MAKALAH HIPOPITUITARISME
OLEH :
LILI MARLEN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulilllah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk dapat melaksanakan dan menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan
karena keterbatasan data dan pengetahuan penulis serta waktu yang ada saat ini, dengan rendah
hati penulis makalah ini mengharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai kalangan.
pembimbing untuk kesempurnaan makalah yang kami kerjakan ini. Selanjutnya, kami
mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikanya kegiatan untuk mata kuliah Keperawatan anak., terutama kepada dosen
pembimbing. Terlepas dari semua kekurangan penulisan makalah ini, baik dalam susunan dan
penulisanya yang salah, penulis memohon maaf dan berharap semoga penulisan makalah ini
bermanfaat khususnya kepada kami selaku penulis dan umumnya kepada pembaca yang
budiman. Akhirnya, semoga Allah senantiasa meberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada siapa
saja yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
A. Definisi
Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitarisme) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar
sendiri atau pada hipotalamus. (Robbins Cotran Kumar)
Hipopitutarisme is pituitary insuffisienency from destruction of the anterior lobe of the pituitary
gland. (Diane C. Baughman)
Hipopituitarisme mengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormon hipofisis anterior yang
sangat rendah. (Elizabeth C Erorwin)
Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofise anterior. (Barbara C. Long)
Hipopituitarisme adalah disebabkan oleh macam – macam kelainan antara lain nekrosis, hipofisis
post partum (penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis trauma tengkorak, hipertensi
maligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema dan lain – lain (Kapita Selekta Edisi:2)
B. Anatomi Fisiologi
Secara Anatomi, Hypofisis cerebri atau glandula pituitari adalah struktur lonjong kecil
yang melekat pada permukaan bawah otak melalui infundibulum. Lokasinya sangat terlindungi
baik yaitu terletak pada sella turcica ossis sphenoidalis. Disebut master endocrine gland karena
hormon yang dihasilkan kelenjar ini banyak mempengaruhi kelenjar endokrin lainnya.
1. Observasi
o Identifikasi harapan citra tubuh
berdasarkan tahap perkembangan
o Identifikasi budaya, agama, jenis kelami,
dan umur terkait citra tubuh
o Identifikasi perubahan citra tubuh yang
mengakibatkan isolasi sosial
o Monitor frekuensi pernyataan kritik
tehadap diri sendiri
o Monitor apakah pasien bisa melihat
bagian tubuh yang berubah
2. Terapiutik
o Diskusikan perubahn tubuh dan fungsinya
o Diskusikan perbedaan penampilan fisik
terhadap harga diri
o Diskusikan akibat perubahan pubertas,
kehamilan dan penuwaan
o Diskusikan kondisi stres yang
mempengaruhi citra tubuh (mis.luka,
penyakit, pembedahan)
o Diskusikan cara mengembangkan harapan
citra tubuh secara realistis
o Diskusikan persepsi pasien dan keluarga
tentang perubahan citra tubuh
3. Edukasi
o Jelaskan kepad keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
o Anjurka mengungkapkan gambaran diri
terhadap citra tubuh
o Anjurkan menggunakan alat bantu( mis.
Pakaian , wig, kosmetik)
o Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung( mis. Kelompok sebaya).
o Latih fungsi tubuh yang dimiliki
o Latih peningkatan penampilan diri (mis.
berdandan)
o Latih pengungkapan kemampuan diri
kepad orang lain maupun kelompok
3
Diagnosa Koping individu tak efektif berhubungan dengan
kronisitas kondisi penyakit
Dukungan pengambilan keputusan
Observasi:
Terapeutik:
Edukasi
1.
.
Diagnosa Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan
dengan gangguan transmisi impuls sebagai akibat
penekanan tumor pada nervus optikus.
1.
.
Diagnosa Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan
status kesehatan.
Diagnosa Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya
kekuatan otot.
1
Diagnosa Resiko tinggi gangguan integritas kulit (kekeringan)
berhubungan dengan menurunnya kadar hormonal.
B. Perawatan Preoperasi
• Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan.
• Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pasca operasi. Anjurkan klien bernafas
melalui mulut selama pemasangan tampon.
• Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung, menggosok gigi,
batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat penyembuhan luka.
• Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan operasi seperti
pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok untuk pemeriksaan
kultur dan sensitivitas.
• Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah tindakan
transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktifitas yang dapat
menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk, dll. Juga jelaskan agar klien
mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi
serat, minum air yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.
• Perawatan Pascaoperasi
• Amati respon neurologik klien dan catat perubahan penglihatan, disorientasi dan perubahan
kesadaran serta penurunan kekuatan motorik ekstrimitas.
• Amati pula komplikasi pascaoperasi yang lazim terjadi seperti transient insipidus (diabetes
insipidus sesaat).
• Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret dari hidung.
• Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat.
• Kaji drainase nasal baik kualitas maupun kuantitas.
• Hindari batuk, ajarkan klien bernafas dalam, lakukan hygiene oral secara teratur.
• Kaji tanda-tanda infeksi.
• Kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol ; sebagai dampak hipofisektomi.
Pembedahan
a. Pembedahan transphenoidal
Pendekatan transphenoidal sering digunakan dalam melakukan reseksi suatu adenoma. Sela
tursika dicapai melalui sinus sphenoid, dan tumor diangkat dengan bantuan suatu mikroskop
bedah. Insisi dibuat antara gusi dan bibir atas. Pendekatan ini pun digunakan untuk memasang
implant. Suatu lubang dibuat pada durameter pada jalan masuk sela tursika. Biasanya dirurup
dengan lapisan fascia yang diambil dari tungkai, sehingga pasien harus disiapkan untuk insisi
tungkai. Penampilan ini dilakukan untuk mencegah bocornya cairan serebrospinal (CSF).
Kebocoran CSF dapat terjadi beberapa hari postoperatif tapi harus ditutup. Hidung mungkin
mempet dan suatu sling perban ditempatkan dibawahnya untuk mengabsorpsi drainage.
Monitoring terhadap adanya kebocoran CSF perlu dilakukan.
Data-data berikut harus diperhatikan :
1. Keluhan postnasal drip
2. Menelan yang konstan
3. Adanya halo ring pada nasal sling atau balutan (tanda berupa cairan CSF yang jernih
disekeliling cairan serosa yang lebih gelap ditengahnya)
4. Memeriksa ada tidaknya glukosa pada drainase nasal.
Cairan serebrospinal mengandung glukosa, sedangkan cairan nasal tidak. Jika tes glukosa
positif, bahan pemeriksaan harus dikirim ke laboratorium untuk konfirmasi lebih lanjut.
Jika terdapat kebocoran yang menetap, pasien dianjurkan untuk tirah baring dengan kepala
terangkat untuk menggantikan tekanan pada tambalan yang sudah ditentukan. Seringkali
kebocoran CSF sembuh dengan sendirinya, tetapi kadang-kadang diperlukan perbaikan dengan
tindakan operasi. Aktivitas yang meningkatkan tekanan intrakranial harus dihindari.
Nyeri kepala dapat timbul dan dapat diobati dengan analgetik nonnarkotik tau cordein.
Nyeri kepala persisten atau rigiditas nuchal (kaku kuduk) dapat memberikan petunjuk akan
adanya meningitis dan hal ini harus segera dilaporkan. Karena kemungkinan terjadinya risiko
infeksi, maka antibiotik profilaktif dapat diberikan saat preoperatif atau postoperatif.
Intervensi keperawatan lainnya bagi pasien dengan operasi transphenoidal meliputi hal
berikut :
• Memberikan cairan peroral dan diet cairan jernih segera setelah pasien sadar dan tak lagi merasa
mual setelah tinadakan anastesia.
• Meningkatkan diet yang sesuai (anorexia dapat timbul karena menurutnya sensasi penciuman).
• Meyakinkan pasien bahwa kehilangan sensasi penciuman hanya sementara dan akan membaik
segera setelah penutup hidung nasal sling diangkat.
• Memberikan O2 dengan kelembaban tertentu untuk menjaga kelembaban mukosa nasal dan oral.
• Melakukan perawatan mulut
a. Jangan menggosok gigi (untuk mencegah distrupsi benangjahitan).
b. Menggunakan kapas halus dan lembab pada saat membersihkan gigi.
c. Sering melakukan bilas mulut.
b. Pembedahan transfontal
Jika tumor hipofise dibawah tulang-tulang dari sella tursika (ekstra sellar), kraniotoomi
dilakukan untuk mendapatkan suatu lapang operasi yang cukup. Tumor-tumor intraserebral lain,
penyakit-penyakit atau trauma terhadap struktur-struktur yang berdekatan dengan hipofise atau
dapat menyebabkan disfungsi hipofise sementara maupun permanen.
DAFTAR PUSTAKA