Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH TEKTONIK

KOLISI - OROGENESA

Oleh:

Disusun Oleh :

Faishal Mahdy ( H1F014031 )

Dosen Pengampu :

Adi Candra ST, MT

KEMENTERIAN RISET DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PURBALINGGA
2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tektonisme adalah proses yang terjadi akibat pergerakan, pengangkatan,


lipatan dan patahan pada struktur tanah di suatu daerah. Yang di maksud lipatan
adalah bentuk muka bumi hasil gerakan tekanan secara horizontal yang
menyebabkan lapisan permukaan bumi menjadi berkerut dan melipat. Patahan
adalah permukaan bumi hasil dari gerakan tekanan horizontal dan tekanan vertikal
yang menyebabkan lapisan bumi menjadi retak dan patah. Ada dua jenis
tektonisme, yaitu Epirogenesa dan Orogenesa. Epirogenesa adalah proses
perubahan bentuk daratan yang disebabkan oleh tenaga lambat dari dalam bumi
dengan arah vertikal, baik ke atas maupun ke bawah melewati daerah luas. Ada dua
Epirogenesa:

 Epirogenesa positif, yaitu gerakan yang mengakibatkan turunnya lapisan


kulit bumi, sehingga permukaan air laut terlihat naik.
 Epirogenesa negatif, yaitu gerakan yang mengakibatkan naiknya lapisan
kulit bumi, sehingga permukaan air laut terlihat turun.

Orogenesa adalah pergerakan lempeng tektonis yang sangat cepat dan meliputi
wilayah yang sempit. Tektonik Orogenesa biasanya disertai proses pelengkungan
(Warping, lipatan (Folding, patahan (Faulting) dan retakan (Jointing). Serta salah
satu contoh hasil Orogenesa adalah deretan Pegunungan Mediterania.

B. Rumusan Masalah
- Membahas pengertian tentang vulkanisme
- Membahas pengertian kolisi dan orogenesa

2
BABII
PEMBAHASAN

A. Tektonisme (Diastropisme)

Proses tektonisme bisa disamakan dengan dislokasi yang berarti disertai


dengan perubahan letak lapisan kulit Bumi dari kedudukan semula. Perubahan ini
bisa secara vertikal maupun horizontal. Tektonisme berpengaruh pada wilayah
yang luas. Berdasarkan kecepatan gerakan dan luas wilayah yang terkena
pengaruh, tektonisme dibedakan menjadi dua . Selain itu, perbedaan arah
pergerakan lempeng tektonik berpotensi terjadinya gempa bumi dan aktivitas
gunung api. Animasi di bawah ini menunjukkan berbagai dampak dari
pergerakan lempeng-lempeng tektonik.

Gambar. Peta tektonik dunia

Animasi di atas menunjukkan bahwa lempeng pada litosfer bermacam-macam dan


memiliki arah gerakan yang berbeda-beda. Pergerakan lempeng tektonik tersebut
pada peta ditunjukkan dengan warna yang berbeda-beda. Perbedaan arah gerakan
tersebut menghasilkan batas lempeng yang berbeda-beda, yakni konvergen,
divergen, dan transform. Gambaran lebih jelas mengenai batas lempeng tektonik
dapat dilihat pada animasi di bawah ini.

3
Gambar. Gambar zona subduksi tektonik dunia

Animasi di atas menunjukkan gambaran pergerakan berbagai lempeng tektonik.


Pergerakan lempeng tektonik dapat diketahui pada titik pertemuannya. Ada tiga
jenis pergerakan lempeng tektonik, yaitu: konvergen, divergen, dan transform.
Pergerakan lempeng tektonik tersebut masing-masing akan dijelaskan sebagai
berikut.

1. Batas konvergen

Konvergen adalah batas antar lempeng yang saling bertumbukan. Batas


lempeng konvergen dapat berupa batas subduksi (subduction), obduksi
(obduction), dan batas tumbukan. Tiga jenis hasil gerakan pada batas lempeng
konvergen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Batas menunjam (subduksi)

Subduksi adalah batas dua lempeng yang salah satunya menyusup ke


dalam perut bumi dan lainnya terangkat ke permukaan. Contoh batas lempeng
konvergen dengan tipe subduksi adalah Kepulauan Indonesia sebagai bagian dari
lempeng benua Eurasia dengan lempeng samudera Indo-Australia di sebelah
selatan Sumatera, Jawa, NTB, dan NTT. Ilustrasi subduksi dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

4
Gambar . Ilustrasi zona subduksi di Indonesia,

Gambar di atas menunjukkan terjadinya zona subduksi di Indonesia. Batas kedua


lempeng ini ditandai di laut yang berbentuk palung (trench) yang memanjang dari
Sumatera, Jawa, hingga ke Nusa Tenggara Timur. Daerah yang memiliki zona
tunjaman akan sering terjadi gempa, pematang gunung berapi (volcanic ridges),
dan parit samudera (oceanic trenches). Zona subduksi di dunia dapat diamati pada
peta di bawah ini.

Gambar. Persebaran lingkaran gunung api atau Ring of Fire di seluruh dunia,
Indonesia termasuk daerah lingkaran gunung api yang aktif,

Zona subduksi lempeng tektonik yang terkenal berada di Sirkum Pasifik.


Kawasan ini dikenal dengan sebutan Lingkaran Api Pasifik (Ring of Fire) karena
di sepanjang kawasan ini muncul serangkaian gunung api. Lingkaran Api Pasifik
membentang di antara subduksi dan pemisahan Lempeng Pasifik dengan
lempeng-lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Amerika Utara, serta tumbukan

5
Lempeng Nazca dengan Lempeng Amerika Selatan. Gambaran mengenai bentuk
zona subduksi dapat dilihat pada animasi di bawah ini.

Gambar. Animasi subduksi

b. Batas anjakan (obduksi)

Obduksi adalah salah satu jenis batas antar lempeng yang saling mendekat.
Obduksi ditandai dengan kenampakan kerak benua menunjam di bawah kerak
samudera. Untuk lebih jelasnya, bentuk obduksi dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar. Ilustrasi zona subduksi dan obduksi

6
Ada beberapa hipotesis tentang awal mula terjadinya obduksi. Hipotesis yang
paling memungkinkan, terjadinya obduksi diawali oleh penunjaman kerak
samudera dengan kerak benua. Pada awalnya, Kerak samudera naik ke atas kerak
benua. Selanjutnya, penunjaman di tempat itu berhenti dan berpindah ke tempat
lain yang dapat mengakomodasi konvergensi antar lempeng. Penunjaman bisa
terjadi karena perubahan dari batas lempeng divergen menjadi konvergen.
Kelanjutan penunjaman membawa kerak benua berbenturan dengan kerak
samudera.

c. Batas tumbukan (collision)

Batas tumbukan terjadi pada penunjaman kerak samudera yang membawa


kerak benua di belakangnya, ke bawah kerak benua. Jika hal ini berlanjut, maka
akan terjadi tumbukan antar kerak benua. Tumbukan tersebut dapat
mengakibatkan terbentuknya suatu relief yang tinggi, seperti Himalaya. Contoh
bentuk batas tumbukan dapat dilihat pada animasi di bawah ini.

Pada batas kolisi (suture) sering tersisa pecahan kerak samudera (ofiolit).
Kenampakan hasil tumbukan termuda yang dijumpai di dunia adalah Pegunungan
Himalaya, sedangkan yang relatif lebih tua adalah Pegunungan Appalachia,
Kaledonid, Alpen, dan Ural. Penebalan kerak benua dapat terjadi karena
pensesaran naik yang berjenjang dan saling menumpang (imbrikasi). Ilustrasi
hasil dari batas kolisi dapat dilihat pada gambar 5.4.

Gambar. Ilustrasi macam-macam bentuk batas lempeng tektonik

7
2. Batas divergen

Batas divergen adalah batas antar lempeng yang saling menjauh satu dan
lainnya. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya tarik (tensional force)
yang mengakibatkan naiknya magma ke permukaan dan membentuk material baru
berupa lava yang kemudian berdampak pada lempeng yang saling menjauh.
Contoh yang paling terkenal dari batas lempeng jenis divergen adalah punggung
tengah samudera (Mid Oceanic Ridges) yang berada di dasar Samudera Atlantik.

Gambar. Ilustrasi gambaran batas lempeng divergen

Pada lempeng samudera, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut


(seafloor spreading). Sebaliknya, pada lempeng benua, proses ini menyebabkan
terbentuknya lembah retakan (riftvalley) akibat adanya celah antara kedua
lempeng yang saling menjauh. Pematang Tengah-Atlantik (Mid–Atlantic Ridge)
adalah salah satu contoh divergensi yang paling terkenal. Divergensi ini
membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudera Atlantik, membatasi Benua
Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.

8
3. Batas transform

Batas transform adalah batas antar lempeng yang saling berpapasan dan
saling bergeser satu dan lainnya. Batas lempeng ini menghasilkan suatu sesar
mendatar jenis Strike Slip Fault. Contoh batas lempeng jenis transform adalah
patahan San Andreas di Amerika Serikat. Ilustrasi mengenai batas transform dapat
dilihat pada animasi di bawah ini.

Sesar San Andreas (San Andreas Fault) di California, USA adalah


batas transform yang terjadi di daratan, meskipun umumnya
batas transform berada di dasar laut. Sesar ini merupakan pertemuan antara
Lempeng Amerika Utara yang bergerak ke arah tenggara, dengan Lempeng
Pasifik yang bergerak ke arah barat laut.

Gambar. Ilustrasi patahan San Andreas, sumber: Lutgens & Tarbuks, 2012

Berdasarkan jenis gerakan dan luas wilayah yang dipengaruhi, tenaga tektonik
dibedakan atas gerak epirogenesa dan orogenesa.

1. Epirogenesa

Perubahan letak lapisan kulit bumi yang gerakannya lambat, prosesnya


lama, dan terjadi pada daerah yang luas disebut epirogenesa. Ada dua macam
gerak epirogenesa, yaitu: epirogenetik positif dan negatif.

9
a. Epirogesa positif

Gerakan yang menunjukkan permukaan bumi turun dan permukaan air tampak
seolah-olah naik. Contoh: turunnya pulau-pulau di Indonesia bagian timur
(Kepulauan Maluku sampai ke Pulau Banda).

b. Epirogenesa negatif

Gerakan yang menunjukkan permukaan bumi naik dan permukaan air tampak
seolah-olah turun. Contohnya: epirogenesa di pantai Timor.

B . Gerak Orogenesa
Gerakan ini merupakan gerakan pembentuk pegunungan lipatan maupun
patahan. Terjadi dalam waktu yang relatif lebih singkat dan daerah yang lebih
sempit.
(1) Lipatan
Lipatan terjadi ketika dua lempeng kerak Bumi yang saling berhadapan
bertabrakan. Lapisan batuan pada kerak Bumi mendapat tekanan hebat yang
menyebabkan pelipatan lapisan batuan. Proses pelipatan lapisan batuan ini
merupakan awal pembentukan pegunungan lipatan. Contohnya pembentukan
pegunungan lipatan Himalaya. Terlipatnya lapisan batuan ini dapat mendorong
terbentuknya perbukitan (antiklinal) dan lembah (sinklinal). Dalam suatu wilayah
yang luas terkadang juga dapat dijumpai deretan antiklinal secara berulang-ulang
(antiklinorium) maupun rangkaian sinklinal (sinklinorium).Tekanan dengan
tingkat tenaga yang berlainan pada lapisan batuan dapat membentuk lipatan yang
berbeda. Berikut ini gambaran terjadinya antiklinorium dan sinklinorium serta
jenis lipatan batuan.

10
(2) Patahan

Tekanan dalam Bumi menyebabkan patahan jika bekerja pada lapisan


batuan yang tidak elastis atau keras. Akibatnya, kerak Bumi retak kemudian
patah. Di patahan ini ada bagian yang turun disebut graben (slenk). Contohnya
graben Semangko di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan, Sumatra. Kadang
graben sangat dalam yang disebut ngarai. Contohnya Ngarai Sianok di Sumatra
Barat. Jika graben itu terisi air dan menggenang akan menciptakan sebuah danau.
Misalnya, Danau Toba di Sumatra Utara dan Danau Tempe di Sulawesi Selatan.
Sementara itu, lapisan tanah yang terangkat disebut horst yang menghasilkan
kenampakan sebuah plato (dataran tinggi). Contohnya Plato Dieng di Jawa
Tengah dan Plato Wonosari di Daerah Istimewa Yogyakarta.

11
Lempeng-lempeng tektonik di bumi barulah dipetakan pada paruh kedua
abad ke-20. Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian
atas terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang
kaku dan padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk
padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala
waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear
strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer
sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin,
melainkan tekanan yang tinggi.

Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic


plates). Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng
yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer.
Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik
divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping).
Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung
samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng.
Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a.

D. Jenis-jenis batas lempeng

Tiga jenis batas lempeng (plate boundary).

Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut
bergerak relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing
berhubungan dengan fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas
lempeng tersebut merupakan :

1) Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan


mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar
transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri
di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang

12
berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini merupakan Sesar San
Andreas di California.

2) Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika


dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona
retakan (rifting) yang aktif merupakan contoh batas divergen.

3) Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua


lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona
subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan
benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua.
Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan
lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air),
sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan
mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik.
Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan
busur pulau Jepang (Japanese island arc).

4) Kekuatan penggerak pergerakan lempeng

Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer


samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel
telah didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan tektonik
lempeng. Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup
diperdebatkan, merupakan bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang
membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi merupakan sumber terkuat
pergerakan lempeng. Pada waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer
samudera pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di
sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring dengan penuaan karena
terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang lama
relatif terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke
mantel yang dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar
kekuatan penggerak pergerakan lempeng. Kelemahan astenosfer memungkinkan

13
lempeng untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona subduksi. Meskipun
subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak pergerakan lempeng,
masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya lempeng seperti
lempeng Amerika Utara, juga lempeng Eurasia yang bergerak tetapi tidak
mengalami subduksi di manapun. Sumber penggerak ini masih menjadi topik
penelitian intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu bumi. Pencitraan dua
dan tiga dimensi interior bumi (tomografi seismik) menunjukkan adanya distribusi
kepadatan yang heterogen secara lateral di seluruh mantel. Variasi dalam
kepadatan ini bisa bersifat material (dari kimia batuan), mineral (dari variasi
struktur mineral), atau termal (melalui ekspansi dan kontraksi termal dari energi
panas). Manifestasi dari keheterogenan kepadatan secara lateral merupakan
konveksi mantel dari gaya apung (buoyancy forces) Bagaimana konveksi mantel
berhubungan secara langsung dan tidak dengan pergerakan planet masih menjadi
bidang yang sedang dipelajari dan dibincangkan dalam geodinamika. Dengan satu
atau lain cara, energi ini harus dipindahkan ke litosfer supaya lempeng tektonik
bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama dalam pengaruhnya ke pergerakan
planet, yaitu friksi dan gravitasi.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tektonisme merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi yang


menyebabkan terjadinya dislokasi (perubahan letak) patahan dan retakan pada
kulit bumi serta pada batuan. Berdasarkan jenis gerakan dan luas wilayah yang
mempengaruhinya, tenaga tektonik dapat dibedakan atas gerak orogenesa dan
epirogenesa. Gerak orogenesa merupakan gerakan tenaga endogen yang relatif
cepat dan meliputi daerah yang relatif sempit. Gerak orogenetik menyebabkan
adanya tekanan horizontal atau vertikal pada kulit bumi sehingga terjadilah
peristiwa dislokasi, baik dalam bentuk lipatan maupun patahan. Contohnya
terbentuknya deretan lipatan pegunungan muda Sirkum Pasifik.

15
DAFTARPUSTAKA

Pararas-Carayannis, G., 1997. Some of the World's Greatest Disasters,


Bombay Press., India, 243 h.
Sartono, S., Hardjasasmita, S., Zaim, Y., Nababan, U.P., dan Djubiantono, T.,
1978. Sedimentasi Daerah Patiayam, Jawa Tengah. Berita Pusat Penelitian
Arkeologi, 19, h.1-21.
Syarifudin, M.Z., dan Hadian, R., 1977. Laporan lapangan pemeriksaan
G. Sumbing, Jawa Tengah. BPPTK DIY, Tidak dipublikasikan.
Suwarti, T. dan Wikarno, 1992. Peta Geologi Lembar Kudus, skala 1:100.000.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

16

Anda mungkin juga menyukai