Anda di halaman 1dari 30

Laporan PBL

Sistem Endokrin dan Metabolisme

Modul Diabetes Melitus

Sub Modul 1

Banyak Kencing dan Minum

Kelompok 1

CEMPAKA PUTIH

Tutor : dr. Prabowo Soemarto, SpPA

Afina Insani Pracoyo 2015730004

Ariadini Cintya N 2015730015

Else Bella Pratiwi 2015730037

Fadhil Mayudha 2015730041

Haikallana Putra Ramadhan 2015730052

Ikhlima Pramista Janaria 2015730057

Muhammad Rizky Setiawan 2015730093

Muhammad tegar Bimawan 2015730094

Yayan Samayang Putra L 2015730133

Rahma Nadia 2011730084

PROGAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015/2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmaullohi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena pada kesempatan kali ini kami

dapat menyelesaikan laporan modul Diabetes Melitus sub modul I skenario 1 dengan rapih

dan tepat pada waktunya. Laporan ini merupakan hasil observasi dan berdiskusi dari Problem

Based Learning yang telah kami jalani yang merupakan sebuah metode pembelajar yang

bertujuan melatih siswa untuk berpikir kritis dalam menghadapi suatu kasus atau masalah.

Kami menyadari bahwa segala kesempurnaan hanya milik Allah, sehingga saran dan

kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan laporan ini sangat kami harapkan.

Terima kasih kepada Dr. Prabowo yang telah membimbing kami pada modul I sub

modul I ini, dan seluruh pihak yang ikut terlibat dalam menyumbangkan segala aspirasi,

tenaga, dan waktu sehingga laporan ini dapat tersusun.

Wassalamualaikum Warrohmatullohi Wabarakatuh

Jakarta, 13 Maret 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

Modul satu sub modul Diabetes Melitus ini merupakan modul dengan topik Banyak
Kencing dan Banyak Minum. Modul ini diberikan kepada mahasiswa/i angkatan 2015-2016.
Dalam modul ini kami mendiskusikan tentang skenario satu.

Sebelum mendiskusikan modul satu skenario satu ini, diharapkan para peserta diskusi
sudah membaca skenario satu dengan teliti, dan cermat. Sehingga saat melakukan diskusi
tidak ada peserta yang bingung dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan dan dikerjakan.
Diskusi ini terdiri dari 10-12 mahasiswa yang difasilitasi oleh satu tutor. Peran tutor dalam
mengarahkan tutorial sangat penting.

Informasi bisa diperoleh dari seorang ahli melalui kuliah atau pada pertemuan
konsultasi antara kelompok mahasiswa peserta diskusi dengan ahli yang bersangkutan.
Konsultasi atau kuliah pakar bisa diatur oleh mahasiswa dengan dosen yang bersangkutan.

Kami berharap mahasiswa/i dapat memecahkan masalah yang terjadi pada anak berusia 9
tahun ini.

1.1 Tujuan Pembelajaran


Setelah menyelesakan sub-modul satu ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
konsep-konsep dasar yang berhubungan dengan Diabetes Melitus dan mampu
menjelaskan patogenesis dari keluhan-keluhan pada skenario.

1.2 Skenario
Seorang anak perempuan berusia 9 tahun diantar oleh ibunya ke puskesmas dengan
keluhan sering mengompol sejak 1 bulan yang lalu. Ibu pasien mengatakan bahwa
anaknya tersebut juga banyak makan dan minum, tetapi badan si anak terlihat bertambah
kurus tidak ada demam, batuk dan pilek.

1.3 Informasi Tambahan


1. Makan dirumah tapi jarang makan sayur dan buah
2. Sering jajan disekolah
3. Sering minum kemasan
4. Jarang minum susu
5. TB: 140 cm
6. BB: 35 kg

1.4 Kata sulit


Tidak ada kata sulit

1.5 Kata/kalimat kunci


1. Anak Perempuan 9 tahun
2. Keluhan sering ngompol 1 bulan yg lalu
3. Banyak makan dan minum
4. Badan anak terlihat kurus

1.6 Mind Map

1.7 Pertanyaan
1. Jelaskan Anatomi dari Sistem Endokrin
2. Jelaskan Fisiologi dari Sistem Endokrin
3. Jelaskan Histologi dari Sistem Endokrin
4. Apa Saja Penyakit-penyakit dengan gejala banyak kencing dan minum?
5. Mengapa anak pada skenario mengalami gejala seperti polydipsia, polyuria dan
polyfagi tetapi badan kurus dan sering mengompol?
6. Adakah hubungan terjadinya keluhan pada skenario dengan riwayat psikososial anak?
7. DD1, DD2, DD3
8. Jelaskan Penatalaksaan gizi pada anak di skenario
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dari sistem endokrin

NO Nama Letak Fungsi


1. Hipotalamus Enchepalon, a. Mensekresikan hormon dan
chiasma optik merangsang hormon
(bag dari saraf b. Menghambat produksi hormon
otak) yang dihasilkan oleh hipofisis
cerebral untuk mengatur
kesebangan air, tidur,suhu, nafsu
makan, dan tekanan darah

2. Corpus Pineale Corpus Menghasilkan hormon melatonin yang


Callosum mengatur siklus tidur seharian

3. Hypofisis Cerebri Dasar Mengatur fungsi kelenjar endokrin yang


Enchepalon lain Ukuran seperti kacang polong,
diikat oleh badan neural ke kiasma optik
di dasar otak.
Terdiri dari :
a. Lobus anterior (adenohipofisis)
b. Lobus posterior (lobus neural)

4. Thyroid dan Parathyroid Reg.colli a. Thyroidea


(leher) bagian Mengatur metabolisme tubuh
anterior, di b. Parathyroid& thyroid:
inferior laring Mengatur keseimbangan
calcium tubuh.

5. Thymus Bag. Superior Produksi T-Lymphosit dan salah satu


cavum leukosit yg berperan dalam sistem imun.
thoracis
(rongga dada)
6. Glandula Adrenalis Superior Renal Bekerjasama dengan
Terbagi menjadi 2 : hypothalamus & hypofisis
1. Cortex menghasilkan cerebri :
hormoneCorticosteroid, a. Menekan reaksi radang
Aldosteron, Androgen b. Menghambat ekskresi
2. Medulla menghasilkan Na lewat urin
hormone : Adrenalin, c. Mempengaruhi sifat
laki-laki
d. Meningkatkan tekanan
darah
e. Mempercepat denyut
jantung

7. Pankreas Posterior Gaster a. Sebagai kelenjar


eksokrin yang
menghasilkan enzim.
b. Sebagai kelenjar
endokrin yang
menghasilkan hormon

8. Ovarium Lateral dari usus a. Menghasilkan ovum


b. Menghasilkan
Estrogen dan
Progesteron

2.2 Histologi Sistem Endokrin


Sistem endokrin terdiri terutama dari kelenjar-kelenjar tanpa saluran keluar yang
sekretnya (hormone) dicurahkan langsung ke dalam sirkulasi darah atau limf. Sebagian besar
kelenjar endokrin merupakan suatu organ tersendiri, contohnya hipofisis (kelenjar pituitary)
dan tiroid. Akan tetapi beberapa diantaranya merupakan massa tersebar dalam suatu kelenjar
eksokrin, misalnya pulau Langerhans pada pancreas, sel interstisial (leydig) pada testis dan
corpora lutea pada ovarium. Organ-organ gabungan ini disebut kelenjar ganda. Hati juga
merupakan kelenjar ganda, tetapi pada hati setiap sel hati menunjukkan fungsi endokrin
maupun eksokrin. Hati mensekresi empedu ke dalam sistem saluran dan juga mencurahkan
sekresi internal langsung ke dalam pembuluh darah.
Kelenjar endokrin merupakan suatu kelompok sel yang mempunytai susunan
mikroskopik yang sangat sederhana, kelompok ini terdiri dari deretan sel (cords), lempengan
atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat yang halus. Kelenjar jenis ini banyak
mengandung pembuluh kapiler bertingkap atau sinusoid. Kelenjar ini mempunyai asal
embriologik yang berbeda, kelompok kelenjar endokrin berasal dari ketiga lapisan embrional:

1. Hipofisis, medulla suprarenal dan badan kromafin berasal dari ectoderm


2. Ovarium, testis dan korteks suprarenal berasal dari mesoderm
3. Sel parenkim tiroid, paratiroid, dan pulau langerhans berasal dari endoderm
Setiap kelenjar endokrin mensekresikan satu atau lebih substansi khusus yang disebut
hormone. Hormone dilepaskan dari sel kelenjar endokrin ke dalamm srikulasi darah dan limf
dan kemudian didistribusikan ke cairan jaringan di seluruh tubuh. Suatu hormone mempunyai
pengaruh pada suatu jaringan atau organ yang khusus, organ yang dipengaruhi disebut organ
target, atau reseptor. Hanya sedikit hormone dibutuhkan untuk menghasilkan suatu pengaruh,
yang biasanya berupa rangsangan atau aktivasi, kadang-kadang merupakan respons berupa
hambatan. Banyak hormone tidak memasuki sel target tetapi membentuk ikatan dengan
reseptor pada membrane sel dan mengaktifkan suatu enzim, adenil siklase. Enzim membrane
ini meningkatkan kosentrasi adenosine monofosfat siklikl’ cyclic Adenosine Monophosphate
(cAMP) intrasel, yang berfungsi sebagai ‘penghantar kedua’ untuk memulai respons faali
yang khusus dipogram untuk sel tersebut. Sel endokrin berinteraksi untuk mengatur dirinya
dalam berbagai macam cara yang rumit. Tambahan pula banyak macam hormone
menimbulkan pengaruh terhadap sistem saraf, dan beberapa kelenjar endokrin diatur oleh
mekanisme persarafan (neural).
1. Hipofisis (kelenjar pituitary)
Merupakan kelenjar endokrin yang paling rumit. Kelenjar ini terdiri dari dua jaringan
yang berbeda:
A. Adenohipofisis
Bagian kelenjar yang berasal dari ectoderm oral, yang bermigrasi kea rah dorsal
sebagai celah rathke untuk mengelilingi sebagian neurohipofisis. Dalam
adenohipofisis terdiri dari:

a. Pars distalis
Meliputi sekitar 75% hipofisis dan terbungkus hampir seluruhnya
dalam suatu kapsula fibrosa yang padat. Parenkimnya berbentuk korda yang
saling anastomosis dan kelompok sel epithelial yang disokong oleh suatu
jarring-jaring serat reticular yang di tepi melanjutkan diri/ berhubungan
dengan unsure serat kapsula. Antara sel-sel parenkim terdapat kapiler
sinusoid. 4
Parenkim terdiri atas 2 kategori utama sel, kromofob dan kromofil. Sel
kromofil terbagi lagi menjadi asidofil dan basofil berdasarkan reaksi granula
sitoplasmanya terhadap pewarnaan. Akan tetapi, pewarnaan yang dipakai
untuk membedakan sel-sel ini adalah pewarna asam dan tak dapat
membedakan sifat asam dan basa dari sel. Banyak pekerja telah menganut
istilah yang netral (noncommittal) sel alfa untuk kedua jenis kromofil.
b. Pars intermedia
Pada manusia pars intermedia kurang berkembang baik dibandingkan
dengan banyak hewan lain dan biasanya bagian ini kurang jelas bentuknya.
Merupakan hanya sekitar 2% bagian hipofisis. Bagian ini terdiri dari sebuah
lapisan tipis sel-sel dan vesikel-vesikel yang mengandung koloid. Letaknya
dekat dengan lumen sisa, yang biasanya tertutup pada sebagian besar orang
dewasa. Beberapa sel penyusunnya, berbentuk polygonal, kecil dan terwarna
pucat, yang lainnya agak lebih besar dan bergranula, dan terwarna gelap
dengan pewarna basa. Selnya yang basofil mempunyai inti yang letaknya
eksentris, mirip kortikotrof pada pars distalis, dan seringkali menjulur sebagai
korda-korda ke pars nervosa. Sel yang melapisi vesikel yang mengandung
koloid seringkali bersilia, dan beberapa di antaranya bersekresi mukus.
c. Pars tuberalis
Membentuk suatu lapisan terdiri atas sel sekeliling tangkai
infudibulum. Selnya, berhubungan erat dengan banyak pembuluh darah,
tersusun memanjang dalam kelompok atau kprda yang pendek. Sel ini
berbentuk kuboid, sitoplasmanya yang basofil lemah mengandung granula
halus dan sejumlah glikogen. Vesikel kecil, yang mengandung koloid, kadang
terlihat. Fungsi pars tuberalis kalaupun ada, belum diketahui.
B. Neurohipofisis tuber sinereum, batang infundibulum, dan prosesus infundibularis
(pars nervosa). Ketiga bagian ini mempunyai sel yang khas yang sama dan
persarafan dan suplai darah yang sama dan mempunyai prinsip hormonal aktif
yang sama pula. Sejumlah 100.000 serat saraf tak bermilelin, yang menyususn
traktus hipotalamohipofisealis, berjalan sampai neurohipofisis. Bdan selnya
terletak dalam nucleus supraoptikus dan para ventrikularis hipotalamus.

2. Kelenjar tiroid dan paratiroid


A. Kelenjar tiroid
Berasal dari entoderm bagian sefalik saluran cerna, terdiri dari 2 lobus,
dihubungkan oleh isthmus dan terdiri dari ribuan folikel yang dibentuk oleh
epitel selapis dan Bentuk berfariasi tergantung dari aktifitas fungsional, yaitu
Folikel hipoaktif besar, penuh berisi koloid dan sel folikel gepeng atau
kuboid dan Folikel aktif disusun oleh sel yang lebih tinggi (torak), koloid
sedikit, lumen lebih kecil. Sedangkan lumen berisi substansi koloid. Sintesa,
menyimpan dan mensekresi triiodothyronine (T3) dan thyroxine
(tetraiodothyronine, T4).

a. Sel folikel
 Memperlihatkan karakteristik sel yang mensintesa, sekresi, absorbsi,
mencerna protein secara simultan
 Inti bulat, didalam sitoplasma terdapat aparatus Golgi, mitokondria,
lisosom, fagosom.
 Pada membran sel terdapat sejumlah mikrovili

b. Sel parafolikular (sel C)


 Diantara sel folikel ataupun dalam kelompokan sel diantara folikel
 Sel lebih besar dan kurang mengambil zat warna
 Mensekresi calcitonin

B. Kelenjar paratiroid
Terdiri dari 4 kelenjar kecil-kecil, terletak dibelakang kelenjar tiroid. Biasanya pada kapsula
fibrosa yang membungkus kelenjar tiroid, serta kadang-kadang terbenam didalam kelenjar
tiroid. Kelenjar paratiroid berasal dari kantong faringeal III dan IV. Kelenjar paratiroid terdiri
dari:

a. Chief cells
 Sel prinsipal, true parenchymal cells
 Sel kecil poligonal, sitoplasma sedikit asidofil
 Terdapat granula sekretorik yang berisi hormon paratiroid (PTH)
b. Sel oksifil
 Jumlah lebih sedikit
 Sel besar, poligonal, didalam sitoplasma banyak terdapat mitokondria
asidofilik
 Modified chief cell

3. Glandula suprarenalis/ adrenal

Glandula supra renalis terdiri dari sepasang,


terletak pada polus superior ginjal, dibungkus oleh
jaringan lemak, dan terdiri atas korteks dan
medulla. Korteks dan medula merupakan 2 organ
yang berbeda, baik asal, fungsi dan karakteristik
morfologi. Yang kemudian menjadi satu selama
perkembangan embrional. Histogenesisnya:

A. Korteks
 Berasal dari lapis benih
mesodermal
 Terbagi atas 3 zona konsentris:
 zona glomerulosa
Berada dibawah kapsula fibrosa. Sel
kecil-kecil tersusun dalam kelompokan
berbentuk lingkaran. Nukleus bulat dan
basofil, sedangkan sitoplasma eosinofilik. Didalam sitoplasma terdapat
gumpalan basofilik dan lipid droplet. Menghasilkan mineralocorticoid
(aldosteron)
 zona fasikulata
Terdiri dari untaian sel yang tersusun secara radier. Diantara untaian sel
terdapat sinusoid yang juga tersusun radier. Sel besar, polihedral,
nukleus ditengah, lebih terang. Banyak lipid droplet, terlihat seperti
busa. Karena itu disebut juga spongyocytes. Mensekresi glukokortikoid
dan androgen
 zona retikularis
Terdiri dari jaringan untaian sel yang saling berhubungan, dipisahkan
oleh kapiler. Sel lebih kecil dari zona fasikulata, sitoplasma eosinofil.
Nukleus pada beberapa sel relatif besar dan terang (light cells)
sementara pada sel lain inti mengeriput dan berwarna gelap (dark cells).
Mensekresi glukokortikoid dan androgen

a. Medula
Berasal dari neural crest, yang juga merupakan tempat asal sel ganglion
simpatik. Terdiri dari untaian sel yang dipisahkan oleh kapiler dan venula.
Untaian sel tersusun oleh sebaris sel torak, bagian apikal menghadap ke kapiler
dan bagian basal ke venula. Medulla juga disebut sel chromaffin, mengandung
granula yang berisi epinefrin dan nor epinefrin. Selain itu terdapat sel-sel
ganglion simpatis, sendiri-sendiri ataupun berkelompok

2.3 Fisiologi Sistem Endokrin


Fisiologi Hormon
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ,
yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar hormon merupakan protein
yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan
steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang
sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas. 9
Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon dan
reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel. Pada akhirnya hormon
mengendalikan fungsi dari organ secara keseluruhan:

 Hormon mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan, perkembangbiakan dan


ciri-ciri seksual.
 Hormon mempengaruhi cara tubuh dalam menggunakan dan menyimpan energy.
 Hormon juga mengendalikan volume cairan dan kadar air dan garam di dalam darah.
Beberapa hormon hanya mempengaruhi 1 atau 2 organ, sedangkan hormon yang lainnya
mempengaruhi seluruh tubuh. Misalnya, TSH dihasilkan oleh kelenjar hipofisa dan hanya
mempengaruhi kelenjar tiroid. Sedangkan hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid, tetapi
hormon ini mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Insulin dihasilkan oleh sel-sel pulau
pankreas dan mempengaruhi metabolisme gula, protein, serta lemak di seluruh tubuh.
HORMON UTAMA9

Kelenjar Hormon Sel sasaran Fungsi hormon


Endokrin
Hipotalamus releasing hormone dan hipofisis mengontrol pengeluaran
inhibiting hormone anterior hormon-hormon hipofisis
(TRH,CRH,GnRH,G anterior
HIH,PRH,PIH)

vasopresin(hormon tubulus ginjal meningkatkan reabsorpsi


antidiuretik H2O
hipofisis posterior
Uterus Meningkatkan kontraksi
Oksitoksin
Kelenjar mamae Menyebabkan ejeksi susu
Thyroid-stimulating sel folikel tiroid merangsang sekresi T2 dan
hormone(TSH T
adrenocorticotropic zona fasikulata merangsang sekresi
hormone(ACTH dan zona kartisiol
retikularis
korteks adrenal
Gowth hormone (GH) tulang,jaringan Merangsang pertumbuhan
lunak tulang dan jaringan
lunak,efek metabolik
mencakup anabolisme
protein,mobilisasi
lemak,dan penghematan
glukosa

follicle-stimulating Wanita : folikel mendorong pertumbuhan


Hipofisis anterior hormon(FSH) ovarium dan perkembangan
folikel,merangsang sekresi
estrogen
Pria : tubulus merangsang produksi
seminiferus di sperma
testis
luteinizing Wanita : folikel merangsang ovulasi
hormon(LH) ovarium dan
korpus luteum
pria,sel merangsang sekresi
interstisium testosteron
leydig di testis
prolaktin wanita,kelenjar wanita,kelenjar mamaria
mamae

kelenjar pineal melatonin otak,hipofisis mensingkronkan irama


anterior,organ fisiologis tubuh terhadap
reproduksi,siste sinyal
m imun eksternal,menghambat
gonadotropin,penurunnann
ya mungkin pemacu
pubertas,antioksidan,menin
gkatkan imunitas
kelenjar tiroid tetraiodotironin (T4 sebagian besar meningkatkan laju
atau sel metabolik,esensial bagi
tiroksin),triodotironin( pertumbuhan dan
T3) perkembangan saraf

aldosteron(mineraloko tubulus ginjal meningkatkan reabsorpsi


rtikoid Na+ dan sekresi K+
kortisol(glukokortikoi sebagian besar meningkatkan glukosa
d) sel darah dengan
mengorbankan simpanan
korteks adrenal
lemak dan protein,berperan
dalam adaptasi stres
androgen(dehidroepia wanita,otak dan berperan dalam lonjakan
ndrosteron) tulang pertumbuhan masa
pubertas dan dorongan seks
pada wanita
medula adrenal Epinefrin dan reseptor memperkuat sistem
nonepinefrin simpatis di simpatis,berperan dalam
seluruh tubuh adaptasi stres dan regulasi
tekanan darah
insulin sebagian besar mendorong
sel penyerapan,pemakaian,dan
penyimpanan nutrien oleh
sel
pankreas
gluagon sebagian besar penting untuk
endokrin(pulau
sel mempertahankan sel
langerhans
nutrien dalam darah selama
masa pascaabsorpsi
somatostatin sistem menghambat pencernaan
pencernaan dan penyerapan nutrien
kelenjar hormon paratiroid tulang,ginjal,usu meningkatkan konsentrasi
paratiroid (PTH) s Ca2+ plasma,menurunkan
konsentrasi PO4 ,
merangsang vit D
gonad Estrogen (wanita) Sel mendorong perkembangan
sasaran:organ folikel,mengatur
seks perkembangan karakteristik
wanita,tubuh seks sekunder,merangsang
secara pertumbuhan uterus dan
keseluruhan payudara

tulang mendorong penutupan


lempeng epifisis
Progesteron (wanita) uterus mempersiapkan organ
untuk kehamilan
Testosteron (pria) organ seks sperma,mengatur
pria,tubuh perkembangan karakteristik
secara seks
keseluruhan sekunder,menimbulkan
dorongan seks

tulang meningkatkan lonjakan


pertumbuhan
masapubertas,mendorong
penutuoan lempeng epifisis

plasenta estrogen,progesteron organ seks membantu


wanita mempertahankan
kehamilan,mempersiapkan
payudara unruk menyusui

gonadotropin korion korpus luteum mempertahankan korpus


ovarium luteum kehamilan
Timus timosin limfosit T meningkatkan proliferasi
dan fungsi limfosit T
Kelenjar adrenal Mineralokortikoid mengatur keseimbangan
(aldosteron) elektrolit ,
Glukokortikoid mempertahankan tekanan
Androgen darah normal dan curah
jantung.

Glukokortikoid metabolisme glukosa


(glukosaneogenesis) yang
meningkatkan kadar
glukosa darah,
metabolisme cairan dan
elektrolit, inflamasi dan
imunitas terhadap stressor.

androgen Mengenbangkan dan


merangsang perkembangan
seks sekunder pria

Pengendalian Hormon

Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa
menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk mengendalikan fungsi
endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh
perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit
hormon.
Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika mereka merasakan bahwa
kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar
target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan
kelenjar hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti
melepaskan hormon. Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa.
Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa memiliki fungsi yang memiliki
jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH
dan FSH oleh kelenjar hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada
indung telur juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya.
Mekanisme pasti dari pengendalian oleh hipotalamus dan hipofisa terhadap bioritmik ini
masih belum dapat dimengerti. Tetapi jelas terlihat bahwa organ memberikan respon terhadap
semacam jam biologis.
Faktor-faktor lainnya juga merangsang pembentukan hormon. Prolaktin (hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa) menyebabkan kelenjar susu di payudara menghasilkan
susu. Isapan bayi pada puting susu merangsang hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak
prolaktin. Isapan bayi juga meningkatkan pelepasan oksitosin yang menyebabkan
mengkerutnya saluran susu sehingga susu bisa dialirkan ke mulut bayi.
Kelenjar semacam pulau pakreas dan kelenjar paratiroid, tidak berada di bawah kendali
hipofisa. Mereka memiliki sistem sendiri untuk merasakan apakah tubuh memerlukan lebih
banyak atau lebih sedikit hormon. Misalnya kadar insulin meningkat segera setelah makan
karena tubuh harus mengolah gula dari makanan. Jika kadar insulin terlalu tinggi, kadar gula
darah akan turun sampai sangat rendah. 9

2.4 Penyakit-penyakit apa saja dengan gejala banyak kencing dan minum
Normalnya, buang air kecil dalam sehari adalah 4-8 kali atau sebanyak 1-1,8 liter. Namun,
sebagian orang bisa buang air kecil melebihi frekuensi tersebut, bahkan perlu bangun di
malam hari untuk buang air kecil.

Jenis Definisi Etiologi Gambaran klinis


penyakit
Infeksi Buang air kecil yang Biasanya disebabkan Gejalanya, seperti rasa ingin
saluran tidak dapat ditahan oleh mikroorganisme buang air kecil dan tidak bisa
kemih serta diiringi demam antara lain seperti : ditahan,rasa tidak nyaman
dan rasa tidak pseudomonas, E.coli pada perut bagiian
nyaman atau nyeri , dan Enterobacter bawah,nyerii saat buang air
pada area perut kecil,warna urine keruh.

Infeksi ginjal Penyakit yang Biasanya disebabkan Gambaran klinisnya antara


terjadi karena oleh bakteri yang lain sakit punggung,sakit pada
infeksi oleh bakteri berasal dari luar pangkal
pada salah satu atau memasuki saluran paha,mual,muntah,diare,dema
kedua ginjal. kencing masuk ke m,serta gemeteran.
kandung kemih

Batu ginjal Merupakan batu Biasanya disebabkan Gejalaya : kencing yang


mineral yang oleh kurangnya keluar sedikit-sedikit disertai
terbentuk di dalam bahan yang rasa nyeri,bangun tidur di
kandung kemih berfungsi mencegah malam hari untuk
ketika urine endapan kristal kencing,sakit pada perut
terkonsentrasi. mengumpal sehingga bagian bawah,terdapat darah
membentuk batu. pada urine aau warna urine
berubah gelap maupun keruh
Diabetes Kelainan metabolik Etiologinya karena Gejalanya seperi rasa
melitus yang disebabkan genetik atau faktor haus,banyak kencing,badan
oleh banyak faktor keturunan,karena lemas,kesemutan,mata kabur
seperti kurangnya sindrom ovarium dan kulit kering
insulin atau polikistik atau
ketidakmampuan diabetes melitus
tubuh untuk gestasional,virus dan
memanfaatkan bakteri,pola makan
insulin yang salah.

divertikulitis Kondisi dimana Masih belum Gejalanya rasa nyeri yang


kantung pada kolon diketahui penyebab berawal dari pusar dan
mengalami pastinya.Ada dugaan bergerak ke perut bagian
peradangan atau berkembangnya bawah,demam,sering buang
infeksi bakteri pada kantung air kecil yang disertai rasa
di dinding usus ,bisa nyeri dan pendarahan dari
memicu peradangan dubur.
atau infeksi.Diet
rendah serat diduga
menjadi penyebab
terbentuknya
divertikula karena
tanpa serat kolon
harus bekerja lebih
keras untuk
mendorong makanan

hipertiroid Kondisi terlalu Dapat terjadi akibat Gejalanya seperti,berat badan


banyaknya hormon disfungsi kelenjar menurun
tiroksin yang tiroid ,hipofisis,atau ,hiperaktif,kelemahan
dihasilkan oleh hipotalamus. otot,lebih sering buang air
kelenjar tiroid di kecil,bagi penderita diabetes
dalam tubuh. ,hipertiroidisme bisa
menyebabkan rasa haus dn
sangat lelah

2.5 Anak pada skenario mengalami gejala seperti polydipsia, polyuria dan polyfagi
tetapi badan kurus dan sering mengompol
Sering ngompol disebut juga enuresis, hal ini dapat disebabkan karena :

1. Gangguan produksi hormon anti diuretik sehingga produksi urin meningkat

2. Kemungkinan infeksi pada saluran kencing

2.6 Adakah hubungan terjadinya keluhan pada skenario dengan riwayat psikososial
anak?
Karena proses glikogenolisis dan glukoneogenesis yang menghasilkan
glukosa berlangsung tanpa kendali karena tidak adanya insulin,pengeluaran glukosa
oleh hati meningkat karena banyak sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa
bantuan insulin, terjaid kelebihan glukosa ekstrasel bersamaan dengan defisiensi
glukosa intrasel yang ironis “kelaparan di lumbung padi”. meskipun otak yang tidak
bergantung pada insulin, mendapat nutrisi yang adekuat pada diabetes melitus.
Ketika glukosa darah meningkat ke kadar ketika jumlah glukosa yang
tersaring oleh nefron ginjal selama pembentukan urine melebihi kemampuan sel
tubulus melakukan reabsorpsi, glukosa muncul di urine.
Glukosa di urine menimbulkan efek osmotik yang menarik H2O bersamanya,
menyebabkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria ( sering berkemih).
Besarnya cairan yang keluar dapat menyebabkan dehidrasi yang akhirnya
dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena berkurangnya secara mencolok
volume darah.
Gejala lain adalah polidipsia (rasa haus berlebih) yang sebenarnya adalah
mekanisme kompensasi untuk melawan dehidrasi.
Kurangnya insulin pada metabolisme protein adalah pergeseran neto menuju
katabolisme protein. Penguraian protein - protein otot menyebabkan otot rangka lisut
dan lemah, serta penurunan berat badan dan pada anak yang mengidap diabetes,
penurunan pertumbuhan secara keseluruhan. Berkurangnya penyerapan asam amino
disertai meningkatnya penguraian protein menyebabkan asam amino dalam darah
meningkat, peningkatan asam amino darah ini dapat digunakan untuk
glukoneogenesis sehingga dapat hiperglikemia menjadi lebih parah.

2.7 DM tipe1

Definisi

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang dapat disebabkan berbagai macam
etiologi, disertai dengan adanya hiperglikemia kronis akibat gangguan sekresi insulin atau
gangguan kerja dari insulin, atau keduanya. Sedangkan Diabetes Mellitus tipe 1 lebih
diakibatkan oleh karena berkurangnya sekresi insulin akibat kerusakan sel β-pankreas yang
didasari proses autoimun.
Istilah diabetes mellitus berasal dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti “sypon”
menunjukan pembentukan urine yang berlebihan, dan mellitus berasal dari kata “meli” yang
berarti madu.

Etiologi

Etiologi DM tipe 1 diakibatkan oleh kerusakan sel beta pankreas karena paparan agen infeksi
atau lingkungan, yaitu racun, virus (rubella kongenital, mumps, coxsackievirus dan
cytomegalovirus) dan makanan (gula, kopi, kedelai, gandum dan susu sapi).
Komplikasi 2. Hipoglikemia
Jangka pendek 3. Hiperglikemia
1. Ketoasidosis diabetik Jangka panjang
1. Retinopati diabetik jika ditangani dengan baik. Motivasi dan
kesadaran pasien terhadap pentingnya
2. Nefropatik diabetik mematuhi terapi dan juga mengenai
komplikasi yang mungkin dapat terjadi
3. Neuropatik perifer
juga berperan penting dalam prognosis
Prognosis pasien

Prognosis untuk diabetes melitus


tipe 1 adalah buruk, tetapi dapat membaik

DM tipe 2
Definisi
Diabetes melitus tipe 2 atau sering juga disebut dengan non insuline dependent diabetes
melitus (NIDDM) merupakan penyakit diabetes yang disebabkan oleh karena terjadinya
resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas. Keadaan ini
akan menyebabkan kadar gula dalam darah naik tidak terkendali.
Etiologi
DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin. DM tipe 2 selalu dihubungkan dengan bentuk
sindrom resistensi insulin lainnya(hyperlipidemia, hipertensi). Pada uji toleransi glukosa oral,
sekresi insulin tergantung pada derajat dan lama penyakit serta sangat bervariasi antara yang
paling lambat sampai cepat.
Epidemiologi
Menurut penelitian epidemiologi, kekerapan DM tipe 2 di indonesia berkisar antara 1,4
dengan 1,6% kecuali di 2 tempat. Yaitu di pekajangan (semarang) 2,3% dan di manado 6%
di pekajangan prevalensi ini agak tinggi disebabkan di daerah itu banyak perkawinan antar
kerabat.
Gambaran klinis 2. Obesitas (IBM lebih dari 25 kg/m2)
1. Obesitas 3. Memiliki kebiasaan fisik yang tidak
aktif
2. Riwayat keluarga DM tipe 2
4. Ras/etnis
3. Akantosis ngirikans
5. Riwayat gestasional diabetes melitus
4. Penurunan berat badan pada anak-anak (GDM) atau melahirkan bayi dengan berat
>4kg
5. Hiperglikemia pada saat skrinning
6. Hipertensi (>140/90mmHg)
7. Level kolesterol HDL < 35mg/dl dan
Faktor risiko
atau levetrigliserida>250 mg/dl
1. Riwayat keluarga dengan diabetes
melitus tipe 2
Pemeriksaan Laboraturium

Penatalaksanaan

Terapi non farmakologi


- Terapi gizi medis guna untuk menurunkan berat badan,tekanan darah, kadar glukosa darah,
memperbaiki profil lipid dan meningkatkan reseptor insulin
- Melakukan latihan fisik untuk membantu mempercepat terapi gizi.
Komplikasi
Komplikasi akut DM tipe 2
1. Hipoglikemia
2. Ketoasidosis
3. Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik

Komplikasi Kronik DM Tipe 2


1. Retinopati
2. Nefropati
3. Jantung koroner (arterosklerosis_
4. Neuropati
a. Neuropati perifer
b. Neuropati otonom

Prognosis
Sekitar 60% pasien diabetes melitus yang mendapatkan insulin dapat bertahan hidup seperti
orang normal. Sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal kronik, dan kemungkinan
meninggal lebih cepat. Penyakit ini bersifat irreversible, akan menjadi baik apabila
pengobatannya teratur dan pola hidup sehat
Diabetes Insipidus

Penyakit ini diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu


mekanisme neurohypophysealrenal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh
dalam mengkonversi air. Kebanyakan kasus-kasus yang pernah ditemui merupakan
kasus idiopatik (yang tidak jelas penyebabnya) yang dapat bermanifestasi pada
berbagai tingkatan umur dan jenis kelamin. (Siti Setiati, dkk., 2014).

Epidemiologi

Diabetes insipidus adalah penyakit langka dengan prevalensi 1:25.000. Kurang dari
10% dari diabetes insipidus dapat dikaitkan dengan bentuk turun-menurun. Seringkali
dimulai pada masa kanak kanak atau pada dewasa sekitar umur 24 tahun. Laki laki
mempunyai kemungkinan terkena diabetes insipidus lebih besar daripada perempuan.
(Isselbacher, dkk., 2000).

Etiologi

Disebabkan oleh kerusakan atau degenerasi neuron yang berasal dari inti
supraoptik dan paraventrikular. Penyebab yang diketahui dari lesi ini termasuk
penyakit lokal inflamasi atau autoimun, penyakit pembuluh darah, Langerhans Sel
Histiocytosis (LCH), trauma akibat pembedahan atau kecelakaan. (Isselbacher, dkk.,
2000).

Patogenesis

Secara pathogenesis diabetes insipidus dibagi menjadi dua jenis yaitu diabetes
insipidus sentral dan diabetes insipidus nefrogenik. (Siti Setiati, dkk., 2014).

Diabetes Insipidus Sentral

Diabetes Insipidus Sentral (DIS) disebabkan oleh kegagalan penglepasan hormone


anti-diuretik ADH yang secara fisiologis dapat merupakan kegagalan sintesis atau
penyimpanan. Secara anatomis, kelainan ini terjadi akibat kerusakan nucleus supraoptik,
paraventrikular, dan filiformis hipotalamus yang menyintesis ADH. Selain itu DIS juga
timbul karena adanya gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus
supraoptikohipofisealis dan akson hipofisis posterior dimana ADH disimpan untuk sewaktu-
waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan. (Siti Setiati, dkk., 2014).
Secara biokimiawi, terjadi karena tidak adanya sintesis ADH yang tidak dapat
berfungsi sebagaimana ADH normal. Sintesis neurofisin suatu binding protein yang
abnormal, juga dapat mengganggu penglepasan ADH. Selain itu diduga terdapat pula DIS
akibat adanya antibody terhadap ADH. Karena pada pengukuran kadar ADH dalam serum
secara radioimmunoassay, yang menjadi marker bagi ADH adalah neurofisin yang secara
fisiologi tidak berfungsi, maka kadar ADH yang normal atau meningkat belum dapat
memastikan bahwa fungsi ADH itu adalah normal atau meningkat. Termasuk klasifikasi DIS
adalah diabetes insipidus yang diakibatkan oleh kerusakan osmoreseptor yang terdapat pada
hipotalamus anterior dan disebut Verneys omoreceptor cells yang berada di luar sawar darah
otak. (Siti Setiati, dkk., 2014).

Diabetes Insipidus Nefrogenik

Istilah diabetes insipidus nefrogenik (DIN) dipakai pada diabetes insipidus yang tidak
responsive terhadap ADH eksogen. Secara fisiologis DIN dapat disebabkan oleh:
• Kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient osmotic dalam medulla renalis.
• Kegagalan utilasi gradient pada keadaan di mana ADH berada dalam jumlah yang
cukup dan berfungsi normal. (Siti Setiati, dkk., 2014).

Gejala Klinis

Keluhan dan Gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia.
Jumlah cairan yang diminum maupun produksi urin per 24 jam sangat banyak, dapat
mencapai 5-10 liter sehari. Berat jenis urin biasanya sangat rendah, berkisar antara
1001-1005 atau 50-200 mOsmol/kg berat badan. Biasanya tidak terdapat gejala-gejala
lain kecuali jika ada penyakit lain yang menyebabkan timbulnya gangguan pada
mekanisme neurohy-pophyseal-renal reflex tersebut. Selama pusat rasa haus pasien
tetap utuh, konsentrasi zat-zat yang terlarut dalam cairan tubuh akan mendekati nilai
normal. Bahaya baru timbul jika intake air tidak dapat mengimbangi pengeluaran urin
yang ada dengan akibat pasien akan mengalami dehidrasi dan peningkatan konsentrasi
zat-zat yang terlarut. (Siti Setiati, dkk., 2014). Pada diabetes insipidus hadir karena
pusat haus di Hipothalamus rusak lalu diubah dengan rasa sensasi haus. (Isselbacher,
dkk., 2000).

Pemeriksaan Penunjang

• Hickey-Hare atau Carter-Robbins test


Pemberian infus larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal akan
menurunkan jumlah urin, sedangkan pada DI urin akan menetap atau bertambah.
Pemberian pitresin akan menyebabkan turunnya jumlah urin pada pasien DIS dan
menetapnya jumlah urin pada pasien DIN. (Siti Setiati, dkk., 2014).

• Fluid deprivation menurut Martin Goldberg


Pasien diminta buang air kecil sesering mungkin paling sedikit setiap jam
untuk diperiksa osmolalitas urin. Pengujian dihentikan setelah 16 jam atau jika BB
menurun 3-4%. (Siti Setiati, dkk., 2014).

• Uji Nikotin
Pengukuran volume, berat jenis dan osmolalitas sampel urin sebelum dan
sesudah pasien merokok 3 batang dalam waktu 15-20 menit. (Siti Setiati, dkk., 2014).

• Uji vasopressin
Pemberian pitresin dalam minyak 5ml intramuscular lalu dihitung volume, berat jenis, dan
osmolalilas sampel urin pasien 1 jam kemudian. (Siti Setiati, dkk., 2014).
Pengobatan

Pengobatan diabetes insipidus harus disesuaikan dengan gejala yang


ditimbulkannya. Pada pasien DIS parsial dengan mekanisme rasa haus yang utuh
tidak diperlukan terapi apa-apa selama gejala nokturia dan poliuria tidak mengganggu
tidur dan aktivitas sehari-hari. Tetapi pasien dengan gangguan pada pusat rasa haus,
diterapi dengan pengawasan yang ketat untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Ini juga
berlaku bagi orang-orang yang dalam pada suatu saat kehilangan kesadaran atau tidak
dapat berkomunikasi. (Siti Setiati, dkk., 2014).
Pada DIS yang komplit biasanya diperlukan terapi pengganti hormone yaitu
DDAVP (1-desamino-8-d-arginine vasopressin) sebagai analog arginine vasopressin
manusia sintetik, mempunyai lama kerja yang panjang dan hanya mempunyai sedikit
efek samping, jarang menimbulkan alergi. Vasopressin tannate dalam minyak
memerlukan suntikan setiap 3-4 hari. Vasopressin dalam aqua hanya bermanfaat
untuk diagnostik karena lama kerjanya pendek. (Siti Setiati, dkk., 2014).
Obat-obat adjuvan yang biasa dipakai secara fisiologis mengatur keseimbangan air:
• Diuretik Tiazid, untuk peningkatan reabsorbsi Na+ dan air pada nefron
• Klofibrat, untuk meningkatkan penglepasan ADH endogen yang diberikan 4x sehari
(tidak timbul hipoglikemia). Efek samping lain, gangguan saluran cerna, miositis, dan
gangguan hati. Obat ini dapat dikombinasikan tiazid dengan klorpropamid.
• Karbamazepin, sebagai obat antikonvulsan dan tidak dianjurkan untuk dipakai secara
rutin. (Siti Setiati, dkk., 2014).

Komplikasi

• Dehidrasi
• Kulit kering
• Denyut jantung meningkat
• Sakit kepala
• Nyeri otot. (Isselbacher, dkk., 2000).

Prognosis

Diabetes insipidus tidak dinyatakan akan mengurangi harapan hidupnya, dan


prognosisnya tergantung ganguan yang mendasarinya. (Isselbacher, dkk., 2000).

2.7 Terapi Gizi


Hal-hal yang dilakukan:
1. Pengkajian
2. Menentukan tujuan yang akan dicapai
3. Intervensi gizi
4. Intervensi gizi melibatkan 2 tahap pemberian informasi:
-Intervensi gizi dasar
-Intervensi gizi lanjutan
5. Evaluasi
Terapi Gizi DM 1
Individu yang menggunakan terapi insulin dianjurkan makan pada waktu yang
konsisten dan sinkron dengan waktu kerja insulin yang digunakan, individu juga perlu
memantau kadar glukosa darah seuai dengan dosis insulin dan jumlah makanan yang
biasa dimakan.
 Protein
 Total Lemak
 Lemak jenuh dan kolesterol
 Karbohidrat
 Sukrosa
 Pemanis
 Serat
 Natrium
 Alkohol

Kebutuhan Kalori

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang dengan diabetes.
Namun dengan cara pegangan kasar yaitu untuk pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-
2100 kalori dan gemuk 1300-1500 kalori.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan kalori

 Jenis kelamin
 Umur
 Aktifitas fisik atau pekerjaan
 Kehamilan/laktasi
 Adanya komplikasi
 Berat badan

Pengobatan Insulin

Tipe-tipe insulin

 Insulin kerja “singkat”

 Insulin kerja “cepat”

 Insulin kerja “sedang”

 Insulin kerja panjang


2 kali sehari (pagi dan malam)

2/3 dosis (makan pagi) 1/3 dosis (sebelum makan


malam

* menggnakan kerja sedang /cepat dan sedang

3-4 kali sehari

Cepat –sedang Cepat(sebelum makan Sedang (sekitar jam


(sebelum makan malam) 22.00)
pagi)

*mencegah hippokalemia di malam hari

Dosis insulin yang diperlukan untuk mendapatkan kontrol yang memuaskan


tergantung pada individu, jadi tidak ada dosis universal.
BAB III

Kesimpulan

Dengan data diatas ini kami menyimpulkan bahwa anak 9 tahun ini menderita DM
tipe 1.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Setiati, Siti., dkk.2014. Buku Ajar Ilmu. Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing.

Isselbacher,dkk. 2000. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 5, Jakarta:


EGC

American diabetes association: clinical practice recommedations 2003. diabetes care


2003. 26 (supl 1)

Sugondo sidartawan. penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. Balai penerbit FK


UI, Jakarta. 1995

Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 8, lauralee sherwood hal 749 - 755

Anda mungkin juga menyukai