Anda di halaman 1dari 4

Teknik Pembenihan Ikan Arwana (Scleropages formosus)

Oleh : Sri Astutik

Arwana termasuk ikan yang sulit dikembangbiakkan. Namun, dengan


didukung ketersediaan lahan, sumber air yang cocok, dan pakan yang tersedia
secara kontinu maka ikan tersebut dapat ditangkarkan walau dengan tingkat
kesulitan tinggi untuk menangkarkannya. Berikut beberapa kegiatan pembenihan
ikan arwana.

1. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam unit pembenihan adalah sarana
berupa bangunan dan peralatan untuk pengoprasian secara efisien dan efektif.
Sarana tersebut dapat dikategorikan berdasarkan oprasionalnya, yang terdiri dari
atas sarana pokok, sarana penunjang serta peralatan dan bahan. Sebelum
menentukan sarana dan prasarana yang akan diperlukan, hendaknya harus
memperhatikan beberapa hal antara lain : jenis ikan yang akan dipelihara, ukuran
ikan yang akan dihasilkan, system produksi, target produksi, system pemberian
pakan, dan system penyebaran/pemasaran hasil.
Pemeliharaan Arwana membutuhkan sarana atau peralatan yang cukup.
Akuarium dan aerator adalah sarana yang mutlak ada. Namun, peralatan lain
seperti pH tester, heater, alat penyifonan juga sebaiknya tersedia setiap saat.

2. Seleksi Induk
Induk-induk Arwana yang akan dipijahkan, harus dipilih dan diseleksi terlebih
dahulu, agar dapat memberikan hasil yang optimal. Pemilihan dan seleksi induk,
ditujukan untuk memperoleh bentuk ikan yang baik, mengetahui jenis kelamin dan
tingkat kematangan gonadnya.
Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam pembenihan adalah memilih
induk yang berkualitas. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan anakan yang
berkualitas, artinya faktor genetis merupakan hal yang dominan dalam
menghasilkan kualitas benih Arwana. Calon induk dapat diperoleh dari tempat-
tempat penangkaran yang menyediakan induk dari berbagai tingkatan umur dan
ukuran, sehingga waktu yang dibutuhkan dapat ditentukan.
Induk yang produktif setelah berumur 4 tahun. Rasio jantan dan betina 1 : 1.
Induk yang dipakai biasanya berasal dari alam (parent stock) atau dari benih F1
yang sudah bisa dihasilkan oleh perusahaan penangkaran itu sendiri. Tanda-tanda
induk yang siap memijah akan berenang berduaan dan memisahkan diri dari
kelompoknya sampai saatnya berpijah.
Calon induk sebaiknya sudah mencapai umur 5-6 tahun, dengan panjang
tubuh 60 cm dan dengan bobot sekitar 4 kg. Hal ini dimaksudkan untuk
menghasilkan benih Arwana yang murni dan berkualitas. Ikan yang cacat dan
mempunyai badan yang bengkok tidak layak untuk dijadikan induk, sebab perut
(abdomen) mengerut sehingga kualitas sel telur kurang baik dan mudah mati.
Bentuk fisik calon induk betina yang baik harus tebal, lebar, dan terkesan
gemuk, sedangkan calon induk jantan sebaiknya memiliki tubuh lebih panjang dan
terkesan gagah dan gerakan pada bagian pangkal ekor meliuk-liuk seperti ular.
Calon induk yang akan dipijahkan sebaiknya memiliki sisik besar, tersusun rapi, dan
warna sisik berkilau memancarkan sinar. Mata tidak juling, sungut utuh, dan berdiri
tegak. Sirip sehat dan tidak ada gejala terserang penyakit dan memiliki rahang yang
besar.
Induk Arwana betina yang sudah siap untuk dipijahkan dapat terlihat dari
perutnya yang membesar, pergerakan lamban, serta lubang anus yang sedikit
terbuka dan memerah, serta perutnya terasa lunak apabila diraba. Induk ikan
dipijahkan 5-8 kali, kemudian ikan dapat dijual atau dipelihara sebagai ikan hias.

3. Pemeliharaan Calon Induk


Perawatan calon induk dalam akuarium hanya sampai berumur 2-3 tahun atau
berukuran 30-35 cm. Selanjutnya calon induk harus dipelihara di dalam bak fiber
ukuran 2m x 3m dengan kedalaman air 100-120 cm. Bagian atas bak harus ditutup
seluruhnya dengan jaring net agar ikan tersebut tidak melompat keluar air. Kadar
keasaman air diatur stabil pada angka 6.5-7 dan temperatur berkisar antara 27-
29ºC. Gunakan heater untuk mengatur temperatur air. Dalam bak ini ikan dipelihara
sampai 4-5 tahun atau sampai berukuran 50 cm. Setelah itu, calon induk harus
dipindah lagi ke dalam bak yang berukuran 4m x 5m dengan ketinggian air 200cm.
Pemeliharaan calon induk sebaiknya di tempatkan pada lingkungan yang
nyaman dan jauh dari kegaduhan . Wadah untuk memelihara Arwana yang akan
dipijahkan diupayakan sedemikian rupa agar ikan-ikan ini merasa tenang.
Sebaiknya pada dinding kolam dibuat berupa cekungan sehingga ada bagian
tersembunyi dan dangkal serta tidak terkena air hujan secara langsung agar daerah
ini merupakan daerah pemijahan atau tempat perkawinan yang tenang bagi Ikan
tersebut.
Temperatur air yang optimal untuk kebanyakan ikan hias tropik adalah 22-
28ºC. Pergantian air perlu dilakukan untuk membuang sisa metabolisme yang
mengendap di dasar kolam dengan frekwensi sekali dalam enam bulan dengan cara
membuang air setengahnya dari volume kolam (Satyani, 2004). Pemberian pakan
induk dapat berupa kodok, ikan kecil, kelabang, kecoak dan udang. Dosis pakan
yang diberikan berkisar antara 1-2 kg/hari untuk 20 ekor induk.

4. Pemijahan
Setiap tahun ikan ini memijah dua kali dengan memilih pasangan saling
berkejar-kejaran antara satu dengan yang lainnya. Proses pemijahan berlangsung
dengan adanya pengaruh atau rangsangan dari luar seperti curah hujan,
temperatur, pH, dan kondisi air yang mengalir. Induk Arwana memijah setelah 2-3
hari hujan sehingga temperatur air turun menjadi sekitar 27ºC, setelah itu hujan
tidak turun selama 2-3 minggu sampai temperatur air meningkat menjadi 29ºC.
Induk jantan akan menggesek-gesekkan tubuhnya ke bagian belakang tubuh
induk betina, lalu keduanya saling berhimpitan. Betina akan mengeluarkan telurnya
dan induk jantan segera mengeluarkan sperma untuk membuahi telur. Pada saat
peristiwa tersebut terjadi, air di sekitar tempat pembuahan akan terlihat berbuih. Itu
tandanya sperma jantan sudah keluar. Proses pembuahan memakan waktu 20-30
menit. Jumlah dalam satu kali pemijahan sekitar 15-25 butir. Ukuran telur rata-rata
1.5-1.8 cm. Selanjutnya satu per satu telur dipunguti oleh induk jantan dan disimpan
di dalam mulutnya.
Pemijahan yang terjadi pada induk di dalam kolam pada dasarnya
disebabkan oleh faktor dari dalam (endogenus) dan faktor dari luar (exogenous).
Faktor dari dalam terjadi karena adanya pelepasan hormon Gonadotropin Releasing
Hormon (GnRH) dan Gonadotropin Releasing Inhibiting Hormon (GnRIH).
Sementara faktor dari luar terjadi karena adanya stimulasi (rangsangan) lingkungan
seperti curah hujan, temperatur, pH, dan kondisi air yang mengalir .
Selain faktor-faktor ekologis yang merupakan faktor eksternal, maka faktor
internal juga memiliki peranan terhadap berlangsungnya suatu pemijahan. Adapun
faktor internal adalah menyangkut kematangan gonad dan ketersediaan hormon
tertentu dalam jumlah cukup. Ada keterkaitan antara faktor eksternal dengan faktor
internal. Jika tidak ada keseimbangan antara keduanya, maka dapat mempengaruhi
kegiatan kelenjar hipofisa untuk bersekresi menghasilkan Gonadotropin, yang
berperan dalam proses pemijahan.
Cara lain yang juga dapat untuk merangsang pemijahan atau proses ovulasi
pada induk ikan yang matang gonad, adalah penggunaan HCG (Human Chorionic
Gonadotropin). Penggunaan HCG pada hakikinya sama seperti teknik hipofisasi,
yaitu untuk merangsang induk agar mau memijah. Berdasar hasil penelitian,
penggunaan hormon HCG untuk merangsang pemijahan pada ikan, mampu
memberikan hasil seperti pada penggunaan teknik hipofisasi. Penggunaan hormon
HCG lebih efisien karena tidak perlu pengadaan ikan donor yang harus matang
gonad serta pembelian ikan donor.

5. Penetasan Telur
Rata-rata telur yang dihasilkan oleh seekor induk Arwana adalah 20-55 butir,
dengan diameter telur 1,5-1,8 cm. Telur yang sudah dibuahi berada di dasar kolam
akan diambil oleh induk jantan yang akan diasuh dalam mulut (mouth breeder).
Masa pengeraman telur berlangsung kurang lebih 41 hari yang dihitung dari masa
pembuahan Lama pengeraman antara 25-30 hari, akan menghasilkan larva yang
masih punya kuning telur (Yolk egg). Jika keadaan lingkungan tidak aman maka
induk akan mengerami telur sampai kuning telur habis. Proses pengeraman dari
embrio sampai menjadi post-larva membutuhkan waktu 40-45 hari.
Selama mengerami telurnya, induk jantan berpuasa karena tidak bisa makan.
Namun, induk betina bisa diberi makan. Pakan yang diberikan sebanyak 3 kali
sehari, yaitu pagi sekitar pukul 7.3-8.00, siang hari pukul 12.00-13.00, dan sore hari
antara pukul 17.00-17.30. pakan yang bisa diberikan berupa katak 2-3 ekor setiap
kali pemberian.

6. Pemberian Pakan
Arwana di dalam akuarium umumnya diberi pakan berupa pakan hidup.
Pakan-pakan ini antara lain blood worm (cacing darah), ikan-ikan kecil, udang, anak
katak, kadal, jangkrik, ulat sutera, kecoa dan kelabang. Selain sesuai dengan
karakter ikan yang karnivora (pemakan daging), pakan juga sarat kandungan gizi,
seperti protein, lemak, dan karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi. Sementara
itu, vitamin dan mineral membantu proses fisiologi, membentuk enzim, dan
menunjang kesehatannya.
Pakan yang seimbang sangat penting untuk membantu pematangan dan
pemijahan. Pakan dengan protein yang tinggi sangat baik untuk ikan seperti : ikan
guppy, udang air tawar (Macrobrachium lanchestrii), dan ikan Mas. Pellet yang akan
diberikan harus mengandung 32% protein. Total pakan yang diberikan untuk setiap
harinya adalah 2% dari total berat badan.
Pemberian pakan terhadap Arwana tidak ada ketentuan pasti karena ikan ini
akan memakan makanan yang diberikan apabila dalam keadaan lapar dan akan
berhenti dengan sendirinya setelah merasa kenyang. Dan ini akan memberikan
dampak yang tidak baik pada ikan tersebut karena ikan sulit memakan pakan yang
diberikan untuk tahap berikutnya. Jadi dalam pemberian pakan sebaiknya tidak
diberikan dalam keadaan terlalu kenyang. Pakan yang diberikan adalah pakan yang
segar karena ikan ini tidak akan memakan pakan selain pakan hidup. Penentuan
jenis pakan sebaiknya diberikan pakan yang mengapung di permukaan air.
Frekwensi pemberian pakan yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan
yang baik dan efisien. Frekwensi pemberian pakan yang optimal tergantung oleh
sifat dan jenis ikan yang dibudidayakan. Hal ini berhubungan dengan kecepatan
pencernaan dan pemakaian energi.
Pakan Arwana sebaiknya beragam agar tidak tergantung pada satu jenis
pakan. Bila ikan ini terbiasa dengan satu jenis pakan dan hanya menerima makanan
jenis itu maka akan mendapatkan kesulitan bila suatu saat makanan tersebut sulit
didapat.
Kualitas pakan yang diberikan sangat menentukan tingkat kedewasaan dan
pematangan telurnya. Pakan yang baik untuk mempercepat tingkat kedewasaan
dan pematangan telur hendaknya mengandung vitamin, protein, dan mineral yang
lengkap dan mengandung lemak yang sedikit seperti cacing dan moluska.

7. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup


Pertumbuhan ikan biasanya dinyatakan dengan pertambahan berat badan
dan panjang badan ikan dalam jangka waktu tertentu. Terdapat dua faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu faktor yang disebabkan dari dalam seperti
umur, jenis ikan, serta perbedaan jenis kelamin ikan, sedangkan faktor dari luar
yaitu pakan dan kualitas air.
Faktor-faktor kimia perairan dalam keadaan ekstrim mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Diantaranya adalah
Oksigen, Karbon dioksida, Hidrogen sulfida, keasaman dan alkalinitas, dimana pada
akhirnya akan mempengaruhi terhadap makanan. Yang menyebabkan nafsu makan
berkurang sehingga menyebabkan pertumbuhan terganggu.
Kelangsungan hidup Ikan Arwana ini bisa mencapai 70-90%, apabila
dilakukan pemeliharaan dengan baik. Dalam pemeliharaan benih stadia larva
hingga ukuran benih selama 60 hari terjadi pertumbuhan badan dan penurunan
sintasan. Nilai mortalitas bisa mencapai angka 33,4% yang disebabkan oleh
serangan bintik putih (white spot) secara cepat.

Anda mungkin juga menyukai