PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“GEOPOLITIK DAN WAWASAN NUSANTARA”
DOSEN PEMBIMBING:
S.T HARYONO,DRS,MM
OLEH :
YOGYAKARTA
Segala puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul “Geopolitik dan Wawasan Nusantara”.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi MUHAMMAD SAW, penulisan
ini bertujuan untuk memahami Politik di Indonesia.
Merupakan suatu harapan pula, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, khususnya untuk penulis, kritik dan saran dari pembaca akan sangat perlu untuk
memperbaiki dalam penulisan makalah dan akan diterima dengan senang hati. Serta semoga
makalah ini tercatat menjadi motivator bagi penulis untuk penulisan makalah yang lebih baik
dan bermanfaat. Aamiin.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1.Ajaran Wawasan Nasional Indonesia
2. Latar Belakang Filosofis Wawasan Nusantara
3. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan Nasional
4. Ajaran Dasar Wawasan Nusantara
5. Unsur Dasar Konsepsi Wawasan Nusantara
8. Arah Pandang
1 Latar Belakang
Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat dari bumi yang
ada di bawah kakinya. Demikian, kata Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 dihadapan sidang
BPUPKI. Oleh karena itu, setelah membangsa orang menyatakan tempat tinggal sebagai
negara. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian negara tidak hanya tempat tinggal,
tetapi diartikan lebih luas lagi yang meliputi institusi, yaitu pemerintah, rakyat, kedaulatan,
dan lain - lain.
Karena orang dengan tempat tinggalnya tidak dapat dipisahkan, perebutan ruang yang
menjadi hal yang menimbulkan konflik antar manusia induvidu, keluarga, masyarakat dan
bangsa hingga kini, meskipun bentuknya dapat secara fisik ataupn nonfisik. Untuk dapat
mempertahankan ruang hidupnya, suatu bangsa harus mempunyai kesatuan cara pandang
yang dikenal sebagai wawasan nasional. Para ilmuwan politik dan militer menyebutnya
sebagai geopolitik yang merupakan kepanjangan dari geografi politik.
Konsep wawasan bangsa tentang wilayah mulai dikembangkan sebagai ilmu pada akhir
abad XIX dan awal abad XX dan dikenal sebagai geopolitik, yang pada mulanya membahas
geografi dari segi politik negara (state). Selanjutnya, berkembang konsep politik _dalam arti
distribusi kuatan_ pada hamparan geografi negara sehingga tidaklah berlebihan bahwa
geopolitik sebagai ilmu “baru” dicuragai sebagai pembenaran pada kosepsi ruang. Oleh
karena itu, dalam membahas masalah wawasan nasional bangsa, di samping membahas
sejarah terjadinya konsep wawasan nasional, akan dibahas pula teori geopolitik dan
implementasinya pada negara Indonesia.
Geopolitik, dibutuhkan oleh setiap negara di dunia, untuk memperkuat posisinya terhadap
negara lain, untuk memperoleh kedudukan yang penting di antara masyarakat bangsa-bangsa,
atau secara lebih tegas lagi, untuk menempatkan diri pada posisi yang sejajar di antara
negara-negara raksasa.
Konsep wawasan nasional setiap bangsa berbeda. Hal ini berkaitan dengan profil diri
bangsa sejarah, pandangan hidup, ideology, budaya dan sudah barang tentu ruang hidupnya,
yaitu geografi. Kedua unsur pokok profil bangsa dan geografi inilah yang harus diperhatikan
dalam membuat konsep geopolitik bangsa dan Negara.
2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan geopolitik Indonesia ?
2. Bagaimana perkembangan geopolitik di Indonesia ?
3. Apa yang dimaksud dengan wawasan nusantara ?
4. Bagaimana kedudukan wawasan nusantara di Indonesia ?
5. Bagaimana peranan wawasan nusantara di Indonesia ?
3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan geopolitik Indonesia
2. Untuk mengetahui perkembangan geopolitik di Indonesia
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan wawasan nusantara
4. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan wawasan nusantara di Indonesia
5. Untuk mengetahui bagaimana peranan wawasan nusantara di Indonesia
4 Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis, sebagai sarana menambah pengetahuan mengenai dunia politik khususnya
tentang geopolitik
2. Bagi pembaca, sebagai sumber pengetahuan mengenai dunia politik selain buku-buku
pelajaran lainnya
3. Sebagai gambaran dan acuan agar dapat lebih baik lagi dalam menyelesaikan makalah
pada waktu yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN
1.Ajaran Wawasan Nasional Indonesia
Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi Pancasila menganut paham tentang
perang dan damai: “Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kernerdekaan.”
Wawasan nasional bangsa Indonesia tidak mengembangkan ajaran tentang kekuasaan dan
adu kekuatan, karena hal tersebut mengandung benih-benih persengketaan dan
ekspansionisme.
Ajaran wawasan nasional bangsa Indonesia menyatakan bahwa: ideologi digunakan sebagai
landasan idiil dalam menentukan politik nasional, dihadapkan pada kondisi dan konstelasi
geografi Indonesia dengan segala aspek kehidupan nasionalnya. Tujuannya adalah agar
bangsa Indonesia dapat menjamin kepentingan bangsa dan negaranya di tengah-tengah
perkembangan dunia.
B. Geopolitik Indonesia
Perbedaan yang esensial dari pemahaman ini adalah bahwa menurut paham Barat, laut
berperan sebagai ''pemisah" pulau, sedangkan menitrut paham Indonesia laut adalah
“penghubungn sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai uTanah
Airn dan disebut Negara Kepulauan.
Berdasarkan falsafah Pancasila, manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang
mempunyai naluri, akhlak, daya piker, dan sadar akan keberadaan yang serba terhubung
dengan sesamanya, lingkunagnnya, alam semesta, dan penciptanya. Kesadaran ini
menumbuhkan cipta, karsa, dan karya umtuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan
hidupnya dari generasi ke generasi. Berdasarkan kesadaran yang dipengaruhi oleh
lingkungannya, manusia Indonesia memiliki motivasi antara lain untuk menciptakan suasana
damai dan tentram menuju kebahagiaan serta menyelenggarakan keteraturan dalam membina
hubungan antarsesama.
Dari uraian diatas tampak bahwa wawasan kebangsaan atau wawasan nsional yang
dianut dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia merupakan pancaran dari Pancasila sebagai
falsafah hidup bangsa Indonesia. Karena itu, wawasan nasional Indonesia menghendaki
terciptanya persatuan dan kesatuan tanpa menghilangkan cirri, sifat, dan karakter dari
kebinekaan unsure-unsur pembentuk bangsa (suku bangsa, etnis, golongan, serta daerah itu
sendiri).
Geografi adalah wilayah yang tersedia dan terbentuk secara alamiah oleh alam nyata. Kondisi
objektif geografis sebagai modal dalam pembentukan suatu Negara merupakan suatu ruang
gerak hidup suatu bangsa yang didalamnya terdapat sumber kekayaan alam dan penduduk
yang mempengaruhi pengambilan keputusan / kebijakan politik Negara tersebut.
Wilayah Indonesia pada saat proklamasi kemerdekaan RI 17 agustus 1945 masih mengikuti
territoriale Zee En Maritieme Kringe Ordonantie 1939, dimana lebar laut wilayah Indonesia
adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing-masing pantai pulau Indonesia.
Penetapan lebar wilayah laut 3 mil tersebut tidak menjamin kesatuan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini lebih terasa lagi bila dihadapkan pada pergolakan-
pergolakan dalam Negeri pada saat itu.
Deklarasi ini menyatakan bahwa bentuk geografis Indonesia adalah Negara kepulauan yang
terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil dengan sifat dan corak tersendiri. Untuk
mengukuhkan asas Negara kepulauan ini, ditetapkanlah Undang-undang Nomor : 4/Prp tahun
1960 tentang Perairan Indonesia.
Maka sejak itu berubahlah luas wilayah dari + 2 juta km2 menjadi + 5 Juta Km2, di mana +
69% wilayahnya terdiri dari laut/perairan. Karena itu, tidaklah mustahil bila Negara
Indonesia dikenal sebagai Negara kepulauan (Negara maritim). Sedangkan yang 35% lagi
adalah daratan yang terdiri dari 17.508 buah kepulauan yang antara lain berupa 5 (buah)
pulau besar, yakni Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Irian Jaya (Papua) dan +
11.808 pulau-pulau kecil yang belum diberi (ada) namanya. Luas daratan dari seluruh pulau-
pulau tersebut adalah + 2.028.087 km2, dengan panjang pantai + 81.000 km.
Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 tersebut melalui undang-undang nomor 17 tahun 1985
pada tanggal 31 Desember 1985. Sejak tanggal 16 November 1993 UNCLOS 1982 telah
diratifikasi oleh 60 negara dan menjadi hukum positif sejak 16 November 1994.
Kondisi dan konstelasi geografi Indonesia mengandung beraneka ragam kekayaan alam baik
yang berada di dalam maupun diatas permukaan bumi, potensi di ruang udara dan ruang
antariksa, dan jumlah penduduk yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang memiliki
budaya, tradisi, serta pola kehidupan yang beraneka ragam.
Dengan kata lain, setiap perumus kebijaksanaan nasional harus memiliki wawasan
kewilayahan atau ruang hidup bangsa yang diatur oleh politik ketatanegaraan.
Budaya atau kebudayaan dalam arti etimologi adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh
kekuatan budi manusia. Karena manusia tidak hanya bekerja dengan kekuatan budinya,
melainkan juga dengan perasaan, imajinasi, dan kehendaknya, menjadi lebih lengkap jika
kebudayaannya diungkap sebagai cita, rasa, dan karsa (budi, perasaan, dan kehendak).
Masyarakat Indonesia sejak awal terbentuk dengan ciri kebudayaan yang sangat beragam
yang muncul karena pengaruh ruang hidup berupa kepulauan di mana ciri alamiah tiap-tiap
pulau berbeda-beda.
1.Penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak
yang senantiasa mendahulukan kepentingan negara.
a.Implementasi dalam kehidupan politik, adalah menciptakan iklim penyelenggaraan negara
yang sehat dan dinamis, mewujudkan pemerintahan yang kuat, aspiratif, dipercaya.
b. Implementasi dalam kehidupan Ekonomi, adalah menciptakan tatanan ekonomi yang
benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
secara merata dan adil.
c. Implementasi dalam kehidupan Sosial Budaya, adalah menciptakan sikap batiniah dan
lahiriah yang mengakui, menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan sebagai
kenyataan yang hidup disekitarnya dan merupakan karunia sang pencipta.
d. Implementasi dalam kehidupan Pertahanan Keamanan, adalah menumbuhkan kesadaran
cinta tanah air dan membentuk sikap bela negara pada setiap WNI.
3. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi, Batiniah dan Lahiriah
Tata laku merupakan dasar interaksi antara wadah dengan isi, yang terdiri dari tata laku tata
laku batiniah dan lahiriah. Tata laku batiniah mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas
yang baik dari bangsa indonesia, sedang tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan ,
perbuatan, dan perilaku dari bangsa Indonesia. Tata laku lahiriah merupakan kekuatan yang
utuh, dalam arti kemanunggalan.Meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian.
Kedua hal tersebut akan mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian bangsa indonesia
berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta kepada
bangga dan tanah air sehingga menimbulkan nasionalisme yang tinggi dalm segala aspek
kehidupan nasional.
• Kejujuran.
Yang berarti keberanian berpikir, berkata dan bertindak sesuai realita serta ketentuan yang
benar biarpun realita atau ketentuan itu pahit dan kurang enak didengarnya.
• Solidaritas
Yang berarti diperlukannya rasa seti kawan, mau memberi dan berkorban bagi orang lain
tanpa meniggalkan ciri dan karakter budaya masing-masing.
• Kerja sama
Berarti adanya koordinasi, saling pengertian yang didasarkan atas kesetaraan sehingga kerja
kelompok, baik kelompok yang kecil maupun kelompok yang lebih besar dapat tercapai demi
terciptanya sinergi yang lebih baik.
• Kesetiaan
Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama ini sangatlah penting dan menjadi tonggak utama
terciptanya persatuan dan kesatuan dalam ke Bhinekaan. Jika kesetiaan terhadap kesepakatan
bersama ini goyah apalagi ambruk, dapat dipastikan bahwa persatuan dan kesatuan dalam ke
Bhinekaan bangsa Indonesia akan hancur berantakan. Ini berarti hilangnya negara kesatuan
Indonesia.
8. ARAH PANDANG
Dengan latarbelakang budaya, sejarah, kondisi, konstelasi geografin dan perkembangan lingkungan
strategis, arah pandang “Wawasan Nusantara” meliputi arah pandang kedalam dan keluar;
9. KEDUDUKAN,FUNGSI,dan TUJUAN
1. KEDUDUKAN
a. Wawasan Nusantara sebagaiWawasanNasionalbangsa Indonesia meupakanajaran
yang diyakinikebenarannyaolehseluruhrakyat agar
tidakterjadipenyesatandanpenyimpangandalamupayamencapaidanmewujudkancita
– citadantujuannasional. Dengandemikian, Wawasan Nusantara
menjadilandasanvisionaldalammenyelenggarakankehidupannasional.
b. Wawasan Nusantara
dalamparadigmanasionaldapatdilihatdaristratifikasisebagaiberikut :
1) Pancasila sebagaifalsafah, ideology
bangsadandasarnegaraberkedudukansebagailandasanidiil.
2) Undang-Undang Dasar1945 sebagailandasankonstitusinegara,
berkedudukansebagailandasankonstitusional.
3) Wawasan Nusantara sebagaivisinasional,
berkedudukansebagailandasanvisional.
4) Ketahannasionalsebagaikonsepsinasional,
berkedudukansebagailandasankonsepsional.
5) GBHN sebagaipolitikdanstrateginasionalatausebagaikebijakandasarnasional,
berkedudukansebagailandasanoperasional.
Paradigmadiatasperludijabarkanlebihlanjutdalamperaturanperundang – undangan.
Paradigm nasionalinisecara structural
danfungsionalmewujudkanketertarikanhierarkis pyramidal dansecara instrumental
mendasarikehidupannasional yang berdimensikehidupanbermasyarakat,
berbangsa, danbernegara.
2. FUNGSI
Wawasan Nusantara berfungsisebagaipedoman, motivasi, dorongan, sertarambu –
rambudalammenentukansegalakebijaksanaan, kepuusan, tindakan,
danperbuatanbagipenyelenggaraannegara di
tingkatpusatdandaerahmaupunbagiseluruhmasyarakat Indonesia
dalamkehidupanbermasyarakat, berbangsa, danbernegara.
3. TUJUAN
Wawasan Nusantara bertujuanmewujudkannasionalisme yang
tinggidisegalaaspekkehidupanrakyat Indonesia yang
lebihmengutamakankepentingannasionaldaripadakepentinganindividu, kelompok,
sukubangsa, ataudaerah. Kepentingan - kepentingantersebuttetapdihormati, diakui,
dandipenuhiselamatidakbertentangandengankepentingannasionalataukepentinganmas
yarakatbanyak. Nasionalisme yang tinggi di segalabidangkehidupan demi
tercapainyatujuannasionaltersebutmerupakanpancarandarimakinmeningkatnya rasa,
paham, dansemangatkebangsaandalamjiwabangsa Indonesia
sebagaihasilpemahamandanpenghayatanWawasan Nusantara.
PANCASILA
(filsafah/ideologi
dasar negara)
UUD 1945
(Konstitusi Negara)
WAWASAN NUSANTARA
(Visi Bangsa/Negara)
KETAHANAN NEGARA
(Konsepsi Bangsa/Negara)
Landasan Konstitusional
Landasan Visional
Landasan
Konsepsional
Landasan
Operasional
a. Keteladanan.
Melalui metode penularan keteladanan dalam sikap perilaku kehidupan sehari-hari kepada
lingkungannya, terutama dengan memberikan contoh-contoh berpikir, bersikap dan bertindak
mementingkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan atau golongan,
sehingga timbul semangat kebangsaan yang selalu cinta tanah air.
c. Komunikasi.
Tujuan yang ingin dicapai dari sosialisasi Wawasan Nusantara melalui metode komunikasi
adalah tercapainya hubungan komunikatif secara baik yang akan mampu menciptakan ildim
saling menghargai, menghormati, mawas diri, dan tenggang rasa sehingga tercipta kesatuan
bahasa dan tujuan tentang Wawasan Nusantara.
d. Integrasi.
Tujuan yang ingin dicapai dari pemasyarakatan/ sosialisasi Wawasan Nusantara melalui
metode integrasi adalah terjalinnya persatuan dan kesatuan. Pengertian serta pemahaman.
tentang Wawasan Nusantara akan membatasi sumber konflik di dalam tubuh bangsa
Indonesia baik pada saat ini maupun di masa mendatang dan akan memantapkan kesadaran
untuk mengutamakan kepentingan nasional dan cita-cita serta tujuan nasional.
1. Pemberdayaan Masyarakat
a) John Naisbit. Dalam bukunya Global Paradox, ia menulis "To be a global powers, the
company must give more role to the smallest part" pada intinya, Global paradox
memberikan pesan bahwa negara harus dapat memberikan peranan sebesar-besarnya
kepada rakyatnya. Pemberdayaan masyarakat dalam arti memberikan peran dalam
bentuk aktivitas dan partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya
dapat dilaksanakan oleh negar-negara yang sudah maju yang menjalankan buttom up
planning. Sedangkan negara-negara berkembang seperti negara kesatuan republik
indonesia, masih melaksanakan program top down planning karena keterbatasan
kualitas SDM. Karena itu, NKRI memerlukan landasan operasional berupa GBHN
(Garis-garis Besar Haluan Negara).
b) Kondisi nasional. Pembangunan nasional secara menyeluruh belum merata, sehingga
masih ada beberapa daerah yang tertinggal pembangunannya sehingga menimbulkan
keterbelakangan aspek kehidupannya. Kondisi tersebut menimbulkan kemiskinan dan
kesenjangan sosial di masyarakat. Apabila kondisi ini berlarut-larut, masyarakat di
beberapa daerah tertinggal akan berubah pola pikir, pola sikap, dan pola tindaknya,
mengingat mereka sudah tidak berdaya dalam aspek kehidupannya. Hal ini
merupakan ancaman tetap tegak dan utuhnya NKRI. Dikaitkan dengan pemberdayaan
masyarakat, perlu ada prioritas utama pembangunan daerah tertinggal agar
masyarakat dapat berperan dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan di seluruh
aspek kehidupan, yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang republik
indonesia (UURI) Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah.
Pesan global paradox dan kondisi nasional mengenai pemberdayaan masyarakat di atas dapat
menjadi tantangan wawasan nusantara. Penberdayaan untuk kepentingan rakyat banyak perlu
mendapat prioritas utama, mengingat Wawasan Nusantara memiliki makna persatuan dan
kesatuan dalam kebhinekaan untuk mempererat kesatuan bangsa.
a) Sloan dan Zureker. Dalam bukunya Dictonary of Economics, dua penulis ini
menyebutkan bahwa kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi berdasarkan hak milik
swasta atas macam-macam barang dan kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian
dengan pihak lain, untuk berkecimpung dalam aktivitas ekonomi yang dipilihmya sendiri
berdasarkan kepentingannya sendiri, dan untuk mencapai laba untuk dirinya sendiri. Di
era baru kapitalisme, sistem ekonomi untuk mendapatkan keuntungan dengan melakukan
aktivitas secara luas dan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat memerlukan
strategi baru yaitu adanya keseimbangan.
b) Lester Thurow. Di dalam bukunya The Future Of Capitalism, ia menegaskan antara lain
bahwa untuk dapat bertahan dalam era baru kapitalisme, kita harus membuat strategi baru
yaitu keseimbangan antara paham individualis dan paham sosialis. Era baru kapitalisme
tidak lepas dari globalisasi, dimana negara-negara kapitalis, yaitu negara-negara maju
berusaha mempertahankan eksistensinya di bidang ekonomi dengan menekan negara-
negara berkembang melalui isu global mencakup demokratisasi, HAM (Hak Asasi
Manusia), dan lingkungan hidup. Strategi baru yang ditegaskan oleh Lester Thurow pada
dasarnya telah tertuang dalam nilai-nilai falsafah bangsa indonesia, yaitu pancasila yang
mengamanatkan kehidupan yang serasi, selaras, dan seimbang antara individu,
masyarakat, bangsa, serta alam semesta dan penciptanya
Dari uraian diatas tampak bahwa kapitalisme yang semula dipraktekkan untuk keuntungan
diri sendiri kemudian beekembang menjadi strategi baru guna mempertahankan paham
kapitalisme di era globalisasi dengan menekan negara-negara berkembang termasuk
indonesia, melalui isu global. Hal ini sangat perlu diwaspadai karena merupakan tantangan
bagi Wawasan Nusantara.
a) Pandangan bangsa indonesia tentang hak dan kewajiban. Bangsa indonesia melihat
hak tidak terlepas dari kewajiban. Manusia indonesia, baik sebagai warga negara
maupun sebagai warga masyarakat, mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang
sama. Hak dan kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan karena
merupakan satu kesatuan. Tiap hak mengandung kewajiban, dan demikian pula
sebaliknya, keduanya merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama. Negara
kepulauan indonesia yang menganut paham negara kesatuan menempatkan kewajiban
di muka. Kepentingan umum masyarakat, bangsa, dan negara harus lebih diutamakan
daripada kepentingan pribadi atau golongan.
b) Kesadaran bela negara pada waktu merebut dan mempertahankan kemerdekaan,
indonesia menunjukkan kesadaran bela negara yang optimal, dimana seluruh rakyat
bersatu padu berjuang tanpa mengenal peebedaan, pamrih, dan sikap menyerah yang
timbul dari jiwa heroisme dan patriotisme karena perasaan senasib dan
sepenanggungan serta setia kawan dalam perjuangan fisik mengusir penjajah. Dalam
msngisi kemerdekaan, perjuangan yang dibadapi adalah peejuangan non fisik yang
mencakup seluruh aspek kehidupan, khususnya dalam memerangi keterbelakangan,
kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi, kolusi, dan nepotisme, dan dalam menguasai
IPTEK, meningkatkan kualitas SDM, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Di dalam peejuangan non fisik, kesadaran bela negara mengalami penurunan yang
tajam apabila dibandingkan dengan perjuangan fisik. Hal ini tampak dari kurangnya
rasa persatuan dan kesatuan bangsa, dan adanya beberapa daerah yang ingin
memisahkan diri dari NKRI sehingga mengarah ke disintegrasi negara.
Dari uraian diatas mengenai pandangan bangsa indonesia tentang hak dan kewajiban
serta kesadaran bela negara yang dikaitkan dengan kesadaran warga negara secara
utuh, tampak kesadaran di dalam persatuan dan kesatuan mengalami penurunan.
Anak-anak bangsa belum sepenuhnya sadar bahwa, sebagai warga negara, mereka
harus selalu mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi atau
kepentingan golongan. Kondisi ini merupakan tantangan bagi Wawasan Nusantara.
1.Global Paradox memberikan pesan bahwa Negara harus mampu memberikan peranan
sebesar-besararnya kepada rakyat.
2.Borderles World dan The End of Nation State mengatakan bahwa batas wilayah geografi
relative tetap,tetapi kekuatan ekonomi dan budaya global akan menembus batas tersebut.
Selanjutnya pemerintah daerah perlu diberi peranan yang lebih berarti.
3.Lester Thurow dalam bukunya The Future of Capitalism memberi gambaran bahwa srategi
baru kapitalisme adalah mengutamakan keseimbangan antara kepentingan individu
(kelompok) dan masyarakat banyak serta antara Negara maju dan Negara berkembang.
4.Hesel Handerson dalam bukunya Building Win Win World mengatakan bahwa perlu ada
perubahan nuansa peran ekonomi menjadi masyarakat dunia yang bekerjasama
memanfaatkan teknologi yang bersih lingkungan serta mewujudkan pemerintahan yang lebih
demokratis.
5.Ian Marison dalam bukunya The Second Curve menjelaskan bahwa dalam era baru timbul
adanya peranpasar, konsumen, dan teknologi baru yang lebih besar yang membantu
mewujudkan masyarakat baru.
Di antara pesan-pesan yang di sampaikan dalam nilai yang berkekuatan global di atas
ternyata tidak satupun yang menyatakan tentang perlu adanya persatuan bangsa untuk
menghindari konflik antar bangsa yang timbul karena kepentingan nasionalnya tidak
terpenuhi. Dapat di ambil kesimpulan bahwa Wawasan Nusantara sebagai cara pandang
bangsa Indonesia dan sebagai visi nasional yang mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa masih tetap valid baik untuk saat sekarang maupun untuk masa yang akan datang.
Prospek wawasan nusantara dalam era mendatang masih tetap relevan dan norma-norma
global.Untuk menghadapi gempuran nilai global, fakta kebhinekaan dalam setiap rumusan
yang memuat kata persatuan dan kesatuan perlu lebih ditekankan. Dalam implementasinya,
peranan daerah dan rakyat kecil perlu di berdayakan. Hal tersebut dapat di wujudkan apabila
faktor-faktor dominan berikut ini di penuhi: keteladanan kepemimpinan nasional, pendidikan
yang berkualitas dan bermoral kebangsaan, media masa yang mampu memberikan informasi
dan kesan yang positif, serta keadilan dalam penegakan hukum dalam arti pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintah yang bersih dan berwibawa dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Kata geo-politik berasal dari kata geo dan politik. “geo” berarti bumi dan “politik” berasal
dari bahasa Yunani politeia, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (negara) dan
teia yang berarti urusan. Sementara dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian
asas (prinsip), keadaan, cara yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu.
2. Geopolitik semula sebagai ilmu politik, kemudian berkembang menjadi pengetahuan
tentang sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi ciri _khas negara yang berupa bentuk,
Luas, letak, iklim, dan sumber daya alam_ sutau negara untuk membangun dan membina
Negara. Adapun geostrategi diartikan sebagai pelaksanaan geopolitik dalam negara.
3. Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara. Wawasan berasal dari kata
wawas (bahasa Jawa) yang berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi. Selanjutnya
muncul kata mawas yang berarti memandang, meninjau atau melihat. Wawasan artinya
pandangan, tujuan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang, cara
melihat. Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan
kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak anatara dua unsur. Nusantara artinya kesatuan
kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia dan dua samudera,
yaitu Samudera Hindia dan Pasifik. Berdasarkan pengertian modern, kata “Nusantara”
digunakan sebagai pengganti nama Indonesia
4. Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional sebagai doktrin dasar pengaturan kehidupan
nasional. Sementara itu, politik dan strategi nasional, sebagai kebijaksanaan dasar nasional
dalam bentuk GBHN masa ORBA yang dijabarkan lebih lanjut dalam kebijaksanaan strategi
pada strata di bawahnya.
5. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan, menumbuhkan rasa tanggung jawab
atau pamanfaatan lingkungannya, menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan
nasional dan merentang hubungan Internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian.
B. Saran
1. Para penulis makalah selanjutnya, untuk lebih banyak membaca dan mengumpulkan
referensi agar dapat menyempurnakan makalah dengan materi dan pembahasan yang lebih
baik lagi.
2. Para pembaca makalah ini, untuk lebih giat mempelajari dan menelaah pelajaran khususnya
materi kewarganegaraan dan dapat mengamalkannya serta mengingatkan penulis untuk
memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam makalah ini.
Daftar Pustaka
Buku :
Pendidikan Kewarganegaraan 2007. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta