Anda di halaman 1dari 25

Selasa, 11 Mei 2010

TUMBUH KEMBANG PADA REMAJA

TUMBUH KEMBANG PADA


REMAJA
DISUSUN OLEH :

FADLY OKVIYANO 2009727022

PSIK - FKK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA
TAHUN 2010
BAB I

PENDAHULUAN

” Sungguh, akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)”

(QS. Al-Insyiqaaq: 19)

Sang Pencipta manusia, Allah SWT, menyatakan secara jelas dan tegas bahwa manusia
selama menjalani masa hidupnya di dunia akan meniti tahapan demi tahapan kehidupan,
yang dikenal dengan istilah Tumbuh- Kembang. Serangkaian proses dari setetes air mani
sampai dilahirkan, kemudian melalui masa kanak-kanak, remaja dan sampai dewasa (Al-
Qur’an dan Terjemahannya, Depag RI, 2005)

Seluruh perubahan tersebut merupakan proses dinamis yang menekankan beberapa


dimensi yang saling terkait: Pertumbuhan, Perkembangan, Maturasi dan Diferensiasi
(Wong, 2009).
Masa remaja, satu fase dari kehidupan, merupakan periode transisi antara masa kanak-
kanak dan masa dewasa. Kematangan fisik, kognitif, sosial dan emosiaonal berlangsung
secara cepat. Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas, sehingga banyak ahli yang
berbeda dalam penentuan rentang usianya. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa
masa remaja berawal dari usia sekitar 11 sampai 12 dimana karakteristik seks sekunder
mulai tampak untuk pertama kalinya sampai dengan akhir usia belasan ketika
pertumbuhan fisik hampir lengkap, yaitu pada usia 18 hingga 20 tahun (Wong, 2009).

Masa remaja merupakan periode perkembangan yang paling penting bagi individu dan
pada kenyataannya memang merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan
rentan munculnya masalah. Hal ini dikarenakan remaja memiliki karakteristik yang unik,
sebagai masa peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah, masa pencarian
identitas diri, usia yang ditakutkan, masa yang tidak realistis dan ambang dari masa
dewasa (Rudolph, 2006)

Banyaknya permasalahan dan krisis yang terjadi pada masa remaja ini menjadikan
banyak ahli dalam bidang psikologi perkembangan menyebutnya sebagai masa krisis.
Pada masa ini perubahan terjadi sangat drastis dan mengakibatkan terjadinya kondisi
yang serba tanggung dan diwarnai oleh kondisi psikis yang belum mantap, selain dari
pada itu periode ini pun dinilai sangat penting. Erikson (1963) menyatakan bahwa krisis
perkembangan pada masa remaja akan menghasilkan terbentuknya identitas (Wong,
2009).

Meskipun demikian adanya pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap
remaja merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya,
mengingat masa ini merupakan masa yang paling menentukan untuk menemukan
identitas dan peran sehingga terjadi perubahan dalam diri anak khususnya dalam pisik
dan kematangan usia, perubahan hormonal, akan menunjukan identitas dirinya seperti
siapa saya, kemudian apabila kondisi tidak sesuai dengan suasana hati maka dapat
menyebabkan terjadinya kebingungan dalam peran (wong,2009).
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Pertumbuham merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian


tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh
kematangan dan belajar (Whalley dan Wong, 2000).

A. Pertumbuhan dan perkembangan masa Remaja (Wong, 2004)

1. Pertumbuhan masa remaja (Wong, 2004).

a. Remaja awal (usia 11 – 14 tahun).

Pertumbuhan meningkat cepat, mencapai puncak kecepatan, dan


tampak karakteristik seks sekunder. (Wong, 2004).

b. Remaja tengah (usia 14 – 17 tahun).

Pertumbuhan melambat pada anak perempuan, bentuk tubuh mencapai


95 % tinggi orang dewasa, karakteristik seks sekunder tercapai dengan
baik. (Wong, 2004).

c. Remaja akhir (usia 17 – 20 tahun).

Matang secara fisik, struktur dan pertumbuhan reproduktif hampir


lengkap. (Wong, 2004).

2. Perkembangan masa remaja (Wong, 2004).

a. Remaja awal (usia 11 – 14 tahun), (Wong, 2004).

 Kognitif
Menggali kemampuan baru untuk pikiran abstrak yang terbatas,
mencari-cari nilai dan energi baru, perbandingan terhadap
“normalitas” dengan sebaya yang jenis kelaminnya sama (Wong,
2004).

 Identitas

Terus menerus memikirkan perubahan tubuh yang cepat, mencoba


berbagai peran, pengukuran ketertarikan dengan penerimaan atau
penolakan terhadap sebaya, menegaskan norma-norma kelompok.
Pada fase ini remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok
versus pengasingan diri (Wong, 2004).

 Hubungan dengan orang tua

Mendefinisikan batasan kemandirian ketergantungan, keinginan


yang kuat untuk tetap tergantung pada orang tua, sambil mencoba
untuk memisahkan diri, tidak ada konflik utama terhadap kontrol
parental (Wong, 2004)

 Hubungan dengan sebaya

Mencari afiliasi sebaya untuk menghadapi ketidaksetabilan yang


diakibatkan oleh perubahan yang cepat, peningkatan pertemanan
ideal yang dekat dengan anggota, dengan jenis kelamin yang sama,
berjuang untuk menguasai dan mengambil tempat di dalam
kelompok (Wong, 2004)

 Seksualitas

Eksplorasi diri dan evaluasi kencan terbatas. Pada fase ini, remaja
memilih pasangan berdasarkan karakteristik fisik dan kepribadian
yang diterima oleh kelompok teman sebaya. Dengan adanya
hubungan ini remaja mengeksplorasi dan memahami perasaan
romantis (Wong, 2004).

 Psikologis

Pada masa tersebut mulai muncul tingkah laku impulsif secara


bertahap tanpa adanya kemampuan kognitif untuk memahami
tingkah laku tersebut. Rasa marah diekspresikan dengan
kemurungan, ungkapan yang meledak-ledak (Rudolph, 2006)

b. Remaja tengah (usia 14 – 17 tahun), (Wong, 2004).

 Kognitif.

Mengembangkan kapasitas untuk berfikir abstrak, menikmati


kekuatan intelektual, sering dalam istilah idealistis, prihatin dengan
filosofis, politis, dan masalah social. Hal tersebut terjadi karena
pada fase ini, remaja mampu berpikir tentang pikiran mereka
sendiri dan pikiran orang lain. Remaja mulai mampu membedakan
pikiran orang lain dan pikiran mereka sendiri dan
mengintepretasikan pikiran orang lain secara lebih akurat. Mereka
mampu memahami bahwa beberapa konsep adalah mutlak atau
tidak, bergantung pada faktor-faktor pengaruh lainnya (Wong,
2004).

 Identitas.

Mengubah citra diri menjadi sangat berfokus pada diri sendiri,


narsisme (kecintaan pada diri sendiri) meningkat. Individu
berharap untuk memperoleh otonomi dari keluarga dan
mengembangkan identitas diri sebagai lawan dari difusi peran
((Wong, 2009).

 Hubungan dengan orang tua.


Konflik utama terhadap kemandirian dan control. Fase ini
merupakan titik terendah dalam hubungan orang tua – anak.
Remaja menjadi lebih kompeten sehingga remaja memelukan
otonomi yang lebih besar, sementara kekurangan uang atau
rintangan dari orang tua menjadi penghalang (Wong, 2009).

 Hubungan dengan sebaya.

Kebutuhan identitas yang kuat untuk memantapkan citra diri,


setandard perilaku dibentuk oleh kelompok sebaya, penerimaan
oleh sebaya sangat penting / rasa takut akan penolakan dan
eksplorasi terhadap kemampuan untuk menarik lawan jenis.

 Seksualitas.

Remaja mulai mengembangkan perasaan romantis, dan


kebanyakan remaja memulai percobaan seksual. Pada fase ini,
remaja memilih pasangan berdasarkan karakteristik fisik dan
kepribadian yang diterima oleh kelompok teman sebaya. Dengan
adanya hubungan ini remaja mengeksplorasi dan memahami
perasaan romantis (Wong, 2009).

 Psikologis.

Pertumbuhan kognitif cepat disertai dengan pemikiran operasional


formal sehingga mampu memahami konsep-konsep yang
kompleks, yang memicu pertanyaan pada pemikiran dan tingkah
laku layaknya orang dewasa. Lebih instrospektif, kecenderungan
untuk menarik diri ketika marah atau psaat merasakan sakit hati,
ketidakstabilan emosi (kebimbangan), dan tingkah laku yang
impulsif (Rudolph, 2006)

c. Remaja akhir (usia 17 – 20 tahun), (Wong, 2004).


a. Kognitif.

Mencapai pikiran abstrak, dapat menerima dan bertindak pada


pelaksanaan jangka panjang, mampu memandang masalah secara
komprehensif, identitas intelektual dan fungsional terbentuk.
(Wong, 2004).

b. Identitas.

Definisi citra tubuh dan peran jender hampir menetap, identitas


seksual matang, fase konsolidasi tentang identitas, stabilitas harga
diri, nyaman dengan pertumbuhan fisik, peran sosial terdefinisi dan
terartikulasi (Wong, 2009).

c. Hubungan dengan orang tua.

Perpisahan emosional dan fisik dari orang tua terselesaikan, bebas


dari orang tua dengan sedikit konflik dan emansipasi hampir
terjamin. Konflik dengan keluarga mengenai masalah moral dan
etik timbul karena pandangan sosiosentrik dan bukan lagi sebagai
masalah egosentrik (Rudolph, 2006).

d. Hubungan dengan sebaya.

Kepentingan individu dalam kelompok yang bersifat pertemanan


sebaya mulai berkurang, mereka mulai masuk pada tahap
hubungan yang lebih serius dari sekedar pertemanan biasa. Mereka
mulai menjajagi kemungkinan hubungan yang permanen antara
pria dan wanita (Wong, 2009).

e. Seksualitas.

Membentuk hubungan yang stabil dan saling tertarik,


meningkatkan kapasitas untuk mutualitas, berkencan sebagai
pasangan pria-wanita, keintiman melibatkan komitmen dari pada
eksplorasi dan romantisme. Pilihan pasangan kemungkinan lebih
didasarkan pada karakteristik dan ketertarikan pribadi (Wong,
2009)

f. Kesehatan psikologis.

Identitas personal telah terbentuk, Emosi lebih konstan dan


perasaan marah lebih terkontrol (Rudolph, 2006)

d. Teori perkembangan :

a. Teori perkembangan menurut Freud (Psikoseksual).

(A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).

Pada perkembangan psikoseksual anak, pertama kali dikemukakan


oleh Sigmund Freud yang merupakan proses dalam perkembangan
anak dengan pertambahan kematangan fungsi struktur serta kejiwaan
yang dapat menimbulkan dorongan untuk mencari rangsangan dan
kesenangan secara umum untuk menjadikan diri anak menjadi orang
dewasa.

Pada masa remaja anak berada pada tahap genital (Organ genital
menjadi sumber utama ketegangan dan kesenangan seksual). yaitu
terjadi pada umur lebih dari 12 tahun. Tahap ini dimulai pada saat
pubertas dengan maturasi sistem reproduksi dan produksi hormone-
hormon seks. Kepuasan pada masa anak pada fase ini akan kembali
bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap
lawan jenis. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).

b. Teori perkembangan menurut Erikson (Psikososial).

(A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).


Merupakan perkembangan anak yang ditinjau dari aspek psikososial,
perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson bahwa anak dalam
perkembangannya selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan untuk
mencapai kematangan kepribadian anak.

Tahap identitas dan kebingungan peran terjadi pada masa remaja


dengan perkembangan sebagai berikut, terjadi perubahan dalam diri
anak khususnya dalam pisik dan kematangan usia, perubahan
hormonal, akan menunjukan identitas dirinya seperti siapa saya,
kemudian apabila kondisi tidak sesuai dengan suasana hati maka dapat
menyebabkan terjadinya kebingungan dalam peran. (A. Aziz Alimul
Hidayat, 2008).

c. Teori perkembangan menurut Piaget (Kognitif).

(A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).

Perkembangan kognitif pada anak, Piaget membagi dengan empat


tahap, diantaranya tahap sensori motor, tahap pra operasional, tahap
konkrit, dan tahap formal operasional.

Pada usia 11 sampai 15 tahun terjadi tahap formal operasional. Remaja


dapat berfikir dengan menggunakan istilah-istilah abstrak,
menggunakan simbol abstrak, dan menarik kesimpulan logis dari
serangkaian observasi. Mereka dapat membuat hipotesis dan
mengujinya, mempertiimbangkan hal-hal yang abstrak, teori dan
filosofi (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).

B. Masalah Kesehatan dan Keperawatan yang terjadi pada remaja.

Dengan adanya perubahan yang terjadi dalam fisik, psikologis dan sosial pada remaja
yang sangat cepat dan drastis menuntut remaja tersebut untuk bisa menyesuaikan diri
dengan perubahan tersebut dan tuntutan-tuntutan lingkungan baru yang menyertainya.
Masalah kesehatan remaja meliputi mortalitas dan morbiditas (Rudolph, 2006). Penyebab
mortalitas yang paling menonjol antara lain: kecelakaan, bunuh diri dan pembunuhan .
Sedangkan penyebab terbanyak morbiditas adalah: penyalahgunaan zat, aktivitas seksual
dan penggunaan kendaraan bermotor/ rekreasi. Penyebab lain morbiditas meliputi
masalah kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan aktivitas seksual dan maturasi
fisiologik normal; masalah ortopedik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan maturasi
tulang serta cedera dan masalah kesehatan mental..

BAB III

PEMBAHASAN

Secara garis besar masalah kesehatan remaja meliputi mortalitas dan morbiditas
(Rudolph, 2006).
1. Mortalitas.
a. Kecelakaan
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat,
perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya
perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima
karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu ;
(1) peningkatan emosionalitas,
(2) perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual,
(3) perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh
lingkungan yang menimbulkan masalah baru
(4) karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula
perubahan nilai, dan
(5) kebanyakan remaja merasa ambivalent terhadap perubahan
yang terjadi.
b. Bunuh diri
Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat-sifat
kekanakkanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan
sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola
perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini,
seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengani peran
yang dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu
menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk
berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika
individu mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa sering
dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.
c. Pembunuhan
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat,
peubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya
perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima
karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu :
(1) peningkatan emosionalitas,
(2) perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual,
(3) perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh
lingkungan yang menimbulkan masalah baru,
(4) karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula
perubahan nilai, dan
(5) kebanyakan remaja merasa ambivalent terhadap perubahan
yang terjadi.
d. Kardiovaskuler
Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa
secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan
menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka
merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa
seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk
memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan
status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-
obatan bahkan melakukan hubungan seksual.
e. Neoplasma maligna
Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa
secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan
menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka
merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa
seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk
memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan
status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-
obatan bahkan melakukan hubungan seksual.
2. Morbiditas.
a. Penyalahgunaan zat
Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa
secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan
menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka
merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa
seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk
memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan
status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-
obatan bahkan melakukan hubungan seksual.
b. Aktivitas seksual
Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa
secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan
menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka
merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa
seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk
memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan
status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-
obatan bahkan melakukan hubungan seksual.
c. Penggunaan kendaraan bermotor/ rekreasi
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat,
peubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya
perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima
karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu,
(1) peningkatan emosionalitas,
(2) perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual,
(3) perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh
lingkungan yang menimbulkan masalah baru,
(4) karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula
perubahan nilai, dan
(5) kebanyakan remaja merasa ambivalent terhadap perubahan
yang terjadi.
d. Masalah kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan aktivitas seksual
dan maturasi fisiologik normal
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat,
peubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya
perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima
karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu,
(1) peningkatan emosionalitas,
(2) perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual,
(3) perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh
lingkungan yang menimbulkan masalah baru,
(4) karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula
perubahan nilai, dan
(5) kebanyakan remaja merasa ambivalent terhadap perubahan
yang terjadi.
e. Masalah ortopedik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan maturasi
tulang serta cedera
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat,
peubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya
perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima
karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu,
(1) peningkatan emosionalitas,
(2) perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual,
(3) perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh
lingkungan yang menimbulkan masalah baru,
(4) karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula
perubahan nilai, dan
(5) kebanyakan remaja merasa ambivalent terhadap perubahan
yang terjadi.
f. Masalah kesehatan mental..
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat,
peubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya
perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima
karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu,
(1) peningkatan emosionalitas,
(2) perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual,
(3) perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh
lingkungan yang menimbulkan masalah baru,
(4) karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula
perubahan nilai, dan
(5) kebanyakan remaja merasa ambivalent terhadap perubahan
yang terjadi.

Adanya tanda-tanda kesalahan penyesuaian diri remaja tentu saja menuntut


penanganan yang cepat dan tepat, mengingat masa ini merupakan masa penting yang
menentukan individu pada masa berikutnya. Penanganan atas permasalahan remaja sangat
bervariasi dan tergantung dari konteks dan latar belakang permasalahannya, dan juga upaya-
upaya ini idealnya merupakan hasil kerjasama orang tua, perawat dan pihak-pihak lain yang
terkait.

Secara umum ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mencegah
dan menangani munculnya permasalahan ini, misalnya menangani masalah : Mortalitas dan
Morbiditas yang penyebab terbesarnya adalah angka Kecelakaan (seperti ; lalu lintas, olah
raga extreme, dll ), yang pada dasarnya diakaibatkan karena ;
- Emosi yang tidak stabil.
- Kurang bertanggung jawab.
- Agresif secara berlebihan dan sikap yang tertalu yakin atas dirinya.
- Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja harus menyesuaikan dengan
standar kelompok.
- Menghayal secara berlebihan sebagai upaya untuk mengkompensir
ketidakpuasan dari kehidupan sehari-hari.
- Upaya pencarian identitas diri yang bersifat negative.
- Menggunakan defense mechanism secara berlebihan, rasionalisasi yang nedatif,
proyeksi, fantasi, dan displacement.

Penanganannya untuk masalah di atas adalah :


- Pahami dan dengarkan keluhan remaja dengan penuh perhatian, pengertian dan
kasih sayang.
- Berikan penghargaan terhadap prestasi studi/prestasi sosial, seperti olahraga,
kesenian atau perbuatan-perbuatan baik yang ditunjukkan remaja baik di sekolah
maupun di lingkungan masyarakat.
- Banyak berdiskusi tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan sosial maupun
lingkungan sekolahnya serta orientasi masa depan yang akan direncanakan
remaja.
- Realistis dan bersikap objektif terhadap anak, sehingga idealnya orang tua
mengetahui kapasitas anak dan mendiskusikan target apa yang ingin dicapai.
- Mulai menyertakan remaja dalam pengambilan keputusan keluarga. Hal ini
mendidik anak untuk ikut bertanggung jawab dan melatih mereka dalam proses
problem solving dan decision making.
- Mendukung ide-ide remaja yang positif.
- Mengawasi kegiatan dan lingkungan sosial remaja secara proporsional, tidak terlalu
ketat atapun terlalu longgar.
- Jika ada indikasi ketidakberesan yang serius, baik dalam segi fisik ataupun
psikologis yang cukup mencolok segera konsultasikan dengan tenaga ahli seperti
dokter atau psikolog.

Tindakan Preventif dan Promotif untuk remaja :


 Tentukan tujuan dan target yang akan dicapai, sehingga pengerahan sumber daya yang dimiliki
akan lebih tepat.

 Kenali diri, baik berupa kelebihan dan kekurangan karena semakin remaja mengenai dirinya
akan semakin terarah tindakannya.

 Tekun dan jangan cepat menyerah.

 Berpikir sebelum mengambil suatu keputusan.

 Openminded dan jangan sombong.

 Jangan malu bertanya dan jangan takut salah.

 Hati-hati memilih teman dan lingkungan pergaulan.

 Hormat kepada guru, orang tua dan teman.

 Mengembangkan empati dalam bergaul.

 Berusaha dan berdo’a

 Bicaralah pada orang tua jika ada permasalahan yang sulit, karena tidak semua masalah bisa
ditangani sendiri.

 Apabila perlu, dapat berkonsultasi dengan ahli (misal : psikolog, konselor pendidikan, perawat,
dll).

BAB IV

KESIMPULAN

Tumbuh- Kembang merupakan serangkaian proses kehidupan manusia di dunia yang


berjalan sesuai dengan sunatullah.

Masa remaja sebagai periode perkembangan yang paling penting bagi individu pada
kenyataannya merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan rentan munculnya
masalah. Meskipun demikian adanya pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat
terhadap remaja merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan
selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa yang paling menentukan.

Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu sendiri, orang tua, perawat dan
pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan remaja di bidang kesehatan dan bidang-
bidang lainnya dapat dilalui secara terarah, sehat dan bahagia.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur’an dan Terjemahan. Dep. Agama RI, 2005.

2. Hidayat A, Azis A, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak 1. Salemba Medika,2008

3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Edisi
keempat. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta,1985.

4. Wong Donna L. Pedoman Klinis Kperawatan Pediatrik edisi 4, 2004.

5. Wong Donna L. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 1, 2009.

6. Patricia A. Potter dan Anne Griffin Perry, Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005.

7. Rudolph Abraham M. at all, Buku Ajar Pediatri, EGC, 2006

TUMBUH KEMBANG REMAJA


By Basendra Samsul — January 7, 2013 — Add Comment — TumBang
Ads Powered
by:KumpulBlogger.com

Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak dengan dewasa, dimana
pada masa itu terjadi perubahan biologis, intelektual, psikososial dan ekonomi. Selama
periode ini, individu mengalami kematangan fisik dan seksual, peningkatan kemampuan
dan mampu membuat keputusan edukasi dan okupasi.

Remaja dapat dibagi menjadi tiga sub fase yaitu :


1. Early adolescent (11 – 14 th)
2. Middle adolescent (15 – 17 th)
3. Late adolescent (18 – 20)

Peristiwa yang paling penting pada usia remaja adalah pubertas, karena pubertas
muncul dan berkembang pada rentang usia kronologis yang lebar dan berbeda menurut
jenis kelaminnya. Sangat sulit untuk membuat kategori pubertas secara kronologis
karena itu untuk mendapat pola individu yang konsisten digunakan istilah tingkat
perkembangan pubertas tanpa melihat usia. Tingkat perkembangan pubertas dibagi
dalam tingkat awal, menengah dan lanjut. Gambaran perkembangan remaja
memperlihatkan hubungan yang lebih erat dengan tingkat perkembangan pubertas atau
tingkat maturitas kelamin (TMK). Tabel TMK yang sering digunakan adalah tabel Tanner
yaitu :

Masa remaja awal (TMK 2) pada anak perempuan biasanya antara usia 10 – 13 tahun
berlangsung selama 6 bulan – 1 tahun. Pada anak laki-laki awal tumbuh usia 10,5 – 15
tahun yang berlangsung antara 6 bulan – 2 tahun. Masa remaja menengah (TMK 3 – 4)
anak perempuan timbul pada usia 11 – 14 tahun berlangsung sampai 2 – 3 tahun. Pada
anak laki-laki usia 12 – 15,5 tahun berlangsung antara 6 bulan – 2 tahun. Masa remaja
lanjut (TMK 5) anak perempuan rata-rata usia 13 – 17 tahun dan anak laki-laki usia 14 –
16 tahun.

TUMBUH KEMBANG MASA REMAJA AWAL (TMK 2)

Fisik
Tingkat awal pubertas TMK 2 disebabkan oleh peningkatan sekresi gonadotropin
hipofisis dan hormon pertumbuhan. Terdapat bukti bahwa fenomena ini terjadi akibat
penurunan kadar melatonin yang terjadi pada usia 7 tahun. Pada anak perempuan,
bentuk payudara mulai tampak sedangkan pada 30 – 35 % anak laki-laki gejala
ginekomastia sangat variabel dan tidak selalu berhubungan dengan tingkat maturasi
pubertas tertentu. Perkembangan buah dada perempuan terjadi akibat rangsangan
estrogen ovarium disekresi akibat respon terhadap FSH. Efek predominan FSH adalah
merangsang pertumbuhan ovarium dan ini bermula satu tahun sebelum perkembangan
payudara (TMK 2). Akibat lain estrogen ovarium menyebabkan penebalan mukosa
vagina, peningkatan pigmentasi, vaskularisasi dan erotisasi labia mayora serta sedikit
pembesaran klitoris dan uterus. Endometrium menebal dan mulai berdeferensiasi
sedangkan miometrium mulai meningkatkan kandungan seluler aktomiosin, kretinin
kinase dan adenosin triphosphat sebagai persiapan menstruasi dan proses kehamilan
serta persalinan. Efek lain estrogen adalah peningkatan deposit glikogen dalam sel
mukosa vagina yang akan memacu pertumbuhan bakteri doederlein yaitu sejenis bakteri
pembentuk asam laktat yang mengubah lingkungan pH menjadi asam dan
mempermudah pula kemungkinan infeksi jamur.

Masa TMK 2 pada anak laki-laki ditandai dengan pembesaran testis akibat pembesaran
tubulus seminiferus serta bertambah banyaknya sel leydig dan sel sertoli. Perubahan
akibat sekresi testosteron mempengaruhi pula perubahan lain seperti pembesaran
epididemis vesikula seminalis dan prostat. Dinding skrotum akan menipis disertai oleh
vaskularisasi. Keadaan ini menampakkan konfigurasi dewasa dengan bagian proksimal
yang lebih sempit serta posisi testis kiri lebih rendah dari yang kanan. Tidak lama
setelah periode ini maka penis pun mulai membesar. Ukuran lebar penis tetap lebih
kurus dari panjangnya sampai pada masa pubertas lanjut ketika terjadi akselerasi
pertumbuhan korpus kavernosus penis melebihi pertumbuhan uretra sehingga terlihat
penis lebih besar seperti bentuk dewasa. Selain sekresi testosteron terjadi pula
peningkatan konsentrasi androgen adrenal baik laki-laki maupun perempuan akan
menimbulkan pertumbuhan rambut pubis dan ketiak. Konsistensi dan distribusi rambut
pubis akan mengikuti pola tertentu sesuai dengan jenis kelamin dan secara berurutan
menurut indeks pertumbuhan pubertas. Pada masa TMK 2 rambut kelamin lurus dan
halus terlihat pada bagian tengah labia mayora pada perempuan dan sekitar basis penis
pada laki-laki. Efek androgen lain adalah peningkatan ukuran dan sekresi folikel
sebacea yang dapat menimbulkan timbulnya jerawat dan dianggap merupakan tanda
karakteristik seks sekunder.

Selama masa pubertas laki-laki terjadi perubahan fungsional dan struktural yang
dramatis. Ejakulasi terjadi bermula sebagai respon masturbasi timbul sekitar satu tahun
setelah pertumbuhan testis, pada saat timbulnya rambut pubis. Gigi taring dan molar
pertama tanggal pada awal remaja dan kemudian tumbuh gigi tetap. Pra molar dan
molar tumbuh selama masa remaja. Terdapat kolaborasi yang erat antara waktu
tumbuhnya molar kedua permanen dengan menarche.

Kognitif
Perkembangan kognitif sebagian besar biasanya diuraikan dalam hubungannya dengan
usia kronologis karena itu kaitan antara tingkat perkembangan pubertas dan
perkembangan kognitif belum jelas. Carey dalam study mengenai pengenalan wajah
menimpulkan bahwa awal timbul pubertas pada anak perempuan mempunyai efek yang
mengganggu proses kognitif sebaliknya Petterson yang mempergunakan cara kognisi
yang berbeda tidak berhasil menemukan hipotesis tentang gangguan itu. Karena TMK 2
pada anak perempuan mencakup usia antara 10 – 13 tahun dan pada lelaki lebih lebar
lagi antara umur 10, 5 – 14,5 tahun, maka menurut sekuens Piaget sebagian anak
tersebuta anak masuk dalam kelompok tingkatan operasional konkrit dan sebagian
lainnya dalam tingkatan operasional formal. Dalam tahap berpikir operasional formal,
individu yang bersangkutan sudah mampu membangun hipotesis terlebih dahulu
sebelum memulai suatu aksi, dapat berpikir abstrak, dapat melakukan beberapa
tindakan secara serentak, dan dapat mengambil gambaran umum serta memperkirakan
akibat suatu perbuatan atau peristiwa tanpa harus mengalami dahulu peristiwa itu.

Pada tahun-tahun sebelumnya teori Piaget mendominasi pemikiran tentang


perkembangan kognitif, tetapi belakangan ini telah timbul tantangan terhadap deskripsi
tahapan yang tegas dalam teori tersebut. Pendekatan yang dilakukan sekarang lebih
menekankan kecenderungan terhadap perkembangan masa anak dan remaja dengan
lebih banyak keterangan yang tumpang tindih dan bervariasi dibandingkan penjelasan
sebelumnya. Kecenderungan tersebut mencakup berbagai pokok sebagai berikut :
1. Kapasitas melakukan proses informasi. Remaja ternyata lebih superior dibandingkan
dengan anak yang lebih muda dalam hal kapasitas proses informasi, tetapi belum
diketahui apakah hal ini merupakan refleksi peningkatan struktural yang ada
hubungannya dengan umur.
2. Pengetahuan domain spesifik. Semasa kecil mereka akan menimbun/menyimpan
berbagai pengetahuan yang makin lama makin terorganisasi dalam berbagai bidang
dengan domain spesifik, yang akan memungkinkan pemecahan masalah melalui proses
memori yang tidak terdapat pada anak dengan umur lebih muda.
3. Kegiatan formal dan konkrit. Pandangan penganut teori Piaget lebih terlibat sebagai
kecenderungan ketimbang tahapan khusus, seperti misalnya pendekatan seorang anak
yang lebih muda dinilai sebagai lebih empiriko-deduktif dan pada remaja lebih hipotetiko-
deduktif.
4. Berpikir kuantitatif. Remaja cenderung mendekati masalah dengan “lebih kuantitatif,
berorientasi skala pengukuran” ketimbang anak yang lebih muda yang dikenal dengan
“konsep pengukuran unit”.
5. Sentuhan rasa berkompetisi. Dengan meningkatnya umur, anak akan makin tertarik
untuk menganggap bahwa berpikir merupakan suatu pertandingan kompetitif dan
karenanya merasa tertantang.
6. Metakognisi. Konsep diuraikan sebagai berpikir tentang berpikir dan oleh Flavell dibagi
lagi menjadi pengetahuan metakognitif dan pengalaman metakognitif. Pengetahuan
metakognitif diartikan sebagai akumulasi pengetahuan deklaratif dan prosedural tentang
peristiwa kognitif, sedangkan pengalaman metakognitif adalah unit berbagai
pengalaman tentang penemuan (eureka) atau sebaliknya sebagai suatu perasaan “hal
ini tidak ada artinya buat saya”. Metakognitif berkembang secara bertahap antara masa
anak dan remaja.
7. Peningkatan kemampuan yang ada. Pematangan kemampuan yang ada merupakan
suatu proses berkelanjutan selama masa perkembangan. Perbedaan seks muncul pada
masa awal remaja ; anak lelaki tampil lebih baik untuk kemampuan spasial dan
matematik, sedangkan anak perempuan lebih menonjol dalam kemampuan verbal

Psikososial
Masa remaja awal harus mempunyai fungsi pada tiga bidang utama yaitu keluarga,
kelompok sebaya dan sekolah. Pada setiap bidang ini terdapat kompleks berbagai
determinan yang saling mempengaruhi agar dapat berfungsi dengan berhasil. Fungsi
utama masa remaja awal adalah dimulainya kebebasan dari lingkungan keluarga dan
pada masa inilah hubungan dalam keluarga mulai terlihat merenggang. Sering pula
pada masa ini secara bersamaan terlihat tanda perkembangan pubertas berupa
keinginan untuk keleluasaan pribadi, dan tidak jarang disertai keengganan yang makin
nyata serta menjaga jarak keakraban fisis dari orang tua yang berbeda jenis kelamin
dengan anak. Keinginan remaja yang tidak terucapkan pada orang tua untuk membuat
batas tersebut sesuai dengan keinginan mereka untuk autonomi, dan hal ini sering
menimbulkan konflik dengan orangtua yang bila tidak terselesaikan akan menimbulkan
stress. Hasil akhirnya remaja cenderung untuk berpaling pada kelompok sebaya yang
sejenis. Persahabatan pada masa remaja awal secara khas menumbuhkan kelompok
yang sama jenis kelaminnya dengan kecenderungan lebih meningkatkan aktivitas
bersama ketimbang interaksinya sendiri.

Fungsi lingkungan sekolah pada umur ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kesesuaian
perkembangan seksual dengan anak sebaya ternyata sangat penting pengaruhnya.
Dilaporkan bahwa anak laki-laki yang lebih lambat matang akan kurang baik
penampilannya di sekolah dan tingkat pendidikan yang diharapkan akan lebih rendah
dibandingkan dengan anak laki-laki sebaya yang lebih cepat matang. Selanjutnya
dikemukakan pula bahwa anak gadis di sekolah menengah yang lebih cepat matang
mempunyai daya imajinasi dini yang buruk dan nilai rata-rata yang lebih rendah
dibandingkan dengan mereka yang tingkat pematangannya lebih lambat atau dengan
teman sebaya yang masih duduk di sekolah dasar. Dengan demikian jelas terlihat
bahwa pada segi kognitif terdapat perbedaan jenis kelamin yang dapat mempengaruhi
prestasi sekolah pada masa awal remaja.

TUMBUH KEMBANG MASA REMAJA MENENGAH

Fisis
Masa remaja menengah, yang sesuai dengan TMK 3 dan 4, mencakup rentang umur
kronologis antara 12 – 14 tahun bagi perempuan dan antara 12,5 – 15 tahun pada laki-
laki. Pada masa ini terlihat adanya pertambahan pertumbuhan yang sangat mencolok,
terjadi akselerasi pertumbuhan tinggi dan berat badan serta perkembangan karakteristik
seks sekunder lebih lanjut. Masa ini merupakan puncak kurve kecepatan pertumbuhan
berat badan, yang mengikuti puncak kurve kecepatan tinggi badan kira-kira 6 bulan
sebelumnya. Pada masa inilah terjadi deposit besar jaringan lemak pada perempuan
dan massa otot pada laki-laki. Selama periode pertumbuhan cepat pada masa remaja
menengah ini, golongan perempuan mendapat pertambahan tinggi badan rata-rata 8 cm
per tahun pada umur rata-rata 12 tahun, sedangkan laki-laki pada umur rata-rata 14
tahun mendapat penambahan tinggi badan rata-rata 10 cm per tahun.

Terlihat pola teratur proses perkembangan/kemajuan tulang kerangka dari distal menuju
proksimal, dimulai dari perkembangan tulang kaki. Kira-kira 6 bulan kemudian akan
diikuti perkembangan tungkai bawah, kemudian tungkai atas. Pola yang serupa terdapat
pula pada perkembangan alat gerak atas, sehingga secara keseluruhan anak remaja
terlihat ganjil karena bentuk tangan dan kaki yang besar dan tidak proporsional. Puncak
akselerasi pertumbuhan panjang tungkai bawah akan diikuti oleh perkembangan lebar
dada dan paha 4 bulan kemudian. Perpanjangan badan dan pembesaran diameter
anteroposterior dada merupakan manifestasi terakhir pertumbuhan cepat pada
pubertas. Selain terdapat perbedaan seks pada pertumbuhan jaringan lemak masa
remaja menengah, terdapat pula perbedaan pola pertumbuhan kerangka menurut jenis
kelamin. Lebar biakromial terbesar pada laki-laki ditentukan oleh androgen, sedangkan
estrogen menentukan lebar diameter bitrochanter yang akan memebri bentuk kontur
perempuan dewasa.
Pada masa remaja menengah terjadi pula perkembangan karakteristik seks sekunder
perempuan berupa pembesaran payudara dan areola, dan pada masa TMK 4 lebih
kurang 75% anak gadis akan memiliki batas areola dan payudara yang lebih tegas
sebagai akibat pembesaran areola. Rambut kelamin menjadi lebih gelap, kasar, ikal dan
lebih menyebar ke arah proksimal dan lateral menutupi mons pubis. Pada lelaki terlihat
penis lebih panjang dan lebar, testis lebih besar, dan skrotum lebih berpigmen. Peristiwa
yang paling dinamik adalah timbulnya menarche pada anak perempuan yang rata-rata
terjadi pada umur 12,5 tahun (pada kultur barat). Menars dapat terjadi pada setiap tahap
pubertas : 10% padaTMK 2, 20% pada TMK 3, 60% pada TMK 4, dan 10% pada TMK 5.
Tetapi sebagian besar anak gadis terlihat matur pada masa remaja menengah. Peristiwa
menarche sangat erat hubungannya dengan masa puncak kurve kecepatan
penambahan tinggi badan. Masa ini ditentukan oleh berbagai faktor, tetapi yang
terpenting adalah faktor genetik. Sangat erat hubungan antara umur menarche ibu
dengan putrinya, dan lebih erat lagi antar umur menarche perempuan bersaudara.
Faktor lain yang berperan penting adalah status gizi, gadis gemuk akan mendapat
menarche lebih awal daripada yang kurus. Semua penyakit kronik yang menggangu
status gizi atau oksigenasi jaringan akan memperlambat pola maturasi pubertas,
terutama waktu menarche.

Yang lebih bervariasi lagi adalah waktu timbulnya pertumbuhan rambut sirkum anal,
dengan kecenderungan rambut aksila dan wajah akan timbul lebih lambat, yaitu setelah
rambut pubis mencapai TMK 4. Rambut wajah anak laki-laki timbul mula-mula di daerah
sudut bibir atas yang kemudian akan menyebar ke arah medial. Seiring dengan
pertumbuhan rambut aksila akan muncul pula bau badan akibat stimulasi androgen
pada kelenjar keringat apokrin, dan hal ini sering menimbulkan kesadaran bahwa pada
anak tersebut bahwa ia telah mulai dewasa. Sering pula terjadi ginekomastia anak laki-
laki pada masa remaja menengah ini; dapat bi- atau unilateral, yang dapat menetap
sampai 18 bulan. Walaupun sering terjadi dan tidak spesifik hal ini dapat sangat
meresahkan.

Kognitif
Kecenderungan perkembangan kognitif seperti telah diuraikan pada pembahasan
terdahulu masih terus berlangsung.

Psikososial
Hubungan antara remaja dengan keluarga, sekolah dan kelompok sebaya pada tahap
ini masih tetap serupa dengan tahap sebelumnya. Sekolah dan kelompok sebaya
mendapat porsi lebih penting, dan perbedaan seks pada kelompk sebaya tampak lebih
jelas. Tujuan perkembangan selama masa remaja bagi anak laki-laki lebih diwarnai
keinginan untuk memperoleh penerimaan dan kebebasan yang akan lebih mudah
dicapai dalam suatu kelompok, sedangkan bagi anak perempuan untuk menumbuhkan
kemampuan interpersonal dan cinta. Kesetiaan, keterlibatan, dan keakraban tentang
suatu informasi lebih berharga bagi lingkungan anak perempuan daripada anak laki-laki.

Selama masa remaja menengah, kelompok sosial dapat meluas sampai


mengikutsertakan anggota yang berbeda jenis kelaminnya dan proses pacaran pun
dapat mulai terjadi. Proses pacaran dapat berkembang dalam berbagai tahap : tahap
pertama biasanya dilakukan tanpa kontak fisik, tahap kedua berciuman dan meraba
buah dada yang masih tertutup pakaian, tahap ketiga meraba buah dada telanjang atau
kemaluan, tahap keempat melakukan hubungan seksual dengan mitra tunggal, dan
tahap kelima melakukan hubungan seksual dengan mitra multipel. Walaupun terdapat
sangat banyak variasi berbagai jenis kelompok remaja, tampaknya sebagian besar
remaja pada masa ini tidak sampai melakukan pacaran tahap keempat. Dan bagi
mereka yang melakukannya maka resiko untuk kehamilan yang tidak diinginkan atau
penyakit kelamin cukup tinggi, sehingga perlu dilakukan penerangan dan penyuluhan
untuk mencegah hal tersebut.

Selama masa remaja menengah harus sering dilakukan tindakan untuk pendidikan dan
latihan kerja. Seperti telah diterangkan hubungan dengan kelompok sebaya yang seiring
dengan maturasi fisis dapat mempengaruhi prestasi di sekolah. Efek fisis perkembangan
pubertas sering menyatu dengan imajinasi diri seseorang, dan tidak jarang disertai
dengan akibat yang mendalam. Peningkatan aktivitas pada perkembangan maturitas
dapat dirasakan negatif oleh seorang gadis sampai mungkin memuncak menjadi
anoreksia nervosa. Perkembangan buah dada yang tidak simetrik akan menimbulkan
perasaan sebagai abnormal. Imajinasi diri yang keliru seperti itu merupakan masalah
yang sering terjadi terutama pada anak perempuan dan para penderita penyakit kronik.
Perkembangan imajinasi diri ini melibatkan pula berbagai pengalaman coba-coba atau
eksperimen dalam lingkup sosial yang berbeda. Menurut kategori Erikson tentang krisis
kehidupan, maka tahap ini merupakan penentuan jati diri atau perkembangan identitas.
Pada masa itu pula identitas seksual akan lebih mengental dan akan terjadi
perkembangan rasa seksual yang adekuat.

TUMBUH KEMBANG MASA REMAJA LANJUT

Fisis
Pada masa ini proporsi dan ukuran tubuh sudah menyerupai ukuran dewasa muda.
Hanya terjadi sedikit peningkatan pertumbuhan linear setelah melewati masa
pertumbuhan cepat remaja menengah. Sisa epifisis seperti pada femur, humerus dan
sterno kalvikula akan menutup paling lambat pada masa awal umur dupuluhan.
Perkembangan karakteristik seks sekunder menjadi tuntas dengan pertumbuhan rambut
kelamin yang menyebar sampai bagian medial paha pada laki-laki dan perempuan,
penampilan alat kelamin dewasa dan kapasitas reproduktif penuh pada laki-laki, serta
penampilan buah dada dewasa pada perempuan. Rambut wajah laki-laki tumbuh
sampai daerah dagu, dan bulu dada akan muncul sebagai bagian terakhir pertumbuhan
rambut tubuh. Suara berat dan dalam akan muncul lengkap akibat pengaruh testosteron
merangsang pertumbuhan tulang rawan tiroid dan krikoid, serta otot larings. Pada
perempuan, uterus akan mencapai bentuk dewasa dengan fundus yang besar dan
serviks yang lebih kecil.

Psikososial
Pada periode ini seringkali masalah penentuan karir sudah harus dihadapi dengan
berat, bahkan kadangkala sudah harus ditentukan. Perasaan ingin memberontak yang
sering muncul pada periode sebelumnya secara bertahap akan berubah kembali
menjadi pendekatan pada keluarga, tetapi dengan sikap yang sudah berbeda dari
sebelumnya. Walaupun masih sering berpikir moralistis dan absolut, remaja pada tahap
ini sudah mampu berdialog dengan orangtua. Mulai timbul pula kemampuan untuk
terlibat dalam hubungan interpersonal yang empatik; seringkali hubungan seksual
sebelumnya yang eksploitatif dan narsistik akan berubah.

Menurut skema Erikson, krisis psikososial pada masa remaja sebelumnya adalah pada
masalah identitas, sedangkan pada masa remaja lanjut adalah pada kebutuhan untuk
mengembangkan kapasitas keintiman.

MASALAH TUMBUH KEMBANG MASA REMAJA

Masalah yang sering ditemukan pada usia remaja adalah :


1. Akne atau jerawat, yang dapat menimbulkan gangguan emosional
2. Miopia, biasanya mulai timbul pada usia remaja
3. Kelainan ortopedik berupa kiposis atau skoliosis
4. Penyakit infeksi, misalnya tuberkulosis yang sering dijumpai akibat daya tahan usia
remaja yang menurun
5. Defisiensi besi, terutama pada remaja perempuan dengan datangnya haid dan
kurangnya masukan besi
6. Obesitas, biasanya terjadi pada golongan remaja tertentu karena kebiasaan makan yang
kurang baik
7. Keadaan lain sebagai akibat gangguan emosional atau kenakalan remaja, yang
umumnya terdapat pada remaja laki-laki, seperti kelainan ortopedik karena kecelakaan,
gangguan kejiwaan karena minum dan ketergantungan narkotika, upaya bunuh diri, dan
masalah psikososial lainnya

Pada masa remaja ketegangan emosional yang bertambah dan dorongan kebutuhan
biologis harus disesuaikan dengan keinginan dan harapan masyarakat atau lingkungan.
Tuntutan masyarakat terhadap golongan remaja ini sudah pasti akan berlainan dengan
yang diharapkan dari anak pada masa tumbuh-kembang sebelumnya.

Tahap berikutnya dalam perkembangan psikososial mencakup kemampuan bergaul


dengan orang lain, disamping dengan orangtua sendiri untu menghindari rasa terpencil
dalam menghadapi tantangan pada berbagai kegiatan fisis seperti dalam bidang
olahraga, jalinan persahabatan atau pengalaman seksual. Salah satu aspek
peningkatan keakraban adalah adanya keinginan berbagi rasa dan bertenggang rasa
yang merupakan inti untuk timbulnya empati. Tahap perkembangan selanjutnya adalah
adanya keterikatan dengan orang lain, seperti dalam hal percintaan, pacaran,
perkawinan, dan hal lain yang menuntut adanya suatu tanggung jawab.

Read more: http://texbuk.blogspot.com/2011/05/tumbuh-kembang-


remaja.html#ixzz4IbRkEruJ

Anda mungkin juga menyukai