Anda di halaman 1dari 1

PENDAHULUAN

Oftalmia Neonatorum, yang disebut juga konjungtivitis neonatal atau blenore, merupakan
infeksi mukopurulen akut yang terjadi pada 4 minggu pertama kehidupan.1 Istilah ini dulunya
hanya digunakan pada kasus dimana Neisseria gonorrhoea merupakan agen penyebab. Saat ini,
istilah tersebut dimaknai sebagai konjungtivitis yang disebabkan oleh zat kimia, bakteri, ataupun
virus. Sebelum tahun 1880, oftalmia neonatorum oleh Neisseria gonorrhoea merupakan
penyebab utama kebutaan pada neonatus. Epidemiologi oftalmia neonatorum berubah ketika
larutan AgNO3 diperkenalkan oleh Crede pada tahun 1881 sebagai profilaksis oftalmia
gonokokal.2,3

Di seluruh dunia, insidensi oftalmia neonatorum tinggi di daerah-daerah dengan kejadian


penyakit menular seksual yang juga tinggi. Insiden berkisar dari 0,1% di negara-negara yang
maju dengan perawatan prenatal yang efektif, sedangkan berkisar 10% di daerah seperti Afrika
Timur.2

Klamidia adalah agen infeksi yang paling umum yang menyebabkan oftalmia
neonatorum di Amerika Serikat (40% oftalmia neonatorum disebabkan oleh klamidia).
Sebaliknya, kejadian oftalmia neonatorum oleh agen gonokokal telah berkurang drastis dan
menyebabkan kurang dari 1% kasus konjungtivitis neonatal. Seperti di Amerika Serikat, kejadian
oftalmia neonatorum di banyak negara lain menurun setelah larutan AgNO3 mulai dipakai. Di
Eropa, insiden jatuh dari 10% dari kelahiran sampai kurang dari 1%.4

Keluhan yang sering dirasakan pasien seperti fotofobia, palpebra edema, konjungtiva
hiperemis dan keluranya eksudat mukopurulen. Pada bayi atau neonates yang mengalami
konjungtivitis dapat diterapi dengan memberikan profilaksis (tetrasiklin topikal 1%, eritromisin
topikal 0,5% atau perak nitrat 1% (metode Crede 's)) pada mata bayi segera setelah kelahiran.

Tujuan penulisan referat ini untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai
kejadian, gejala dan pengobatan dari konjungtivitis neonatorum serta prognosis yang dapat
terjadi pada penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai