Anda di halaman 1dari 3

HASIL PENELITIAN HASIL PENELITIAN

teksi kemungkinan abses otak otogenik sedini C. Sampel HASIL DAN PEMBAHASAN
mungkin, sehingga dapat melakukan penata- Terdapat perbedaan distribusi jenis kelamin
Karakteristik Abses Otak Otogenik laksanaan yang cepat serta tepat untuk meng-
Semua pasien rawat inap di RS Dr. Sardjito
yang datang selama jangka waktu penelitian, dalam penelitian ini ( laki-laki 71,4 % dan wanita
(Tinjauan 14 kasus) hindari kematian. Pada penelitian ini dilakukan yang didiagnosis abses otak otogenik dan me- 28,6 % ), dan paling sering pada usia 20-29
deskripsi karakteristik abses otogenik seder- menuhi kriteria inklusi dan eksklusi. tahun 42,8 %, (laki-laki dan wanita 3:1 (Tabel 1).
Slamet Widodo, Edhie Samodra, Anton Christanto, Puspa Zulaika, Vimala Acala hana, peneliti tidak menganalisis bagaimana
SMF Telinga Hidung dan Tenggorok – KL, dan mengapa fenomena dan karakteristik ter- D. Tempat dan Waktu Penelitian Tabel 1. Distribusi umur dan jenis kelamin penderita
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, Indonesia sebut dapat terjadi. abses otak otogenik
RS Dr. Sardjito dari bulan Januari 2000 s/d.
Desember 2005. Kelompok Jenis Kelamin
No Jumlah %
METODOLOGI PENELITIAN Umur (thn)
Pria % Wanita %
ABSTRAK
A. Rancangan Penelitian
Pendahuluan: Abses otak otogenik memerlukan penegakan diagnosis dini, penatalaksanaan cepat serta tepat dan mempunyai E. Cara Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observa- 1 10 - 19 2 14,3 2 14,3 4 28,6
angka kematian tinggi. Pasien terdiagnosis abses otak otogenik dan
sional cross sectional
Tujuan: Menentukan karekteristik abses otak otogenik menjalani rawat inap di RS Dr Sardjito dalam
2 20 - 29 6 42,8 0 0 6 42,8
Metodologi: Penelitian ini bersifat deskriptif terhadap 14 kasus penderita terdiagnosis abses otak otogenik dan memiliki Head CT scan. kurun waktu penelitian dicatat no MR, kemu-
B. Populasi Penelitian
Hasil: Pasien laki-laki 71,4%, 42,8% berusia 20-29 tahun. Keluhan utama: nyeri kepala dan vomitus-pireksia 100%, vertigo 71,4 %. dian ditelusuri dan dicari statusnya di ruang
Populasi penelitian adalah semua pasien rawat 3 30 - 39 0 0 0 0 0 0
Penyakit primer OMC maligna cholesteatoma 85,6% dan kuman penyebab Ps. aeruginosa 71,4% ; 51,7% abses terletak di lobus MR. Catatan medis yang tidak lengkap dieks-
inap di RS Dr. Sardjito yang datang selama jangka
parietalis dan 86,5% abses tunggal. Pada semua pasien didapatkan AL dan LED meningkat, dan membaik setelah operasi dan terapi klusi. Variabel yang dinilai adalah: jenis kelamin,
waktu penelitian yang di diagnosis abses otak 4 40 - 59 2 14,3 2 14,3 4 28,6
antibiotik. usia, keluhan utama, status telinga, lokasi abses,
otogenik. Kriteria Inklusi: penderita terdiagnosis
Simpulan: Abses otak otogenik paling banyak pada laki-laki, usia dekade kedua, dengan primer OMC maligna yang ditandai nyeri hasil kultur, terapi dan hasil terapi. 5 > 59 0 0 0 0 0 0
dengan diagnosis abses otak otogenik dan me-
kepala, vomitus-pireksia, vertigo, AL dan LED meningkat. Cholesteatom dan pseudomonas aerugenosa merupakan peyebab terbanyak.
miliki Head CT scan. Kriteria eksklusi: memiliki
Semua pasien membaik dengan kraniotomi dan mastoidektomi radikal disertai antibiotik ( ceftriaxon dan metronidazol ) Jumlah 10 71,4 4 28,6 0 100
catatan medis tidak lengkap.
Gambar 1. Cara Penelitian
Kata kunci: abses otak, OMC maligna, karakteristik Keluhan utama terbanyak adalah nyeri kepala
dan vomitus-pireksia (100%), kemudian gang-
guan keseimbangan (vertigo) 71,4% ( Tabel 2 ).
PENDAHULUAN OMSK terdiri dari : 1) Komplikasi intrakranial : Dari 40 pasien OMSK dengan tanda kompli- Penderita abses otak otogenik Hal ini sesuai dengan penemuan Bradley et al,
Abses otak adalah proses supurasi fokal pa- jaringan granulasi ekstradural dengan atau tanpa kasi intrakranial di RSUPN-CM 1980-1986, bahwa gejala-gejala yang menonjol pada abses
renkim otak, di serebrum maupun serebelum1. abses ekstradural, tromboflebitis sinus sigmoid, didapatkan 13 kasus abses otak dengan otak otogenik adalah nyeri kepala, vomitus-
Abses otak biasanya terjadi akibat infeksi abses otak, otitis hidrosefalus, meningitis, abses kematian 70%6. Di bagian THT RSUPN-CM Kriteria inklusi pireksia, papiledema, kaku kuduk, hemiparesis,
fokal di bagian tubuh lain1,2. Abses otak oto- subdural. 2) Komplikasi ekstrakranial: mastoiditis, April 1986-Agustus 1987 ditemukan 11 kasus dan eksklusi disfagia, nistagmus, gangguan keseimbangan.
genik merupakan salah satu komplikasi intra- petrositis, labirintitis, paralisis nervus fasialis.1,2 abses otak otogenik - 6 pria dan 5 wanita, 9 Pada penelitian ini gangguan neurologis be-
kranial yang sering pada otitis media supuratif kasus di sereberum dan 2 kasus di serebellum; rupa kelumpuhan saraf kranialis, afasia, disfagia,
kronik (OMSK) tipe bahaya (tipe maligna), me- Abses otak otogenik hampir selalu terjadi di 50% pada usia dekade ke-2, dan angka paresis/hemiparesis rata-rata 14,3%, menanda-
merlukan diagnosis sedini mungkin, penata- lobus temporalis atau serebelum sisi yang sama kematian 45%7. Di RSUP Dr. Sardjito 1986- Sampel Penelitian kan bahwa kelainan neurologis tidak bisa di-
laksanaan yang cepat serta tepat untuk meng- dengan telinga yang terinfeksi. Angka kejadian 1988 ditemukan 19 kasus terdiri dari 11 kasus jadikan dasar kecurigaan adanya abses otogenik
hindari kematian. Diagnosis sering terlambat meningitis akibat komplikasi intrakranial adalah meningits, 5 kasus abses otak, 3 kasus ense- (Bradley et al 11 , Shambugh dan Glasscock1 ).
karena pada stadium dini gejalanya tidak khas 34%, abses otak menempati urutan kedua - falitis; 7 kasus meninggal. Dalam kurun waktu
mirip dengan gejala infeksi umumnya, gejala 25% (15% di lobus temporal dan 10% di lima tahun (1988-1992) terdapat 13 penderita Head CT Scan Tabel 2. Distribusi keluhan/pada penderita abses
otak otogenik
neurologis sering tidak tampak3,4. Pada stadium serebelum).2 otitis media kronik dengan komplikasi abses
laten penderita tampak tenang, keluhan nyeri otak, 3 meninggal dunia (23,1 %) - 2 kasus Keluhan Jumlah %
kepala berkurang, tampak lemah dan sedikit Pemakaian antibiotika telah dapat menurun- abses serebri, 1 orang abses serebelum.9 Nyeri kepala 14 100
sensitif sehingga sering diduga sebagai mas- kan insidensi kesakitan secara dramatis, tetapi Abses otak otogenik Vomitus-pireksia 14 100
toiditis kronis tanpa komplikasi pada beberapa kasus mengubah gambaran Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya Mengantuk/stupor/apatis 6 42,8
klinis, sehingga diagnosis lebih sulit. komplikasi intrakranial OMSK adalah virulensi Tanda meningitis /kaku kuduk 0 0
Sekitar 20% fokus infeksi abses otak berasal kuman, terapi tidak adekuat, daya tahan tubuh, Kejang 2 14,3
dari infeksi telinga tengah, merupakan suatu Kematian abses otak pada masa praantibiotika pneumatisasi yang kurang sempurna, dan Penurunan berat badan 2 14,3
komplikasi serius. Stuart (dikutip Fernandes) sangat tinggi, di Indonesia pernah dilaporkan otitis media yang sering residif. 4 Abses otak Papiledema 4 28,6
melaporkan bahwa 0,5% penderita dengan 5 dari 6 penderita abses otak meninggal5. otogenik memerlukan penegakan diagnosis 1. Jenis kelamin Brakikardi 4 28,6
otitis media akut dan 3% penderita dengan Kemudian antara 1950-1960 dari 35 penderita dini, penatalaksanaan cepat serta tepat karena 2. Usia Kelumpuhan saraf kranialis 2 14,3
otitis media kronik berpeluang komplikasi abses otak otogenik angka kematian 6% ; angka kematiannya tinggi. Meskipun telah 3. Keluhan utama Disfagia 2 14,3
abses otak. pada tahun 1961-1971 dari 18 kasus abses otak banyak kemajuan diagnostik khususnya CT 4. Status Telinga Gangguan lapangan pandang 0 0
5. Lokasi abses otak Aphasia 2 14,3
otogenik angka kematian dapat ditekan men- Scan dan MRI, abses otak otogenik sering
6. Hasil kultur Paresis/hemiparesis 2 14,3
Otitis media supuratif adalah penyakit yang ber- jadi 0%. Keberhasilan pengobatan ini antara terlambat diketahui.
7. Terapi dan Hasil terapi Nistagmus 2 14,3
potensi serius, terutama tipe maligna karena lain disebabkan oleh diagnosis dini, pemberian
dapat menimbulkan komplikasi yang dapat me- antibiotik yang tepat dan adekuat, serta Diperlukan pengetahuan karakteristik abses Gangguan keseimbangan 10 71,4
Ataksia 2 14,3
ngancam jiwa. Menurut lokasinya komplikasi penatalaksanaan yang cepat dan tepat. otak otogenik, agar para klinisi dapat mende-

C DK 1 8 5 / Vo l. 38 no. 4/M ei -Juni 2011 267 268 C D K 1 8 5 / V o l . 3 8 n o . 4 / Me i- J u n i 2 0 1 1


HASIL PENELITIAN HASIL PENELITIAN

teksi kemungkinan abses otak otogenik sedini C. Sampel HASIL DAN PEMBAHASAN
mungkin, sehingga dapat melakukan penata- Terdapat perbedaan distribusi jenis kelamin
Karakteristik Abses Otak Otogenik laksanaan yang cepat serta tepat untuk meng-
Semua pasien rawat inap di RS Dr. Sardjito
yang datang selama jangka waktu penelitian, dalam penelitian ini ( laki-laki 71,4 % dan wanita
(Tinjauan 14 kasus) hindari kematian. Pada penelitian ini dilakukan yang didiagnosis abses otak otogenik dan me- 28,6 % ), dan paling sering pada usia 20-29
deskripsi karakteristik abses otogenik seder- menuhi kriteria inklusi dan eksklusi. tahun 42,8 %, (laki-laki dan wanita 3:1 (Tabel 1).
Slamet Widodo, Edhie Samodra, Anton Christanto, Puspa Zulaika, Vimala Acala hana, peneliti tidak menganalisis bagaimana
SMF Telinga Hidung dan Tenggorok – KL, dan mengapa fenomena dan karakteristik ter- D. Tempat dan Waktu Penelitian Tabel 1. Distribusi umur dan jenis kelamin penderita
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, Indonesia sebut dapat terjadi. abses otak otogenik
RS Dr. Sardjito dari bulan Januari 2000 s/d.
Desember 2005. Kelompok Jenis Kelamin
No Jumlah %
METODOLOGI PENELITIAN Umur (thn)
Pria % Wanita %
ABSTRAK
A. Rancangan Penelitian
Pendahuluan: Abses otak otogenik memerlukan penegakan diagnosis dini, penatalaksanaan cepat serta tepat dan mempunyai E. Cara Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observa- 1 10 - 19 2 14,3 2 14,3 4 28,6
angka kematian tinggi. Pasien terdiagnosis abses otak otogenik dan
sional cross sectional
Tujuan: Menentukan karekteristik abses otak otogenik menjalani rawat inap di RS Dr Sardjito dalam
2 20 - 29 6 42,8 0 0 6 42,8
Metodologi: Penelitian ini bersifat deskriptif terhadap 14 kasus penderita terdiagnosis abses otak otogenik dan memiliki Head CT scan. kurun waktu penelitian dicatat no MR, kemu-
B. Populasi Penelitian
Hasil: Pasien laki-laki 71,4%, 42,8% berusia 20-29 tahun. Keluhan utama: nyeri kepala dan vomitus-pireksia 100%, vertigo 71,4 %. dian ditelusuri dan dicari statusnya di ruang
Populasi penelitian adalah semua pasien rawat 3 30 - 39 0 0 0 0 0 0
Penyakit primer OMC maligna cholesteatoma 85,6% dan kuman penyebab Ps. aeruginosa 71,4% ; 51,7% abses terletak di lobus MR. Catatan medis yang tidak lengkap dieks-
inap di RS Dr. Sardjito yang datang selama jangka
parietalis dan 86,5% abses tunggal. Pada semua pasien didapatkan AL dan LED meningkat, dan membaik setelah operasi dan terapi klusi. Variabel yang dinilai adalah: jenis kelamin,
waktu penelitian yang di diagnosis abses otak 4 40 - 59 2 14,3 2 14,3 4 28,6
antibiotik. usia, keluhan utama, status telinga, lokasi abses,
otogenik. Kriteria Inklusi: penderita terdiagnosis
Simpulan: Abses otak otogenik paling banyak pada laki-laki, usia dekade kedua, dengan primer OMC maligna yang ditandai nyeri hasil kultur, terapi dan hasil terapi. 5 > 59 0 0 0 0 0 0
dengan diagnosis abses otak otogenik dan me-
kepala, vomitus-pireksia, vertigo, AL dan LED meningkat. Cholesteatom dan pseudomonas aerugenosa merupakan peyebab terbanyak.
miliki Head CT scan. Kriteria eksklusi: memiliki
Semua pasien membaik dengan kraniotomi dan mastoidektomi radikal disertai antibiotik ( ceftriaxon dan metronidazol ) Jumlah 10 71,4 4 28,6 0 100
catatan medis tidak lengkap.
Gambar 1. Cara Penelitian
Kata kunci: abses otak, OMC maligna, karakteristik Keluhan utama terbanyak adalah nyeri kepala
dan vomitus-pireksia (100%), kemudian gang-
guan keseimbangan (vertigo) 71,4% ( Tabel 2 ).
PENDAHULUAN OMSK terdiri dari : 1) Komplikasi intrakranial : Dari 40 pasien OMSK dengan tanda kompli- Penderita abses otak otogenik Hal ini sesuai dengan penemuan Bradley et al,
Abses otak adalah proses supurasi fokal pa- jaringan granulasi ekstradural dengan atau tanpa kasi intrakranial di RSUPN-CM 1980-1986, bahwa gejala-gejala yang menonjol pada abses
renkim otak, di serebrum maupun serebelum1. abses ekstradural, tromboflebitis sinus sigmoid, didapatkan 13 kasus abses otak dengan otak otogenik adalah nyeri kepala, vomitus-
Abses otak biasanya terjadi akibat infeksi abses otak, otitis hidrosefalus, meningitis, abses kematian 70%6. Di bagian THT RSUPN-CM Kriteria inklusi pireksia, papiledema, kaku kuduk, hemiparesis,
fokal di bagian tubuh lain1,2. Abses otak oto- subdural. 2) Komplikasi ekstrakranial: mastoiditis, April 1986-Agustus 1987 ditemukan 11 kasus dan eksklusi disfagia, nistagmus, gangguan keseimbangan.
genik merupakan salah satu komplikasi intra- petrositis, labirintitis, paralisis nervus fasialis.1,2 abses otak otogenik - 6 pria dan 5 wanita, 9 Pada penelitian ini gangguan neurologis be-
kranial yang sering pada otitis media supuratif kasus di sereberum dan 2 kasus di serebellum; rupa kelumpuhan saraf kranialis, afasia, disfagia,
kronik (OMSK) tipe bahaya (tipe maligna), me- Abses otak otogenik hampir selalu terjadi di 50% pada usia dekade ke-2, dan angka paresis/hemiparesis rata-rata 14,3%, menanda-
merlukan diagnosis sedini mungkin, penata- lobus temporalis atau serebelum sisi yang sama kematian 45%7. Di RSUP Dr. Sardjito 1986- Sampel Penelitian kan bahwa kelainan neurologis tidak bisa di-
laksanaan yang cepat serta tepat untuk meng- dengan telinga yang terinfeksi. Angka kejadian 1988 ditemukan 19 kasus terdiri dari 11 kasus jadikan dasar kecurigaan adanya abses otogenik
hindari kematian. Diagnosis sering terlambat meningitis akibat komplikasi intrakranial adalah meningits, 5 kasus abses otak, 3 kasus ense- (Bradley et al 11 , Shambugh dan Glasscock1 ).
karena pada stadium dini gejalanya tidak khas 34%, abses otak menempati urutan kedua - falitis; 7 kasus meninggal. Dalam kurun waktu
mirip dengan gejala infeksi umumnya, gejala 25% (15% di lobus temporal dan 10% di lima tahun (1988-1992) terdapat 13 penderita Head CT Scan Tabel 2. Distribusi keluhan/pada penderita abses
otak otogenik
neurologis sering tidak tampak3,4. Pada stadium serebelum).2 otitis media kronik dengan komplikasi abses
laten penderita tampak tenang, keluhan nyeri otak, 3 meninggal dunia (23,1 %) - 2 kasus Keluhan Jumlah %
kepala berkurang, tampak lemah dan sedikit Pemakaian antibiotika telah dapat menurun- abses serebri, 1 orang abses serebelum.9 Nyeri kepala 14 100
sensitif sehingga sering diduga sebagai mas- kan insidensi kesakitan secara dramatis, tetapi Abses otak otogenik Vomitus-pireksia 14 100
toiditis kronis tanpa komplikasi pada beberapa kasus mengubah gambaran Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya Mengantuk/stupor/apatis 6 42,8
klinis, sehingga diagnosis lebih sulit. komplikasi intrakranial OMSK adalah virulensi Tanda meningitis /kaku kuduk 0 0
Sekitar 20% fokus infeksi abses otak berasal kuman, terapi tidak adekuat, daya tahan tubuh, Kejang 2 14,3
dari infeksi telinga tengah, merupakan suatu Kematian abses otak pada masa praantibiotika pneumatisasi yang kurang sempurna, dan Penurunan berat badan 2 14,3
komplikasi serius. Stuart (dikutip Fernandes) sangat tinggi, di Indonesia pernah dilaporkan otitis media yang sering residif. 4 Abses otak Papiledema 4 28,6
melaporkan bahwa 0,5% penderita dengan 5 dari 6 penderita abses otak meninggal5. otogenik memerlukan penegakan diagnosis 1. Jenis kelamin Brakikardi 4 28,6
otitis media akut dan 3% penderita dengan Kemudian antara 1950-1960 dari 35 penderita dini, penatalaksanaan cepat serta tepat karena 2. Usia Kelumpuhan saraf kranialis 2 14,3
otitis media kronik berpeluang komplikasi abses otak otogenik angka kematian 6% ; angka kematiannya tinggi. Meskipun telah 3. Keluhan utama Disfagia 2 14,3
abses otak. pada tahun 1961-1971 dari 18 kasus abses otak banyak kemajuan diagnostik khususnya CT 4. Status Telinga Gangguan lapangan pandang 0 0
5. Lokasi abses otak Aphasia 2 14,3
otogenik angka kematian dapat ditekan men- Scan dan MRI, abses otak otogenik sering
6. Hasil kultur Paresis/hemiparesis 2 14,3
Otitis media supuratif adalah penyakit yang ber- jadi 0%. Keberhasilan pengobatan ini antara terlambat diketahui.
7. Terapi dan Hasil terapi Nistagmus 2 14,3
potensi serius, terutama tipe maligna karena lain disebabkan oleh diagnosis dini, pemberian
dapat menimbulkan komplikasi yang dapat me- antibiotik yang tepat dan adekuat, serta Diperlukan pengetahuan karakteristik abses Gangguan keseimbangan 10 71,4
Ataksia 2 14,3
ngancam jiwa. Menurut lokasinya komplikasi penatalaksanaan yang cepat dan tepat. otak otogenik, agar para klinisi dapat mende-

C DK 1 8 5 / Vo l. 38 no. 4/M ei -Juni 2011 267 268 C D K 1 8 5 / V o l . 3 8 n o . 4 / Me i- J u n i 2 0 1 1


HASIL PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA

Semua penderita mengalami perforasi mem- Tabel 5. Lokasi dan macam abses berdasarkan hasil Tabel 8. Hasil terapi
CT Scan
bran tympani dan masih dijumpai discharge di
liang telinga, rata-rata sudah berlangsung lebih Lokasi dan macam abses Jumlah Persentase
Hasil terapi Jumlah Persentase
Low Back Pain
dari 4 tahun; masing-masing 2 pasien (14,3%) Cerebrum 10 73.4 Hidup 14 100
dengan granuloma telinga tengah dan fistel Meninggal
Yuliana
0 0
Cerebellum 4 28,6 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
retroaurikular. OMC maligna dapat menyebab-
kan abses otak (Samuel et al). Pada penelitian SIMPULAN
Tunggal 12 85,7 Pendahuluan Definisi 3. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah
ini komplikasi intrakranial/abses otak paling Abses otak otogenik terjadi banyak pada laki-
Dalam dunia modern saat ini, tuntutan peker- Menurut International Association for the daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah
banyak oleh kolesteatoma, sedangkan pada laki, usia dekade kedua, dengan primer OMC
Multipel 2 14,7 jaan dapat menimbulkan tekanan fisik dan Study of Pain (IASP), yang termasuk dalam sacral spinal pain.
penelitian Samuel et al paling sering karena maligna yang ditandai nyeri kepala, vomitus- psikis pada seseorang. Hal ini memperbesar low back pain terdiri dari : 3,4,5
granuloma. pireksia, vertigo, AL dan LED meningkat.
Lama perawatan penderita di RS pasca operasi risiko pekerjaan atau terkena penyakit yang Selain itu, IASP juga membagi low back pain
Cholesteatom dan Ps.aeruginosa merupakan disebabkan oleh pekerjaan dan jabatannya. ke dalam : 3,4
kebanyakan 10-20 hari (10 penderita - 71,4%). 1. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang di-
Tabel 3. Distribusi status lokalis penderita penyebab terbanyak Semua pasien membaik
( Tabel 6 ) Dua pasien dengan lama perawatan Untuk mendukung daya saing produksi, 1. Low Back Pain Akut, telah dirasakan kurang
dengan kraniotomi dan mastoidektomi radikal batasi: superior oleh garis transversal imajiner
Status lokalis Jumlah Persentase di RS lebih dari 30 hari karena pasca operasi penggunaan alat-alat modern, bahan-bahan dari 3 bulan.
disertai antibiotik (seftriakson dan metronidazol). yang melalui ujung prosesus spinosus dari
memerlukan perawatan ICU. berbahaya, zat kimia beracun dalam proses 2. Low Back Pain Kronik, telah dirasakan se-
Perforasi membran tympani 14 100 produksi serta tuntutan pekerjaan yang tinggi vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis kurangnya 3 bulan.
DAFTAR PUSTAKA sering tidak dapat dihindari.1 transversal imajiner yang melalui ujung prosesus 3. Low Back Pain Subakut, telah dirasakan
Discharge 14 100 Tabel 6. Lama perawatan pasca operasi 1. Shambough GE, Glasscock ME. Intracranial complication spinosus dari vertebra sakralis pertama dan minimal 5-7 minggu, tetapi tidak lebih dari
of otitis media. In : Shambough GE, Glasscock ME. Eds.
2 14,3 Lama perawatan Surgery of the Ear. 4th ed., Philadelphia : WB Saunders, Prevalensi nyeri muskuloskeletal, termasuk back lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap 12 minggu.
Fistel Retroaurikuler Jumlah Persentase
dalam hari 1980:249-75.
2. Ludman H. Complication of supurative otitis media In : Kern
pain, telah dideskripsikan sebagai sebuah epi- batas lateral spina lumbalis.
Granuloma 2 14,3 < 10 0 0 demik. Keluhan nyeri biasanya self limiting, National Muskuloskeletal Medicine Initiative
AG, Groves J Eds. Scott - Browns Otolaryngology, 51h ed
London: Butterworth and Co, 1997: 264-91. tetapi jika menjadi kronik, konsekuensinya telah mengembangkan sebuah daftar isian
Cholesteatoma 12 85,7 3. Jackler RK, Brockmann DE. Neurootology. St Louis, Missouri: 2. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang di-
10 - 20 10 71,4 serius. Hal ini akhirnya menyebabkan turunnya yang dapat digunakan sebagai metode inklusi
Mosby Year Book Inc. 1994:911-2. batasi superior oleh garis transversal imajiner
4. Ettinger MG. Brain Abscess. In: Baker AB, Baker LH. Clinical produktivitas orang yang mengalami back pain.2 pada pelayanan strata pertama.3
20 - 30 2 14,3 Neurology, vol 2 Philadelphia: Harper & Row Publ. 1985 :1-25. yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra
Kultur sekret telinga mendapatkan kuman 5. Ballenger JJ. Complication of ear disease. In : Ballenger JJ 13th
aerob terbanyak adalah Pseudomonas aerugi- sakralis pertama, inferior oleh garis transversal
> 30 2 14,3
ed Philadelphia : Lea and Febiger ,1985 : 1170-76. Banyak penyebab nyeri muskuloskeletal telah Penyebab Low Back Pain
nosa (71,4%), Psedomonas sp., Streptococus 6. Djaafar ZA, Sosialisman. Helmi.H Otitis media supuratif kronis imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal pos-
dengan abses intrakranial. Diagnosis dan Penatalaksanaan. diidentifikasi. Faktor-faktor psikologis dan sosial Banyak hal yang dapat menyebabkan low back
epidermidis dan Streptococcus alfa haemoliti- Kumpulan Naskah Konas Perhati VI1I Ujung Pandang berperan besar dalam eksaserbasi nyeri dengan terior dan lateral oleh garis imajiner melalui pain, baik secara posisi anatomis maupun
Semua pasien abses otak otogenik (100%) men- 1986:413-25. spina iliaka superior posterior dan inferior.
cus masing masing 14,3%. Pada penelitian ini mempengaruhi persepsi nyeri dan perkemba- karena proses patologisnya.3
dapat terapi antibiotik seftriakson dan metro- 7. Helmi, Djaafar ZA, Sosialisman. Otogenic Brain Abscess. ORL
dijumpai lebih dari satu kuman aerob pada Indonesiana.1988;19:16-22. ngan disabilitas kronik. Pemahaman baru ini
nidazol, ada yang dikombinasi dengan kloram- 8. Wispelwey B.,Dacey RG.,Scheld WM. Brain Abscess. In:Scheld 3. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah
satu sediaan yaitu Streptococcus epidermidis telah membimbing kita ke arah model biopsi-
fenikol atau ampisilin. (Tabel 7). WM,Whi11ey RJ,Durack.DT eds. Infection of the central
dan Streptococcus alfa haemoliticus.(Tabel 4) nervous system. Raven Press,New York 1991:457-86. kososial dari low back pain.2 daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah
Pada beberapa penelitian yang sering ditemu- 9. Rosenblum ML,Hoff JT,Nourman D. Non Operative treatment sacral spinal pain.
Tabel 7. Jenis antibiotik of Brain Abscess in Selected High-risk Patients. J Neurosurgery
kan adalah Staphylococcus aureus, Strepto- 198o;S2:217-25.
coccus pyogeneus dan Pneumococcus. Kuman 10.Mawson SR.Disease of the Ear.3"ed, London: Edward Arnold Tabel 1. Daftar isian sebagai indikator klinis pada kasus-kasus red flags.3
Antibiotik Jumlah Persentase
Ltd. 1974.358-399.
Gram negatif yang ditemukan Pseudomonas 11.Bradley PJ, Manning KP, Shaw MDM. Brain Abscess secon-
sp, Proteus sp, E. coli.3,4,5,7 Seftriakson 14 100 dary to otitis media. J. Laryngol. Otol. 1984; 98:1185-91.
12.Brand B, Caparosn RJ, Lubic LG. Otorhrnological Brain Abscess
Metronidazol 14 100 Therapy. Post and Present. Laryngoscope. 1984; 94: 483-87.
Tabel 4. Distribusi kuman aerob pada pemeriksaan 13.Freeman J. Changing concepts in the management of otitic
kultur dari penderita abses otak otogenik. intracranial infection Use of Computerized axial tomography
Kloramfenikol 4 28,6 in early detection and monitoring of cerebritis. Laryngoscope.
No Jenis kuman Jumlah Persentase 1984;94:907-11.
Ampisilin 4 28,6 14.Djaafar ZA, Widodo D. Terapi Medikamentosa dan Terapi
Bedah Pada Abses Otak Otogenik. Otorhinolaryngology
1 Pseudomonas sp. 2 14,3 Indonesiana.2001;31:5-10.
Setelah operasi dan terapi medikamentosa 15.Bluestone CD, Klein J. Intracranial suppurative complication of
semua pasien membaik (tabel 8). otitis media and mastoiditis. In Pediatric Otolaryngology. 3th
2 Pseudomonas aerognosa 10 71,4 ed. London.Philadelphia:WB Saunders Co., 1996.
16.Djaafar ZA, Sona. Pengobatan konservatif abses otak
Agar terapi abses otak otogenik dapat sedini otogenik. Kumpulan Naskah PIT PERHATI, Malang, 1998;
3 Streptococcus epidermidis 2 14,3 280-89. Gambar 1. Model biopsikososial dari presentasi
mungkin, setiap kasus OMSK dengan nyeri 17.Djaafar ZA. Diagnosis dan penatalaksanaan abses otak klinis dan diagnosis low back pain serta disabilitas.2
kepala menetap atau hilang timbul, disertai otogenik. Kumpulan Naskah PIT PERHATI. Malang,1998;
4 Streptococcus alfa haemoliticus 2 14,3 4-14.
demam dengan atau tanpa gejala lain seperti 18.Samuel J, Fernandez C, Steinberg JL. Intracranial Otogenic Penelitian juga telah menunjukkan bahwa ter-
mual, muntah, kejang, hendaklah dirawat dan Complications: A Persisting Problem. Laryngoscope 1996; 96:
dapat banyak alasan yang membuat seorang
272 -78.
Pada 85,7% (12 pasien) merupakan abses langsung diberi antibiotika dosis tinggi intra- 19.Kangsaranak J, Navacharoem N, Fooanant S, Ruckphaopunt pasien mengkonsultasikan rasa nyerinya, seperti:
tunggal (hasil CT Scan) dan 57,1% (10 pasien) vena, dikonsulkan ke bagian saraf, dan dilaku- K. Intracranial Complications of Suppurative Otitis Media : 13 mencari penyembuhan, klarifikasi diagnostik,
years experience. Am Otol 1995; 1995:16 : 104-9.
terletak di cerebrum (Tabel 5), hal ini sesuai kan pemeriksaan CT Scan otak. Untuk pasien 20.Mathews TJ, Marcus. Otogenic intradural complications. memastikan, legitimasi gejala, atau surat kete-
dengan Helmi et al7 yang melaporkan 11 kasus tanpa CT Scan antibiotika diberikan 1-2 minggu J. Laryngol.Otol. .1988;102:121-24. rangan sakit. Dokter harus mengklarifikasi yang
dan bila keadaan umum membaik dilakukan 21.Maurice-Williams,RS. Open evacuations of pus: a satis-
abses otak otogenik: 9 kasus di serebrum dan factory surgical approach to the problem of brain abscess. mana yang sesuai dengan masing-masing pasien
2 kasus di serebelum. operasi. J. Neurol. Neurosurg. Psychiatr. 46:697-703 dan meresponnya dengan tepat.2

C DK 1 8 5 / Vo l. 38 no. 4/M ei -Juni 2011 269 270 C D K 1 8 5 / V o l . 3 8 n o . 4 / Me i- J u n i 2 0 1 1

Anda mungkin juga menyukai