Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

RHEUMATOID ARTHRITIS

OLEH :

LILI MARLEN

NIM. 211211961

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN 2022
ASUHAN KEPERAWATAN REUMATOID ARTRITIS

A.PENGERTIAN

1. Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak
diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi
membran sinovial, yang menyebabkan,kerusakan pada sendi tulang ankilosis,
dan deformitas. (Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859).
2. Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
3. Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).

B.KLASIFIKASI

Klasifikasi Rheumatoid Arthritis :


Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3
bulan.
C.ETIOLOGI

Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara


pasti.Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan
faktor sistem reproduksi.Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti
bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimmun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi.
Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan
oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang
menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

D.PATOFISIOLOGI
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan
syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-α untuk
mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69
dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan interleukin-
17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya inflamasi pada
rheumatoid arthritis.
Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan
ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin
meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses
patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar
reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun
kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara
keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas
juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan
pada synovial penderita reumatoid artritis.
E.PATHWAY
F.MANIFESTASI KLINIS

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :

1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Rheumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

1. Gerakan menjadi terbatas


2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan
4. Kelemahan
5. Depresi

Gejala Extraartikular :
a. pada jantung :

 Rheumatoid heard diseasure


 Valvula lesion (gangguan katub)
 Pericarditis
 Myocarditis
b. pada mata :
 Keratokonjungtivitis
 Scleritis
c. pada lympa : Lhymphadenopathy
d. pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
e. pada otot : Mycsitis

G.KOMPLIKASI

 Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
 Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
 Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
 Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk  menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.

H.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus


 Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
 Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
 LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat
 Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
 SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
 JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
 Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
sebagai penyebab AR.
 Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi
dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
 Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
 Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
 Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi,
produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit,
penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
 Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-
artikuler pada foto rontgen.

Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA ) adalah:

1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).


2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah satu
sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
11. gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :


Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu
Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 4 minggu.

I.PENATALAKSANAAN
1. Medis
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
 Termoterapi
 Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
 Pemberian Obat-obatan :
 Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan
pada dosis yang telah ditentukan.
 Obat-obat untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid, Cholyn
salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory).
Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil
mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat mengembalikan
fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur yang dapat dilakukan adalah
artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.
2. Keperawatan
 Pendidikan :meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan
prognosis penyakit ini
 Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
 Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang,
ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien.

KONSEP ASKEP
A.PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut
atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktur/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal)
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya
ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ )
Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
6. Neurosensori
Tanda: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi )
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus.
Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap
Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan
peran; isolasi
B.DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
C.INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
a. gejala dan tanda mayor :
Subjektif : mengeluh nyeri

Objektif

 Tampak meringis
 Gelisah
 Nadi meningkat
b. Gejala dan tanda minor :
Subjektif : tidak tersedia
Objektif :
 tekanan darah meningkat
 pola nafas berubah
 nafsu makan berubah
 proses pikir terganggu
 menarik diri
c. Luaran utama : tingkat nyeri
d. Luaran tambahan : mobilitas fisik
e. Intervensi utama : manajemen nyeri dan pemberian analgesic
f. Intervensi pendukung : aromaterapi, edukasi teknik nafas, edukasi
manajemen nyeri, kompres, pemberian obat, terapi relaksasi
g. Intervensi :

Observasi :
 identifikasi karakteristik,durasi, frekuansi, kualitas dan intensitas
nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementeryang sudah diberikan
 Monitor efeksamping penggunaan analgesic

Terapeutik :

 Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


(terapi kompelmenter)
 Control lingkungan yang memperberat nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri


 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi : kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,


nyeri, penurunan kekuatan otot.
a. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : mengeluh sulit menggerakan ekstremitas
Objektif : kekuatan otot menurun, rentang gerak ( ROM ) menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif : nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas
saat bergerak
b. Luaran utama : mobilitas fisik
c. Luaran tambahan : pergerakan sendi, toleransi aktivitas
d. Kriteria hasil : meningkat mobilitas fisik, meningkat kekuatan otot,
meningkat pergerakan ekstremitas
e. Intervensi
Utama : dukungan ambulasi dan dukungan mobilisasi
Pendukung : dukungan perawatan diri, edukasi latihan fisik, teknik latihan
penguatan otot, terapi aktivitas, terapi pemijatan
Tindakan
Observasi :
 Identifikasi adanya nyeri dan keluhan fisik lainnya
 Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
 Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi

Terapeutik :

 Vasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu, misalnya pagar


tempat tidur
 Fasilitasi melakukan pergerakan bila perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan

Edukasi :
 Jelaskan tujuan prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhanayang harus dilakukan misalnya duduk
ditempat tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi

3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan


perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
a. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : mengungkapkan kehilangan fungsi tubuh
Objektif : kehilangan fungsi tubuh
b. Gejala dan tanda minor
Subjektif : tidak mau mengungkapkan kecacatan, mengungkapkan
perasaan negatf tentang perubahan tubuh, mengungkapkan kekhawatiran
pada reaksi orang lain, mengungkapkan perubahan gaya hidup
Objektif : menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan,
menghindari menyentuh bagian tubuh, respon non verbal pada perubahan dan
persepsi tubuh, hubungan social berubah
c. Luaran utama : citra tubuh
d. Luaran tambahan : harga diri, identitas diri, kesadaran diri
e. Kriteria hasil : melihat bagian tubuh, menyentuh bagian tubuh
f. Intervensi utama : promosi citra tubuh dan promosi koping
g. Intervensi pendukung : dukungan tanggung jawab pada diri sendiri, edukasi
perawatan diri, promosi kepercayaan diri, terapi diversonal
h. Tindakan :
Observasi
 Identifikasi harapan citra tubuh
 Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur
 Identifikasi perubahan citra tubuh
 Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
 Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh

Terapeutik :

 Diskusi perubahan tubuh dan fungsinya


 Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
 Diskusikan perubahan akibat penuaan
 Diskusikan kondisi stress
 Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh
 Diskudikan dengan pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh

Edukasi :

 Jelaskan pada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh


 Anjurkan mengungkapkan gambaran diri
 Anjurkan mnggunakan alat bantu
 Anjurkan mengkuti kelompok tertentu
 Latih fungsi tubuh yang dimiliki
 lAtih peningkatan penampilan
 latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun
kelompok
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
a. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : menolak melakukan perawatan diri
Objektif : tidak mampu mandi, mengenakan pakaian, makan , ketoilet,
berhias secara mandiri
Minat melakukan perawatan diri kurang
b. Luaran utama : perawatan diri
c. Luaran tambahan : koordinasi pergerakan, tingkat kenyamanan, mobilitas
fisik
d. Kriteria hasil : kemampuan mandi meningkat, kemampuan mengenakan
pakaian, kemapuan ke toilet, verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri,
mempertahan kan kebersihan diri
e. Intervensi utama : dukungan perawatan diri
f. Intervensi pendukung : dukungan emosional, pencegahan jatuh, promosi
latihan fisik
g. Tindakan
Observasi :
 Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
 Monitor tingkat kemandirian
 Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,berpakaian, makan
dll

Terapeutik :

 Sediakan lingkungan yang terapeutik


 Siapkan keperluan pribadi
 Dampingi dalam melakukan perawatan diri
 Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
 Fasilitasi kemandirian

Edukasi : anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai


kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit

edisi 6 volume II. ECG. Jakarta : 2006

Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby

Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC).

America : Mosby

Mansjoer, arif. Dkk.2009, kapita selekta kedokteran . Jakarta. Media Aesculapius

PPNI. 2018, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Jakarta: DPP PPNI

PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan

Keperawatan, Jakarta: DPD PPNI

PPNI, 2018 : Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPD PPNI

Anda mungkin juga menyukai