Anda di halaman 1dari 76

PERANAN DINAS TATA RUANG DAN TATA

BANGUNAN KOTA MEDAN


( Studi Tentang Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Di Kecamatan Medan
Johor )

SkripsiDisusun Untuk Memenuhi Persyaratan MenyelesaikanPendidikan

Sarjana (S-1) Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik

Oleh :

CHRISTY MARINTAN SITORUS090903076

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL

DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN2013


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasih dan
berkat-Nya, sampai saat ini peneliti masih diberikan kesehatan dan semangat yang luar
biasa sehingga berhasil menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Peranan Dinas Tata
Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan (Studi Tentang Pelayanan Izin Mendirikan
Bangunan Di Kecamatan Medan Johor)”. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi
persyaratan di Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara, dalam memperoleh gelar sarjana ilmu
administrasi negara.
Peneliti juga mengucapkan terimakasih yang teristimewa kepada kedua orang
tua, Ayah tercinta Drs P. Sitorus dan Mama tercinta L. Siregar. Yang selama ini telah
membesarkan peneliti dengan penuh kasih sayang, mendidik dan mengajari penulis
hingga detik ini. Terima kasih buat segala dukungan moril dan moral serta doa-doanya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, dari awal hingga akhirnya. Peneliti sangat banyak
menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu secara langsung maupun tidak,
termasuk doa-doa untuk kelancaran penulisannya. Sehingga dalam kesempatan ini,
Peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1 Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Ilmu Sosial Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2 Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sumatera Utara.
3 Ibu Dra, Elita Dewi, M.Sp selaku sekretaris Departemen Ilmu Administrasi
Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara
sekaligus sebagai dosen wali yang telah banyak membantu dan memberikan
masukan dan motivasi kepada peneliti selama masa
perkuliahansertasebagaidosen pembimbing yang telah menyediakan waktu
yang banyak untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam
penyelesaian skripsi ini.
4 Stafpengajar Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik
Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing peneliti dari awal hingga
detik ini.
5 Kak Mega dan Kak Dian yang telah banyak membantu peneliti dalam urusan
Administrasi kampus yang berhubungan dengan perkuliahan maupun skripsi.
6 Bapak Ir. Samporno Pohan, MT selaku Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata
Bangunan Kota Medan yang telah memberikan peneliti izin untuk melakukan
penelitian.
7 Ibu Hj. Nurhayati S.Sos selaku Sekretaris Dinas Tata Ruang dan Tata
Bangunan Kota Medan yang telah membantu penulis dalam mengurus
administrasi.
8 Bapak Drs. Massa Simatupang selaku Kasubbag Umum yang telah banyak
membantu peneliti dalam mengumpulkan data.
9 Bapak Ir. Zulkifli, MAP selaku Kepala Bidang Pengukuran Dan Pemetaanyang
telah memberikan Informasi kepada peneliti
10 Bapak Benny Iskandar ST, MT selaku Kepala Bidang Tata Ruang yang telah
memberikan Informasi kepada peneliti
11 Bapak RamadhanST selaku Kepala Bidang Tata Bangunan yang telah
memberikan Informasi kepada peneliti
12 Bapak Drs. Ali Tohar selaku Kepala Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan
Ruang yang telah memberikan Informasi kepada peneliti
13 Semua pegawai Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan yang tidak
bias disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan
data-data kepada peneliti mengenai skripsi ini
14 Terkhusus buat adekku Andika Raja Putra Sitorus (AN’10), Gratia Claudya
Sitorus dan Jesica Indah Natalia Sitorus yang selama ini telah Memberikan
Doa dan motivasi kepada peneliti dalam menyusun Skripsi ini.
15 Keduasahabat tersayang Lina Susanti Duha dan Hadiyanti Arini yang
senantiasa menjadi teman sharing dan berbagi.
16 Erni Simanjuntak yang menjadi teman diskusi di dalam pengerjaan skripsi ini
dan menjadi teman satu dosen pembimbing
17 Kelompok Magang Pematang kasih Panji Priambodo, Dicky Himawan, Putra,
Sadam, Bobby, Renaldi, Lina, Mercy, Hadiyanti, Apprita yang selalu saling
memotivasi dan menjadi keluarga baru di AN.
18 Teman-Teman AN’09 yang tidak dapat disebut satu per satu

Peneliti sangat menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu,
peneliti mengharapkan kepada pembaca agar member kritik dan saran yang
bermanfaat demi penyempurnaan skripsi ini.Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita bersama.

Medan, April 2012 Peneliti,

Christy MarintanSitorus
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................


iLEMBAR PENGESAHAN
................................................................................iiKATA PENGANTAR
............................................................................... iiiDAFTAR ISI
............................................................................... ivDAFTAR TABEL
............................................................................. ..viiiDAFTAR GAMBAR
............................................................................... ixABSTRAK
................................................................................xBAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

I.2 RumusanMasalah ................................................................................. 7

I.3 TujuanPenelitian ................................................................................. 8

I.4 ManfaatPenelitian ................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1.Peranan ………………………...............................................
9II.2.Sistem ................................................................................
10II.3.Prosedur ................................................................................
13II.4.PelayananPublik ..............................................................................
..
14II.4.1.DefenisiPelayananPublik .............................................................
.......... 14II.4.2.Asas-
AsasPelayananPublik ...................................................................
14II.4.3.Prinsip
PelayananPublik ........................................................................
16II.4.4.Jenis
PelayananPublik............................................................................
17II.4.5.Kewajiban
PenyelenggaraPelayananPublik............................................
19II.5.IzinMendirikanBangunan20II.5.1.Defenisi
IzinMendirikanBangunan .............................................. 20II.5.2.Maksud
Pemberian IMB .............................................. 21II.5.3.Persyaratan
IMB .............................................. 22II.5.4.Perizinan Terkaitdengan IMB
.............................................. 27II.6.Defenisi
Konsep ................................................................................
28II.7.SistematikaPenulisan .......................................................................
......... 30
BAB III METODE PENELITIAN
III.1.Metode Penelitian ................................................................................
31III.2.Lokasi Penelitian ................................................................................
31III.3.Informan Penelitian ................................................................................
32III.4.Teknik Pengumpulan
Data.............................................................................. 33II.5.Teknik Analisa
Data ................................................................................ 34
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
IV.1 GambaranUmum Kota
Medan........................................................................ 36

IV.2 GambaranUmum DTRTB Kota


Medan .......................................................... 39IV.2.1Visi
danMisi ................................................................................ 40
IV.2.2
StrukturOrganisasi.............................................................................. 41

IV.2.3
TugasPokokdanFungsi........................................................................ 42

IV.2.4 Karakteristikpegawai DTRTB Kota


Medan......................................... 56

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


V.1
HasilWawancaradenganInformanKuncidanUtama ...........................................
60

V.2
HasilWawancaradenganMasyarakat................................................................. 62
BAB V ANALISIS DATA
V.1 Peranan DTRTB DalamMemberikanPelayanan
IMB ....................................... 68

V.2 Kendala yang dihadapiDalamMemberikan


IMB .............................................. 79

BAB VI PENUTUP
VI.1 Kesimpulan ................................................................................ 81

VI.2 Saran ................................................................................ 82DAFTAR


PUSTAKA ................................................................................ 85LAMPIRAN
..................................................................................i
DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Luas Wilayah Kota Medan MenurutKecamatan ....................................... 37

Tabel IV.2

BanyaknyaKelurahandanLingkunganMenurutKecamatan ............................... 38 Tabel

IV.3 BanyaknyaBerkasPermohonan IMB Tahun 2012 ....................................... 55

Tabel IV.4 JumlahPegawai DTRTB Kota Medan Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Formal ....................................... 56Tabel IV.5

JumlahPegawai DTRTB Kota Medan BerdasarkanGolongan .......................... 57


DAFTAR GAMBAR

Tabel V.1 Fasilitas internet yang disediakanoleh DTRTB .......................................

72Tabel V.2 RuangTunggu DTRTB Kota Medan ....................................... 77Tabel V.3

Skema Proses Permohonan IMB ....................................... 78Tabel V.4 Miniatur Kota


Medan ....................................... 78
ABSTRAKPERANAN DINAS TATA RUANG DAN TATA BANGUNAN
KOTAMEDAN( Studi Pada Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Di
Kecamatan MedanJohor)
Nama : Christy MarintanSitorus NIM : 090903076
DEPARTEMEN : IlmuAdministrasi Negara
FAKULTAS : IlmuSosialdanIlmuPolitik
PEMBIMBING : Dra. ElitaDewi, MSp
Salah satu peran Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan adalah
memberikan pelayanan izin mendirikan bangunan.Pemberiani zinini dimaksudkan
agar kegiatan pembangunan sesuaidenganperuntukkannya dan rencana tata ruang dan
tatawilayah kota. Dalamr angka melaksanakan rencanatataruangtersebut, maka perlu
adanyasertifikat izin mendirikan bangunan (IMB) yang akan memberikan kepastian
dan jaminan hukum kepada masyarakat.Permasalahan yang muncul adalah Pelayanan
IMB yang diberikanoleh DTRTB membutuhkanwaktu yang lama danbiaya yang tinggi
yang mengharuskan masyarakatuntuk mengeluarkan biaya yang lebih untuk biaya
pembangunan mereka.
Penelitianini bertujuanuntuk mengetahuibagaimana perananDinas Tata Ruang
Dan Tata Bangunan Kota Medan dalam memberikan pelayanan izinmendirikan
bangunan dan untuk mengetahui apa saja yang menjadi kendala DTRTB dalam
memberikanpelayanan IMB. Metodepenelitian yang
digunakanyaitudeskriptifkualitatif.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
wawancaramendalamkepada pihak-pihak yang terkaitdalampenelitian, observasi
langsung dandokumentasi. Yang menjadiinforman di dalam penelitian initerdiri dari
tiga: Informankunci (Key Information) yaituKepalaDinas Tata Kota dan Tata
Bangunan Kota Medan, informanutamayaitukepalabidangDinas Tata Ruang Kota dan
Tata Bangunan Kota Medan dan informan tambahan yaitumasyarakat yang mengurus
surat izin mendirikanbangunandanmasyarakat yang sedang melakukan pembangunan
di Medan Johor.Peneliti mengambil informantambahan di Kecamatan Medan Johor
karenaberdasarkan data tahun 2012 dariDinas Tata Ruangdan Tata Bangunan,
pembangunan yang banyak dilakukan di daerah Medan Johor denganjumlahsurat yang
masuksebanyak 277.
Dari hasil penelitian dapatdiketahuibahwaperananDinas Tata Ruangdan Tata
Bangunan Kota Medan dalam memberikan pelayanan izin mendirikan
bangunanbelumdapatdikatakan berjalan dengan baik.Hal ini dapat dilihat dari masih
adanya penempatan pegawai DTRTB Kota Medan yang tidak sesuai dengan
kemampuannya, sarana dan prasarana pendukung kerja pegawai yang masih belum
memadai. Serta kurangnya sosialisasi yang dilakukankepada masyarakat membuat
kurangnya pemahaman masyarakatterhadapprosedurdan persyaratan IMB yang
diminta, sehingga pengurusan perizinan mendirikan bangunan membutuhkan waktu
yang lama.Tetapi DTRTB berusaha untukmeningkatkanpelayanankepadamasyarakat,
yang terlihat adanya program IMB Keliling yang dikhususkan untuk daerah yang
memiliki akses yang jauhkeDinas Tata Ruang dan Tata Bangunan. Keywords
:Peranan, IzinMendirikanBangunan

BAB IPENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah adalah : “Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan”. UU Nomor 32 Tahun 2004

juga mendefinisikan daerah otonom sebagai berikut: “Daerah otonom, selanjutnya

disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas

wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan adanya Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tersebut maka

dimulailah babak baru pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. Kebijakan otonomi

daerah ini memberikan kewenangan otonomi kepada daerah kabupaten dan kota

didasarkan kepada desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan

bertanggung jawab. Kewenangan daerah mencakup kewenangan semua bidang

pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan

keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama. Pelaksanaan otonomi daerah

memiliki tujuan untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah;

peningkatan partisipasi masyarakat dalam kehidupan politik dan pelaksanaan

pembangunan; peningkatan efektifitas pelaksanaan koordinasi serta pengawasan

pembangunan; efisiensi dan efektifitas pemberian pelayanan kepada masyarakat.

Adanya otonomi daerah, maka pemerintah daerah otonom dapat dengan cepat

merespon tuntutan masyarakat daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Karena kewenangan membuat kebijakan (perda) sepenuhnya menjadi wewenang

daerah otonom, maka dengan otonomi daerah pelaksanaan pembangunan dan


pemberikan pelayanan publik kepada masyarakat akan dapat berjalan dengan cepat

dan berkualitas karena pemerintah daerah dianggap yang paling mengetahui apa yang

menjadi kebutuhan warganya.

Pelayanan publik merupakan proses pemberian layanan yang dilakukan oleh

pemerintah kepada masyarakat atau publik tanpa membeda-bedakan golongan tertentu

dan diberikan secara sukarela atau dengan biaya tertentu sehingga kelompok yang

paling tidak mampu sekalipun dapat menjangkaunya. Pelayanan yang dilakukan oleh

pemerintah pada dasarnya tidak berorientasi profit yaitu pelayanan yang dilakukan

sebenarnya untuk kepuasan daripada masyarakat sebagai pelanggan sebagai bentuk

tanggung jawab pemerintah. Sedangkan menurut UU No 25 tahun 2009 tentang

pelayanan publik, Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Pelaksanaan otonomi daerah membuat pelayanan publik yang dilakukan oleh

pemerintah mengalami perbaikan, dengan menerapkan pelayanan prima yang berpola

layanan satu pintu dan layanan satu atap. Berbanding terbalik menurut Ridwan (2010:

85 ) ,pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah dilihat dari sisi efisiensi dan

efektivitas, responsivitas, kesamaan perlakuan (Tidak diskriminatif) masih memiliki

beberapa kelemahan yang diantaranya adalah:


1 Kurang responsif, kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur
pelayanan, mulai dari tingkatan petugas sampai pada tingkatan
pertanggungjawaban instansi.
2 Kurang inovatif, berbagai macam informasi yang seharusnya disampaikan
kepada masyarakat menjadi terlambat atau bahkan tidak sampai.
3 Kurang accessible, berbagai unit pelaksana pelayanan jauh dari jangkauan
masyarakat.
4 Kurang koordinasi, berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan yang
lainnya sangat kurang koordinasi.
5 Birokratis ( khususnya dalam masalah perizinan )
6 Kurang mau mendengar keluhan, saran, dan aspirasi masyakat.
7 Tidak efisien, berbagai persyaratan yang diperlukan seringkali tidak relevan.

Beberapa kelemahan lain yang juga dapat diidentifikasi adalah pada sisi

kelembagaan dimana kelemahan utama terletak pada sisi organisasi yang tidak

dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan publik, penuh dengan hirarki

yang membuat birokrasi menjadi berbelit-belit dan tidak terkoordinasi.

Di dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya yang semakin bertambah,

pemerintah melakukan pembangunan-pembangunan yang dapat menunjang kehidupan

manusia seperti perumahan, transportasi, komunikasi, berbagai fasilitas umum, dan

lain-lain. Dengan adanya pembangunanpembangunan tersebut kemudian akan

membawa kesejahteraan bagi masyarakat.

Menurut Gant (Nasution,2008: 42 ), tujuan pembangunan ada dua tahap. Tahap

pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk menghapuskan kemiskinan.

Apabila tujuan ini sudah mulai dirasakan hasilnya maka tahap kedua adalah

menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup bahagia dan

terpenuhi segala kebutuhannya.

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

disebutkan pembangunan nasional adalah untuk memajukkan kesejahteraan umum

sebagaimana dimuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada hakekatnya adalah

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat

Indonesia yang menekankan pada keseimbangan pembangunan, kemakmuran lahiriah

dan kepuasan batiniah, dalam suatu masyarakat Indonesia yang maju dan berkeadilan

sosial berdasarkan pancasila. Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan

kegiatannya, mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukkan watak,


perwujudan produktivitas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan

bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan

kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan bangunan

gedung yang fungsional, andal, berjati diri, serta seimbang, serasi dan selaras dengan

lingkungannya.

Berdasar kepada penjelasan Undang-Undang tersebut, agar pelaksanaannya

tidak menimbulkan masalah atau hambatan perlu adanya sarana perangkat perizinan

dan rencana tata ruang yang baik. Menurut N. M. Spelt dan J.

B. J. M ten Berge (Ridwan, 2003: 161), dengan perizinan ada sesuatu yang dituju

yaitu :
1 a. Keinginan mengarahkan aktivitas tertentu
2 b. Mencegah bahaya yang mungkin akan timbul, sebagai contoh dalam
izin yang berkaitan dengan lingkungan, yaitu izin dapat mencegah adanya
pembuangan limbah yang berlebihan
3 c. Untuk melindungi obyek-obyek tertentu, seperti cagar budaya dan lain
sebagainya.
4 d. Membagi benda-benda yang sedikit
5 e. Mengarahkan orang-orang tertentu yang dapat melakukan aktivitas.

Adanya kegiatan perizinan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada intinya

adalah untuk menciptakan kondisi bahwa kegiatan pembangunan sesuai peruntukkan,

di samping itu agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka pelayanan

terhadap masyarakat dan pembangunan. Dalam rangka melaksanakan rencana tata

ruang tersebut, maka perlu adanya sertifikat izin mendirikan bangunan (IMB) yang

akan memberikan kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat.

Berdasarakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 tahun 2012 Tentang

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, Izin mendirikan bangunan, yang selanjutnya

disingkat IMB adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kecuali untuk

bangunan fungsi khusus oleh Pemerintah kepada pemilik bangunan gedung untuk
membangun baru, mengubah/ memperbaiki/ rehabilitasi/ renovasi, memperluas,

mengurangi, dan/ atau merawat bangunan, dan/ atau memugar dalam rangka

melestarikan bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis

yang berlaku
Pelaksanaan pengurusan perizinan mendirikan bangunan di Kota Medan

diduga sarat penyimpangan. Berikut kutipan beritanya:

Real Estate Indonesia (REI) Sumatra Utara mengeluhkan banyaknya broker


yang bermain dalam proses pembuatan surat izin mendirikan bangunan (IMB).
"Selain itu kami juga minta agar dilakukan klasifikasi biaya yang lebih bijak
untuk surat IMB terutama tipe rumah MBR," kata Ketua REI Sumut Tomi
Wistan, Sabtu (4/8/2012). Seharusnya, kata dia, pemerintah daerah lebih bijak
dalam hal mengklasifikasi biaya IMB. "Kan tipe rumah banyak, ada tipe 36
bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sampai dengan komersial tipe
70 ke atas. Jadi pengembang yang membangun rumah MBR layak digratiskan
biaya IMB atau setidaknya lebih murah. "Saya rasa itu tidak sulit karena
nantinya merupakan investasi bagi pemda setempat. "Tomi juga mengeluhkan
lamanya waktu yang dibutuhkan pengembang mengurus IMB, selain biayanya
yang lebih mahal lantaran banyak broker yang terlibat. Untuk pengurusan
IMB, menurutnya, dibutuhkan biaya 3%-10% dari biaya produksi bangunan
bergantung pada daerah dan jenis properti.
(http://dpdreisumut.blogspot.com/2012/08/sekretariat-dpd-rei-sumut

senin-6.html, diakses pada tanggal 23 November 2012)

Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa terdapat permasalahan di dalam

pengurusan perizinan mendirikan bangunan di Kota Medan. Lamanya waktu yang

dibutuhkan dan biaya yang tinggi membuat masyarakat Kota Medan yang

mengurus izin mendirikan bangunan harus menaikkan biaya pembangunan

mereka. Pengurusan perizinan juga belum berjalan dengan maksimal, diketahui

ketika peneliti berbincang-bincang dengan warga kelurahan Padang Bulan yang

sedang mengurus perizinan mendirikan bangunan mengaku bahwa pengurusan

perizinan di DTRTB memakan waktu yang lama dan berbelit-belit.

Pemerintah kota Medan, dalam hal ini Dinas Tata Ruang dan Tata
Bangunan sesuai dengan Perda Kota Medan Nomor 9 Tahun 2002 tentang

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, memiliki peran melaksanakan sebagian

urusan rumah tangga daerah dalam bidang tata kota dan tata bangunan, antara lain
menyusun, mengembangkan dan mengendalikan rencana tata ruang kota, pengurusan
perizinan dan pembinaan terhadap pembangunan fisik kota yang sehat dan terarah
sesuai dengan rencana tata ruang kota dan pola kebijakan yang ditetapkan oleh
Pemerintah Kota serta melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang
tugasnya. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan kota Medan memiliki peran yang
besar di dalam pemberian surat Izin Mendirikan Bangunan agar di dalam proses
pembangunan, setiap pembangunan yang terjadi sesuai dengan keadaan lingkungan
kota medan dan rencana tata ruang yang telah di susun sebelumnya.

Berdasarkan pemaparan tersebut , peneliti merasa tertarik untuk meneliti

tentang “PERANAN DINAS TATA RUANG DAN TATA BANGUNAN KOTA

MEDAN ( Studi Tentang Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Di Kecamatan

Medan Johor )”.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1 Bagaimana peranan Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan dalam
memberikan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan khususnya Di Kecamatan
Medan Johor ?
2 Apa Kendala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan Dalam
Memberikan Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan ?

I.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentunya memiliki tujuan yang hendak

dicapai. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah


1 Untuk mengetahui bagaimana peranan Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan
Kota Medan dalam memberikan pelayanan izin mendirikan bangunan.
2 Untuk mengetahui apa kendala Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota
Medan dalam memberikan pelayanan izin mendirikan bangunan

I.4. Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1 Bagi Penulis, bermanfaat untuk menambah pengetahuan, mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah ini.
2 Bagi instansi, sebagai bahan masukkan Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan
Di Kota Medan dalam memberikan pelayanan yang paling sesuai untuk
diterapkan dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan.
3 Secara akademis, penelitian ini diharapakan dapat menyumbang karya ilmiah
dan kepustakaan baru dalam penelitian social
4 Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, penelitian ini dapat menjadi bahan
masukkan bagi fakultas dan menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa di
masa mendatang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Kerlinger (Singarimbun, 2008: 37), teori adalah serangkaian asumsi,

konsep, konstrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial

secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

Untuk memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka

dibutuhkan teori-teori sebagai pedoman kerangka berpikir untuk menggambarkan dari

sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Pedoman tersebut disebut

kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk melakukan

penelitian dan teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang

menjadi objek penelitian. Kerangka teori diharapkan memberikan pemahaman yang

jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.

II.1. Peranan

Menurut Pelly (1997: 91), peranan adalah pola perilaku yang diharapkan dari

seseorang yang memiliki status.


Menurut para penganut pendekatan interaksionisme simbolik, setiap tindakan

pengambilan peranan pada dasarnya harus memerhatikan dua faktor berikut

(Narwoko, 2010:22). Pertama, dugaan orang sebelumnya terhadap tanggapan yang

akan diberikan oleh orang lain kepada mereka. Kedua, pemikiran atau pandangan

orang mengenai perilaku mereka sendiri dengan mengingat tafsiran mereka terhadap

tanggapan orang lain. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukkan apa yang

diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatankesempatan apa yang diberikan oleh

masyarakat kepadanya.

Menurut Levinson (Soekanto, 2009: 213) peranan mungkin mencakup tiga hal, yaitu

sebagai berikut :
1 Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan – peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan
2 Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi
3 Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.

II.2. Sistem

Menurut Syamsi ( 2004:16) sistem adalah sekumpulan kegiatan yang terdiri dari sub-

subsistem yang saling berinteraksi satu dengan lainnya dan berproses untuk mencapai

tujuan tertentu. Sedangkan Menurut Kast ( Syamsi, 2004: 17) sistem adalah suatu

penggabungan, pernyataan dari dua atau lebih bagian-bagian, komponen-komponen,

atau sub-sub sistem yang interdependen, dan ditandai oleh batas-batas yang jelas dari

lingkungan supra sistemnya.

Menurut Mcleod dan Schell ( Sukoco, 2007: 32), sebuah sistem yan gbaik memiliki

karakteristik sebagai berikut :


1 Fleksibel, walaupun sistem yang efektif adalah sistem yang terstruktur dan
terorganisir dengan baik, namun sebaiknya cukup fleksibel agar lebih mudah
disesuaikan dengan keadaan yang sering berubah
2 Mudah diadaptasikan, sistem yang baik juga harus cepat dan mudah
diadaptasikan dengan kondisi baru tanpa mengubah sistem yang lama maupun
mengganggu fungsi utamanya
3 Sistematis, agar berfungsi secara efektif, hendaknya sistem yang ada bersifat
logis dan sistematis, yaitu sistem yang dibuat tidak akan mempersulit aktivitas
pekerjaan yang telah ada
4 Fungsional, sistem yang efektif harus dapat membantu mencapai tujuan yang
telah ditentukan
5 Sederhana, sebuah sistem seharusnya lebih sederhana sehingga lebih mudah
dipahami dan dilaksanakan
6 Pemanfaatan sumber daya yang optimal, sistem yang dirancang dengan baik
akan menjadikan penggunaan sumber daya yang dimiliki organisasi dapat
dioptimalkan pemanfaatannya

Secara umum, menurut Laudon dan Laudon ( Sukoco, 2007: 32),sebuah sistem yang

ideal memiliki unsur sebagai berikut :


1. 1. Input, aliran sistem dimulai oleh inputdari berbagai jenis sumber daya.
Di dalam area kerja, jenis input yang biasa dijumpai adalah data, informasi,
dan
2. material yang diperoleh baik dari dalam maupun dari luar organisasi.
Tentunya kelancaran aliran input ini akan ditunjang oleh keterampilan dan
pengetahuan karyawan, serta peralatan kantor yang memadai guna
menjalankan metode dan prosedur dalam sistem. Dalam beberapa instansi,
output dari satu sistem menjadi input untuk sistem yang lain
2 Processing, perubahan dari input menajdi output yang diinginkan dilakukan
pada saat pemrosesan yang melibatkan metode dan prosedur dalam system.
Biasanya, aktivitas ini akan secara otomatis mengklasifikasikan,
mengonservasikan, menganalisis, serta memperoleh kembali data atau
informasi yang dibutuhkan
3 Ouput, setelah melalui pemrosesan input akan menjadi output, berupa
informasi pada sebuah kertas atau dokumen yang tersimpan secara elektronik.
Output ini akan didistribusikan kepada bagian atau pegawai yang
membutuhkan. Untuk itu, kualitas output mempunyai dampak yang signifikan
terhadap kinerja bagian yang berkaitan, karena bisa jadi output pada suatu
subsistem ( departemen atau bagian) tertentu merupakan input dari sistem
(departemen atau bagian) lain
4 Feedback, pemberian umpan balik mutlak diperlukan oleh sebuah sistem,
karena hal itu akan membantu organisasi untuk mengevaluasi dan memperbaiki
sistem yang ada sekarang menjadi lebih baik lagi.
5 Pengawasan, seperti halnya elemen sistem yang lain pengawasan juga
memiliki dimensi internal dan eksternal. Dimensi internal tersebut adalah
kebijakan perusahaan dan prosedur sistem yang harus ditaati. Dimensi
eksternal melibatkan Negara, peraturan pemerintah, dan regulasi yang berdampak

pada kebijakan sistem begitu juga etika, dan pertimbangan moral.

II.3. Prosedur

Menurut Syamsi ( 2004:16) prosedur adalah suatu rangkaian metode yang telah

menjadi pola tetap dalam melakukan suatu pekerjaan yang merupakan suatu kebulatan.

Pada hakikatnya prosedur itu diterapkan bagi pekerjaan yang terjadi berulangulang.

Sehingga untuk tahun-tahun berikutnya tidak akan mengalami hambatan dan segala

sesuatunya diharapkan dapat berjalan lancar. Dalam prosedur biasanya dicantumkan

batas waktu untuk setiap langkah, sehingga prosedur itu akan berjalan sesuai dengan

batas waktu yang sudah ditetapkan

Selain itu, suatu prosedur mempunyai ciri yang bersifat stabil di satu pihak dan

fleksibel di lain pihak. Ini kelihatan saling bertentangan. Di sini ada sebagian dari

langkah yang bagaimanapun harus diikuti sepenuhnya akan tetapi ada juga sebagiann

kecil langkah yang bisa luwes cara penerapannya dengan melihat situasi dan

kondisinya. Secara umum dikatakan, bahwa sasaran yang stabil akan menjadikan

prosedur yang stabil juga. Sebaliknya apabila sasarannya berubah maka prosedur

pelaksanaannya juga akan ikut berubah.

Adanya kemungkinan prosedur yang telah berlaku lama itu pada suatu ketika akan

tidak cocok lagi untuk dipertahankan. Oleh karena itu, secara berkala perlu diadakan

evaluasi terhadap prosedur yang berlaku, apakah masih sesuai atau tidak. Apabila tidak

sesuai lagi dicari apa sebabnya dan di mana letak penyebabnya. Jika telah ditemukan
penyebabnya maka harus dianalisis lebih lanjut untuk kemudian dibetulkan dan dicoba

dulu. Apabila telah yakin bahwa prosedur yang telah diubah itu cocok, barulah

diterapkan secara resmi.

II.4. Pelayanan Publik

II.4.1. Defenisi Pelayanan Publik

Menurut UU No 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik, Pelayanan publik

adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan

penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.

Menurut Wasistiono (Saleh, 2010: 24), pelayanan publik adalah sebagai

pemberian jasa yang diberikan oleh suatu organisasi (perusahaan, pemerintah, swasta)

kepada publiknya dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau

kepentingan masyarakat.

Sedangkan menurut Pamudji (Napitupulu, 2007: 165), konsep pelayan publik

diturunkan dari makna public service yang berarti: “berbagai aktivitas yang bertujuan

memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa”.

II.4.2. Asas-Asas Pelayanan Publik

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik,

Adapun asas-asas pelayanan publik adalah:


1 Kepentingan umum, yaitu; Pemberian pelayanan tidak boleh mengutamakan
kepentingan pribadi dan/atau golongan.
2 Kepastian hukum, yaitu Jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam
penyelenggaraan pelayanan.
3 Kesamaan hak, yaitu Pemberian pelayanan tidak membedakan suku, ras,
agama, golongan, gender, dan status ekonomi.
4 Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu Pemenuhan hak harus sebanding
dengan kewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun
penerima pelayanan.
5 Keprofesionalan, yaitu Pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang
sesuai dengan bidang tugas.
6 Partisipatif, yaitu Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan
masyarakat.
7 Persamaan perlakuan/ tidak diskriminatif, yaitu Setiap warga negara berhak
memperoleh pelayanan yang adil.
8 Keterbukaan, yaitu Setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses
dan memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan.
9 Akuntabilitas, yaitu Proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
10 Fasilitasdan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, yaitu Pemberian
kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam
pelayanan.
11 Ketepatan waktu, yaitu Penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan tepat
waktu sesuai dengan standar pelayanan.
12 Kecepatan,kemudahan, dan keterjangkauan, yaitu Setiap jenis pelayanan
dilakukan secara cepat, mudah, dan terjangkau.

II.4.3. Prinsip Pelayanan Publik

Menurut Ridwan (2010: 101), Prinsip pelayanan publik adalah :


1 Kesederhanaan, yaitu prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah
dipahami, dan mudah dilaksanakan
1. 2. Kejelasan, memuat tentang ;
2. a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik
3. b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/ sengketa
dalam pelaksanaan pelayanan publik
4. c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran
2 Kepastian waktu, di mana dalam pelaksanaan pelayanan publik dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan
3 Akurasi, di mana produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan
sah
4 Keamanan, proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum
5 Tanggung jawab, pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang
ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik
6 Kelengkapan sarana dan prasarana, yaitu tersedianya sarana dan prasarana
kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
penyediaan sarana teknologi komunikasi dan informatika (telematika)
7 Kemudahan akses, di mana tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang
memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan
teknologi telekomunikasi dan informatika
8 Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan, di mana pemberi pelayanan harus
bersikap disiplin, sopan, dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan
dengan ikhlas
9 Kenyamanan,yaitu lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang
tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta
dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat
ibadah, dan lain-lain.

II.4.4. Jenis Pelayanan Publik

Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik,

pelayanan publik dikelompokkan dalam beberapa jenis yang didasarkan pada ciriciri

dan sifat-sifat kegiatan dalam proses pelayanan serta produk pelayanan yang

dihasilkan. Jenis-Jenis pelayanan itu sebagai berikut:


1 Pelayanan Administratif, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan berupa kegiatan pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan,
dokumentasi, dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara keseluruhan
menghasilkan produk akhir berupa dokumen, misalnya sertifikat, izin-izin,
rekomendasi, keterangan tertulis, pembayaran pajak, dan lain-lainnya. Contoh
jenis pelayanan ini adalah pelayanan sertifikat tanah, pelayanan IMB,
pelayanan administrasi kependudukan (KTP, akta kelahiran/ kematian).
2 Pelayanan Barang, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan
berupa kegiatan penyediaan dan atau pengolahan bahan berwujud fisik
termasuk distribusi dan penyampaiannya kepada konsumen langsung sebagai
unit atau sebagai individual dalam satu system. Secara keseluruhan kegiatan
tersebut menghasilkan produk akhir berwujud benda (berwujud fisik) atau yang
dianggap benda yang memberikan nilai tambah secara langsung bagi
penerimanya. Contoh pelayanan ini adalah pelayanan listrik, pelayanan air
bersih, pelayanan telepon
3 Pelayanan Jasa, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan
berupa penyediaan sarana dan prasarana serta penunjangnya.
Pengoperasiannya berdasarkan suatu system pengoperasian tertentu dan pasti,
produk akhirnya berupa jasa yang mendatangkan manfaat bagi penerimanya
secara langsung dan habis terpakai dalam jangka waktu tertentu. Contoh jenis
pelayanan ini adalah pelayanan angkutan darat, laut, dan udara, pelayanan
kesehatan, pelayanan perbankan, pelayanan pos dan pelayanan pemadaman
kebakaran.
Pelayanan publik sebagaimana disebutkan tadi diberikan kepada masyarakat

manakala memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan itu biasanya berbentuk

dokumen-dokumen, formulir-formulir, biaya. Pelayanan publik di Indonesia sebagian

besar dilakukan melalui mekanisme tatap muka langsung. Operasionalisasi pelayanan

publik pada umumnya dilaksanakan oleh jajaran birokrasi paling depan yang

berhadapan langsung dengan masyarakat. Jumlah jajaran unit pelayanan ini dipastikan

cukup banyak dan tersebar di berbagai lokasi. Dalam hal ini standarisasi pelayanan

menjai aspek penting agar pelayanan di satu tempat dengan tempat layanan lainnya

tidak terlalu berbeda.

II.4.5. Kewajiban Penyelenggara Pelayanan Publik

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik,

dalam melaksanakan pelayanan publik, penyelenggara berkewajiban :

a.Menyusun dan menetapkan standar pelayanan

b.Menyusun, menetapkan, dan mempublikasikan maklumat pelayanan

c.Menempatkan pelaksana yang kompeten

d.Menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik yang mendukung

terciptanya iklim pelayanan yang memadai

e.Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas penyelenggaraan

pelayanan publik

f.Melaksanakan pelayanan sesuai dengan standard pelayanan


g.Berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan penyelenggaraan pelayanan publik

h.Memberikan pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang diselenggarakan.

Membantu masyarakat dalam memahami hak dan tanggung jawabnya

j.Bertanggung jawab dalam pengelolaan organisasi penyelenggara pelayanan publik

k.Memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang berlaku apabila

mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab atas posisi atau jabatan

l.Memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir atau melaksanakan

perintah suatu tindakan hukum atas permintaan pejabat yang berwenang dari

lembaga negara atau instansi pemerintah yang berhak, berwenang, dan sah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

II.5. Izin Mendirikan Bangunan

II.5.1. Defenisi Izin Mendirikan Bangunan

Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 tahun 2012 Tentang Retribusi

Izin Mendirikan Bangunan, Izin mendirikan bangunan, yang selanjutnya disingkat

IMB adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kecuali untuk bangunan

fungsi khusus oleh Pemerintah kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun

baru, mengubah/ memperbaiki/ rehabilitasi/ renovasi, memperluas, mengurangi, dan/

atau merawat bangunan, dan/ atau memugar dalam rangka melestarikan bangunan

sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku


Menurut Susanta (2009: 6), izin mendirikan bangunan (IMB) adalah izin yang

diberikan oleh pemerintah daerah kepada pribadi, sekelompok orang atau badan untuk

membangun dalam rangka pemanfaatan ruang sesuai dengan izin yang diberikan

karena telah memenuhi ketentuan dari berbagai aspek, baik pertanahan, teknis,

perencanaan serta lingkungan.

Sedangkan menurut Dwi ( 2008: 11), Izin mendirikan bangunan atau lebih

sering dikenal IMB adalah izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan membangun

yang dapat diterbitkan apabila rencana bangunan dinilai telah sesuai dengan ketentuan

yang meliputi aspek pertanahan, aspek planologis (perencanaan), aspek teknis, aspek

kesehatan, Aspek kenyamanan, dan aspek lingkungan.

Sebelum memulai mendirikan bangunan, bangunan sebaiknya memiliki

kepastian hukum atas kelayakan, kenyamanan, keamanan, sesuai dengan fungsinya.

Ternyata, IMB tidak hanya diperlukan untuk mendirikan bangunan baru saja, tetapi

juga dibutuhkan untuk membongkar, merenovasi, menambah, mengubah, atau

memperbaiki yang mengubah bentuk atau struktur bangunan.

II.5.2. Maksud Pemberian IMB

Adapun pemberian IMB dimaksudkan untuk :

1. Pembinaan

Pembangunan sebuah bangunan memerlukan pembinaan. IMB dimaksudkan

agar lembaga yang berwenang dapat membina orang atau badan yang bermaksud

membangun agar dapat membangun dengan benar dan menghasilkan bangunan yang
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

2. Pengaturan

Bangunan-bangunan perlu diatur. Pengaturan bertujuan agar menghasilkan

sesuatu yang teratur. Pembangunan perlu memperhatikan peraturan-peraturan yang

berlaku. Jarak dari jalan ke bangunan, luas ruang terbuka , dan lain-lain perlu diatur.

Tanpa pengaturan, bangunan-bangunan akan semakin semrawut dan tidak

memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku.

3. Pengendalian

Pembangunan perlu dikendalikan. Tanpa pengendalian bangunan bisa muncul

di mana-mana seperti jamur tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku. Lahan yang

dimaksudkan menjadi taman bisa saja diubah menjadi rumah tanpa pengendalian.

Selain itu laju pembangunan perlu diperhatikan. Pembangunan yang begitu pesat juga

bisa membawa dampak buruk bagi lingkungan.

4. Pengawasan atas kegiatan mendirikan bangunan oleh orang pribadi atau badan

Izin mendirikan bangunan juga dimaksudkan agar segala kegiatan

pembangunan sudah disetujui oleh lembaga yang berwenang dan mematuhi semua

peraturan yang berlaku. Jadi, rencana pembangunan perlu disetujui terlebih dahulu

sebelum bisa diwujudkan.

II.5.3. Persyaratan dan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 9 Tahun 2002 tentang izin

mendirikan bangunan, SK Walikota Medan No. 3 Tahun 2005 tentang Petunjuk

Teknis Pelaksana Peraturan Daerah Kota Medan No. 9 Tahun 2002 tentang
retribusi izin mendirikan bangunan, persyaratan dalam mengurus izin

mendirikan bangunan adalah :

A. Persyaratan Administrasi
1 Mengisi dan mengajukan Surat Perohonan IMB
2 Foto copy Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku
3 Foto copy pelunasan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan Surat
Tanda Terima Setoran (STTS) PBB tahun terakhir
1. 4. a. Foto copy Alas Sertifikat tanah yang telah dilegalisir oleh Badan
Pertanahan Nasional (BPN)
2. b. Bagi surat tanah yang tidak bersertifikat :
3. b.1. Alas Hak SK camat, Grand Sultan, Grand C (Notaris/ BPN)
4. b.2. Surat keterangantidak silang sengketa yang dibuat oleh lurah diketahui
camat
4 Asli rekomendasi dari bank bagi tanah yang sedang diagunkan
5 Surat Jaminan Ketahanan Konstruksi dari tenaga ahli teknik sipil untuk
penambahan tingkat asli rekomendasi dari bank bagi tanah yang sedang
diagunkan
6 Rekomendasi dari instansi terkait (pembangunan rumag ibadah, tempat
persemayaman mayat, SPBU, dan sarana pendidikan dan lain-lain.
7 Asli surat kuasa, akte perusahaan, surat keputusan instansi, bagi pemohon yang
bukan pemilik tanah
8 Denah lokasi yang dimohon (jelas alamat dan daerah sekitar lokasi
memudahkan pengukuran lapangan)

B. Persyaratan Teknis
1 Gambar rencana bangunan (denah/ Site plan, tampak depan dan samping, dan
potongan memanjang dan melintang) rangkap 3 yang ditandatangani oleh
perencana
2 Gambar konstruksi (pondasi, sloop, kolom, balok, lantai, tangga dan rencana
atap) rangkap 3
3 Pembuatan air hujan (sumur resapan, septitank, dan bak control) rangkap 3
4 Bangunan pagar (tampak potongan dan situasi)
5 Perhitungan konstruksi yang dibuat oleh konsultan
6 Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) untuk bangunan tower/ menara,
tanki, gapura/ tugu dan cerobong asap dan rehabilitasi bangunan

Retribusi IMB:

1.Besarnya retribusi IMB didasarkan kepada volume, fungsi dan lokasi bangunan

2.Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya retribusi didasarakan dengan


memperhatikan biaya kegiatan dan tingkat penggunaan jasa pelayanan IMB

dalam rangka pengendalian dan pengawasan atas penyelenggaraan bangunan

yang meliputi pengecekkan, pengukuran lokasi, pemetaan, penelitian,

pemeriksaan, dan penatausahaan.

3.Retribusi yang dihitung sebagai berikut :

a. Biaya Retribusi untuk bangunan Rumah Tinggal, Sosial Komersial :


1 Biaya Sempadan : 0,95% x (RAB+2NJOP x Luas Bangunan) = Rp. A
2 Biaya Pengawasan : 10% x Rp. A = Rp. B
3 Biaya Pendaftaran : 6% x Rp. A = Rp. C
4 Biaya Konstruksi: 1% x Rp. A = Rp. DBesarnya Retribusi IMB = Rp. (A+ B +
C + D)

Untuk bangunan Sosial Non Komersial :


1 Biaya Sempadan : 0,95% x (RAB x 2NJOP x Luas Bangunan) = Rp. A
2 Biaya Pengawasan : 10% x Rp. A = Rp. B
3 Biaya Pendaftaran : 6% x Rp. A = Rp. C
4 Biaya Konstruksi: 1% x Rp. A = Rp. D Besarnya Retribusi IMB = Rp. (B + C
+ D)

c. Bangunan Industri, Perumahan, Niaga, Kantor Non Pemerintah dan bangunan

Komersial lainnya.

1. Biaya Sempadan: 1,9 % x (RAB x 2NJOP x Luas Bangunan) = Rp. A Biaya

Pengawasan : 10% x Rp. A = Rp. B Biaya Pendaftaran : 6% x Rp. A = Rp. C Biaya

Konstruksi : 1% x Rp. A = Rp. D Besarnya Retribusi IMB = Rp. (A+ B + C + D)

4. Untuk perbaikan bangunan (renovasi) dikenakan biaya retribusi yang dihitung

berdasarkan biaya renovasi yang dilaksanakan serta sesuai perhitungan point 3a;

tuk mengganti IMB yang hilang, dikenakan biaya retribusi sebesar 6%nam persen)
dari biaya retribusi IMB.etribusi biaya balik nama ditetapkan sebesar 10% (sepuluh

persen) dari biayatribusi IMB;

7. Bangunan yang didirikan sebelum tahun 1996 diberikan Pemutihan dengan

memperhitungkan penyusutan setiap tahun sebesar 2,5% (dua setengah persen) dan

maksimal 25% (dua puluh lima persen);

8. Hasil pemungutan sebagaimana dimaksudpoint 3a dikembalikan kepada Dinas

teknis pengelola yang besarnya diatur dalam peraturan daerah tersendiri.

Gambar. Proses Pengurusan IMB


Penolakan Permohonan IMB

Permohonan IMB ditolak jika:

1.Tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan.

2.Bertentangan dengan rencana tata ruang kota, bila:

a.Bangunan yang direncanakan tidak sesuai dengan

peruntukan tanah di lokasi yang dimaksud. b.Di atas persil

yang dimohon rencana jalan/pelebaran sehingga sisa luas

tanah tidak dapat dibangun sesuai dengan persyaratan

peruntukan. c.Bangunan yang dimohon tidak sesuai ketentuan

teknis lainnya. 3.Mengganggu dan mengakibatkan kerusakan

terhadap kelestarian, keserasian, dan keseimbangan

lingkungan. 4.Bertentangan dengan ketentuan perundangan

yang berlaku. 5.Bangunan dapat dibongkar apabila:

a.Pelaksanaan mendirikan bangunan bertentangan, tidak

sesuai atau menyimpang dari izin yang telah diberikan.

b.Pelaksanaan mendirikan bangunan tidak memiliki izin

II.5.4. Perizinan Terkait dengan Izin Mendirikan Bangunan

Proses penerbitan izin mendirikan bangunan memerlukan waktu untuk

pemeriksaan dan penelitian baik administratif maupun teknis. Dalam penerbitannya

diperlukan beberapa perizinan yang terkait dengan IMB (Dwi, 2008: 17), antara lain :
1. Izin Pendahuluan, antara lain :
1 a. Izin Pendahuluan Persiapan, yaitu izin untuk melakukan kegiatan
pelaksanaan pagar proyek, bangsal kerja, pematangan tanah, pembongkaran
bangunan. Bangunan-bangunan dan untuk pemancangan pertama
2 b. Izin Pendahuluan Pondasi, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pekerja
pondasi
3 c. Izin Pendahuluan Struktur, yaitu izin melakukan kegiatan pelaksanaan
struktur bagunan/ bangunan-bangunan
4 d. Izin Pendahuluan Menyeluruh, yaitu izin untuk melakukan kegiatan
pelaksanaan bangunan/ bangunan-bangunan sampai selesai.

1 2. Izin Peruntukkan Lahan (IPL)


2 Yaitu izin yang diterbitkan pada seseorang sebagai bukti kepemilikan hak
mempergunakan lahan yang ada sesuai dengan perundangan dan tata letak
kawasan yang berlaku.
3 3. Surat Izin Peruntukkan dan Penggunaan Tanah (SIPPT)
4 Yaitu izin tentang persetujuan sebidang tanah yang terletak pada jalur jalan
utama.
2 Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lokasi/ Lahan (SP3L)

Yaitu sejenis surat persetujuan prinsip pembebasan sebuah lokasi atau lahan atau

sebidang tanah untuk bangunan fisik.


1 Izin Penggunaan Lahan (IPB)
2 Izin Pengeringan Lahan/ Izin Perubahan Penggunaan Lahan

II.6. Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun (2008: 33), konsep adalah istilah dan defenisi yang

digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan,

kelompok , atau individu yang menjadi perhatian ilmu social.

Untuk menghindari batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing

konsep, guna menghindari adanya salah pengertian maka defenisi konsep yang

dipakai dalam penelitian ini adalah :


1 Pelayanan Publik adalah adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan umum yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan
badan usaha milik negara/ daerah dalam bentuk barang atau jasa dalam rangka
memenuhi kebutuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan, tanpa berorientasi pada
aspek keuntungan.
2 Izin Mendirikan Bangunan

adalah surat izin untuk mendirikan bagunan yang meliputi kegiatan penelitian tata

letak dan desain bangunan, pangawasan pelaksanaan pembangunannya agar tetap

sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.

3. Peranan Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Dalam Memberikan Pelayanan Izin

Mendirikan Bangunan

adalah pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dinas Tata Ruang dan Tata

Bangunan meliputi:

1.Kegiatan penelitian tata letak dan desain bangunan

2.Pengawasan pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan rencana tata

ruang yang berlaku

3.Pemberian pelayanan sesuai dengan prosedur izin mendirikan bangunan yang

ditentukan oleh dinas tata ruang dan tata bangunan.


BAB III

METODE PENELITIAN

III.1.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Menurut Danin (2002:41), penelitian deskriptif adalah

penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-


fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-

fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang sesuai dengan kenyataan

sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberikan kebenarannya

berdasarkan data yang diperoleh.

Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 3), penelitian kualitatif adalah tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan

orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

III.2.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan Provinsi

Sumatera Utara yang terletak di Jalan Jenderal Besar Doktor Abdul Haris Nasution

No. 17, telepon 7864147. Pemilihan tempat ini berdasarkan bahwa Dinas Tata Ruang

dan Tata Bangunan Kota Medan (DTRTB) merupakan unsur pelaksana Pemerintahan

Kota Medan yang mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan terhadap

permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

III.3.Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil

penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi

dan sampel. Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek

penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yamg memahami objek penelitian

(Bungin, 2007: 76).


Informan penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu :
1 Informan kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan
memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian,
2 Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi
sosial yang diteliti,
3 Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.( Suyanto,
2005: 171)

Dalam menentukan informan penelitian, penulis menggunakan teknik Berdasarkan

uraian tersebut, maka informan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini

terdiri atas:
1 Informan kunci (Key Information) adalah Kepala Dinas Tata Kota dan Tata
Bangunan Kota Medan
2 Informanutama adalah kepala bidang Dinas Tata Ruang Kota dan Tata
Bangunan Kota Medan

3. Informan tambahan adalah masyarakat yang mengurus surat izin mendirikan

bangunan dan masyarakat yang sedang melakukan pembangunan di Medan

Johor. Peneliti mengambil informan tambahan di Kecamatan Medan Johor

karena berdasarkan data tahun 2012 dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan,

pembangunan yang banyak dilakukan di daerah Medan Johor dengan jumlah

surat yang masuk sebanyak 277.

Dalam menentukan informan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik yaitu

dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2008: 53),

yang dimaksud dengan purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu.

III.4. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data dan informasi, keterangan-keterangan dan data-

data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

1.Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu teknik pengumpulan data yang

diperoleh langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mencari data

yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data primer tersebut

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :


1 a. Metode Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data melalui pengamatan dan penginderaan.
2 b. Metode wawancara atau interview adalah teknik memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman wawancara.

2.Teknik Pengumpulan Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua

atau sumber sekunder untuk mendukung data primer. Penulis menggunakan cara

untuk memperoleh data sekunder sebagai berikut :


1 a. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui
bukubuku ilmiah, tulisan, karangan ilmiah yang bekaitan dengan penelitian.
2 b. Dokumentasi yaitu dengan mengggunakan catatan-catatan yang ada dalam
lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan masalah
penelitian.

III.5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif

yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang di peroleh di lapangan dari

para key informan. Penganalisaan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam

menghubungkan fakta, data dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan

dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan

permasalahan penelitian.
Miles dan Huberman ( Sugiyono, 2008: 91 ) mengemukakan bahwa aktifitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun langkahlangkah dalam

melakukan analisis data yaitu :


1. 1. Reduksi Data
2. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya
dan mencarinya bila diperlukan.
3. 2. Penyajian Data
4. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori. Dengan menyajikan
data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut.
2 Penarikan Kesimpulan

Kesimpulandalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah

diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, atau teori.
BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1. Gambaran Umum Kota Medan

Wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah

Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang

wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui
merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Karenanya secara

geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya

alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli

Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan

kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan

kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan

daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka,

Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk)

kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar

negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong

perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah

terbangun Belawan dan pusat Kota Medan.

Hingga tahun 2013, di Kota Medan terdapat 21 Kecamatan dengan 152

Kelurahan, seperti yang diuraikan di dalam tabel berikut :

Tabel IV.1 uas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan

No Kecamatan uas ersentase (%)


(Km2)
dan Tuntungan 20.68 7.8

dan Johor 12.81 4.83

dan Amplas 14.58 5.5

dan Denai 11.19 4.22

dan Area 9.05 3.41

dan Kota 7.99 3.01

dan Maimun 5.27 1.99


dan Polonia 5.52 2.08

dan Baru 5.84 2.2

dan Selayang 9.01 3.4

an Sunggal 2.98 1.13

dan Helvetia 15.44 5.83

dan Petisah 13.16 4.97

dan Barat 6.82 2.57

dan Timur 5.33 2.01

dan Perjuangan 7.76 2.93

dan Tembung 4.09 1.54

dan Deli 20.84 7.86

dan Labuhan 36.67 13.83

dan Marelan 23.82 8.99

dan Belawan 26.25 9.9


l ah 265.10 100.00

Sumber : BPS Sumatera Utara

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa Kecamatan yang paling luas adalah
2
Kecamatan Medan Labuhan seluas 36,67 Km (13,83%), selanjutnya Kecamatan
2
Medan Belawan dan Medan Marelan masing-masing seluas 26,25 Km (9,9%) dan
2
23,82 Km (8,99%). Dan Kecamatan yang memiliki wilayah yang lebih sempit adalah
2
Medan Sunggal seluas 2,98 Km (1,13%).
Tabel IV.2

Banyaknya Kelurahan dan Lingkungan Menurut Kecamatan di Kota Medan

N Kecamatan K elurahan ingkungan


o
1 dan Tuntungan 9 76

2 dan Johor 6 81
3 dan Amplas 8 77

4 dan Denai 6 82

5 dan Area 12 172

6 dan Kota 12 146

7 dan Maimun 6 66

8 dan Polonia 5 46

9 dan Baru 6 64

1 dan Selayang 6 63
0
1 dan Sunggal 6 88
1
1 dan Helvetia 7 88
2
1 dan Petisah 7 70
3
1 dan Barat 6 98
4
1 dan Timur 11 128
5
1 dan Perjuangan 9 128
6
1 dan Tembung 7 95
7
1 dan Deli 6 105
8
1 dan Labuhan 6 100
9
2 dan Marelan 5 88
0
2 dan Belawan 6 143
1
l ah 152 2004

Sumber : BPS Sumatera Utara

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan yang memiliki kelurahan yang

paling banyak adalah Kecamatan Medan Area dan Medan Kota masing-masing

sebanyak 12 kelurahan dengan Medan Area memiliki 172 lingkungan dan

Medan Kota memiliki 146 lingkungan, sedangkan Kecamatan yang memiliki


kelurahan yang paling sedikit adalah Kecamatan Medan Polonia dan Medan

Marelan masing-masing sebanyak 5 kelurahan dengan jumlah lingkungan untuk

Kecamatan Medan Polonia sebanyak 46 lingkungan dan Medan Marelan

sebanyak 88 lingkungan.

IV.2. Gambaran Umum Dinas Tata Ruang dan Tata Ruang Kota Medan

Dalam sejarahnya bidang penataan ruang/ kota dan bangunan pada awalnya

merupakan bagian dari pekerjaan umum. Pengawasan bangunan dan planologi

(perencanaan wilayah dan kota) sampai dengann tahun 1950 dilaksanakan oleh

Dinas Pekerjaan Umum. Pada tahun 1950, Dinas Pekerjaan Umum dipisah

menjadi 2 (dua) dinas, yaitu Dinas pekerjaan Umum dan Dinas Pengawasan

Bangunan.

Pada tahun 1963, Dinas Pengawasan Bangunan dimekarkan menjadi 2 (dua)

dinas; yaitu Dinas pengawasan Bangunan-bangunan dan dinas planologi. Dalam

hal ini, dinas planologi dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya

KDH Tingkat II Medan tanggal 22 Juni 1963 terhitung mulai 1 Juli 1963.

Pada tahun 1978 dibentuk Dinas Tata KotaMadya Dati II Medan yang diatur

dalam Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Medan No. 10 tahun 1978 tentang

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata Kota Kotamadya Dati II Medan.

Penyempurnaan terhadap organisasi Dinas Tata Kota dilakukan pada tahun 1987

yang diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Medan No. 1 tahun 1987

tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata Kota Kotamadya Dati II

Medan.
Pada tahun 2001, berdasarkan Peraturan Daerah No.4 tahun 2001 tentang

Pembentukkan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan

Pemerintah Kota Medan; dibentuk Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan yang

merupakan penggabungan kembali fungsi pengawasan bangunan-bangunan dan

penataan ruang kota dalam satu dinas; sebagaimana sebelum tahun 1963.

Penggabungan Dinas Tata Kota dengan sebagian Dinas Bangun-Bangunan

dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan perizinan dan

penataan ruang serta penataan bangunan oleh Pemerintah Kota Medan. Perda tersebut

menjelaskan kedudukan Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan adalah unsure pelaksana

Pemerintahan Kota Medan dalam bidang penataan kota yang dipimpin oleh seorang

kepala dinas

Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah No. 3 tahun 2009 tentang Struktur Organisasi

maka lahirlah Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan sebagai perubahan

dan pengganti Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan disertai dengan beberapa

perubahan Tupoksi. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan adalah pelaksana

Pemerintah Kota Medan dalam bidang tata ruang dan tata bangunan yang dipimpin

oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.


1 IV.2.1. Visi dan Misi
2 A. Visi

Dalam mewujudkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Tata Ruang dan

Tata Bangunan mencanangkan suatu visi yaitu “Terwujudnya Kota Medan

yang Tertata, Nyaman, Modern, dan Berdaya Saing.”


B. Misi

Pencapaian visi tersebut dilakukan melalui 5 misi sebagai berikut :


1 Menyusun dan mengevaluasi rencana tata ruang dan kebijakan penataan tuang
dan penataan bangunan secara berkualitas dan berkesinambungan dengan
melibatkan stake holder.
2 Mengembangkan manajemen organisasi SDM, Program Kerja dan Sarana
Prasarana yang berkelanjutan
3 Memberikan pelayanan dan informasi yang prima dengan mengembangkan
tekhnologi system informasi
4 Mengendalikann kebijakan penataan ruang dan bangunan melalui pengawasan,
pembinaan, penertiban, dan koordinasi pembangunan
5 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang dan bangunan

1 IV.2.2. Struktur Organisasi


1 a. Bagian Sekretariat, terdiri dari :
1 Sub Bagian Umum
2 Sub Bagian Keuangan
3 Sub Bagian Penyusunan Program
2 b. Sub Bidang Pengukuran dan Pemetaan terdiri dari :
1 Seksi Pengukuran
2 Seksi Pemetaan
3 Seksi Pengembangan Data dan Sistem
3 c. Sub Dinas Tata Ruang terdiri dari :
1 Seksi Penelitian Rencana Tata Ruang
2 Seksi Perencanaan Tata Letak
3 Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang
4 d. Sub Dinas Tata Bangunan terdiri dari :
1 Seksi Perancangan Bangunan
2 Seksi Konstruksi Bangunan
3 Seksi Konservasi Bangunan dan Kawasan
5 e. Sub Dinas Pengawasan terdiri dari :
1 Seksi Pengawasan
2 Seksi Penyuluhan
3 Seksi Pengaduan
2 f. Kelompok Jabatan Fungsional

Struktur organisasi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan :

IV.2.3. Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2009 tentang

Pembentukkan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan yang
disahkan dan di tuangkan dalam Peraturan Walikota Medan Nomor 19 Tahun

2010 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan

Kota Medan. Pada Bagian Kesembilan pasal 54 dan 55 dari Perda tersebut

menetapkan tugas pokok dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota

Medan, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan mempunyai tugas

melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang tata ruang dan tata bangunan

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Sedangkan Dinas Tata Ruang

dan Tata Bangunan Kota Medan menyelenggarakan fungsi :


1 a. perumusan kebijakan teknis di bidang tata ruang dan tata bangunan
2 b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
tata ruang dan tata bangunan
3 c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang tata ruang dan tata
bangunan; dan
4 d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya

Ada pun tugas dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan

berdasarkan peraturan Kota Medan No. 3 tahun 2009 disebutkan bahwa :

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup

kesekreatariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan

penyusunan program. Dengan fungsi :


a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan

b. pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas

c. pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan


d
yan meliput administras umum
Dinas kepegawaian, keuangan, a
g i i ,
n
kerumahtanggaan Dinas
da pemberdayaa sumbe day manusia pengembang
d. pengelolaan
n n r a , an
organisasi, dan ketatalaksanaan

e. pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas

f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

g. pelaksanaan monitoring evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan


pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
h.
tugas
dan fungsinya

Bidang Pengukuran dan Pemetaan bertugas melaksankan Tugas dinas lingkup

pengukuran, pemetaan, pengembangan data dan sistem, dengan fungsi :


1 a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengukuran dan
Pemetaan
2 b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pengukuran, pemetaan,
pengembangan data dan sistem
3 c. pengumpulan dan pengolahan data yang berhubungan dengan bidang
tugas Bidang Pengukuran dan Pemetaan
4 d. penyelenggaraan kegiatan pengukuran pemetaan dan fotogrametri
rencana kota
5 e. penyelenggaraan kegiatan di bidang pengukuran tanah dan ketinggian
bangunan untuk rencana pengembangan data tata ruang kota.
6 f. Penyelenggaraan pemeliharaan/ perawatan dan pembaharuan peta
dasar, foto udara, dan dokumentasi lapangan, serta penerapan GIS dalam
pemetaan
7 g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
Bidang Pengukuran dan Pemetaan
8 h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya

Seksi Pengukuran menyelenggarakan fungsi :


1 Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengukuran
2 Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengukuran
3 Pelakasanaan pengukuran untuk bahan penetapan rencana kota dan untuk
menerapkan ketinggian
4 Pelaksanaan pengukuran tanah untuk menentukkan letak tanah/ lokasi secara
tepat sesuai permohonan untuk mendapatkan Keterangan Rencana Peruntukkan
(KRP) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
5 Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas
6 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya
Seksi Pemetaan menyelenggarakan fungsi :

1 Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemetaan


2 Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemetaan
3 Pembuatan peta-peta ikhtiar dan memetakan seluruh hasil pengukuran yang
telah dibuat oleh Seksi Pengukuran
4 Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas
5 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya

Seksi Pengembangan Data dan Sistem menyelenggarakan fungsi :


1 Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Data dan
Sistem
2 Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan data dan sistem
3 Pelaksanaan pemetaan fotografis dan memetakan hasil evaluasi yang telah
terwujud di lapangan
4 Pelaksanaan pemeliharaan/ perawatan dan pembaharuan peta dasar dan foto
udara yangdikembangkan dengan pola GIS.
5 Pelaksanaan pengumpulan, penghimpunan dana dan informasi untuk
penyusunan dan evaluasi rencana tata ruang kota serta kebijaksanaan teknis
penataan ruang kota dan bangunan
6 Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksaanaan tugas
7 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai denga tugas
dan fungsinya

Bidang Tata Ruang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas

lingkup penelitian rencana tata ruang dan tata letak, evaluasi, dan pengembangan

rencana tata ruang, dengan fungsi :


1 a. Penyusunan rencana program, dan kegiatan Bidang pengukuran dan
pemetaan
2 b. Penyusunan petunjuk teknis llingkup prengukuran, pemetaan,
pengembangnan data dan system
3 c. Pelaksanaan pengendalian rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan
teknis penataan ruang dan tata bangunan melalui mekanisme advis plan
4 d. Pelaksanaan penelitian terhadap lokasi permohonan Keterangan
Rencana Peruntukkan (KRP) dan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) agar sesuai
dengan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaaan teknis penataan ruang dan
bangunan
5 e. Perencanaan dan penelitian kelayakan site plan (tata letak) pada
permohonan IMB agar sesuai dengan rencana tata ruang kota dan
kebijaksanaan teknis penataan ruang dan bangunan
6 f. Perencanaan kebutuhan fasillitas sosial dan umum pada suatu kawasan
atau lingkungan
7 g. Penyusunan advis plan
8 h. Penyusunan perencanaan penelitian/ survey dalam rangka perumusan,
penyusunan, evaluasi/ revisi dan pengembangan rencana tata ruang kota,
kawasan strategis, dan kebijaksanaan teknis penataan ruang kota dan bangunan
yang telah ditetapkan
9 i. Penyusunan, dan penyebarluasan ketentuan-ketentuan norma, standar,
pedoman dan manual bagi pelaksanaan penataan ruang di daerah dengan
memperdomani ketentuan yang berlaku
10 j. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang tata
ruang
11 k. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya

Seksi Penelitian Rencana Tata Ruang menyelenggarakan fungsi :


1 Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penelitian Rencana Tata
Ruang
2 Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penelitian rencana tata ruang
3 Pelaksanaan penelitian/ survey terhadap lokasi permohonan Keterangan
Rencana Peruntukan (KRP) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang
meliputi peruntukkan tanah, rencana jalan, garis sempadan bangunan,
ketinggian bangunan, koefisien dasar bangunan (KDB) dan kebutuhan fasilitas
parkir, serta ketentuan-ketentuan dalam rencana tata ruang kota dan ketentuan
lainnya
4 Penyusunan plot setiap advis plan yang telah diproses pada peta kerja rencana
tata ruang kota
5 Pemberian saran terhadap permohonan perijinan yangmemerlukan kajian
kelayakan
6 Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas
7 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya

Seksi Rencana Tata Letak menyelenggarakan fungsi :

1 Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Rencana Tata Letak


2 Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup rencana tata letak
3 Perencanaan dan penggambaran site plan (tata letak) permohonan IMB
maupun advis plan (Keterangan Rencana Peruntukkan/ KRP) sesuai dengan
hasil penelitian Seksi Penelitian Rencana Ruang ataupun hasil evaluasi Seksi
Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang
4 Penghitunngan retribusi terkait izin pemanfaatan ruang dan merencanakan
kebutuhan fasilitas sosial dan umum pada suatu kawasan atau lingkungan
5 Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas
6 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya

Seksi Evalusi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang menyelenggarakan fungsi :


1 Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Evaluasi dan Pengembangan
Rencana Tata Ruang
2 Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup evaluasi dan pengembangan
rencana tata ruang
3 Penyiapan dan penyusunan perencanaan penelitian/ survey dalam rangka
perumusan, evaluasi, revisi dan pengembangan rencana tata ruang kota
4 Penyiapan plot advis plan yang telah dievaluasi pada peta kerja rencana tata
ruang dan kebijaksanaan teknis penataan ruang kota dan bangunan
5 Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana tat aruang kota, kawasan
strategis dan tata lingkungan, serta mempersiapkan dan meyebarluaskan
norma, standar, pedoman, dan manual lingkup penataan ruang
6 Penyiapan bahan monitoring,evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas
7 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya

Bidang tata bangunan mempunyai tugas perancangan, konstruksi, dan konservasi

bangunan dan kawasan, dengan fungsi :


1 a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Tata Bangunan
2 b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup tata bangunan
3 c. Pelaksanaan proses penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
4 d. Penelitian setiap permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
menyangkut desain dan konstruksi bangunan sesuai advis plan
5 e. Pemberian bimbingan kepada masyarakat menyangkut desain
arsitektur, fasilitas bangunan, dan konstruksi bangunan
6 f. Pengawasan, memfasilitasi dan membina upaya-upaya pelestarian dan
konservasi bangunan, kawasan dan lingkungan kota serta memberikan usulan-
usulan peningkatan pelestarian bangunan/ kawasan
7 g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang tata
bangunan
8 h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya

Seksi Perancangan Bangunan menyelenggarakan fungsi :


1 Penyiapan rencana, program, dan kegiatan seksi perancangan bangunan
2 Penyusunan bahan pedoman dan standar disain serta fasilitas dan prasarana
bangunan/ kelompok bangunan
3 Pelaksanaan proses penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sesuai
dengan ketentuan
4 Penelitian setiap permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) menyangkut
desain arsitektur dan perhitungan retribusi
5 Pemberian bimbingan dan saran kepada masyarakat menyangkut desain
arsitektur dan fasilitas bangunan/ kelompok bangunan
6 Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas
7 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya
Seksi Konstruksi Bangunan menyelenggarakan fungsi :
1 Penyiapan rencana, program, dan kegiatan seksi konstruksi bangunan
2 Penyiapan dan penyusunan standar penilaian dan pemeriksaan gambar
konstruksi bangunan sesuai standar dan ketentuan yang berlaku
3 Penelitian setiap permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) menyangkut
konstruksi bangunan
4 Pemberian bimbingan dan saran kepada masyarakat menyangkut konstruksi
bangunan
5 Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas
6 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya

Seksi Konservasi Bangunan dan Kawasan menyelenggarakan fungsi :


1 Penyiapan rencana, program dan kegiatan seksi konservasi bangunan dan
kawasan
2 Pelaksanaan penelitian dan perencanaan serta penyusunan ketentuanketentuan
teknis konservasi terhadap bangunan-bangunan dan kawasan yang perlu
dilestarikan maupun direvitalisasi
3 Pengawasan, memfasilitasi dan pembinaan upaya-upaya pelestarian dan
konservasi bangunan, kawasan dan lingkungan kota
4 Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas
5 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya

Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Dinas lingkup pengawasan, penyuluhan, dan pengaduan, dengan

fungsi :
1 a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengendalian
Pemanfaatan
2 b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pengawasan, penyuluhan, dan
pengaduan
3 c. Pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan mendirikan
bangunan agar tidak menyimpang dari IMB dan ataua tanpa IMB
4 d. Pelaksanaan kordinasi dengan instansi terkait untuk penindakan/
penertiban terhadap bangunan yang menyimpang dan tanpa IMB
5 e. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan/ sosialisasi kepada masyarakat yang
berkenaan dengan kebijakan dibidang rencana tata ruang kota serta menggali
dan meningkatkan peran serta partisipasi masyarakat dalam pembangunan kota
6 f. Penerimaan/ proses pengaduan dan keberatan masyarakat sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku
7 g. Pelaksanaan proses hukum terhadap pelaksanaan pekerjaan mendirikan
bangunan yang menyimpang dari IMB dan atau tanpa IMB denbgan
berpedoman klepada ketentuan dan peraturan yan berlaku untuk diajukkan ke
pengadilan
8 h. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
pengendalian pemanfaatan ruang
9 i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya

Seksi Pengawasan menyelenggarakan fungsi :


1 Penyiapan rencana, program, dan kegiatan seksi pengawasan
2 Penyusunan petunjuk teknis lingkup tata bangunan
3 Pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan mendirikan
bangunan agar tidak menyimpang dari IMB
4 Penelitian, menganalisa, dan mengevaluasi bangunan yang menyimpang dari
SIMB dan tanpa SIMB
5 Pembuatan laporan dan perintah stop secara tertulis tentang pelaksanaan
pembangunan yang tidak memiliki SIMB dan menyimpang dari SIMB
6 Penyiapan bahan dan data pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait untuk
penindakan/ penerbitan terhadap bangunan yang menyimpang dan tanpa IMB
7 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya

Seksi Penyuluhan menyelenggarakan fungsi :

1 Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi penyuluhan


2 Penyusunan petunjuk teknis lingkup penyuluhan
3 Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan bimbingan teknis kepada masyarakat
menyangkut penerapan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan penataan
ruang kota dan bangunan
4 Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas
5 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya

Seksi Pengaduan menyelenggarakan fungsi :

1 Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Seksi pengaduan


2 Penyusunan petunjuk teknis lingkup pengaduan
3 Penerimaan, penelitian, dan proses pengaduan dan keberatan masyarakat dalam
bidang bangunan dan pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yangberlaku
4 Pelaksanaan proses hukum terhadap pelaksanaan pekerjaan mendirikan
bangunan yang menyimpang dari IMB dan atau tanpa iMB sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan berkoordinasi dengan
instansi terkait untuk diajukan ke pengadilan
5 Penyiapan bahan monitoring, evalusi dan pelaporan pelaksanaan tugas
6 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya
Tabel IV.3

anyaknya Berkas Permohonan Izin Mendirikan Bangunan

(SIMB) Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota

Medan Tahun 2012

Bulan l ah IMB Jumlah IMB Jumlah IMB yang


o g olak & Disurati Selesai di Proses
. Masuk

Januari 260 111 157

F ebruari 205 108 198

Maret 412 53 221

April 276 116 196

Mei 423 80 240

Juni 324 87 195

Juli 239 151 193

Agustu 185 103 239


s
ptembe 269 62 201
r
1 Oktobe 281 96 187
0 r
1 ovemb 162 110 194
1 er
1 esemb 309 134 407
2 er
Jumlah 3345 1211 2628

Sumber : DTRTB Kota Medan

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2012 berkas permohonan IMB
yang masuk sebanyak 3345 berkas . Untuk permohonan IMB yang ditolak atau

yang disurati sebanyak 1211 berkas. Sedangkan untuk Jumlah IMB yang selesai

diproses sebanyak 2628 berkas. Jadi dari semua berkas permohonan IMB yang

masuk pada tahun 2012 tidak semua di proses hal itu terbukti dari adanya berkas

permohonan IMB yang ditolak atau yang disurati.

IV.2.4. Karakteristik Pegawai Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota

Medan

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Tata Ruang dan Tata

Bangunan Kota Medan saat ini didukung oleh SDM sebanyak 154 orang yang

terdiri atas :
1 a. PNS : 129 orang
2 b. Pegawai Honor : 25 orang

dengan perincian sebagai berikut :

Tabel IV.4Jumlah Pegawai DTRTB Kota Medan

BerdasarkanTingkat Pendidikan Formal

NO PENDIDIKAN JUMLAH

1 T eknik 3 Orang

2 Non Teknik 5 Orang

3 T eknik 23 Orang

4 Non Teknik 22 Orang

5 Teknik 1 Orang

6 Non Teknik 2 Orang


7 M 21 Orang

8 A 41 Orang

9 EA 7 Orang

10 P 4 Orang

129 Orang

Sumber : DTRTB Kota Medan

Dari tabel di atas diketahui pegawai DTRTB terbanyak berasal dari jenjang pendidikan

SMA sebanyak 41 orang. Sedangkan jumlah pegawai yang berasal dari pendidikan

teknis untuk S2 ada sebanyak 3 orang, untuk S1 sebanyak 23 orang, dan pegawai yang

memiliki pendidikan D3 hanya 1 orang, serta pegawai yang memiliki tingkat

pendidikan STM dan tingkat pendidikan SMEA masingmasing ada sebanyak 21 orang

dan 7 orang.

Menurut Golongan :

Tabel IV.5 Jumlah Pegawai DTRTB Kota

Medan Berdasarkan Golongan

NO GOLONGAN JUMLAH

1 Golongan I 1 Orang

2 Golongan II 22 Orang

3 Golongan III 102 Orang


4 Golongan IV 4 Orang

129 Orang

Sumber : DTRTB Kota Medan

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pegawai yang berada di Dinas Tata Ruang dan

Tata Bangunan di dominasi oleh golongan III sebanyak 102 orang, jumlah pegawai

yang bergolongan IV sebanyak 4 orang, pegawai yang bergolongan II berjumlah 22

orang dan pegawai yang bergolongan I sebanyak 1 orang.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini seluruh data yang diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan,

wawancara dan juga hasil observasi terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan

dengan judul penelitian akan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang telah

dibahas pada bab sebelumnya yaitu untuk mengetahui peranan Dinas Tata Ruang dan

Tata Bangunan (DTRTB) Kota Medan dalam memberikan pelayanan Izin Mendirikan

Bangunan, dan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya

hambatan-hambatan terhadap Pelayanan IMB pada DTRTB Kota Medan serta

solusinya.

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara


mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan peneliti yaitu: Pertama, penelitian

diawali dengan pra penelitian yaitu pengumpulan berbagai dokumen tertulis tentang

profil Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan baik mengenai visi, misi, struktur

organisasi, Tugas Pokok Fungsi, dan Karakteristik pegawai DTRB. Kedua, peneliti

melakukan sejumlah wawancara dengan beberapa informan yang sudah ditetapkan

untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih akurat mengenai

permasalahan penelitian. Ketiga, peneliti melakukan observasi terhadap proses

pelayanan IMB untuk mengetahui bagaimana keadaan di lapangan.

Sesuai dengan bab sebelumnya, telah ditetapkan beberapa informan. Untuk informan

kunci (Key Informan) dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata

Bangunan, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT. Beliau merupakan key informan dalam

penelitian ini karena Kepala DTRTB mengetahui dan memiliki berbagai informasi

pokok yang diperlukan dalam penelitian.

Untuk informan utama penelitian ini meliputi kepala bidang yang ada di DTRTB yaitu

Kepala Bidang Pengukuran Dan Pemetaan, Bapak Ir. Zulkifli, MAP; Kepala Bidang

Tata Ruang, Bapak Benny Iskandar ST, MT; Kepala Bidang Tata Bangunan, Bapak

Ramadhan ST; Kepala Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang, Bapak Drs. Ali

Tohar. Mereka merupakan Informan utama karena mereka yang terlibat langsung

dalam interaksi sosial yang diteliti.

Untuk informan tambahan penelitian ini meliputi masyarakat yang mengurus surat izin

mendirikan bangunan di DTRTB Kota Medan dan masyarakat yang sedang melakukan

pembangunan di Medan Johor. Peneliti mengambil informan tambahan di Medan

Johor karena berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan,
pembangunan yang banyak dilakukan di Kecamatan Medan Johor dengan jumlah surat

yang masuk sebanyak 277 surat. Mereka merupakan informan tambahan karena

mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam

interaksi sosial yang diteliti.

Tipe wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah tipe wawancara berstruktur,

dimana sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti menyusun pedoman

wawancara, pertanyaan-pertanyaan yang disajikan disusun sesuai dengan

permasalahan yang berhubungan dengan peranan DTRTB dalam memberikan

pelayanan izin mendirikan bangunan. Namun didalam proses sendiri, peneliti tidak

menutup kemungkinan untuk timbul pertanyaan-pertanyaan baru yang berkaitan

dengan peranan DTRTB dalam memberikan pelayanan IMB agar dapat menggali

informasi-informasi yang lebih mendalam dari para informan. Berikut ini akan

dipaparkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti .

V.1 Peranan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Dalam Memberikan

Pelayanan IMB

Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan sebagai unsur pelaksana Pemerintahan Kota

Medan mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan

yang diberikan kepada masyarakat adalah pelayanan izin mendirikan bangunan.

Kinerja pemerintah yang paling banyak mendapat sorotan dari masyarakat adalah

rendahnya kualitas pelayanan yang merupakan kondisi sangat mengkhawatirkan yang

dilakukan oleh aparatur pemerintah. Berkaitan dengan penelitian yaitu Peranan Dinas

Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan (Studi Tentang Pelayanan Izin
Mendirikan Bangunan Di Kecamatan Medan Johor), peneliti telah mengajukan

beberapa pertanyaan kepada kepala dinas dan pegawai DTRTB Kota Medan serta

kepada masyarakat sebagai informan tambahan. Dan pada bab ini akan dianalisis.

a. Kesederhanaan Pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur pemerintah

harus memegang prinsip kesederhanaan. Yang mengandung arti prosedur/tata cara

pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah

dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan.

Dalam berbagai kegiatan terdapat prosedur yang harus ditempuh untuk mencapai

tujuan. Secara teori prosedur didefenisikan sebagai rangkaian aktivitas, tugastugas,

langkah-langkah, keputusan-keputusan, perhitungan-perhitungan dan proses-proses,

yang dijalankan melalui serangkaian pekerjaan yang menghasilkan suatu tujuan yang

diinginkan.

Prosedur/ tata cara pengurusan IMB di Kota Medan sudah memiliki tahapantahapan,

pertama pemohon akan mengisi formulir dan melengkapi persyaratan administrasi dan

persyaratan teknis, kedua, kemudian bidang Pengukuran dan Pemetaan akan

melakukan penelitian peruntukkan ke lokasi yang dimohon sesuai dengan rencana

kota, ketiga, apabila lokasi yang dimohon sesuai dengan rencana tata ruang Kota

Medan, maka berkas permohonan akan dilanjutkan ke bidang Tata Ruang untuk

dilakukan perencanaan tata letak bangunan dan pengembangan situasi bangunan.

Keempat, setelah itu berkas akan diteruskan ke bidang Tata Bangunan untuk dilakukan

penelitian perencanaan pembangunan kontruksi bangunan, pelestarian dan konservasi

bangunan, apabila semua proses telah dilakukan maka surat IMB akan ditandatangani

oleh Walikota Medan atau Kepala Dinas TRTB tergantung kepada luas bangunan.
Peneliti juga menanyakan hal tersebut kepada Kepala Dinas TRTB yang bernama

Bapak Ir. Samporno Pohan, MT mengenai apakah prosedur pengurusan IMB sudah

efektif, beliau mengatakan sebagai berikut :


“Prosedur pengurusan IMB yang dilakukan di dinas TRTB sudah efektif, karena
sudah ada alurnya. Prosedur itu semua akan berjalan efektif tergantung kepada
kelengkapan persyaratan IMB yang dilengkapi oleh pemohon, apabila
persyaratan yang diminta masih kurang maka, permohonan harus melengkapi
persyaratan, baru selanjutnya permohonan IMB dapat diproses.” (Wawancara
dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, Rabu 21 Maret
2013).

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat. Masyarakat juga mengatakan

bahwa mereka sudah mengetahui bahwa terdapat alur dalam pengurusan IMB.

Tetapi yang menjadi masalah ketika prosedur yang ada mengharuskan

masyarakat mengurus persyaratan yang diminta dan persyaratan yang diberikan

masih kurang. Masyarakat harus mengurus kembali persyaratan yang diminta,

seperti adanya persyaratan izin rapat dengan tetangga yang ditandatangani oleh

lurah setempat. Disebabkan pengurusan persyaratan yang kurang yang masih

harus dilengkapi membuat masyarakat berpendapat bahwa pengurusan izin di

DTRTB berbelit-belit.

Dari pemaparan di atas maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa prosedur

izin mendirikan bangunan di Kota Medan dapat dikatakan tidak sulit dan tidak

memberatkan masyarakat, apabila masyarakat pengurus IMB telah terlebih

dahulu melengkapi persyaratan yang diminta.

b. Kejelasan

Pegawai DTRTB mempunyai tugas pokok dan fungsi yang jelas. Di mana setiap
bidang menanggungjawabi beberapa seksi di bawahnya yang juga telah memiliki

tugas dan fungsi masing-masing.

Di dalam mengurus izin mendirikan bangunan, persyaratan yang diperlukan

untuk mengurusnya sudah cukup jelas, masyarakat dapat melihat persyaratannya

di formulir yang tersedia di loket DTRTB. Pertama persyaratan administrasi,

yaitu melengkapi dokumen-dokumen yang diminta terkait dengan pengurusan

IMB, seperti fotokopi KTP, fotokopi surat kepemilikan tanah, fotokopi Surat

Pemberitahuan Pajak Terhutang, surat kuasa yang bermeterai bagi pemohon

yang bukan pemilik tanah, kemudian melengkapi persyaratan teknis berupa

gambar atau denah bangunan; dan apabila masyarakat masih ada kurang paham

terhadap persyaratan yang di minta maka masyarakat dapat menanyakkannya

langsung kepada pegawai DTRTB.

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengurusan IMB untuk tempat tinggal,

usaha dan melakukan renovasi, maka peneliti melakukan wawancara dengan

Kepala Dinas TRTB yang bernama Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, beliau

mengatakan :

“Yang membedakannya terletak pada pengurusan persyaratan yang diminta. Jika


ingin membangun rumah, persyaratannya tidak banyak karena kita menganggap
bahwa rumah tempat tinggal itu tidak memiliki dampak yang terlalu besar
terhadap lingkungannya. Tetapi jika bangunan ruko, prosesnya tetap sama tapi
yang membedakannya itu biaya retribusi IMB nya karena ruko itu bersifat
komersil. Untuk renovasi juga hampir sama, prosedurnya sama, yang
membedakannya itu adalah dia harus melampirkan IMB bangunan yang lama,
tetapi apabila belum pernah mengurus IMB, maka akan dihitung izin yang lama
dan izin yang baru”. (Wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir.
Samporno Pohan, MT, Rabu 21 Maret 2013)

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat juga diketahui, ternyata ada


beberapa persyaratan yang dibutuhkan untuk mengurus perizinan memberatkan

masyarakat, seperti persyaratan teknis, bagi masyarakat yang ingin membangun

rumah sederhana merasa persyaratan untuk membuat gambar/ denah bangunan

yang memiliki tampak depan dan tampak samping akan membuat mereka

mengeluarkan biaya lebih untuk membayar jasa konsultan. Masyarakat juga

mengatakan bahwa untuk persyaratan sertifikat tanah sebaiknya boleh melalui

notaris sehingga masyarakat tidak perlu lagi mengurus sertifikat tanah ke BPN

(Badan Pertanahan Nasional).

Selain itu penentuan retribusi IMB yang dibayar oleh pemohon mengacu dan

mempedomani Perda No.5 tahun 2012 dan Perwal No. 41 tahun 2012, yang dihitung

berdasarkan indeksnya seperti: Jenis bangunan, apakah bangunan yang akan

dibanguan bersifat komersil atau rumah tempat tinggal biasa karena biaya untuk

bangunan komersil lebih tinggi. Kemudian berdasarkan kategori ketinggian bangunan,

retribusi untuk lantai 1 dan lantai 2 berbeda, retribusi untuk lantai 2 lebih mahal,

sehingga semakin tinggi bangunan, semakin tinggi biaya yang harus di bayar. Dan

Biaya retribusi IMB akan dibayar oleh pemohon, apabila semua proses pengurusan

IMB sudah selesai dan telah ditandatangani oleh Kepala Dinas TRTB. Masyarakat

yang mengurus IMB juga mengatakan bahwa retribusi IMB yang mereka bayarkan

sesuai dengan Peraturan Daerah yang dikeluarkan dan mereka tidak merasa keberatan

membayarnya karena pembayaran sesuai dengan peraturan yang berlaku dan adanya

rincian biaya yang diberikan kepada masyarakat.


c. Kepastian Waktu

Kepastian waktu berarti adanya ketentuan jangka waktu penyelesaian pelayanan

publik mulai dari dilengkapinya atau dipenuhinya persyaratan teknis dan


persyaratan administratif sampai dengan selesainya suatu proses pelayanan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas TRTB yang bernama Bapak

Ir. Samporno Pohan, MT mengenai waktu pengurusan IMB, beliau

menngatakan sebagai berikut :

“Waktu untuk pengurusan IMB tergantung luas bangunan yang dimohon. Untuk
bangunan yang luasnya di bawah 400 m maka pengurusannya selama 14 hari
sedangkan jika luas bangunan di atas 400 m maka prosesnya selama 16 hari.”
(Wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT,
Rabu 21 Maret 2013 )

Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat diketahui bahwa

pengurusan IMB yang mereka lakukan satu hingga dua bulan. Mereka

mengatakan pengurusan izin mereka memakan waktu lama karena ada

persyaratan yang masih kurang sehingga mereka harus melengkapi izin itu

kemudian baru izin mereka dapat di proses. Sehingga dapat dikatakan bahwa

proses perizinan mendirikan bangunan di Kota Medan belum memiliki

kepastian waktu karena masyarakat yang mengurus masih ada yang memakan

waktu hingga 2 bulan.

d. Akurasi

Persyaratan maupun proses pengurusan IMB telah sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yaitu Perda Kota Medan No. 9 Tahun 2002 tentang izin

mendirikan bangunan. Masyarakat juga mengatakan dengan mengurus izin

mendirikan bangunan mereka merasa lebih tenang karena pembangunan yang

mereka lakukan telah sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.
Pengurusan IMB disertai dengan sertifikat dan tanda bukti yang sah sebagai jaminan

hukum. Hal ini sangat penting karena dengan diberikannya sertifikat IMB tersebut

berlaku seumur hidup dan sebagai bukti yang sah terhadap kepemilikan bangunan

yang didirikan si pemohon.

Pengurusan IMB ini dimaksudkan agar pembangunan yang dilakukan teratur, tidak

semrawut dan memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku. Oleh sebab itu apabila ada

permohonan IMB yang lokasi pembangunannya tidak sesuai dengan RTRW Kota

Medan maka permohonan IMB tersebut akan ditolak.

Pihak DTRTB juga akan melakukan tindakan terhadap bangunan yang tidak sesuai

dengan izin, pertama pihak DTRTB akan menghimbau kepada pemilik bangunannya

bahwa bangunan yang didirikannya sudah tidak sesuai dengan izin peruntukannya.

Kedua, Apabila pemilik bangunan tidak menghiraukan himbauan pihak DTRTB, maka

pemilik bangunan akan diberikan surat peringatan dan jika sedang mengerjakan

bangunannya, maka pemilik bangunan akan disuruh untuk memberhentikan

pekerjaannya. Ketiga, apabila pembangunan masih dikerjakan, maka pihak DTRTB

akan memberikan surat peringatan agar ia membongkar sendiri bangunannya, dan

keempat apabila masih tetap mengerjakan bangunannya maka tim DTRTB akan

membongkar bangunan yang tidak sesuai dengan izin peruntukannya.

Demikian halnya dengan bangunan yang belum mempunyai izin. Untuk

mengetahui bagaimana tindakan yang dilakukan oleh pihak DTRTB terhadap

bangunan yang tidak mempunyai izin, maka peneliti melakukan wawancara

dengan Kepala Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang yaitu Bapak Drs.

Ali Tohar, beliau mengatakan :


“Pihak DTRTB akan melakukan tindakan terhadap bangunan yang tidak memiliki
IMB, mekanisme tindakan yang diambil seperti melakukan penghentian
pembangunan, memberikan surat peringatan, melakukan pengosongan lokasi
pembangunan, membongkar bangunan. Tetapi hanya untuk bangunan yang
terpantau oleh DTRTB, karena untuk mengawasi seluruh kota Medan ini,
jumlah patroli pihak DTRTB masih kurang.” (Wawancara dengan Kepala
Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang, Bapak Drs. Ali Tohar, Jumat 01
Februari 2013 )

Selain itu pihak DTRTB juga melakukan proses pemantauan atau pengawasan

yang berlangsung ketika IMB telah diberikan hingga bangunan itu selesai

dibangun, pihak DTRTB akan melakukan pengecekkan dengan menggunakan

mobil patroli. Kemudian pengawasan juga dilakukan oleh pihak kecamatan.

Pihak camat melalui lurah bisa membuat laporan jika ada bangunan yang tidak

sesuai dengan IMB. Kemudian ada juga pengawasan independen yaitu

pengawasan yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ). Jika

ada bangunan yang tidak sesuai dengan izinnya maka LSM dapat memberikan

laporan ke DTRTB dan akan ditindaklanjuti yang kemudian akan dicek ke

lapangan.

Tetapi berdasarkan pengamatan peneliti di Kecamatan Medan Johor, pihak

DTRTB tidak melakukan pengawasan patroli setiap hari selama proses

pembangunan berlangsung. Mereka hanya melakukan sesekali bahkan ada

bangunan yang mulai dari awal proses pembangunannya hingga selesai tidak

pernah diawasi oleh pihak DTRTB. Hal tersebut dibenarkan oleh pemilik

bangunan, Bapak Ali mengatakan :

“Pihak DTRTB pernah datang ke sini patroli tapi tidak setiap hari hanya beberapa
kali saja.” (Wawancara dengan masyarakat Kecamatan Medan Johor, Bapak
Ali, Jumat 22 Februari 2013 )
Jadi dapat dikatakan bahwa pengurusan IMB sudah memiliki jaminan hukum

karena disertai dengan sertifikat dan tanda bukti yang sah. Tetapi untuk

pengawasan yang dilakukan terhadap bangunan yang sedang proses

pembangunan belum maksimal karena pihak DTRTB tidak melakukan patroli

setiap hari.

e. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik harus memberikan rasa aman dan kepastian

hukum kepada masyarakat. Pengurusan izin mendirikan bangunan ini juga

memiliki tujuan untuk melindungi kepentingan umum agar pembangunan tidak

merusak lingkungan serta memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah

untuk memungut retribusi Izin Mendirikan Bangunan sesuai dengan aturan.

Sedangkan manfaat dari pemberian Izin Mendirikan Bangunan yaitu untuk

memberikan pembinaan agar bangunan yang didirikan dibangun sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku, melakukan pengaturan agar bangunan-

bangunan tidak semraut, menjaga ketertiban, keselarasan, kenyamanan, dan

keamanan dari bangunan itu sendiri terhadap penghuninya maupun lingkungan

sekitaranya.

Dari hasil wawancara dengan masyarakat juga mengatakan, bahwa mereka

mengurus izin mendirikan bangunan agar mereka merasa lebih tenang karena

pembangunan yang mereka lakukan telah sesuai dengan prosedur dan peraturan

yang berlaku dan mereka juga mengurus IMB untuk mendapatkan kredit dari

Bank, karena pihak Bank akan memberikan kredit apabila memiliki surat IMB.
f. Tanggung jawab

Pelaksanaan pelayanan publik yang dilakukan oleh aparatur pemerintah harus sesuai

dengan wewenang masing-masing. Di sini ditunjuk peran penyelenggara pelayanan

publik atau pejabat yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan

penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan.

Dalam memberikan pelayanan IMB kepada masyarakat, pihak DTRTB melakukan

koordinasi dengan dinas atau instansi lain. Untuk mengetahui koordinasi yang

dilakukan oleh DTRTB maka peneliti menanyakkan kepada Kepala Dinas TRTB yang

bernama Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, beliau mengatakan :

“Pihak DTRTB melakukan koordinasi dengan dinas atau instansi lain untuk
pengurusan IMB, misalnya dengan lurah, lurah akan di minta untuk menandatangani
jika ada bangunan rapat dengan tetangga, dan DTRTB juga melakukan koordinasi
dengan instansi-instansi terkait, misalnya, jika ada bangunan bersejarah yang akan
dilakukan renovasi, maka pihak DTRTB akan bekerja sama dengan instansi terkait
yang berhubungan dengan renovasi tersebut, misalnya: Dinas Pariwisata yang
mempunyai tugas untuk melestarikan bangunan itu, atau adanya permohonan untuk
mendirikan bangunan sekolah maka harus ada surat rekomendasi dari Dinas
Pendidikan.” ( Wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan,
MT, Rabu 21 Maret 2013 )

Tetapi di dalam memberikan pelayanan IMB, pihak DTRTB tidak ada melakukan

kerjasama dengan pihak konsultan. Jadi, masyarakat di dalam membuat gambar atau

denah bangunannya dapat membuat gambar bangunan sendiri atau menggunakan jasa

konsultan. Dengan gambar bangunan yang sesuai dengan persyaratan yang ada di

formulir.

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Keluhan atau komplain sering kali

timbul selama proses pengurusan IMB yang dilakukan. Untuk mengetahui keluhan

atau komplain yang biasanya dilakukan masyarakat, maka peneliti melakukan

wawancara dengan Kepala Dinas TRTB yang bernama Bapak Ir. Samporno Pohan,
MT, beliau mengatakan :

“Dalam melakukan pengurusan IMB, masyarakat memiliki keluhan atau kompalin


terhadap pelayanan yang diberikan, misalnya: tata letak bangunan yang tidak sesuai
dengan keinginan masyarakat karena adanya rencana pelebaran jalan, atau izin yang
dimohon tidak sesuai dengan peruntukannya, kemudian adanya rasa ketidakpuasan
terhadap waktu penyelesaian karena ketentuan prosesnya hanya 2 minggu tetapi
kemudian yang menjadi permasalahan ketika masyarakat memohon IMB,
persyaratannya yang diminta tidak lengkap. Sehingga proses melengkapi persyaratan-
persyaratan administrasi dan teknis gambarnya sudah melewatkan waktu dan
menimbulkan komplain dari masyarakat. (Wawancara dengan Kepala Dinas TRTB,
Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, Rabu 21 Maret 2013)

Keluhan dan komplain yang dirasakan oleh masyarakat dapat disampaikan ke Dinas

TRTB. Sehingga keluhan dari masyarakat tadi akan dicari solusi terbaik oleh pihak

DTRTB.

Jadi dapat dikatakan, DTRTB Kota Medan sebagai organisasi pemerintah yang

memberikan pelayanan IMB kepada masyarakat telah melakukan tanggung jawab

dengan melakukan koordinasi dengan dinas atau instansi lain yang terkait dengan

pengurusan IMB yang diminta.

g. Kelengkapan Sumber Daya

Dalam memberikan pelayanan IMB ketersedianya sumber daya merupakan

faktor yang sangat penting untuk diperhatikan. Sumber daya itu meliputi sarana

dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai

termasuk penyediaan sarana teknologi komunikasi dan informatika (telematika);

serta kualitas dan kuantitas SDM yang memadai untuk menjalankan tugas dan

fungsinya.
Sarana di beberapa bidang di DTRTB sudah memadai untuk memberikan

pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, seperti pada Bidang Pengukuran

Dan Pemetaan; dan Bidang Tata Bangunan, pelaksanaan tugas mereka sudah

menggunakan teknologi komputerisasi, dan untuk bidang tata ruang juga

demikian. Untuk mengetahui peralatan yang mendukung fungsi pelayanan,

penulis melakukan wawancara dengan Bapak Benny Iskandar ST, MT, Kepala

Bidang Tata Ruang. Beliau mengatakan bahwa :

“Saat ini sarana dan prasarana yang ada di bidang tata ruang sudah memadai,
hanya saat ini sedang dalam masa transisi, yaitu proses penyusunan rencana
detail tata ruang yang baru. Sehingga masih perlu untuk mempelajari
implementasi bagaimana RTRW itu diterjemahkan ke dalam proses perizinan.
Untuk sarana dan prasaranan yang ada di bidang Tata Ruang sendiri sudah
cukup baik, di mana 2 tahun belakangan ini, sejak kepala dinas yang baru,
dulunya tata letak masih dilakukan secara manual, sekarang semua sudah
menggunakan laptop, lebih mengarah ke teknologi. Untuk pengukuran juga
begitu, sekarang kita sudah menggunakan GPS, tidak lagi menggunakan
meteran seperti tahun-tahun sebelumnya.” ( Wawancara dengan Kepala Bidang
Tata Ruang, Bapak Benny Iskandar ST, MT, Rabu 30 Januari 2013 )
Namun ada juga di beberapa bidang yang sarana dan prasarananya belum

memadai, seperti untuk Bidang Pengukuran Dan Pemetaan, Peneliti melakukan

wawancara dengan Kepala Bidang Pengukuran Dan Pemetaan, Bapak Ir.


Zulkifli,

MAP. Beliau mengatakan :

“Untuk bidang Pengukuran dan Pemetaan sendiri, sampai saat ini peralatan teknis
sudah memadai dan lengkap, karena kami sudah menggunakan teknologi
komputerisasi, tetapi untuk sarana transportasi belum memadai, karena untuk
transportasi pegawai Bidang Pengukuran dan Pemetaan masih menggunakan
kendaraan pribadi untuk ke lapangan. Usaha dari DTRTB sudah mengusulkan
ke Pemko Medan tetapi belum ada realisasinya”. ( Wawancara dengan Kepala
Bidang Pengukuran Dan Pemetaan, Bapak Ir. Zulkifli, MAP, Senin 28 Januari
2013)

Hal senada juga disampaikan Kepala Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan


Ruang, Bapak Drs. Ali Tohar,beliau mengungkapkan bahwa :

“Sarana dan prasarana Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang juga masih
kurang, peralatan untuk pembongkaran yang digunakan oleh Bidang
Pengendalian dan Pemanfaatan ruang masih manual dan untuk alat
transportasi juga masih kurang untuk pengawasan keliling, saat ini mobil
patroli yang ada di DTRTB sebanyak 7 unit yang digunakan untuk mengawasi
21 kecamatan di Kota Medan, jadi setiap mobil patroli digunakan untuk
mengawasi 3 kecamatan dengan beberapa kelurahan sehingga belum
mencukupi untuk melakukan pengawasan untuk seluruh Kota Medan. Pihak
DTRTB sendiri sudah mengusulkan kepada Pemko Medan untuk pengadaan
barang, tetapi sampai sekarang belum ada realisasinya. ( Wawancara dengan
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang, Bapak Drs. Ali Tohar,
Jumat 01 Februari 2013 )

Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan, pihak DTRTB juga ada menyediakan

fasilitas komputer dan internet sebanyak satu unit di ruang tunggu, di mana

masyarakat dapat menggunakan komputer tersebut untuk mengakses bagaimana


prosedur dan persyaratan untuk mengurus IMB. Tetapi masyarakat jarang
menggunakan fasilitas tersebut. Mereka lebih sering langsung menanyakkan
kepada pegawai DTRTB mengenai persyaratan pengurusan IMB.

Gambar V.1 Fasilitas internet yang disediakan oleh


DTRTB
Sumber : Hasil Dokumentasi peneliti pada saat di DTRB

Demikian juga halnya dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia yang ada di

DTRTB. ketersediaan Sumber Daya Manusia juga merupakan hal penting. Meskipun

demikian perlu juga diketahui bahwa jumlah pegawai tidak selalu mempunyai efek

positif bagi pelayanan publik. Hal ini berarti bahwa jumlah pegawai yang banyak tidak

secara otomatis mendorong pelayanan publik yang berhasil. Ini juga dipengaruhi oleh

kemampuan yang dimiliki oleh pegawai, namun di sisi lain kurangnya pegawai juga

akan menimbulkan persoalan menyangkut implementasi kebijakan yang efektif.

Artinya kebutuhan akan sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu pelayanan

harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitas.

Sumber Daya manusia yang dimiliki oleh DTRTB saat ini berjumlah 154

pegawai. Dari 129 pegawai negeri sipil yang ada di DTRTB hanya 48 orang

yang berasal dari pendidikan teknik sedangkan 71 pegawai lagi berasal dari

pendidikan non teknik. Padahal seperti yang diketahui bahwa sebagian besar
tugas dari DTRTB berada di bidang teknis.

Jumlah pegawai DTRTB juga saat ini dirasa masih belum mencukupi untuk

memberikan pelayanan IMB yang optimal kepada masyarakat. Untuk

mengetahui bagaimana SDM yang ada di DTRB, peneliti melakukan wawancara

dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, beliau

mengatakan:

“SDM atau pegawai yang ada di DTRTB masih kurang, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas, jumlah pegawai masih belum mencukupi untuk di beberapa
bidang seperti Bidang Pengukuran Dan Pemetaan; dan Bidang Pengendalian
dan Pemanfaatan Ruang. Dari segi kualitasnya juga masih banyak pegawai
yang tidak sesuai dengan SDM nya, di mana ada pegawai yang penempatannya
tidak sesuai dengan jurusannya, misalnya pegawai bukan berasal dari jurusan
teknis tetapi melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan teknis.”
( Wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT,
Rabu 21 Maret 2013 )

Hal itu juga dapat dilihat pada pegawai Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan

Ruang. Saat ini jumlah pegawai Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang

berjumlah 49 orang dengan pembagian tugas 7 kelompok patroli untuk

mengawasi 21 kecamatan di Kota Medan. Jika dilihat dari jumlah pegawai

Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang maka terdapat ketidaksesuaian

jumlah pegawai dengan banyaknya tugas dan fungsi yang harus dilakukan.

Dari hasil penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa kesediaan sarana, prasarana serta

sumber daya manusia yang ada di DTRTB Kota Medan belum dapat dikatakan baik

dan memadai untuk memberikan pelayanan IMB kepada masyarakat.


h. Kemudahan Akses Kemudahan akses berarti tempat dan lokasi serta pelayanan

yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi

telekomunikasi dan informatika. Dinas TRTB memberikan informasi mengenai

pengurusan izin mendirikan bangunan melalui website DTRTB Kota Medan. Pihak

DTRTB juga melakukan penyuluhan yaitu melakukan sosialisasi langsung kepada

masyarakat yang dilakukan berdasarkan tahun anggaran tetapi sampai saat ini belum

pernah dilakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat secara langsung karena

belum adanya anggaran sehingga pengurusan IMB ini hanya diinformasikan kepada

camat, jadi camat yang mensosialisasikan kepada warganya untuk mengurus IMB.

Pihak DTRTB juga melakukan perubahan yang ditujukan untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat, seperti menggunakan tekhnologi komputerisasi dan

membuat program IMB keliling. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program

IMB keliling, peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir.

Samporno Pohan, MT, beliau mengatakan:


“Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, kami membuat program IMB
keliling yang digunakan untuk lebih mempermudah masyarakat dalam
mengurus IMB, khususnya bagi masyarakat yang daerahnya jauh dari lokasi
DTRTB, seperti: Medan Belawan dan Labuhan, Jadi masyarakat dapat
mengurus IMB di kantor camat, berkas permohonan IMB dari kantor camat
akan di bawa ke DTRTB dengan mobil IMB keliling, dan jika permohonan
sudah selesai diproses, hasilnya akan di bawa ke kantor camat atau pegawai
kantor camat yang akan datang ke DTRTB untuk mengambil IMB nya dan
pelayanan yang diterima oleh masyarakat yang mengurus IMB dengan
menggunakan IMB keliling atau langsung mengurus IMB ke DTRTB mendapat
pelayanan yang sama dari pihak DTRTB. Demikian juga dengan masyarakat
yang mengurus IMB secara langsung ke DTRTB atau melalui perantara, pihak
DTRTB tetap memberikan pelayanan yang sama.” ( Wawancara dengan Kepala
Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, Rabu 21 Maret 2013 )

Jadi bila dilihat dari kemudahan akses masyarakat untuk mengurus IMB sudah

dapat dikatakan baik. Karena adanya program IMB keliling yang mempermudah
masyarakat khususnya masyarakat yang berada di Medan Utara untuk mengurus

IMB.

i. Kedisplinan

Aparatur pemerintah memberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan, dan

santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas. Setiap organisasi

memilii norma-norma atau nilai-nilai yang akan mengatur bagaimana setiap

anggota organisasi tersebut dalam bertindak dan berperilaku di dalama


organisasi

tersebut. Demikian juga dengan DTRTB Kota Medan. Peneliti melakukan

wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, beliau

mengatakan bahwa:

“Pegawai DTRTB didalam memberikan pelayanan kepada masyarakat memiliki


norma-norma yang mengatur perilaku pegawai DTRTB Kota Medan yang
terdapat di dalam kode etik perilaku pegawai di dalam Keputusan Kepala Dinas
Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan Nomor : 800/ 2342”. ( Wawancara
dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, Rabu 21 Maret 2013 )

Sebenarnya untuk setiap Pegawai Negeri Sipil yang ada di Indonesia sudah ditetapkan

perundang-undangan mengenai norma-norma yang mengatur tingkah dan perilaku

mereka selama menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Misalnya tidak boleh

korupsi, datang tepat waktu, dan sebagainya. Tetapi melalui kode etik yang ditetapkan

di DTRTB maka, norma-norma tersebut lebih dipertegas lagi. Dengan begitu, akan ada

kesamaan perilaku dari setiap pegawai di DTRTB Kota Medan.

Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan, sikap dan pelayanan yang diberikan

pegawai kepada masyarakat juga sudah cukup baik. Dilihat dari pegawai DTRTB
langsung memberikan penjelasan kepada masyarakat apabila ada pemohon yang ingin

menanyakkan mengenai persyaratan yang mereka kurang mengerti. Masyarakat juga

melakukan konsultasi dengan pihak DTRTB terkait dengan bangunan yang mereka

bangun, seperti informasi lokasi tempat yang akan mereka bangun dan mengenai

gambar bangunan yang akan mereka dirikan.

j. Kenyamanan Lingkungan pelayanan seharusnya tertib, teratur, disediakan ruang

tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi

dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain-

lain.

Sumber : Hasil Dokumentasi peneliti pada saat di DTRB

Ruang tunggu DTRTB juga dilengkapi dengan skema proses permohonan IMB dan
miniatur Kota Medan.
Gambar V.3

Skema Proses Permohonan IMB

Sumber : Hasil Dokumentasi peneliti pada saat di

DTRB Gambar V.4 Miniatur Kota Medan

Sumber : Hasil Dokumentasi peneliti pada saat di DTRB


Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang mengurus IMB,

mengatakan bahwa sarana dan prasarana yang ada di DTRTB sudah cukup baik,

karena di DTRB terdapat ruang tunggu dan ruangannya juga memiliki interior

yang cukup menarik dan ada bunga yang menghiasi meja loket.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan, Dinas TRTB juga menjaga

kebersihan dan keindahan ruangannya, terlihat dari petugas kebersihan yang

selalu membersihkan ruangan jika ruangan tidak bersih dan mengurus taman

yang ada di sekitar bangunan DTRTB.

V.2 Kendala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Dalam Memberikan

Pelayanan IMB

Pemberian izin mendirikan bangunan dilakukan agar pembangunan yang

dilakukan tetap sesuai dengan rencana tata ruang yang berIaku dan rencana

teknis bangunan. Dalam proses pemberian pelayanan izin mendirikan bangunan,

sering dijumpai kendala-kendala yang terkadang akan menghambat proses

pemberian pelayanan tersebut. Demikian juga dengan peroses pengawasan yang

dilakukan terhadap bangunan setelah selesai pengurusan IMB. Kendala yang

pertama adalah adanya keterbatasan sumber daya manusia yang dimilliki oleh

DTRTB, seperti di Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang. Jumlah

pegawai yang dimiliki oleh Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang belum

mencukupi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ditambah lagi

dengan tugas yang mereka lakukan untuk turun ke lapangan mengawasi

pembangunan yang dilakukan masyarakat.


Kendala lain yang dihadapi oleh Dinas TRTB adalah kurangnya persyaratan yang

diberikan oleh masyarakat, baik persyaratan administrasi maupun persyaratan teknis.

Bahkan ada masyarakat yang hanya memberikan gambaran bangunanya tidak sesuai

dengan yang diminta sehingga pihak DTRTB tidak dapat memproses pengurusan IMB

nya.

Selain itu, sarana dan prasarana yang ada juga masih belum mencukupi. Bidang

Pengukuran dan Pemetaan di dalam menjalankan tugasnya untuk melakukan kegiatan

pengukuran dan pemetaan di lapangan masih menggunakan transportasi pribadi.

Demikian juga halnya dengan Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang. Mereka

masih kekurangan transportasi untuk melakukan pengawasan ke lapangan. Bidang

Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang juga di dalam menjalankan tugasnya masih

menggunakan peralatan yang manual seperti palu untuk melakukan pembongkaran

terhadap bangunan yang tidak sesuai dengan izin yang telah diterbitkan oleh DTRTB.
BAB VI

PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan

Kota Medan tentang Peranan Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan

(Studi Tentang Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Di Kecamatan Medan

Johor), maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :


1 Prosedur pengurusan IMB pada DTRTB Kota Medan sudah dapat dikatakan
baik. Pemohon cukup mengisi formulir permohonan IMB dan melengkapi
persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan.
2 Berdasarkan hasil penelitian peneliti, maka terlihat bahwa kualitas dan
kuantitas pegawai yang ada di DTRTB masih belum mencukupi untuk
memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat. Terlihat dari
jumlah pegawai untuk beberapa bidang yang belum mencukupi dan dari 129
pegawai negeri sipil yang ada di DTRB hanya ada 49 pegawai yang memiliki
kemampuan teknis.
3 Prosedur pengurusan IMB sudah efektif, hanya tinggal bagaimana masyarakat
dapat melengkapi persyartaan yang diminta.
4 Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai persyaratan yang diminta
membuat waktu yang diperlukan untuk mengurus IMB membutuhkan waktu
yang lebih lama
5 Sarana dan prasarana yang ada di DTRTB masih belum mencukupi karena
masih terbatasnya peralatan, seperti mobil patroli untuk melakukan
pengawasan dan peralatan yang masih manual untuk melakukan
pembongkaran bangunan yang bermasalah
6 Masih kurangnya sosialisasi Dinas TRTB kepada masyarakat terkait prosedur
dan persyartaan IMB karena terkendala dengan anggaran

VI.2. Saran
1 Dengan keterbatasan sumber daya manusia, ada baiknya Kepala Dinas Tata
Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan segera mengajukkan permohonan
kembali kepada Walikota Medan untuk penambahan jumlah pegawai yang
memiliki kualitas yang baik terutama di bidang teknis.
2 DTRTB Kota Medan sebaiknya tetap melakukan permohonan pengadaan
barang kepada Pemerintah Kota Medan untuk melengkapi sarana dan prasaran
yang ada di DTRTB
3 DTRTB Kota Medan sebaiknya mengadakan sosialisasi secara langsung
kepada masyarakat mengenai prosedur serta persyaratan dalam proses
pengurusan IMB agar tidak terjadi lagi masyarakat yang mengurus IMB
dengan berkas yang tidak lengkap. Sosialisasi dilakukan agar masyarakat
benar-benar paham tentang setiap persyaratan yang dibutuhkan dan benarbenar
paham bagaimana prosedur dari penerbitan IMB itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Danin, Sudarman.

2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia Dwi, Yuni. 2008. Panduan

Praktis Mengurus IMB. Yogyakarta: Pustaka

Grahatama
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Ramaja

Rosdakarya

Napitupulu, Paimin. 2001. Pelayanan Public & Customer Satisfation”. Bandung:

P.T. Alumni Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2010. Sosiologi: Suatu

Pengantar dan

Terapan. Jakarta: Kencana Nasution, Arifin.2008. Perencanaan Pembangunan

Daerah. Medan: USU Press

Pelly, Zainul. 1997. Pengantar Sosiologi. Medan: USU Press

Ridwan, Juniarso. 2010. Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan


Publik. Bandung: Nuansa
Saleh, Muwafik. 2010. Publlic Service Communication. Malang: UMM Press

Singarimbun, Masri. 2008. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES Soekanto,

Soerjono. 2009. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Sugiyono. 2008.

Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Alfabeta Sukoco, Badri Munir. 2007.

Manajemen Administrasi Perkantoran Modern.

Surabaya : Gelora Aksara Pratama Susanta, Gatut. 2002. Mudah Mengurus

IMB. Jakarta: Raih Asa Sukses


Suyanto, Bagong. 1995. Metode Penelitian Sosial. Surabaya:
Airlangga University Press Syamsi, Ibnu. 2004.
Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja. Jakarta : Bumi
Aksara Usman, Husaini. 2009. Metodologi Penelitian
Sosial. Jakarta: Bumi Aksara
Sumber Undang-Undang : Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang

Bangunan Gedung Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Peraturan

Daerah Kota Medan No. 9 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin

Mendirikan Bangunan. Keputusan Walikota Medan Nomor

34 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota

Medan Nomor 9 Tahun 2002 Tentang Retribusi Izin Mendirikan

Bangunan

Sumber internet :

http://www.pemkomedan.go.id/layanan.php. Diakses pada tanggal 1September 2012

pada pukul 13.15 WIB


http://dpdreisumut.blogspot.com/2012/08/sekretariat-dpd-rei-sumut-senin-6.html,
diakses pada tanggal 23 November 2012 pukul 10.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai