HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM SEISMIK REFRAKSI
METODE T-X
Disusun Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat Nyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan lengkap
Praktikum Seismik Refraksi yang berjudul “ METODE T-X” sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan ......................................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan ...........................................................................................2
iv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. TABEL KECEPATAN BATUAN
B. TURUNAN RUMUS ITM SATU LAPIS
C. TURUNAN RUMUS CDM SATU LAPIS
LEMBAR KONSULTASI
LEMBAR PENILAIAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Gelombang langsung, bias dan gelombang pantul (Refrizom, dkk.,
2008) ........................................................................................................................4
Gambar 2.2. Pemantulan dan pembiasan pada bidang batas dua medium (Bhatia
dan Singh, 1986) ......................................................................................................5
Gambar 2.3. Prinsip Huygens (Akyas, 2007) .........................................................5
Gambar 2.4. Asas Fermat (Susilawati, 2004) .........................................................6
Gambar 2.5. Asumsi-asumsi Gelombang Seismik (Malhotra, 2014) .....................7
Gambar 2.6. Penentuan Nilai Kecepatan pada Gelombang Refraksi (Sismanto
didalam Kartika dkk, 2007)......................................................................................8
Gambar 2.7. Grafik Travel Time dan Penjalaran Gelombang pada Satu Lapisan
(Hamimu, 2017) .......................................................................................................9
Gambar 2.8. Penjalaran Gelombang Seismik Dua Lapisan datar yang
Berhubungan dengan Grafik Jaeak-Waktu ............................................................10
Gambar 2.9. Ilustrasi Lapisan Miring...................................................................11
Gambar 2.10. Ilustrasi Penjalaran Gelombang Refraksi 1 Lapisan Datar yang
berhubungan dengan Grafik Jarak-Waktu .............................................................13
Gambar 2.11. Ilustrasi penjalaran gelombang seismik dua lapisan (Blakely,1976)
................................................................................................................................14
Gambar 2.12. Grafik waktu rambat gelombang bias dan gelombang pantul
(Hamimu,2017) ......................................................................................................16
Gambar 3.1 Diagram Alir Pengolahan Data .........................................................17
Gambar 4.1. Grafik T-X Satu Lapis .....................................................................23
Gambar 4.2. Profil Bawah Permukaan Satu Lapis (ITM) ....................................24
Gamabr 4.3 Grafik T-X Banyak Lapis .................................................................25
Gambar 4.4. Profil Bawah Permukaan Banyak Lapis (ITM) ...............................26
Gambar 4.5. Grafik T-X Lapisan Miring .............................................................27
Gambar 4.6. Profil Bawah Permukaan Lapisan Miring (ITM) ............................29
Gambar 4.7. Grafik T-X Satu Lapis .....................................................................30
Gambar 4.8. Profil Bawah Permukaan Satu Lapis (CDM) ..................................31
Gamabr 4.9. Grafik T-X Banyak Lapis ................................................................32
vii
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
sederhana dan hasilnya relatif cukup kasar, kedalaman lapisan diperoleh pada
titik-titik tertentu saja, namun pada sistem perlapisan yang cendrung homogen
dan relative rata cara ini mampu memberikan hasil yang baik. Dengan
kesalahan yang minim. Pada metode ini terdapat dua jenis Metode T-X yaitu
Intercept Time Method dan Critical Distance Method yang mana keduanya
memiliki persamaan menggunakan grafik T-X yang dimana hal ini adalah
grafik jarang berbanding waktu.
BAB II
DASAR TEORI
Gambar 2.2. Pemantulan dan pembiasan pada bidang batas dua medium
(Bhatia dan Singh, 1986)
b. Prinsip Huygens
Christian Huygen, seorang fisikawan belanda, sekitar tahun 1680
mengemukakan suatu mekanisme sederhana untuk menelusuri penjalaran
gelombang. Mekanisme tersebut digambarkan bahwa sebuah permukaan
gelombang atau muka gelombang dapat dianggap sebagai suatu permukaan dengan
fase tetap melewati titik-titik medium berlapis yang dicapai oleh Gerakan
gelombang pada waktu yang sama. Jika gelombang tersebut melewati suatu
permukaan (batas perlapisan), maka pada setiap partikel pada suatu perlapisan itu
akan menjadi sumber gelombang yang baru dan demikian seterusnya.
c. Asas Fermat
Asas Fermat menyatakan bahwa gelombang yang menjalar dari satu titik ke
titik yang lain akan memilih lintasan dengan waktu tempuh tercepat. Asas Fermat
dapat diaplikasi untuk menentukan lintasan sinar dari satu titik ke titik lainnya, yaitu
lintasan yang waktu tempuhnya bernilai minimum. Dengan diketahuinya lintasan
dengan waktu tempuh minimum, maka dapat dilakukan penelusuran jejak sinar
yang telah merambat di dalam medium. Penelusuran jejak sinar yang telah
merambat di dalam medium. Penelusuran jejak sinar seismik ini akan sangat
membantu dalam menentukan posisi refraktor dibawah permukaan. Jejak sinar
seismik yang tercepat ini tidaklah selalu berbentuk garis lurus (Daniel, 2012).
3. Panjang gelombang seismic harus tidak lebih dari seperempat tebal lapisan.
4. Perambatan gelombang seismik diasumsikan sebagai sinar dan mematuhi
hukum-hukum pembiasan cahaya.
5. Pada bidang batas lapisan, gelombang merambat dengan kecepatan lapisan
dibawahnya.
Asumsi yang dikemukakan tersebut digunakan untuk memberikan batasan
pemahaman untuk pengolahan data dan interpretasi selanjutnya.
Gambar 2.7. Kurva Travel Time dan Penjalaran Gelombang pada Satu Lapisan
(Hamimu, 2017)
Gambar 2.7 menjelaskan bahwa titik O (source) dan R (geofon), dan S-M-P-R
merupakan waktu total (Tt) untuk suatu lapisan dari sumber menuju geofon yaitu,
𝑂𝑀 𝑀𝑃 𝑃𝑅
𝑇𝑡 = + + 𝑉1 (2.2)
𝑉1 𝑉2 1
Berdasarkan definisi Intercept Time (ti), maka X=0, maka Tt= ti, sehingga :
2𝑍𝑐𝑜𝑠𝑖𝑐
𝑇𝑡 = (2.4)
𝑉1
Gambar 2.8. Penjalaran Gelombang Seismik Dua Lapisan datar yang Berhubungan
dengan Kurva Jaeak-Waktu
Gambar 2.8 menjelaskan bahwa titik O = Sumber (Sourc) dan G = Geofon, dan
O-M-M”-P”-P’-R’ = jejak penjalaran gelombang refraksi lapisan ke dua, maka
persamaan waktu total (Tt) untuk dua lapisan mulai dari source menuju geofon
yaitu :
𝑆𝐴 𝐴𝐵 𝐵𝐶 𝐶𝐹
𝑇𝑡 = 𝑉1 + 𝑉2
+ 𝑉1+ 𝑉1 (2.9)
10
Untuk lapisan yang lebih dari 2 lapisan Waktu total dicari dengan persamaan :
𝑋 2𝑍1 𝐶𝑜𝑠 𝑖𝑐1
𝑇𝑡 = 𝑉𝑛 + ∑𝑛−1
𝑖−1 𝑉𝑖
(2.13)
Sedangkan untuk 3 lapisan datar, kedalam Z1, Z2, dan Z3 dapat dicari dengan :
𝑡12 𝑉1 1
𝑍1 = 𝑉1 +2 (2.14)
2𝐶𝑜𝑠 (sin − 1 )
𝑉2
𝑉1
cos(𝑆𝑖𝑛−1
𝑡𝑖3−( 𝑉3 )
𝑉1
𝐶𝑜𝑠 (sin −1 )
𝑉2
𝑍2 = 𝑉2 (2.15)
2𝑐𝑜𝑠(sin −1 )
𝑉3
𝑉1 𝑉2
cos(sin −1 ) 2𝑍 cos(sin −1 )
𝑡𝑖4−( 𝑉4 )−( 2 𝑉3 )
𝑉1 𝑉2
𝐶𝑜𝑠 (sin −1 )
𝑉2
𝑍3 = 𝑉2 𝑉3 (2.16)
2𝑐𝑜𝑠(sin −1 )
𝑉4
11
Downdip Updip
1 sin(𝑖𝑐+∅) 1 sin(𝑖𝑐−∅)
= ; = ; (2.18)
𝑉𝑑 𝑉1 𝑉𝑢 𝑉1
𝑉1 𝑉1
= sin(𝑖𝑐 + ∅); = sin(𝑖𝑐 − ∅); (2.19)
𝑉𝑑 𝑉𝑢
𝑉1 𝑉1
𝑖𝑐 + ∅ = sin−1 ( 𝑉𝑑) ; 𝑖𝑐 − ∅ = sin−1 ( 𝑉𝑢) ; (2.20)
12
13
Untuk lapisan yang lebih dari 2 lapisan Waktu total dicari dengan persamaan:
𝑋 2 𝑍1 cos 𝑖𝑐𝑖
Tt= 𝑉 + ∑𝑛−1
𝑖−1 (2.27)
𝑛 𝑉𝑖
Sedangkan untuk 3 lapisan datar, kedalaman Z1,Z2, dan Z3dapat dicari dengan:
𝑡12 𝑉1 1
Z1= 𝑉 + (2.28)
2 cos(𝑠𝑖𝑛−1 1 ) 2
𝑉2
14
𝑉1
𝑐𝑜𝑠 (𝑠𝑖𝑛−1)
𝑉3
𝑡𝑖3 −(
−1 𝑉1 )
𝑐𝑜𝑠 (𝑠𝑖𝑛 )
𝑉2
Z2= −1 𝑉2 (2.29)
2 cos(𝑠𝑖𝑛 )
𝑉3
(2.30)
Berikut adalah kurva waktu rambat untuk gelombang bias pada lapisan miring:
V1 V
Karena Sin( c + ) + dan Sin( c − ) = 1 , maka diperoleh :
Vd Vu
1 V V
= sin −1 1 − sin −1 1 (2.33)
2 V Vd u
1 V V
c = sin −1 1 + sin −1 1 (2.34)
2 V V d u
Kecepatan V1 dihitung langsung dari slope gelombang langsung, Vd dan
Vu dihitung dari slope gelombang bias pada masing-masing arah penembakan.
Dari harga Vd dan Vu tersebut dapat kita peroleh harga V2 dengan persamaan
berikut :
2V2 uV2 d
V2 = cos (2.35)
V2 u + V2 d
Sedang untuk memperoleh ketebalan down-dip dan up-dip dapat kita
selesaikan dengan persamaan sebagai berikut :
15
t id V1
hd = → untuk down-dip (2.36)
2 cos c
t iuV1
hu = → untuk up-dip (2.37)
2 cos c
Untuk memperoleh nilai error dari keceptan dilakukan dengan menggunaka
persamaan sebagai berikut:
𝑉2𝑎𝑝𝑝𝑎𝑟𝑒𝑛𝑡 − 𝑉2𝑡𝑟𝑢𝑒
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = (2.38)
𝑉2𝑡𝑟𝑢𝑒
Gambar 2.8. Kurva waktu rambat gelombang bias dan gelombang pantul
(Hamimu,2017)
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
17
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Satu Lapisan
Offset (m) Time (ms)
0 0
2 3,8
4 7,2
6 10,8
8 13,8
10 16,7
12 17,8
14 19,6
16 21,2
18 22,6
20 24,1
22 25,3
24 26,5
26 28,2
28 29,1
30 30,3
32 32,2
34 34,1
36 35,3
38 36,2
40 38,4
19
20
21
KURVA T-X
45
40 y = 0,7094x + 9,6147
35 R² = 0,9981
Gel Langsung
30
Time (s)
25 gelombang refraksi
20
15
y = 1,6729x + 0,3524 Linear (Gel Langsung)
10
R² = 0,9976
5
Linear (gelombang
0
refraksi)
0 10 20 30 40 50
Offset (m)
22
Pada metode Intercept Time satu lapis pada grafik diatas, terdapat 22 data
offset dan waktu tempuh. Offset menggunakan rentang dari 0 hingga 42 dan
setiap offsetnya memiliki kelipatan 2. Dari 21 offset tersebut, titik refraktor
berapa pada data offset 10 m dan waktu tempuh 16,7 m/s yang ditentukan dari
grafik T-X dengan melihat adanya cross over pada titik di grafik tersebut.
Selain dilihat dari grafik T-X, titik refraktor dapat dicari dengan melihat adanya
perbedaan interval selisih antar kecepatan tiap offset.
Grafik ini menampilkan dua gelombang yang berbeda dengan warna abu-
abu dan oranye, yaitu gelombang langsung dan gelombang refraksi.
Gelombang langsung dengan warna oranye yang bergerak dari 0 m hingga 10
m dengan waktu tempuh 0 hingga 16,7 m/s. Kemudian gelombang mengalamai
pembiasan dimana titik refraktor berada pada offset 10 meter dan pada waktu
tempuh 16,7 m/s. Gelombang refraksi berwarna abu-abu yang bergerak dari
titik 10 m – 42 m dengan waktu tempuh hingga 38,4 m/s.
23
Titik refraktor dari data yang di dapat dan diolah yaitu 9,6147 s, lalu
dilakukan perhitungan V1 yang menjadi lapisan pertama dan V2 yang
menjadi lapisan kedua. Setelah ini menghitung nilai Ic dan cos Ic yang
diperoleh nilainya sebesar 25,6666 dan 0,90133. Setelah didapatkan hasil
nilai nilai ini, maka dilakukan pengolahan, maka diperolehlah nilai
kedalaman (Z) sebesar 3,193 m.
Dalam kasus ini, kita bisa menginterpretasi litologi batuannya
dengan melihat nilai kecepatan rambat gelombang. Semakin kompak
batuan, semakin besar nilai densitasnya akan memperngaruhi nilai dari
cepat rambat gelombangnya. Pada Gambar 4.1 V1 pada data ini dapat di
interpetasikan menjadi soil dan V2 dapat diinterpretasikan menjadi pasir.
Menurut Klasifikasi Jakosky litologi ini adalah. Soil sendiri adalah
bahan lapukan batuan dan bahan organic yang tertimbun. Soil ini biasa
terdapat di permukaan tanah paling atas. Soil sendiri bersifat material lepas
dan kompaksi yang tidak terlalu padat dan hal ini menjadikan nilainya
rendah dalam perambatan gelombangnya. Selanjutnya ada pasir atau sand
dimana bahan ini lebih rapat kompaksinya dan bisa dilihat dari nilai
24
permabatan gelombangnya lebih tinggi dari soil. Memiliki ciri ciri berupa
berbutir, nilai porositas dan pemeabilitas tinggi dilihat dari penjalaran
gelombang yang rendah ini.
25
Gel. Refrak 2
20
15 Linear (Gel. Langsung)
10 y = 2,04x - 0,02 Linear (Gel. Refrak 1)
5 R² = 0,9991
Linear (Gel. Refrak 2)
0
-5 0 10 20 30 40 50
Offset (m)
Pada metode Intercept Time satu lapis, terdapat 20 data offset dan waktu
tempuh. Offset menggunakan rentang dari 0 hingga 40 dan setiap offsetnya
memiliki kelipatan 2. Dari 20 offset tersebut, ditemukan adanya dua titik
refraktor berapa pada data offset 8 m dan waktu tempuh 16,2 m/s serta offset
26 m dan waktu tempuh 33,8 m/s yang ditentukan dari grafik T-X dengan
melihat adanya dua cross over pada titik di grafik tersebut. Selain dilihat
dari grafik T-X, titik refraktor dapat dicari dengan melihat adanya
perbedaan atau selisih waktu yang signifikan pada data yang ada.
Setelah menentukan titik refraktor, perhitungan ITM bisa dimulai dengan
memasukan Ti1 dan Ti2 yang dapat dilihat dari grafik gelombang refraksi
1 dan gelombang refraksi 2. Ti1 yang didapatkan adalah 7,3673. Setelah itu
menghitung V1 dengan rumus (offset refraktor 1 - offset awal)/(waktu
refraktor 1 - waktu awal)x1000 dan menghasilkan V1 = 493,83 Selanjutnya
V2 diperoleh dari (offset refraktor 2- offset refraktor 1)/ (waktu refraktor 2-
25
Titik refraktor dari data yang di dapat dan diolah yaitu 9,6147 s, lalu
dilakukan perhitungan V1 yang menjadi lapisan pertama dan V2 yang
menjadi lapisan kedua dan V3 menjadi lapisan setelahnya. Setelah
didapatkan hasil nilai nilai ini, maka dilakukan pengolahan, maka
diperolehlah nilai kedalaman Z1 sebesar 2,077729 m dan Z2 sebesar -
10,8869.
Terdapat tiga jenis litologi. Pengklasifikasian litologi menurut
Jakosky pada lapisan pertaman merupakan litologi jenis soil, pasir dan
lempung.. Dalam kasus ini, kita bisa menginterpretasi litologi batuannya
26
50 Gelombang langsung R
40
y = 30
3,115x - 0,08 y = -1,609x + 81,026 Gelombang refraksi R
R² = 0,9993 R² = 0,9913
20
10 Linear (Gelombang
0 y = -3,775x + 158,05 Langsung F)
R² = 0,9971
-10 0 10 20 30 40 50 Linear (Gelombang
Offset (m) refraksi F)
Grafik di atas adalah grafik T-X. Pada metode Intercept Time satu lapis pada
grafik diatas, terdapat 21 data offset dan waktu tempuh. Offset menggunakan
rentang dari 0 hingga 42 dan setiap offsetnya memiliki kelipatan 2. Dari 21
offset tersebut, titik refraktor berapa pada data offset 8 m dan waktu tempuh
24,7 m/s pada forward dan untuk reversenya adalah 34 dengan waktu tempuh
27
29,4 yang ditentukan dari grafik T-X dengan melihat adanya cross over pada
titik di grafik tersebut. Selain dilihat dari grafik T-X, titik refraktor dapat dicari
dengan melihat adanya perbedaan interval selisih antar kecepatan tiap offset.
Dari data yang diperoleh dan diolah menggunakan software Microsoft Excel
28
Titik refraktor dari data yang di dapat dan diolah yaitu 9,6147 s, lalu
dilakukan perhitungan V1 yang menjadi lapisan pertama dan V2 yang
menjadi lapisan kedua dan V3 menjadi lapisan setelahnya. Setelah
didapatkan hasil nilai nilai ini, maka dilakukan pengolahan, maka
diperolehlah nilai kedalaman Z1 sebesar 2,077729 m dan Z2 sebesar -
10,8869.
Dalam kasus ini, kita bisa menginterpretasi litologi batuannya
dengan melihat nilai kecepatan rambat gelombang. Semakin kompak
batuan, semakin besar nilai densitasnya akan memperngaruhi nilai dari
cepat rambat gelombangnya. Pada Gambar 4.6 V1 pada data ini dapat di
interpetasikan menjadi soil dan V2 dapat diinterpretasikan menjadi pasir .
Menurut Klasifikasi Jakosky litologi ini adalah. Soil sendiri adalah bahan
lapukan batuan dan bahan organic yang tertimbun. Soil ini biasa terdapat di
permukaan tanah paling atas. Soil sendiri bersifat material lepas dan
kompaksi yang tidak terlalu padat dan hal ini menjadikan nilainya rendah
dalam perambatan gelombangnya. Selanjutnya ada pasir atau sand dimana
memiliki ciri—ciri materialnya berbutir kasar atau halus, batuannya belum
terlalu kompak porositas dan permeabilitas tinggi.
29
KURVA T-X
45
40
35
y = 0,7094x + 9,6147 Gel Langsung
30
R² = 0,9981
Time (s)
25
gelombang refraksi
20
15 Linear (Gel Langsung)
y = 1,6729x + 0,3524
10 R² = 0,9976
5 Linear (gelombang
0 refraksi)
0 10 20 30 40 50
Offset (m)
Pada metode Critical Distance satu lapis, terdapat 21 data offset dan waktu
tempuh. Offset menggunakan rentang dari 0 hingga 40 dan setiap offsetnya
memiliki kelipatan 2. Dari 21 offset tersebut, titik refraktor berapa pada data
offset 6 m dan waktu tempuh 20,9 m/s yang ditentukan dari grafik T-X dengan
melihat adanya cross over pada titik di grafik tersebut. Selain dilihat dari grafik
T-X, titik refraktor dapat dicari dengan melihat adanya perbedaan atau selisih
waktu yang signifikan pada data yang ada.
30
Yang membedakan CDM dengan ITM adalah rumus pada Z dan pada CDM
memiliki rumus Xc yang didapatkan dengan rumus … dan diperoleh nilai Xc
sebesar 4,429918. Sedangkan Z pada CDM didapatkan dengan rumus … dan
diperoleh nilai Z pada perhitungan CDM adalah -1, 16783.
Dari data yang telah diolah pada microsoft excel sebelumnya maka
didapatkan suatu kurva T-X dan didapatkan nilai Ti sebesar 0,8313 m/s,
kecepatan gelombang satu ( V1) 287,081 m/s dan kecepatan gelombang dua
(V2) sebesar 404,281 m/s, Xc sebesar 1,96855 dan ketebalan lapisan satu (Z)
sebesar 0,405253.
Titik refraktor dari data yang di dapat dan diolah yaitu 9,6147 s, lalu
dilakukan perhitungan V1 yang menjadi lapisan pertama dan V2 yang
menjadi lapisan kedua dan V3 menjadi lapisan setelahnya. Setelah
didapatkan hasil nilai nilai ini, maka dilakukan pengolahan, maka
diperolehlah nilai kedalaman Z1 sebesar 2,077729 m dan Z2 sebesar -
10,8869.
Dalam kasus ini, kita bisa menginterpretasi litologi batuannya
dengan melihat nilai kecepatan rambat gelombang. Semakin kompak
31
KURVA T-X
50
45 y = 0,6774x + 15,321
40 R² = 0,9677
25
Gel. Refrak 2
20
15 Linear (Gel. Langsung)
Gambar diatas merupakan grafik T-X banyak lapisan. Pada metode Critical
Distance banyak lapis ini menggunakan offset rentang 0 hingga 40 dengan
kelipatan 2 setiap offsetnya dengan jumlah total 21 offset. Untuk
menentukan titik refraktor bisa dilihat pada grafik T-X nya yang apabila
terdapat patah (cross over) maka titik refraktor terdapat di patahan tersebut.
32
Data yang telah diolah pada microsoft excel sebelumnya maka didapatkan
suatu kurva T-X (V1) sebesar 280,7018 m/s dan kecepatan gelombang dua
(V2) sebesar 382,4092 m/s dan kecepatan gelombang tiga (V3) sebesar
745,3416 m/s, (XIc12) sebesar 2,5477 dan (XIc23) sebesar 31,0447,
sedangkan untuk ketebalan lapisan satu (Z 1) sebesar 0,49889 meter dan
ketebalan lapisan dua (Z2) sebesar 11569,6
Pada kurva T-X banyak lapisan terlihat bahwa kurva mengalami kenaikan
dengan titik refraktor berada di offset ke 8 meter dengan waktu tempuh 28,5
m/s2, gelombang langsung yang ditandai dengan warna biru pada kurva
berada pada offset 0 hingga 8 meter dengan waktu 0 hingga 28,5 m/s2.
Sedangkan untuk gelombang refraksi I ditandai dengan warna merah yang
berada pada offset 8 hingga 28 meter dengan waktu tempuh 28,5 hingga
80,8 m/s2. Kemudian untuk gelombang refraksi II ditandai dengan warna
hijau muda yang berada pada offset 28 hingga 40 meter dengan waktu 80,8
hingga 96,9 m/s2.
Grafik T-X banyak lapisan memperlihatkan tiga lapisan yang menunjukan
perbedaan kecepatan disetiap lapisannya. Gelombang refraksi dimulai pada
offset 8 meter untuk gelombang refraksi pertaman dan offset 28 meter untuk
gelombang refraksi kedua.
33
Titik refraktor dari data yang di dapat dan diolah yaitu 7.3673 s, lalu
dilakukan perhitungan V1 yang menjadi lapisan pertama dan V2 yang
menjadi lapisan kedua dan V3 menjadi lapisan setelahnya. Setelah
didapatkan hasil nilai nilai ini, maka dilakukan pengolahan, maka
diperolehlah nilai kedalaman Z1 sebesar 2,077729 m dan Z2 sebesar -
10,8869.
Terdapat tiga jenis litologi. Pengklasifikasian litologi menurut
Jakosky pada lapisan pertaman merupakan litologi jenis soil, pasir dan
lempung.. Dalam kasus ini, kita bisa menginterpretasi litologi batuannya
dengan melihat nilai kecepatan rambat gelombang. Semakin kompak
batuan, semakin besar nilai densitasnya akan memperngaruhi nilai dari
cepat rambat gelombangnya. Pada Gambar 4.10 V1 pada data ini dapat di
interpetasikan menjadi soil dan V2 dapat diinterpretasikan menjadi pasir dan
lapisan terkahir V3 diinterpretasikan berjenis lempung. Soil memiliki ciri-
ciri partikel atau butitran mineral tanah dengan berbagai macam ukuran
34
lepas. Semakin kebawah batuan akan semakin kompak, seperti pasir diikuti
di bagian bawahnya dengan litologi lempung dimana semakin kompak
batuan akan semakin besar nilai cepat rambatnya saat penjalaran
gelombang. Pasir memiliki ciri-ciri berbutir, cenderung kompak. Lempung
memiliki ciri-ciri berupa butir sangat halus sampai tak terlihat mata
terlanjang dan kompak.
KURVA T-X
100
90 Gelombang Langsung F
y = 1,8374x + 7,2925
80 R² = 0,99
70 Gelombang refraksi F
60
Time (s)
50 Gelombang langsung R
40
30 y = -1,609x + 81,026 Gelombang refraksi R
20 R² = 0,9913
y = 3,115x - 0,08 Linear (Gelombang
10 R² = 0,9993
y = -3,775x + 158,05 Langsung F)
0
R² = 0,9971 Linear (Gelombang
-10 0 10 20 30 40 50
Offset (m) refraksi F)
Gambar diatas merupakan grafik T-X banyak lapisan. Pada metode Critical
Distance banyak lapis ini menggunakan offset rentang 0 hingga 42 dengan
kelipatan 2 setiap offsetnya dengan jumlah total 21 offset. Untuk
menentukan titik refraktor bisa dilihat pada grafik T-X nya yang apabila
terdapat patah (cross over) maka titik refraktor terdapat di patahan tersebut.
Data yang telah diolah pada microsoft excel sebelumnya maka didapatkan
suatu kurva T-X (V1) sebesar 323,8 866397 m/s dan kecepatan gelombang
dua (V2) sebesar 534,591195 m/s, dengan Xc = 22.915 untuk forward dan
21.394 untuk reverse , sedangkan untuk ketebalan lapisan satu (Z) adalaj
0.194 untuk forward dan 0.224 untuk reverse.
35
Pada kurva T-X banyak lapisan terlihat bahwa kurva mengalami kenaikan
dengan titik refraktor berada di offset ke 8 meter dengan waktu tempuh 28,5
m/s2, gelombang langsung yang ditandai dengan warna biru pada kurva
berada pada offset 0 hingga 8 meter dengan waktu 0 hingga 28,5 m/s 2.
Sedangkan untuk gelombang refraksi I ditandai dengan warna merah yang
berada pada offset 8 hingga 28 meter dengan waktu tempuh 28,5 hingga
80,8 m/s2. Kemudian untuk gelombang refraksi II ditandai dengan warna
hijau muda yang berada pada offset 28 hingga 40 meter dengan waktu 80,8
hingga 96,9 m/s2.
Grafik T-X banyak lapisan memperlihatkan tiga lapisan yang menunjukan
perbedaan kecepatan disetiap lapisannya. Gelombang refraksi dimulai pada
offset 8 meter untuk gelombang refraksi pertaman dan offset 28 meter untuk
gelombang refraksi kedua.
36
Titik refraktor dari data yang di dapat dan diolah yaitu 9,6147 s, lalu
dilakukan perhitungan V1 yang menjadi lapisan pertama dan V2 yang
menjadi lapisan kedua dan V3 menjadi lapisan setelahnya. Setelah
didapatkan hasil nilai nilai ini, maka dilakukan pengolahan, maka
diperolehlah nilai kedalaman Z forward sebesar 1.013 m dan Z reverse
sebesar 1.0133.
Dalam kasus ini, kita bisa menginterpretasi litologi batuannya
dengan melihat nilai kecepatan rambat gelombang. Semakin kompak
batuan, semakin besar nilai densitasnya akan memperngaruhi nilai dari
cepat rambat gelombangnya. Pada Gambar 4.12 V1 pada data ini dapat di
interpetasikan menjadi soil dan V2 dapat diinterpretasikan menjadi pasir .
Menurut Klasifikasi Jakosky litologi ini adalah. Soil sendiri adalah bahan
lapukan batuan dan bahan organic yang tertimbun. Soil ini biasa terdapat di
permukaan tanah paling atas. Soil sendiri bersifat material lepas dan
kompaksi yang tidak terlalu padat dan hal ini menjadikan nilainya rendah
dalam perambatan gelombangnya. Selanjutnya ada pasir atau sand dimana
memiliki ciri—ciri materialnya berbutir kasar atau halus, batuannya belum
terlalu kompak porositas dan permeabilitas tinggi.
37
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari pengolahan metode T-X dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
38
DAFTAR PUSTAKA
39
Rucker, M.L. (2006). Integrating Seismic Refraction And Surface Wave Data
Collection And Interpretation For Geotechnical Site Characterization.
USA : Geophysics Conference
Sismanto, (1999). Eksplorasi dengan Menggunakan Seismik Refraksi. Yogyakarta
: Gajah Mada University
Susilawati. (2004). Seismik Refraksi (Dasar Teori dan Akuisisi Data). Sumatra :
Universitas Sumatra Utara.
40