Anda di halaman 1dari 7

Identifikasi kedalaman batugamping formasi Wonosari dengan

menggunakan metode seismik refraksi 24 channel


Atmaji Nugroho, Jupriono, M. Rizqaamul Husni S., Qoudar Ramdhani*

*Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Abstrak

Seismic refraction is one of geophysics methods for identifying subsurface layered rock based on
velocity contrast. As we assume that deeper we go thorugh the earth the velocity will increase
due to well consolidated rock. Seismic refraction measurement had been done in Bayat, Klaten,
Centre of Java to determine the depth of Wonosari limestone. The recording used Oyo McSeis
24 channel and employeed an artificial source by weight drop. There were two lines which lied
along 300 m apiece and the geophones were arrayed end of spread. Data processing used
Hagiwara method which resulted 2 layers. First layer’s velocity value are around 258 - 384 m/s,
and the second layer’s are 1547 - 1566 m/s. We could interpret that the first layer is weathered
limestone and fresh limestone in lied under it as second layer. The calculated depth of fresh
limestone was around 4 - 5 meters from subsurface. The limestone distributes from line 1 to line
2 continously.

Keywords : end of spread,hagiwara, limestone

I. Pendahuluan dengan i dapat berupa sudut datang, sudut


pantul maupun sudut bias dan v merupakan
Metode seismik bias merupakan metode kecepatan medium (m/s).
seismik yang memanfaatkan prinsip
pembiasan gelombang pada kontak antara
dua medium yang memiliki kontras
kecepatan. Metode ini digunakan
berdasarkan waktu jalar dari getaran yang
dibangkitkan oleh sebuah sumber pada jarak
yang bervariasi. Data yang direkam pada
metode ini terdiri dari deretan data fungsi
waktu dan kedalaman. Prinsip penjalaran
gelombang seismik didalam medium berlapis
memenuhi hukum Snellius, yang
menjelaskan bahwa perbandingan antara Gambar 1 Perilaku gelombang seismik pada bidang
sinus sudut datang, sudut pantul maupun batas dua medium.
sudut bias dengan kecepatan medium pada
gambar 1 akan berlaku konstan, secara
Perilaku gelombang seismik pada bidang
matematis dituliskan berdasarkan persamaan
batas antara dua medium dengan impedansi
berikut :
akustik yang berbeda ditunjukkan oleh
sin 𝑖 gambar 1. Pada gambar tersebut, dapat
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (1)
𝑉 dilihat bahwa gelombang P dengan sudut
datang pi akan dipantulkan dan dibiaskan adalah adanya satuan batuan sedimen. Di
pada bidang batas dengan sudut pantul pr daerah tersebut tersingkap batugamping
dan sr serta sudut bias pt dan st. berumur Neogen dan menumpang secara
Persamaan matematis hukum snellius tidak selaras dengan batuan metamorf yang
berdasarkan perilaku gelombang seismik berumur Paleogen di bawahnya. Pada
pada gambar 1 diberikan oleh : awalnya batu Batugamping ini memiliki dua
fasies yang dibedakan secara biostratigrafi
Sin pi Sin sr Sin pr Sin pt Sin s1 berdasar kandungan fosil. Fasies pertama
    p
Vp1 Vs1 Vp1 Vp 2 Vs 2 (2) adalah batugamping algae, dengan
kenampakan perlapisan tidak jelas. Algae
dimana membentuk struktur Onkoid dalam bentuk
Vp1, Vs1 = Kecepatan gelombang P (Vp) dan S bola berukuran 2 cm hingga 5 cm. Fasies ini
(Vs) dalam medium 1 banyak dijumpai di G.Kampak, bagian
selatan G.Tugu, G. Jeto, G. Bawak dan di
Vp2, Vs2 = Kecepatan gelombang P (Vp) dan S bagian barat G.Temas. Fasies kedua berupa
(Vs) dalam medium 2 batugamping berlapis yang merupakan
p1 = Sudut datang gelombang P di medium 1 perselingan kalkarenit dengan kalsilutit.
Fasies ini dijumpai di Ngembel, utara G.
sr, pr = Sudut pantul gelombang S (sr) dan Tugu, bagian timur G. Temas dan di G.
gelombang P (pr)di medium 1 Lanang. Di beberapa tempat kalsilutitnya
menebal kearah lateral dan berubah menjadi
pt, st = Sudut bias gelombang P (pt) dan napal, seperti yang terdapat di utara G.
gelombang S (st)di medium 2 Tugu. Fasies ini tidak menunjukkan struktur
P = Konstanta parameter gelombang alga dan kaya akan kandungan foraminifera
plangon, kemungkinan diendapkan di
Daerah Bayat, Klaten, Jawa Tengah dangkalan karbonat yang lebih dalam
merupakan daerah yang sangat kompleks ditandai dengan adanya struktur nendatan
ditinjau dari segi geologi. Batuan sedimen (slump structures) seperti yang terlihat di
termuda adalah batugamping berumur bagian timur G. Temas dan di G. Lanang.
neogen berasal dari formasi Wonosari dan Berdasarkan kandungan fosilnya,
merupakan batuan induk dari lapisan tanah batugamping neogen di Perbukitan Jiwo ini
di daerah. Penentuan kedalaman menunjukkan umur N12 atau Miosen
batugamping ini ditentukan dengan Tengah (Sumarno & Ismoyowati, 1973,
menggunakan metode seismik refraksi. Resiwati, 1985). Berdasarkan atas umur ini
Selain lebih mudah dan lebih sederhana baik maka batugamping tersebut dapat
dalam pengoperasian dilapangan maupun dikorelasikan dengan Formasi Wonosari
pengolahan data, metode ini dapat untuk fasies batugamping algae, sedangkan
memberikan informasi perlapisan batuan fasies batugamping berlapis adalah sepadan
dangkal dengan cukup akurat. dengan formasi Oyo.

II. Geologi Daerah Bayat III. Dasar Teori (Hagiwara – Masuda)

Daerah Bayat, Klaten, Jawa Tengah Metode Hagiwara merupakan


merupakan daerah yang sangat kompleks pengembangan dari konsep metode waktu
ditinjau dari segi geologi. Salah satunya tunda (delay time). Perbedaan utama adalah
pemakaian fungsi baru yang dapat 𝐻𝑎 𝐶𝑜𝑠 𝑖
+
𝐻𝑏 𝐶𝑜𝑠 𝐼
+
𝐴′𝐵′
𝑉1 𝑉1 𝑉2
dipergunakan untuk meringkas persamaan
waktu tunda. Ekstrak harga kedalaman pada stasiun
P(Hp) dari persamaan (4) akan diperoleh:
𝑉1
𝐻𝑝 = 2 𝐶𝑜𝑠 𝑖 + (𝑇𝑎𝑝 + 𝑇𝑏𝑝 − 𝑇𝑎𝑏) (5)

Pada persamaan (5), parameter yang belum


diketahui adalah sudut “ i ”. Besarnya sudut
tersebut dapat dicari secara eksplisit dengan
Gambar III.1 Model pembias miring tidak datar
mengetahui besarnya V2 yang dicari dengan
Berdasarkan penjalaran muka gelombang menggunakan persamaan :
(Geometri pada gambar 3) dan hukum (𝑇𝑎𝑝 +𝑇𝑏𝑝+𝑇𝑎𝑏)
Snell,dapat diperoleh: 𝑇𝑎𝑝 = 𝑇𝑎𝑝 − =
2

𝑅𝑃′ 𝑅𝑃′ 𝑃′𝑃′′ 𝐻𝑎 𝐶𝑜𝑠 𝑖 𝐴′𝑃′


= = (1) + (6)
𝑉1 𝑉2𝑆𝑖𝑛 𝑖2 𝑉2 𝑉1 𝑉2

Demikian juga dapat diperoleh: Suku kiri persamaan (6) dapat dihitung dari
waktu tiba yang berasal dari dua submer,
𝑃𝑃′′ 𝑃𝑅 𝑅𝑃′′ 𝐻𝑝 𝐶𝑜𝑠 𝑖 𝑃′𝑃′′
= + = + (2) dan sesama sumber. Besarnya V2
𝑉1 𝑉1 𝑉1 𝑉1 𝑉2
merupakan kemiringan (slope) dari
Identik dengan persamaan (2), apabila grafis,jika harga A’P’’ diasumsikan sebagai
ditinjau dari segitiga dibagian sumber dan sumbu x (sesuai jika sudut kemiringan tidak
penerima yang lain akan didapatkan: terlalu besar). Akhirnya, dengan
𝑃𝑃′′ 𝐻𝑝 𝐶𝑜𝑠 𝑖 𝑃′𝑃′′
menggunkan hukum snell,dapat dihitung
= + sudut i , dan dapat ditentukan kedalaman
𝑉1 𝑉1 𝑉2
Hp.
𝐴𝐴′′ 𝐻𝑎 𝐶𝑜𝑠 𝑖 𝐴′𝐴′′
= + (3)
𝑉1 𝑉1 𝑉2
IV. Metode Penelitian
𝐵′𝐵′′ 𝐻𝑏 𝐶𝑜𝑠 𝑖 𝐵′𝐵′′
= + IV.1 Akuisisi Data
𝑉1 𝑉1 𝑉2

Berdasarkan persamaan geometri di (3) Akuisisi data dilakukan pada 6 lokasi


dapat dicari pasangan waktu tempuh (travel pengukuran yang tersebar di bagian utara
time) sebagai berikut: kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten,
𝐴𝐴′′ 𝐴′𝑃′′ 𝑃′′
Propinsi Jawa Tengah (gambar IV.1).
𝑇𝑎𝑝 = + + = Akuisisi dilakukan dengan menggunakan
𝑉1 𝑉2 𝑉1
peralatan akuisisi seismik bias, Oyo McSeis
𝐻𝑎 𝐶𝑜𝑠 𝑖 𝐻𝑎 𝐶𝑜𝑠 𝐼 𝐴′𝑃′
+ + (4) 24 channel. Geophone disusun berdasarkan
𝑉1 𝑉1 𝑉2
susunan end of spread dengan orientasi arah
𝐵𝐵′′ 𝐵′′𝑃′′′ 𝑃′′′𝑃
𝑇𝑏𝑝 = + + = utara-selatan. parameter-parameter akuisisi
𝑉1 𝑉2 𝑉1
data selengkapnya adalah sebagai berikut :
𝐻𝑏 𝐶𝑜𝑠 𝑖 𝐻𝑏 𝐶𝑜𝑠 𝐼 𝐵′𝑃′
+ −
𝑉1 𝑉1 𝑉2 Group interval :4m
𝐴𝐴′′ 𝐴′′𝐵′′ 𝐵′′𝑃 Near offset :4m
𝑇𝑎𝑏 = + + =
𝑉1 𝑉2 𝑉1 Far offset : 52 m
Source : Weight Drop V. Hasil dan Pembahasan
Geophone array : End off
Hasil yang ditampilkan merupakan hasil dari
Sampling interval : 1000 s
pengolahan data dari dua lokasi
Filter : Notch filter (50 Hz)
pengambilan data. Masing-masing lokasi
Line strike : N 180° E
terdiri dari satu line geophone, yaitu line 1
dan line 2. Line 1 terdiri dari 3 segmen
sedangkan line 2 terdiri dari 2 segmen,
dengan panjang tiap segmen adalah 96 m.

Gambar IV.1 Daerah Penelitian

Akusisi data menggunakan teknik forward


dan reverse shooting, dengan membagi line
geophone kedalam 3 segmen shooting.

IV.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan


menggunakan perangkat lunak PickWin
untuk picking first break dan microsoft office
excel 2007 untuk analisis data waktu jalar
gelombang. Kedalaman batugamping
formasi Wonosari ditentukan berdasarkan
metode analisis numerik Hagiwara Masuda, Gambar IV.2 Diagram alir penelitian
dengan terlebih dahulu menentukan
kecepatan gelombang seismik didalam
medium dari waktu jalarnya. Rumusan dari V.1 Line 1
persamaan Hagiwara Masuda dimasukkan
sebagai template pada microsoft office Excel Picking first break menghasilkan data waktu
2007. Input data dalam analisis numerik jalar gelombang. Data ini kemudian diplot
dengan metode ini diperoleh dari hasil pick terhadap offset, menghasilkan kurva sebagai
waktu jalar dengan perangkat lunak PickWin berikut :
dan output ataupun hasil dari analisis ini
adalah penampang melintang kedalaman line
seismik. Diagram alir penelitian ditunjukkan
oleh gambar IV.2.
- Segmen 1 lapisan batuan. Dari gradien waktu jalar
gelombang, kemudian ditentukan kecepatan
gelombang seismik didalam medium atau
masing-masing lapisan batuan. Dengan
menggunakan metode Hagiwara Masuda,
analisis terhadap kecepatan gelombang dan
waktu jalar gelombang menghasilkan data
kedalaman bidang batas lapisan. Bidang
batas ini merupakan top lapisan
batugamping pada line 1, seperti yang
ditunjukkan oleh gambar V.1.
Vp1 = 346 m/s

Vp2 = 1548 m/s

- Segmen 2

Gambar V.1 Penampang melintang line 1

Kecepatan gelombang primer Vp rata-rata


pada medium pertama (warna merah
kecoklatan) adalah 384 m/s dan pada
medium kedua (warna biru) adalah 1547
Vp1 = 406 m/s
m/s. Berdasarkan studi referensi mengenai
Vp2 = 1595 m/s kecepatan gelombang primer Vp dikaitkan
dengan litologi, medium kedua ini
- Segmen 3 diinterpretasikan sebagai batugamping
formasi Wonosari yang merupakan bedrock
dari medium pertama yang diinterpretasikan
sebagai lapisan tanah hasil lapukan
batugamping formasi Wonosari.
Kedalaman rata-rata top batugamping ini
adalah 4,85 m.

V.2 Line 2

Dengan proses yang seperti pada line 2,


dihasilkan plot waktu jalar gelombang
Vp1 = 400 m/s
terhadap offset sebagai berikut :
Vp2 = 1498 m/s

Dari kurva diatas, dapat diamati bahwa


pada lokasi pengambilan data terdapat 2
- Segmen 1 Nilai Vp ini berasoasi dengan litologi berupa
lapisan tanah (warna merah kecoklatan)
sedangkan medium kedua (warna biru)
memiliki nilai Vp rata-rata 1566 m/s.
Berdasarkan nilai kecepatan gelombang
primer Vp dan studi geologi daerah
penelitian, medium ini tergolong lapisan
batugamping formasi Wonosari. Kedalaman
rata-rata top batugamping ini dari
permukaan tanah adalah 4, 27 m.

VI. Kesimpulan dan Saran


Vp1 = 282 m/s
Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui
Vp2 = 1556 m/s penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa
hal, yaitu :
- Segmen 2
1. Karakteristik kecepatan gelombang
primer Vp berkisar antara 1547 – 1566
m/s berasosiasi dengan lapisan
batugamping formasi Wonosari.

2. Kedalaman top lapisan batugamping


Wonosari berkisar antara 4 – 5 m.

3. Lapukan batugamping memiliki


kecepatan berkisar antara 258 – 384 m/s.
Lapukan ini menjadi lapisan tanah pada
Vp1 = 234 m/s
daerah penelitian.
Vp2 = 1576 m/s
Terdapat beberapa hal yang belum kami
Dari analisis waktu jalar dan kecepatan lakukan dalam penelitian ini. Untuk
gelombang berdasarkan kurva diatas, penelitian selanjutnya, kami menyarankan
diperoleh penampang melintang line 2, beberapa hal, yaitu :
seperti yang ditunjukkan oleh gambar V.2.
1. Melakukan korelasi antar lokasi
pengukuran pada arah tren tertentu
untuk melihat kemenerusan lapisan
batugamping formasi Wonosari.

2. Melakukan korelasi dengan data survei


geolistrik sounding pada lokasi
pengukuran yang sama.

Gambar V.2 Penampang melintang line 2

Kecepatan gelombang primer Vp rata-rata


untuk medium pertama adalah 258 m/s.
DAFTAR PUSTAKA Sheriff, R. E. dan Geldart, L. P., 1995,
Exploration Seismology, New York, Cambridge
Burger, H. R.,1992, Exploration University Press.
geophysics of the Shallow Subsurface,
Prentice Hall P T R. Susilawati, 2004. Seismik Refraksi (Dasar
Teori dan Akuisisi Data), USU Digital
Hartantyo, E., 2002, Modul Praktikum Seismik Library.
Refraksi, Laboratorium Geofisika, FMIPA
Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta. Telford, M. W., Geldart, L.P., Sherrif, R.E.
Keys, D.A., 1976, Applied Geophysics,
Rosyid, S. Dan Setiawan, B.,2008, Pemetaan Cambridge University Press.
Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan Metode
Seismik Refraksi, Departemen Fisika, FMIPA
Universitas Indonesia. Depok.

LAMPIRAN
HASIL SURVEI SEISMIK REFRAKSI PADA SELURUH TITIK PENGUKURAN
Kedalaman batugamping rata-rata
Vp (m/s)
Hari ke- Line Segmen
(m)
Lapisan 1 Lapisan 2

2 1 1 345,6 1548,3 5,01


2 406,3 1594,8 5,52
3 406,3 1594,8 5,52

2 1 282,4 1556,1 4,72


2 234,2 1576 3,83
3 1 1 334,1 1492,3 3,8
2 280,74 1791,2 5,19
4 1 506,43 1897,2 7,31
2 506,43 1897,2 5,16
5 1 1 297,48 1711,3 5,49
2 355,08 1523,3 7,4
2 277,14 1705,6 3,54
3 296,7 1673,9 2,19
6 1 255,47 1438,4 3,48
2 310 1536,2 2,9

Anda mungkin juga menyukai