Anda di halaman 1dari 14

Referat

GANGGUAN PENYESUAIAN (F43.2)

Oleh

Dwipa Dhurandhara
Puji Yunisyah Rahayu
Selina Rahmelia

Pembimbing

dr. Andriza, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PEKANBARU
PERIODE 13 NOVEMBER 2017-16 DESEMBER 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Gangguan penyesuaian adalah gangguan yang terkait dengan stres, jangka


pendek, dan gangguan nonpsikotik. Orang-orang dengan kondisi ini terganggu
pada beberapa elemen fungsi umum mereka karena respon emosional atau
perilaku mereka terhadap kejadian stres yang dapat merubah kehidupan
seseorang. Pada populasi anak-anak, peristiwa semacam itu bisa menjadi
pemisahan atau perceraian orang tua, kelahiran baru dalam keluarga, atau
kehilangan sosok. Pada orang dewasa, stres termasuk gangguan dalam hubungan,
kehilangan pekerjaan atau kesulitan yang berhubungan dengan pekerjaan,
kebangkrutan, perubahan yang tidak diinginkan, atau perburukan kondisi
kesehatan yang serius. Gangguan penyesuaian dapat terjadi sebagai reaksi
terhadap stresor traumatis seperti bencana alam atau kekerasan.1
Gangguan penyesuaian ini memiliki batas waktu, biasanya mulai dalam
waktu 3 bulan dari peristiwa stress. Gejala akan berkurang dalam waktu 6 bulan
setelah stressor menghilang atau ketika adaptasi baru terjadi. Kecuali dalam hal
reaksi depresif berkepanjangan (F43.21). Gangguan penyesuaian menurut definisi
terbatas pada diri sendiri, ketidaknyamanan yang terkait, kesusahan, kekacauan,
menderita, dan termasuk kemungkinan bunuh diri.2
Survei mengenai rawat inap terkait kesehatan mental di Angkatan
Bersenjata AS mendapatkan bahwa antara tahun 2000 dan 2012, 49.790 dari
192.317 pasien rawat inap di rumah sakit (38%) terkait dengan gangguan
penyesuaian. Menurut DSM-5, diagnosis utama gangguan penyesuaian terjadi
pada kira-kira 5-20% individu yang menjalani perawatan kesehatan mental rawat
jalan. Dalam setting pelayanan konsultasi kejiwaan di rumah sakit, gangguan
penyesuaian seringkali merupakan diagnosis yang paling umum, dengan frekuensi
setinggi 50%. Sebagian besar penelitian melaporkan tidak ada perbedaan
prevalensi yang signifikan di antara kelompok usia. Tingkat gangguan
penyesuaian berdasarkan ras atau jenis kelamin tidak jelas dalam penelitian ini.

1
Dalam sebuah studi di Ethiopia, Aljazair, Gaza, dan Kamboja dan Dobrisk
mengidentifikasi posttraumatic stress disorder (PTSD) sebagai kondisi komorbid
sekitar 53-70% kasus gangguan penyesuaian, hal ini merupakan respon dari stress.
Secara keseluruhan, literatur menunjukkan bahwa kejadian gangguan penyesuaian
meningkat pada penyakit besar seperti kanker atau penyakit besar lainnya sebagai
konsekuensi yang mengubah hidup. Misalnya, satu studi menunjukkan bahwa
61,5% korban luka bakar yang dirujuk untuk konsultasi kejiwaan mengalami
gangguan penyesuaian.3
Gangguan penyesuaian merupakan reaksi terhadap stres kehidupan yang
luar biasa yang menimbulkan situasi tidak nyaman yang berkelanjutan sehingga
terjadinya perubahan penting dalam kehidupan. Kejadian hidup yang stress, meski
singkat, bisa membpengaruhi kesehatan seseorang. Peristiwa ini bahkan dapat
menyebabkan perubahan psikopatologis. Gangguan penyesuaian adalah diagnosis
yang umum dalam praktis klinis, meskipun biasanya didiagnosis oleh spesialis.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas tentang gangguan penyesuaian.

1.2 Tujuan penulisan


Tujuan penulisan referat ini adalah:
1. Memahami tentang gangguan penyesuaian
2. Meningkatkan kemampuan penulisan ilmiah di bidang kedokteran
khususnya di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa.
3. Memenuhi salah satu syarat ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Rumah Sakit
Jiwa Tampan Pekanbaru.

1.3 Metode penulisan


Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka yang mengacu
pada beberapa literatur.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gangguan penyesuaian (Adjustment disorder) didefinisikan sebagai gejala-
gejala emosional atau perilaku yang bermakna secara klinis dan terjadi sebagai
respon terhadap satu atau lebih stresor yang nyata. Gejala-gejala timbul dalam tiga
bulan terjadinya stresor dan menghilang dalam waktu 6 (enam) bulan setelah tidak
ada stressor. 4
2.2 Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, prevalensi gangguan ini diperkirakan dari 2 sampai
8 persen dari populasi umum. Perempuan didiagnosis dengan gangguan ini dua
kali daripada laki-laki, dan perempuan secara pribadi umumnya sangat
dipresentasikan sebagai yang paling rentan berisiko. Gangguan ini dapat terjadi
pada berbagai umur, tapi paling sering didiagnosis pada remaja. Di antara remaja
dari salah satu jenis kelamin, umumnya stres adalah masalah di sekolah,
penolakan dan perceraian orang tua, dan penyalahgunaan zat. Di antara orang
dewasa, pemicu stres adalah masalah pernikahan, perceraian, pindah pada
lingkungan yang baru, dan masalah keuangan.5
Gangguan penyesuaian mengenai sampai dengan 50 % orang dengan
masalah atau stresor medis spesifik yang telah didiagnosis mengalami gangguan
penyesuaian. Lebih jauh lagi, 10-30 % pasien rawat inap di rumah sakit umum
yang dirujuk untuk konsultasi jiwa yang telah didiagnosis mengalami gangguan
penyesuaian. 4,5
Terdapat perbedaan penting antara remaja dan dewasa terkait dengan
prognosis gangguan penyesuaian. Sebagian besar individu dewasa dengan
gangguan penyesuaian bebas dari gejala (71% yang benar-benar baik, 8%
memiliki masalah intervensi, dan 21% mengalami depresi atau kecanduan
alcohol), remaja memiliki hasil yang jauh berbeda. Selama 5 tahun, penelitian ini
dilanjutkan, hasil bahwa 43% remaja memiliki gangguan psikiatri utama
(misalnya, skizofrenia, gangguan skizoafektif, depresi, gangguan

3
penyalahguanaan zat, dan gangguan kepribadian), 13% memiliki gangguan mental
intervensi, dan 44% tidak memiliki gangguan mental.5

2.3 Etiologi
Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya
stresor. Walaupun adanya stresor merupakan komponen esensial dari gangguan
penyesuaian, namun stres adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan
perkembangan, jenis dan luasnya psikopatologi. Berikut merupakan faktor risiko
terjadinya gangguan penyesuaian, yaitu:4,6

1. Genetik

Pada seseorang dengan temperamen yang tinggi dan atau ansietas cenderung
lebih bereaksi terhadap suatu peristiwa yang memicu terjadinya stres dan
kemudian dapat terjadi gangguan penyesuaian. Ada penelitian mendapatkan
bahwa berbagai peristiwa kehidupan dan stresor ada korelasi pada anak kembar,
dan pada kembar monozigotik konkordans lebih tinggi dibandingkan dengan
dizigotik.

2. Biologik

Kerentanan yang besar dengan riwayat penyakit medis yang serius atau
disabilitas.

3. Psikososial

Kerentanan yang besar pada individu yang kehilangan orang tua pada masa
bayi atau mereka yang ada pengalaman buruk dengan ibu, kemampuan
mentoleransi frustasi dalam hidup individu dewasa berhubungan dengan kepuasan
dari kebutuhan dasar hidup masa bayi.

2.4 Manifestasi Klinis


Gangguan penyesuaian didiagnosis saat seseorang memiliki gejala
kejiwaan saat menyesuaikan diri terhadap keadaan baru. Gejala-gejala yang
muncul bervariasi, misalnya depresi, kecemasan, atau campuran di antara

4
keduanya. Gejala campuran ini yang paling sering ditemukan pada orang dewasa.
Berikut adalah gabungan dari beberapa gejala gangguan penyesuaian:
• Gejala psikologis. Meliputi depresi, cemas, khawatir, kurang konsentrasi,
dan mudah tersinggung.
• Gejala fisik. Meliputi berdebar-debar, nafas cepat, diare, dan tremor.
• Gejala perilaku. Meliputi agresif, ingin menyakiti diri sendiri, alcohol
abuse, penggunaan obat-obatan yang tidak tepat, kesulitan sosial, dan masalah
pekerjaan.

Gejala-gejala tersebut muncul bertahap setelah adanya kejadian yang penuh


tekanan, dan biasanya berlangsung dalam waktu sebulan (ICD-10) atau 3 bulan
(DSM IV). Gangguan ini jarang terjadi lebih dari 6 bulan. Contoh kejadian yang
penuh tekanan antara lain putusnya hubungan, pemutusan hubungan kerja,
perselisihan dalam pekerjaan, kehilangan, sakit dan perubahan besar.
Seseorang yang menderita gangguan penyesuaian akan memiliki kesulitan dalam
fungsi sosial dan pekerjaan; kerja dan hubungan antara sesama akan terganggu
akibat stress yang berlangsung atau kurangnya konsentrasi. Bagaimanapun juga
kesulitan yang terjadi tidak akan mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang
sampai level yang signifikan. Gejala tidak selalu menghilang segera setelah
stressor menghilang dan jika stressor berlanjut, gangguan mungkin akan menjadi
kronik.7,8

2.5 Kriteria Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan suatu evaluasi pskiatrik yang komprehensif


dengan wawancara dengan mengetahui sejarah pasien yang lengkap, termasuk
identifikasi dari stresor sebagai pencetus gangguan penyesuaian dan mengevaluasi
respon terhadap stresor.4

Kriteria diagnostik menurut DSM-IV-TR:9

5
a. Perkembangan gejala emosi maupun perilaku yang muncul sebagai respon
terhadap stresor yang dapat diidentifikasi, terjadi dalam/tidak lebih dari 3
bulan setelah onset dari stresor tersebut.
b. Gejala atau perilaku tersebut secara klinis bermakna sebagaimana
ditunjukkan berikut ini:
1. Penderitaan yang nyata melebihi apa yang diperkirakan, saat
mendapatkan paparan stressor.
2. Gangguan yang bermakna pada fungsi sosial atau pekerjaan,
termasuk dalam bidang akademik.
3. Gangguan yang berhubungan dengan stres tidak memenuhi kriteria
untuk kelainan Aksis I secara spesifik dan bukan merupakan
eksaserbasi dari kelainan Aksis I atau II yang ada sebelumnya.
4. Gejalanya yang muncul tidak mencerminkan kehilangan
(Bereavement)
5. Jika stressor (atau sequence-nya) telah berhenti, gejala tidak
muncul lagi untuk tambahan 6 bulan ke depan.
Tentukan jika:
Akut : Jika gangguan terjadi selama kurang dari 6 bulan
Kronik : Jika gangguan terjadi selama 6 bulan atau lebih lama adjusment
disorder dikode berdasarkan pada sub tipenya, yang dipilih
berdasarkan gejala yang predominan.
Stresor yang spesifik dapat ditentukan dalam aksis IV
309.0 With Depressed Mood
309.24 With Anxiety
309.28 With Mixed Anxiety and Depressed Mood
309.3 With Disturbance of Conduct
309.4 With Mixed Disturbance of Emotions and Conduct
309.9 Unspecified

Kriteria diagnostik menurut PPDGJ-III:10


a. Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara:
 bentuk, isi, dan beratnya gejala

6
 riwayat sebelumnya atau corak kepribadian
 kejadian, situasi yang penuh stres, atau krisis kehidupan
b. Adanya ketiga faktor di atas harus jelas dan mempunyai bukti yang kuat
bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi bila tidak mengalami hal
tersebut.
c. Manifestasi gangguan bervariasi dan mencakup afek depresi, anxietas,
campuran depresi dan anxietas, gangguan tingkah laku disertai adanya
disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari.
d. Biasanya mulai terjadi dalam satu bulan setelah terjadinya kejadian yang
penuh stres, dan gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan
kecuali dalam hal reaksi depresi berkepanjangan.
e. Karakter kelima :
F43.20 = reaksi depresi singkat
F43.21 = reaksi depresi berkepanjangan
F43.22 = reaksi campuran anxietas dan depresi
F43.23= dengan predominan gangguan emosi lain
F43.24= dengan predominan gangguan perilaku
F43.25= dengan gangguan campuran emosi dan perilaku
F43.28= dengan gejala predominan lainnya YDT.

2.6 Terapi
a. Psikoterapi
Intervensi psikoterapi pada gangguan penyesuaian bertujuan untuk
mengurangi efek dari stressor, meningkatkan kemampuan mengatasi
(coping) stressor yang tidak bisa dikurangi, dan menstabilkan status mental
dan system dukungan untuk memaksimalkan adaptasi. Psikoterapi dapat
berupa: terapi perilaku-kognitif, terapi interpersonal, upaya psikodinamik
atau konseling.4,8
Tujuan utama dari psikoterapi ini untuk menganalisa stressor yang
mengganggu pasien kemudian dihilangkan atau diminimalkan. Sebagai
contoh, amputasi kaki dapat menghancurkan perasaan seseorang tentang
dirinya, terutama jika individu tersebut adalah seorang atlet lari. Perlu

7
diperjelas bahwa pasien tersebut tetap memiliki suatu kemampuan besar,
dimana ia dapat menggunakannya untuk pekerjaan yang berguna, tidak
perlu kehilangan hubungan yang berharga, dapat bereproduksi, dan ini tidak
berarti bagian tubuh yang lain juga akan hilang. Jika tidak, pasien tersebut
dapat berfantasi ( bahwa semuanya hilang) dan stressor (amputasi) dapat
mengambil alih, membuat disfungsional (pekerjaan, seks) pada pasien, dan
menyebabkan disforia yang menyakitkan atau kecemasan.8
Beberapa stressor dapat menyebabkan reaksi yang berlebihan
(misalnya, pasien memutuskan untuk bunuh diri atau melakukan
pembunuhan setelah ditinggalkan oleh kekasihnya). Pada kasus seperti
reaksi berlebihan dengan perasaan, emosi atau perilaku, terapis akan
membantu individu menempatkan perasaan dan kemarahannya melalui kata-
kata daripada melakukan tindakan destruktif dan memberikan perspektif.
Peran verbalisasi dan gabungan afek dan konflik yang tidak berlebihan
dalam upaya mengurangi stressor dan meningkatkan coping. Obat-obatan
dan alkohol tidak dianjurkan.4
Psikoterapi, konseling krisis medis, intervensi krisis, terapi keluarga,
terapi kelompok, terapi perilaku-kognitif, dan terapi interpersonal semua
mendorong individu untuk mengekspresikan pengaruh, ketakutan,
kecemasan, kemarahan, rasa tidak berdaya, dan putus asa terhadap stressor.
Mereka juga membantu individu untuk menilai kembali realitas dalam
beradaptasi. Sebagai contoh, hilangnya kaki bukan berarti kehilangan
nyawa. Tetapi itu adalah kerugian besar. Psikoterapi singkat berusaha untuk
membingkai makna stressor tersebut, cara meminimalkannya dan
mengurangi defisit psikologis terhadap kejadian tersebut. 4,11

b. Farmakoterapi
Biasanya, penggunaan terapi farmakologi oleh individu dengan gangguan
penyesuaian adalah untuk mengurangi gejala seperti insomnia, kecemasan
dan serangan panik. Yang paling umum diresepkan untuk agen individu
dengan gangguan penyesuaian adalah benzodiazepine dan anti-depresan. 4

8
Antidepresi dapat diberikan bila dijumpai adanya depresi, misalnya
SSRI. Antidepresan sangat efektif dalam pengobatan depresi dalam
perawatan primer dan dapat menjadi terapi yang efektif dan efisien untuk
gangguan penyesuaian dengan mood depresif.12
Tidak ada terapi antidepresi yang lebih efektif, baik terapi tunggal
maupun terapi kombinasi, dalam pengobatan gangguan penyesuaian.
Pengobatan dengan trazodone maupun clorazepate pada pasien gangguan
penyesuaian dengan HIV menunjukan hasil yang sama dalam
penyembuhan penyakit. Pengobatan dengan etifoxine (obat anxiolitic non
benzodiazepine) dan lorazepam juga menunjukkan adanya kemanjuran
dalam mengobati gejala, namun pada pasien yang menggunakan etifoxine
ditemukan bahwa pasiennya membaik secara nyata dan menunjukan efek
yang baik tanpa efek samping. 11,12

2.7 Prognosis
Dengan terapi yang efektif, prognosis pada umunya adalah baik.
Kebanyakan pasien kembali ke fungsi semula dalam waktu 3 bulan. Gangguan
penyesuaian dapat berlangsung sementara dan dapat sembuh sendiri atau
setelah mendapat terapi.4
Remaja membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih kembali
dibandingkan dengan orang dewasa. Penelitian follow-up setelah 5 tahun
setelah mendapatkan terapi menunjukkan bahwa 71% pasien dewasa sembuh
tanpa gejala residual, 21% berkembang menjadi gangguan depresi mayor, atau
alkoholisme.13 Remaja memiliki prognosis kurang baik bila dibandingkan
dengan dewasa, karena 43% menderita gangguan Skizofrenia dengan gangguan
skizoafektif, depresi mayor, gangguan penyalahgunaan zat, serta gangguan
kepribadian.4

9
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Gangguan penyesuaian (adjustment disorders) merupakan reaksi
maladaptif jangka pendek terhadap apa yang disebut orang awam sebagai bencana
pribadi tetapi di dalam istilah psikiatri disebut stresor psikososial. Gangguan ini
diharapkan pulih segera setelah stresor berhenti atau, jika menetap, diperoleh
suatu tingkat adaptasi baru. Gangguan penyesuaian diri adalah reaksi terhadap
satu atau beberapa perubahan (stressor) dalam kehidupan seseorang yang lebih
ekstrem dibandingkan dengan reaksi normal orang pada umumnya, terhadap
perubahan (stressor) yang sama.
Menurut definisi, gangguan penyesuaian dicetuskan oleh satu atau lebih
stresor. Stresor dapat hanya satu, seperti perceraian, atau kehilangan pekerjaan,
atau dapat multipel, seperti kematian orang yang penting pasien bersamaan
dengan penyakit fisik pasien.
Terapi yang tepat akan membuat prognosis keseluruhan pada gangguan
penyesuaian umumnya baik. Sebagian besar pasien kembali ke tingkat fungsi
sebelumnya dalam 3 bulan. Sejumlah orang (terutama remaja) yang mendapatkan
diagnosis gangguan penyesuaian di kemudian hari memiliki gangguan mood atau
gangguan terkait zat. Remaja biasanya memerlukan waktu yang lebih lama untuk
pulih dibandingkan dewasa.

a. Saran
1. Pentingnya mengetahui dan memahami tentang gangguan penyesuaian
(Adjustment Disorders).

10
2. Pentingnya mengetahui dan memahami tentang farmokoterapi dan
farmakologi gangguan penyesuaian (Adjustment Disorders).

DAFTAR PUSTAKA

11
1. Dobricki M, Komproe IH, de Jong JT, Maercker A. Adjustment disorders
after severe life-events in four postconflict settings. Soc Psychiatry
Psychiatr Epidemiol. 2010;45(1):39-46.

2. Casey P, Jabbar F, O'Leary E, Doherty AM. Suicidal behaviours in


adjustment disorder and depressive episode. J Affect Disord.
2015;174:441-6.

3. Frank JB. Adjustment disorders [internet]. Medscape.2017. Tersedia dari


URL: https://emedicine.medscape.com/article/2192631-overview#a5 .
Diakses pada tanggal 29 November 2017.

4. Kandou JE. Gangguan Penyesuaian. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G,


Buku Ajar Psikiatri. edisi ke-2. Jakarta:Badan Penerbit FKUI; 2013:317 -
21.

5. Sadock BJ, Sadock VA. Adjustment Disorders. In: Sadock BJ, Sadock
VA, Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences /
Clinical Psychiatry, 10th Ed. New York : Lippincott Williams & Wilkins;
2007: 787-90.

6. Stubbe D. Adjustment Disorder. In: Stubbe D, Child and Adolescent


Psychiatry : A Practical Guide, Edisi ke-1. New Haven:Lippincott William
& Wilkins;2007:160-1.

7. Wilson DS. Adjustment Disorder [internet].Veterans. 2008. Tersedia dari


URL: http://www.veterans-uk.info/publications/adjustment_disorder.pdf.
Diakses pada tanggal 29 November 2017.

8. Kay J, Tasman A. Adjusment Disorder. Spain: Essentials of Psychiatry.


2006;1-13.

9. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revision, DSM-IVTR.


Arlington, VA: American Psychiatric Association. 2000.

10. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta:2003;79.

12
11. Maramis WF, Maramis AA. Gangguan Penyesuaian. Dalam: Maramis
WF, Maramis AA, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi ke-2. Surabaya:
Pusat Penerbitan dan Percetakan AUP. 2009;322.
12. Hameed U, Schwartz TL, Malhotra Kamna. Antidepressant treatment in
the primary care office : Outcomes for adjusment disorder versus major
depression. Ann Clin Psychiatry. 2005;17(2):77-81.

13. Kupfer DJ, Horner MS, Brent DA. Anxiety and Stress-Related Disorders.
Dalam: Kupfer DJ, Horner MS, Brent DA.Oxford American Handbook of
Psychiatry. Edisi ke-1. New York : Oxford University Press. 2008;426-8.

13

Anda mungkin juga menyukai