormon dalam mengobati
beberapa jenis penyakit. Jenis terapi yang paling umum adalah terapi hormon onkologi untuk
pasien kanker dan terapi penggantian hormon, yang mengobati kondisi akibat kekurangan
produksi atau kadar hormon yang tidak mencukupi.

Hormon adalah molekul atau senyawa yang menyampaikan pesan kimiawi ke berbagai
bagian tubuh melalui aliran darah. Hormon diproduksi oleh beberapa kelenjar dan
bertanggung jawab dalam mengatur bermacam fungsi dan proses fisiologis, termasuk
pertumbuhan, metabolisme makanan, reproduksi, fungsi seksual, dan suhu tubuh. Beberapa
hormon yang paling umum adalah asam amino, polipeptida, protein, eikosanoid, peptida, dan
steroid.

Terapi hormon terdiri dari beberapa mekanisme tindakan yang disesuaikan dengan kondisi
yang hendak diobati. Sejumlah hormon akan dilepaskan untuk mencegah hormon lain agar
tidak terikat pada penerima, membatasi efek hormon terhadap proses di dalam tubuh.
Beberapa hormon menekan produksi hormon tertentu, sedangkan jenis hormon yang lainnya
mampu menyingkirkan atau memperbaiki struktur penerima dan mencegahnya agar tidak
merangsang hormon sasaran. Dalam terapi hormon, tubuh menerima hormon dan menjaga
agar fungsi fisiologis tidak terganggu.

Siapa yang Perlu Menjalani Terapi Hormon dan Hasil


yang Diharapkan
Terapi hormon dapat direkomendasi bagi:

 Pasien kanker, khususnya dengan jaringan kanker yang responsif terhadap hormon.
Ini termasuk kanker prostat, payudara, kortex adrenal, dan endometrium. Dalam kasus
tertentu, terapi hormon dilakukan bersama dengan prosedur farmakoterapi lain,
seperti kemoterapi dan bioterapeutik.
 Pasien dengan sindrom Klinefelter, kondisi yang menyerang pria dan ditandai dengan
kemandulan, pertumbuhan payudara, dan kelemahan otot
 Pasien dengan sindrom Turner - Pasien wanita yang terdiagnosis sindrom Turner juga
perlu dirujuk pada prosedur ini. Pasien yang menderita sindrom ini umumnya
memiliki leher pendek dan kulit leher menyatu dengan bahu (webbed neck), serta
pembengkakan tangan dan kaki.
 Pasien dengan penyakit Addison, di mana kelenjar adrenal tidak memenuhi produksi
steroid. Gejala dari kondisi ini, termasuk tekanan darah rendah, mengidam-idamkan
garam secara tidak wajar, hiperpigmentasi atau kulit menjadi gelap, penurunan berat
badan, dan nyeri perut
 Anak-anak dalam masa pertumbuhan yang kekurangan hormon – Pasien dengan
kondisi ini harus menjalani terapi hormon untuk mencegah kegagalan pertumbuhan,
kepadatan tulang yang buruk, dan hipoglikemia
 Wanita menopause - Pengobatan ini dapat direkomendasi bagi wanita yang
mengalami efek samping menopause untuk mengurangi gejala, seperti hot flash dan
vagina kering.
 Pria dengan kadar testosteron rendah
 Pasien yang melakukan perubahan jenis atau alat kelamin - Penggantian jenis atau alat
kelamin memerlukan terapi hormon untuk merangsang munculnya karakter jenis
kelamin yang diinginkan.

Keberhasilan terapi hormon dalam mengobati kanker tergantung pada tingkat keparahan
kanker. Kanker stadium awal memiliki kemungkinan sembuh yang lebih tinggi dibanding
kanker stadium lanjut. Dalam kasus tertentu, pasien kanker cenderung memiliki angka
ketahanan hidup yang lebih tinggi bila menjalani kemoterapi disertai dengan terapi hormon.

Pasien yang menjalani terapi penggantian hormon melaporkan bahwa gejala yang dirasakan
berkurang drastis. Contohnya, anak-anak yang terdiagnosis sindrom Klinefelter atau Turner
biasanya dapat menjalani kehidupan dewasa yang normal, sedangkan wanita menopause
merasa kondisinya membaik setelah menjalani terapi hormon.

Jenis prosedur ini dikenal tahan lama, biasanya hasilnya bertahan selama beberapa bulan
hingga bertahun-tahun.

Cara Kerja Terapi Hormon


Ada beberapa cara untuk melepaskan atau memasukkan hormon ke tubuh. Sebagian pasien
menjalaninya melalui terapi obat-obatan oral, ada pula terapi melalui suntikan subkutan.
Beberapa jenis hormon ada yang diberikan melalui suntikan intramuskular. Saat ini, patch
dan semprotan gel yang mengandung hormon pun sudah tersedia.

Meski secara tidak langsung, pengangkatan indung telur pada wanita dan testis pada pria juga
dianggap sebagai salah satu prosedur terapi hormon, karena intervensi bedah ini menurunkan
kemampuan tubuh dalam memproduksi hormon-hormon yang berasal dari kedua organ ini.

Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Terapi Hormon


Memanfaatkan hormon untuk mengobati kanker payudara biasanya akan memicu hot flash,
keringat di malam hari, dan perubahan suasana hati. Pasien ada yang mengalami kaku dan
nyeri persendian, serta mual dan sakit kepala.

Di sisi lain, pasien pria yang menjalani terapi hormon untuk mengobati kanker prostat
biasanya mengalami hot flash disertai dengan penurunan nafsu seksual, resiko osteoporosis
meningkat dan kepadatan tulang berkurang. Komplikasi lainnya, termasuk disfungsi ereksi,
berat badan naik, anemia, bahkan hilang ingatan.

Pasien yang menjalani terapi penggantian hormon kemungkinan merasa kembung, kram kaki,
gangguan pencernaan, mual, dan sakit kepala berulang. Ada pula kasus di mana tubuh
membangun perlawanan terhadap terapi hormon dalam jangka panjang. Bila ini terjadi,
dokter akan mengganti jenis hormon atau jenis terapi.

Rujukan:

 Facts about menopausal hormone therapy. National Heart, Lung, and Blood Institute.
http://www.nhlbi.nih.gov/health/resources/heart/menopausal-hormone-therapy-facts.
 AskMayoExpert. Menopausal hormone therapy: What factors influence the risk to
benefit ratio associated with menopausal hormone therapy? Rochester, Minn.: Mayo
Foundation for Medical Education and Research; 2014.

https://www.docdoc.com/id/info/procedure/hormonal-therapy

Anda mungkin juga menyukai