Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SENI BUDAYA

MEMBRANOFON

D
I
S
U
S
U
N
Oleh kelompok II :
LAODE MUHAMMAD ALFAROUQ (MODERATOR)
HIDAYATTULLAH AKBAR (PEMATERI)
JUHARDI SYAWALUDDIN (NOTULIS)
IHDAL HUSNAYAIN
FAJAR MA’RIFAT
IKRAMSYAH
MUH IQZAL
HARPIAH
HERWIN
JESIKA
IKBAL

SMK Syekh Yusuf Gowa


Desa Nirannuang Dusun Tekko Tanru
Tahun Ajaran 2018-2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin
sangat sederhana.
Makalah in iberisikan tentang pengertian alat music membranophon. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan dan pedoman bagi para pembaca
Makalah ini kami akuimasih banyakkekurangankarenapengalaman yang
sayamilikisangatkurang.Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.

Gowa, januari 2018

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................................ i

Daftar Isi ......................................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1

BAB II Pembahasan ....................................................................................................... 2

A. Pengertian Membranofon ................................................................................. 2

B. Alat Musik Membranofon ............................................................................... 3

BAB III Penutupan ...................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 12

B. Saran ................................................................................................................ 12

Daftar Pustaka ....................................................................................................... iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki
berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut
kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti
bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya.
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kita pungkiri bahwa kebudayaan daerah merupakan
faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan
kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan
sangat berpengaruk terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan
nasional yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpebgaruh pula terhadap
kebudayaan daerah / kebudayaan lokal.
Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan ciri
khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.
Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga,
memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan
kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap
suku bangsa.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian membranofon

2. Alat Musik Membranofon


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Membranofom

Membranofon adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari selaput atau
membran, membranofon menghasilkan suara saat membran tersebut dipukul. berikut ini
adalah beberapa contoh alat musik yang termasuk kedalam kategori membranofon.

B.Alat Musik Membranofom

1. Gendang

Gendang atau Gendhang adalah instrumen dalam gamelanJawa Tengahdan Jawa


Baratyang salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan
tangan, tanpa alat bantu. Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah
disebut kendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe
biasa disebut kendang kalih. Kendang kalih dimainkan pada laguatau gendhing yang
berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi. Bisa
juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran ,ladrang irama tanggung.
Untuk wayangan ada satu lagi kendhang yang khas yaitu kendhang kosek.

Kendang kebanyakan dimainkan oleh para pemain gamelan profesional, yang sudah lama
menyelami budaya Jawa. Kendang kebanyakan di mainkan sesuai naluri pengendang,
sehingga bila dimainkan oleh satu orang denga orang lain maka akan berbeda nuansanya.
A. Jenis Jenis Gendang

Berikut jenis-jenis kendang :

1 Kendang yang kecil disebut ketipung


2 Kendang sedang disebut kendang ciblon/kebar.

3 Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe biasa disebut kendang
kalih.

Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti
ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat
pada pembukaan lagu jenis lancaran, ladrang irama tanggung. Untuk wayangan ada satu
lagi kendhang yang khas yaitu kendhang kosek.

B. Bahan dan Pembuatan gendang

Kendang yang baik biasanya terbuat dari bahan kayu nangka, kelapa atau cempedak.
Bagian sisinya dilapisi kulit kerbau dan kambing. Kulit kerbau sering digunakan untuk
bam (permukaan bagian yang memancarkan ketukan bernada rendah) sedangkan kulit
kambing digunakan untuk chang (permukaan luar yang memancarkan ketukan bernada
tinggi).

Terdapat tali pengikat kulit yang berbentuk "Y" atau tali rotan. Tali tersebut dapat
dikencangkan atau dikendurkan untuk mengubah nada dasar. Untuk menaikkan nada
suara dapat mengencangkan tarikan kulitnya.

C. sejarah gendang
Kendang, kendhang, atau gendang adalah salah satu alat musik dalam gamelan jawa yang
berfungsi mengatur irama dan termasuk dalam kelompok “membranofon” yaitu alat
musik yang sumber bunyinya berasal dari selaput kulit atau bahan lainnya.

Menurut bukti sejarah, kelompok membranofon telahmpok membranofon telah populer


di Jawa sejak pertengahan abad ke-9 Masehi dengan nama: padahi, pataha (padaha),
murawaatau muraba, mrdangga, mrdala, muraja, panawa, kahala, damaru, kendang.
Istilah ‘padahi’ tertua dapat dijumpai pada prasasti Kuburan Candi yang berangka tahun
821 Masehi (Goris, 1930). Seperti yang tertulis pada kitab Nagarakrtagama gubahan Mpu
Prapanca tahun 1365 Masehi (Pigeaud, 1960), istilah tersebut terus digunakan sampai
dengan jaman Majapahit.

Penyebutan kendang dengan berbagai nama menunjukkan adanya berbagai macam


bentuk, ukuran serta bahan yang digunakan, antara lain : kendang berukuran kecil, yang
pada arca dilukiskan sedang dipegang oleh dewa , kendang ini disebut “damaru“. Bukti
keberadaaan dan keanekaragaman kendang, dapat dilihat pada relief candi-candi sebagai
berikut :
• Candi Borobudur (awal abad ke-9 Masehi), dilukiskan bermacam- macam bentuk
kendang seperti bentuk : silindris langsing, bentuk tong asimetris, bentuk kerucut
(Haryono, 1985; 1986).
• Candi Siwa di Prambanan (pertengahan abad ke-9 Masehi), pada pagar langkan candi,
kendang ditempatkan di bawah perut dengan menggunakan semacam tali.

• Candi Tegawangi, candi masa klasik muda (periode Jawa Timur), sekitar abad 14),
dijumpai relief seseorang membawa kendang bentuk silindris dengan tali yang
dikalungkan pada kedua bahu.

• Candi Panataran, candi masa klasik muda (periode Jawa Timur), sekitar abad 14, relief
kendang digambarkan hanya menggunakan selaput satu sisi dan ditabuh dengan
menggunakan pemukul berujung bulat. Jaap Kunst (1968:35-36) menyebut instrumen
musik ini ‘dogdog‘, Ada hal yang menarik mengenai asal muasal kendang ini, yaitu
adanyakesamaan penyebutan dari sumber tertulis Jawa Kuno dengan sumber tertulis di
India. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi kontak budaya antara keduanya, termasuk
dalam dalam bidang seni pertunjukan.

Namun, tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa kendang Jawa adalah pengaruh kendang
India. Karena instrumen musik jenis membranofon ini diperkirakan telah ada sebelum
adanya kontak budaya dengan India, yang digunakan pada acara-acara ritual. Pada jaman
kebudayaan logam prasejarah di Indonesia (kebudayaan perunggu) telah dikenal adanya
“moko” dan “nekara”. Nekara pada zamannya berfungsi sebagai semacam genderang.

Yang pertamakali menemukan kendang


Bagaimana kisah lahirnya kendang/drum? Manusia di peradaban awal memiliki
kebiasaan memukul-mukul benda sekitarnya untuk mengekspresikan kegembiraan,
misalnya saat berhasil menangkap binatang buruan.

Dalam ekskavasi di berbagai wilayah di dunia ditemukan kendang/drum tertua dari masa
neolitikum. Misalnya, yang di Moravia diduga dari tahun 6000 SM. Bentuknya amat
sederhana berupa sepotong batang kayu berongga yang ujungnya ditutup kulit reptil atau
ikan. Alat itu dibunyikan dengan cara ditepuk.

Pada masa peradaban berikutnya, muncul kendang/drum kayu dengan kulit binatang. Stik
pukul pun mulai dipakai. Ini ditunjukkan oleh artefak dari Mesir kuno (4000 SM).

Tahun 3000 SM dikenal frame drum raksasa di kalangan bangsa Sumeria kuno dan
Mesopotamia. Selanjutnya, drum “menggelinding” ke Afrika dan Yunani sekitar tahun
2000 SM. Drum serupa jam pasir tampak pada relief Bharhut, relief candi India tertua,
dari abad 2 SM. Pada masa bersamaan drum muncul di Romawi. Bahakan Romawilah
yang pertama kali menggunakan drum sebagai pengobar semangat pasukan perang.

Tahun 600-an Persia mengenal genderang pendek dari tanah liat. Lalu genderang itu
mulai dibuat dari logam, terkadang kayu. Genderang itu pun menyebar ke Eropa, Afrika,
dan Asia. Karena dibuat dari tembaga dan berbentuk ketel sup, namanya pun jadi kettle
drum atau timpani.
Abad XIII timpani menunjukkan peran penting dalam musik Eropa. Karena bunyi
gemuruhnya bak geledek, sekitar dua abad kemudian bangsa Inggris juga memanfaatkan
timpani di bidang ketentaraan. Gunanya sebagai penanda waktu, aba-aba serangan, dan
membuat musuh grogi.

Saat menjelajah dunia tahun 1500 bangsa Eropa membawa drum ke Amerika. Maka, cara
pakai bangsa Inggris pun menyebar. Tak ayal tahun 1800-an pasukan militer di berbagai
negara mulai mempelajari dan menggunakan drum dalam pasukan. Malah ada terobosan
baru berupa parade musik pasukan drum band tahun 1813 di Rusia. Itulah salah satu
tonggak munculnya drum band.

Keinginan memperkaya musik drum sudah ada sejak 1550. Namun, baru tahun 1935 para
pencinta musik di AS mewujudkannya. Drum pun tak lagi muncul tunggal. Seperangkat
drum biasanya terdiri atas genderang bas, genderang senar, genderang tenor, dan simbal.
Malah tahun 1970-an muncul drum listrik, yang kualitas bunyinya tak beda dengan
gendang, timpani, atau drum akustik.

Jenis instrumen membranofon lainnya adalah ‘bedug‘ dan ‘trebang‘. Istilah ‘bedug‘
dijumpai pada kitab yang lebih muda yakni Kidung Malat. Dalam Kakawin Hariwangsa,
Ghatotkacasraya, dan Kidung Harsawijaya instrumen sejenis disebut dengan istilah
“tipakan”. Selain itu ada istilah ‘tabang-tabang‘ dalam kitab Ghatotkacasraya dan kitab
Sumanasantaka yang kemungkinan berkembang menjadi istilah ‘tribang‘.
Jika data ini benar, berarti yang sebut “trebang” maupun “bedhug” bukanlah instrumen
musik yang muncul setelah masuknya kebudayaan Islam, melainkan telah ada sejak abad
ke-12 M (Zoetmulder, 1983:317-395).

Jika dilihat dari ukurannya, kendang di bagi menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Kendang berukuran kecil, jenis ini disebut sebagai “ketipung”.

2. Kendang berukuran sedang, disebut sebagai kendang “ciblon” atau “kebar”.


3. Kendang berukuran besar, kendang jenis ini merupakan pasangan ketipung, yang
dinamakan kendang gedhe, atau biasa disebut sebagai “kendang kalih”. Kendang ini
biasanya dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti : ketawang,
gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada
pembukaan lagu jenis lancaran, ladrang irama tanggung.

4. Khusus untuk wayangan ada satu lagi kendhang yang khas yaitu kendhang kosek.
Kendang, dimainkan hanya dengan menggunakan tangan, tanpa alat bantu lainnya.
Ditangan para pemain gamelan professional yang sudah cukup lama menyelami budaya
jawa, kendang adalah alat musik yang dimainkan dengan menggunakan naluri. Oleh
sebab itu, selalu ada perbedaan nuansa, bunyi, tergantung kepada orang yang
memainkannya.

D. Cara pembuatan

Pembuatan gendang sebenarnya tidaklah sulit, hanyalah dengan melubangi bagian kayu
menggunakan peralatan tradisional sehingga membentuk dan menghiasi gendang. Cara
tersebut cukup menguras tenaga karena harus menghaluskan bahan baku agar suaranya
bisa bagus.
Pilih pohon dengan lingkaran kayu yang besar kemudian di potong 30/35-45cm
Kayu dilubangi dengan pahat hingga tipis

Pada bagian muka tempat menempel kulit dibuat agak tipis kira-kira setebal ibu jari
Pada bagian belakan dibuat agak tebal dan diberi lingkaran setebal sentengah jari atau 2
jari

E. Cara memainkan Gendang

Cara memainkan gendang dengan dipukul, baik dengan tangan saja atau dengan alat
pemukul gendang. Gendang mempunyai banyak fungsi, di antaranya sebagai pengiring
tarian atau pencak silat, pembawa tempo atau penegasan dinamik sebuah orkes, atau
sering juga hanya sebagai pelengkap untuk lebih
2. Kompang

Kompang ialah sejenis alat muzik tradisional yang paling popular bagi masyarakat
Melayu. Ia tergolong dalam kumpulan alat musik gendhang.Kulit kompang biasanya
diperbuat daripada kulit kambing.
Pada kebiasaannya, seurat rotan akan diselit dari bahagian belakang antara kulit dan
bingkai kayu bertujuan menegangkan permukaan kompang, bertujuan menguatkan
bunyi kompang. Kini, gelung plastik turut digunakan.
Alat muzik ini berasal dari dunia Arab dan dipercayai dibawa masuk ke Tanah
Melayu sama ada ketika zaman Kesultanan Melaka oleh pedagang India Muslim, atau
melalui Jawa pada abad ke-13 oleh pedagang Arab.
Kompang biasanya berukuran enam belas inci ukur lilit dan ditutup dengan kepingan
kulit pada sebelah permukaan. Ia mempunyai bukaan cetek dan dimainkan dengan
memegang dengan sebelah tangan sementara dipalu dengan sebelah tangan yang lain.
Cara memalu kompang ialah dengan menepuk kulit kompang dengan bahagian jari-
jari atau tapak tangan mengikut rentak. Kompang biasanya dimainkan semasa
perarakan, kenduri dan upacara-upacara tradisi lain.
Bunyi yang berlainan dihasilkan dengan membezakan cara bukaan tapak tangan.
Bunyi 'bum' di perolehi dengan tepukan di sisi kompang dan tapak tangan
dikuncup/rapat. Bunyi 'pak' di perolehi dengan tepukan di tengah kompang dengan
jari tangan yang terbuka.
Paluan kompang terbahagi kepada 2 bahagian iaitu paluan tradisi dan paluan moden
ataupun kreatif. Paluan tradisi adalah paluan di mana memukul kompang sambil
menyayi ataupun bersyair dalam versi Arab ataupun bahsa Melayu klasik. Manakala
paluan moden pula di mana paluan tersebut diselitkan dengan gerakan ataupun tarian.
Di Sabah, pertandingan kompang sering diadakan untuk memartabatkan kembali
kesenian Melayu yang telah hampir pupus ini.
3. Drum

Drum adalah kelompok alat musik perkusi yang terdiri dari kulit yang direntangkan
dan dipukul dengan tangan atau sebuah batang. Selain kulit, drum juga digunakan dari
bahan lain, misalnya plastik. Drum terdapat di seluruh dunia dan memiliki banyak jenis,
misalnya kendang, timpani, Bodhrán, Ashiko, snare drum, bass drum, tom-tom, beduk,
dan lain-lain.
Dalam musik pop, rock, dan jazz, drums biasanya mengacu kepada drum kit atau drum
set, yaitu sekelompok drum yang biasanya terdiri dari snare drum, tom-tom, bass
drum, cymbal, hi-hat, dan kadang ditambah berbagai alat musik drum listrik. Orang yang
memainkan drum set disebut "drummer

Sejarah Drum dan Pengertian Drum

Drum merupakan salah satu instrumen tertua di dunia. Instrumen ini telah digunakan sebelum
tahun 6000 SM. Hampir semua kebudayaan berbagai belahan dunia mengenal drum, terutama
kebudayaan Afrika. Dahulu, bangsa Afrika menggunakan drum untuk bermain musik yaitu untuk
mengiringi tarian pada upacara adat, tanda peringatan bahaya maupun untuk menginstruksikan
pasukan untuk maju ke medan perang. Namun tentu saja, bentuknya tidak sebagus dan selengkap
drum masa kini.

Awalnya drum hanya terdiri dari tom-tom (bagian drum yang berbentuk seperti gendang). Adanya
invasi bangsa Eropa dan Timur tengah ke Afrika menyebabkan drum semakin dikenal dan
semakin berkembang dan tercipta snare drum (bagian drum yang beresonansi dan bersuara lebih
tajam). Perkembangan selanjutnya tahun 1500 M, Eropa mencoba menaklukan Amerika untuk
membentuk koloni baru. Bangsa Eropa membawa orang-orang Afrika untuk diperdagangkan
sebagai budak, sehingga kebudayaan Eropa, Afrika, dan penduduk Amerika saling berbaur.
Namun orang Afrika yang berkulit hitam tidak boleh memainkan musik orang kulit putih. Oleh
karena itu, mereka menciptakan drum set (seperangkat drum) dari drum Afrika yang mereka bawa
untuk bermain musik. Baru pada abad 20 orang-orang Amerika mulai tertarik untuk mempelajari
drum, kemudian drum pun semakin berkembang hingga mencapai bentuk seperti saat ini (drum
akustik). Saat ini instrumen drum sudah semakin maju, kalau sekarang sudah ada gitar, piano, dan
biola elektrik maka drum pun sudah ada yang elektrik, tetapi suaranya memang tidak seindah
drum akustik.

Seiring dengan perkembangannya, saat ini semakin banyak seniman yang memilih drum sebagai
pegangannya dalam bermusik. Sebut saja ‘Safri Duo’ dengan drumnya dapat menciptakan
permainan yang sangat inovatif dan tidak kalah menarik dengan musik dari band lengkap. Akira
Jumbo seorang Drummer no. 1 di Jepang yang menciptakan drum yang bisa menimbulkan nada,
menghasilkan bunyi seperti instrumen lain, dan bisa untuk memainkan sebuah komposisi lagu.

Drummer-drummer papan atas dunia, seperti lars Ulrich (Metallica), Mike Portnoy (Dream
Theater), Dave Abruzzesse (Pearl Jam), dll. Karena kepiawaianya telah menjadi simbol dagang
bagi instrumen drum yang diperdagangkan di dunia. Di Indonesia kita mengenal nama-nama
seperti Jelly Tobing, Wong Aksan, Gilang Ramadhan, dll (sebagai drummer handal). Jika ingin
seperti mereka tentunya banyak hal yang harus dilakukan mulai dari mengenal bagian-bagian
drum, mengetahui posisi, dan cara memainkan drum sampai memahami notasi drum. Jika
semuanya dapat dilakukan dengan tekun dan ulet, pasti bisa seperti mereka.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Seiring dengan berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang kemudian disebut
sebagai era Globalisasi, kebudayaan semakin terkikis dengan moderenisasi.
dari itu khususnya para pelajar umumnya masyarakat Indonesia kita wajib melestarikan
dan menjaga kebudayaan kita dan kita kembang lagi supaya tidak terkikis oleh waktu.

B. Kritik dan Saran

Menurut kami, masih banyak hal-hal di Indonesia yang perlu diperbaiki demi
mempertahankan kebudayaan . Bidang budaya yang saat ini sudah hamper tidak dikenal
di masyarakat sebaiknya kita lebih melestarikan lagi.
DAFTAR PUSTAKA

http://riantinuri.blogspot.com/2013/03/budaya.indonesia

http://Budaya.co.id/Budaya/Kendang

http://dwntrmsc26.blogspot.co.id/2016/10/penjelasa-alat-musik-membranophone.html

https://images-na.ssl-images-amazon.com/images/I/51d5K4viUCL._SL500_AC_SS350_.jpg

Anda mungkin juga menyukai