Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN ASESMEN PRA BEDAH

RSIA SITI HAWA

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI HAWA


JL. Parak Gadang Raya No 35 A Padang Telp. (0751) 841633-8412
BAB I
PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Asesmen Pra Bedah adalah suatu pemeriksaan dan perencanaan sebelum tindakan
pembedahan dilaksanakan sehingga tindakan pembedahan dapat berjalan dengan baik
dan aman.
2. TUJUAN
1. Sebagai panduan yang sistematis untuk menentukan status medis dan keperawatan
pasien pada perencanaan dan perawatan lebih lanjut.
2. Dasar untuk memilih prosedur yang tepat, waktu yang optimal, prosedur bedah yang
aman
3. Memberikan manfaat terhadap prosedur yang direncanakan.
4. Pasien dan keluarga memperoleh informasi yang jelas mengenai kemungkinan
terjadinya komplikasi pembedahan.

BAB II
RUANG LINGKUP

2.1. PELAKSANA ASESMEN PRA BEDAH


1. Dokter spesialis Obstetri Ginekologi
2. Perawat Instalasi OK/KB

2.2. UNIT KERJA TERKAIT


1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Ruang Rawat Inap
4. Instalasi OK/KB

2.3. KEWENANGAN PELAKSANA


Yang dapat melakukan asesmen adalah Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang
kompeten, mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek (SIP), Surat
Penugasan Klinis (SPK) dari Direktur RSIA Siti Hawa
Dalam hal ini asesmen medis prabedah dilakukan oleh DPJP (dokter operator) dan
asesmen keperawatan dilakukan oleh perawat instalasi bedah dengan tingkat kemampuan
minimal Perawat Klinis II.

2.4. KETENTUAN ASESMEN PRA BEDAH


Berkenaan dengan perbedaan status pasien, petugas yang memberikan pembiusan/
anestesi (dokter ahli bedah atau dokter ahli anestesi) dan asal pasien (rawat jalan atau
rawat inap) maka asesmen prabedah di RSIA Siti Hawa terbagi menjadi:
1. Asesmen prabedah emergensi/ cito
2. Asesmen prabedah rawat jalan
3. Asesmen prabedah rawat inap
Ketentuan asesmen prabedah:
1. Asesmen prabedah berisi data klinis singkat (anamnesis, pemeriksaan, data
penunjang) yang bermakna, bermanfaat dalam menentukan diagnosis, rencana
tindakan operatif/ rencana keperawatan operatif bagi pasien. Data bersifat singkat
karena data yang lebih lengkap sudah dilakukan di lakukan dan dicatat di dalam
asesmen awal pasien.
2. Asesmen yang sebagian atau seluruhnya dibuat di luar RSIA Siti Hawa dilakukan
penilaian ulang atau verifikasi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Asesmen yang dilakukan setelah 30 hari
b. Asesmen yang dilakukan sebelum 30 hari tetapi terjadi perubahan bermakna
pada kondisi pasien sehingga asesmen yang sudah dilakukan tidak dapat
menggambarkan keadaan pasien saat berkunjung ke RSIA Siti Hawa
c. Hasil asesmen yang dianggap dapat berubah dengan cepat seperti tanda vital
(GCS, tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan), skala nyeri, resiko jatuh, hasil
pemeriksaan glukosa darah, dll.
3. Asesmen prabedah operasi cito/ emergency (misal pasien dari IGD) dapat dilakukan
sesaat sebelum operasi, boleh tidak dilakukan dengan lengkap, hanya berupa catatan
singkat pemeriksaan, diagnosis dan rencana operasi yang dilakukan.
4. Hasil asesmen prabedah rawat jalan dicatat di formulir asesmen prabedah rawat jalan,
asesmen prabedah rawat inap dicatat di formulir asesmen prabedah rawat inap,
asesmen prabedah emergensi/ cito cukup ditulis di lembar triage IGD atau di CPPT
(Catatan Perkembangan Terintegrasi Pasien).
5. Asesmen prabedah juga meliputi proses penandaan lokasi operasi (site marking). Saat
melakukan proses asesmen prabedah, terutama penandaan lokasi operasi, pasien/
keluarga juga turut dilibatkan.
6. Seluruh hasil asesmen prabedah disimpan menjadi satu di dalam berkas pasien.

Ketentuan asesmen prabedah rawat jalan:


1. Pasien yang akan menjalani pembedahan rawat jalan mendapat asesmen prabedah
rawat jalan dan dicatat di formulir asesmen prabedah rawat jalan. Pasien yang akan
menjalani prosedur/ operasi kecil di ruang poliklinik / IGD tidak perlu dilakukan
asesmen khusus prabedah, cukup dicatat dalam lembar asesmen awal rawat jalan.
2. Asesmen prabedah medis dilakukan oleh DPJP (dokter operator), asesmen prabedah
keperawatan dilakukan oleh perawat instalasi OK/KB. Asesmen dapat dilakukan
sesaat sebelum tindakan operasi di instalasi OK/KB
3. Asesmen prabedah medis rawat jalan berisi catatan ringkas yang bermakna berkenaan
dengan proses pembedahan yang akan dilakukan meliputi catatan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis utama (diagnosis yang menjadi
alasan pembedahan), nama tindakan/ operasi, dan jika diperlukan persiapan khusus
saat pembedahan. Selain itu juga dilakukan penandaan lokasi operasi untuk daerah
operasi yang mempunyai perbedaan sisi (laterality), multiple struktur (jari tangan, jari
kaki, lesi), atau multiple level (tulang belakang).
4. Asesmen prabedah keperawatan berisi catatan ringkas status pasien termasuk status
sosial ekonomi, psikologis, anamnesis penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, masalah keperawatan dan rencana tindakan keperawatan.
5. Formulir asesmen prabedah rawat jalan disimpan menjadi satu dengan berkas rekam
medis pasien.
6. Jika diperlukan tindakan dokter spesialis anestesi dalam operasi yang akan dijalankan,
dokter spesialis anestesi diperkenankan melakukan asesmen sesaat sebelum dilakukan
anestesi dan mencatat hasil asesmen di lembar asesmen prabedah yang telah
disediakan.
Ketentuan asesmen prabedah rawat inap:
1. Pasien yang akan menjalani pembedahan saat rawat inap mendapat asesmen prabedah
rawat inap dan dicatat di formulir asesmen prabedah rawat inap.
2. Asesmen medis prabedah dilakukan oleh DPJP (dokter operator), asesmen pra-
anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi, asesmen keperawatan prabedah
dilakukan oleh perawat instalasi OK/KB.
3. Asesmen medis dilakukan paling lambat 24 jam sebelum tindakan operasi, asesmen
keperawatan prabedah boleh dilakukan saat pasien berada di instalasi OK/KB. Untuk
kasus bedah emergensi/ cito ketentuan waktu minimlal dilakukannya asesmen
prabedah dapat diabaikan.
4. Asesmen prabedah medis rawat inap berisi catatan ringkas yang bermakna berkenaan
dengan proses pembedahan yang akan dilakukan meliputi catatan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis utama (diagnosis yang menjadi
alasan pembedahan), nama tindakan/ operasi, dan jika diperlukan persiapan khusus
saat pembedahan/ pembiusan. Selain itu juga dilakukan penandaan lokasi operasi
untuk daerah operasi yang mempunyai perbedaan sisi (laterality), multiple struktur
(jari tangan, jari kaki, lesi), atau multiple level (tulang belakang).
5. Asesmen keperawatan prabedah berisi catatan ringkas status pasien termasuk status
sosial ekonomi, psikologis, anamnesis penyakit, pemeriksaan fisik (fungsi B1 – B6),
resiko jatuh, asesmen nyeri, pemeriksaan penunjang, masalah keperawatan dan
rencana tindakan keperawatan.
6. Formulir asesmen prabedah rawat inap disimpan menjadi satu dengan berkas rekam
medis pasien.
BAB III
TATA LAKSANA
3.1 TATA LAKSANA ASESMEN PRABEDAH EMERGENSI/ CITO
1. DPJP melakukan asesmen prabedah dan melakukan catatan singkat (anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (jika ada), diagnosis, rencana tindakan
operasi) di lembar triage IGD jika pasien berada di IGD atau di lembar CPPT (Catatan
Perkembangan Terintegrasi Pasien) jika pasien berada di ruang rawat inap.
2. Perawat melakukan asesmen tanda vital dan catatan singkat keperawatan lainnya di
lembar triage atau di lembar CPPT (Catatan Perkembangan Terintegrasi Pasien).
3. DPJP atau perawat IGD/ ruang rawat inap melakukan koordinasi dengan instalasi
OK/KB dan dokter anestesi untuk tindakan operasi
4. DPJP menerangkan kepada pasien dan atau keluarganya tentang diagnosis dan
tindakan yang akan dilakukan, termasuk alasan dilakukan operasi emergensi/ cito dan
meminta persetujuan pasien atau keluarga.
3.2 TATA LAKSANA ASESMEN PRA BEDAH RAWAT JALAN
1. Setelah memeriksa pasien di poliklinik dan memutuskan akan melakukan operasi,
dokter operator menghubungi instalasi OK/KB untuk mengkonfirmasi jadwal dan
jenis/ nama tindakan intervensi/ operasi dan persiapan khusus operasi jika diperlukan.
2. Dokter memberikan surat pengantar operasi kepada pasien.
3. Pasien mendaftar di TPP di hari yang telah ditentukan dengan membawa surat
pengantar dokter.
4. Pasiens setelah didaftar, diantar oleh petugas TPP ke ruang instalasi OK/KB.
5. Pasien didata di instalasi OK/KB dan dilakukan asesmen prabedah rawat jalan.
6. Asesmen prabedah medis rawat jalan dilakukan oleh dokter operator dan asesmen
prabedah keperawatan dilakukan oleh perawat instalasi OK/KB dengan menggunakan
form asesmen bedah rawat jalan.
7. Berkas asesmen prabedah dan laporan operasi lainnya dikirim ke instalasi rekam
medis untuk dijadikan satu dengan berkas rekam medis pasien.

3.3 TATA LAKSANA ASESMEN PRA BEDAH RAWAT INAP


1. Pasien rawat inap yang menjalani pembedahan dilakukan asesmen prabedah oleh
DPJP (dokter operator), asesmen pra-anestesi oleh dokter spesialis anestesi di ruang
rawat inap minimal 24 jam sebelum tindakan operasi dengan menggunakan form
asesmen prabedah. Saat melakukan asesmen prabedah dokter didampingi oleh
perawat ruang rawat inap.
2. Dokter operator juga melakukan penandaan lokasi operasi jika diperlukan. Saat
penandaan lokasi operasi DPJP selain melibatkan perawat ruang rawat inap juga
melibatkan pasien/ keluarga pasien.
3. Asesmen keperawatan prabedah dilakukan oleh perawat di instalasi OK/KB.
4. Dokter operator atau perawat membuat jadwal operasi dan mengkonfirmasi jadwal
tersebut ke instalasi OK/KB. Selain menentukan jadwal operasi, dokter operator atau
dokter anestesi juga menentukan persiapan khusus yang perlu dilakukan sebelum,
selama, setelah pembedahan.
5. Semua hasil asesmen dicatat di lembar asesmen prabedah, dijadikan satu dengan
berkas rekam medis pasien dan disertakan saat pasien dihantar ke instalasi OK/KB.
BAB V
DOKUMENTASI

Ketentuan dokumentasi asesmen pra bedah:


1. Setelah selesai melakukan pemeriksaan pasien, PPA (Profesional Pemberi Asuhan) dalam
hal ini dokter operator dan perawat diharapkan segera melakukan pencatatan hasil
asesmen sesuai dengan formulir yang ada. Jika tidak dapat segera dilaksanakan,
pencatatan dilakukan sesuai dengan ketentuan batas waktu yang telah ditentukan.
2. Semua hasil asesmen pasien disimpan menjadi satu dengan berkas rekam medis lainnya
dan diserahkan kepada instalasi rekam medis.
3. Instalasi rekam medis akan mengurutkan berkas asesmen sesuai dengan aturan/ panduan
rekam medis yang berlaku di rekam medis RSIA Siti Hawa
4. Instalasi rekam medis mengelola pemberkasan, penyimpanan rekam medis pasien sesuai
dengan aturan/ panduan rekam medis yang berlaku sedemikian sehingga dapat ditemukan
kembali dengan mudah.

Anda mungkin juga menyukai