Anda di halaman 1dari 16

SIKUEN STRATIGRAFI,FASIES PENGENDAPAN, DAN ZONASI

HIDROKARBON PADA LAPANGAN”VN” PADA CEKUNGAN SUMATERA


SELATAN
Muhammad Imam Pratama1, Edy Sunardi 2, Nurdrajat 3

1
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, 2 Lab. Sedimentologi Universitas
Padjadjaran, 3 Lab. Stratigrafi Universitas Padjadjaran

SARI
Daerah studi Lapangan “VN” ini berada pada Formasi Air Benakat. Lapangan ini
terletak di dalam sub-cekungan Palembang Tengah, cekungan Sumatera Selatan. Lapangan
ini terdiri dari lima formasi yaitu Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, Formasi Gumai,
Formasi Air Benakat, dan Formasi Muara Enim. Pada lapangan “VN” yang akan dibahas
adalah sikuen stratigrafinya yang dimana pengerjaannya dimulai dari pengkajian data yang
ada,membuat well summaries,kemudian dilanjutkan analisa kerangka sikuen stratigrafi.Dari
log yang ada dianalisa pula lingkungan pengendapan yang merupakan hasil dari
elektrofasies,memberi batas atau marker untuk tiap-tiap batas sikuen,melakukan korelasi
antar sumur, dicari ketebalan di tiap paket pengendapan,dan diketahuilah model pengendapan
yang terjadi di daerah penelitian. Di daerah penelitian ini diinterpretasikan terdapat 4 paket
pengendapan yaitu TST yang didalamnya terdapat lingkungan proximal pro-delta, HST yang
didalamnya terdapat lingkungan Interdistributary Chanel, LST-1 yang di dalamnya terdapat
lingkungan Interdistributary Chanel namun pada sandbar nya, dan LST-2 yang di dalamnya
terdapat lingkungan Distributary Mouthbar Proximal.
Kata kunci : Log,Sikuen Stratigraphy,Paket Pengendapan

ABSTRACT

“VN” field study is on Air Benakat Formation. This Field located in Middle Palembang sub-
basin, South Sumatera Basin. This Field contain five formation which is Talang Akar Formation,
Baturaja Formation, Gumai Formation, Air benakat Formation, and Muara enim Formation.

On “VN” field we discuss about sequence stratigraphy which the workflow started from
screening data,make a well summaries, continue with analize the sequence stratigraphy. From log
data it can be analized for knowing about it depositional environment and also use electrofacies
analization, give the sequence marker,make correlation for each well, searching for thickness each
depositional package, and depositional model in this field.

It has been interpretated and the result it has four depositional package. TST which has
proximal pro-delta environment, HST which has Interdistributary Chanel environment, LST-1 which
has Interdistributary Chanel specially sand bar, and LST-2 which has Distributary Mouthbar Proximal
environment.

Key Word : Log,Sequence Stratigraphy,Depositional package.


1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA

Minyak dan gas bumi hingga saat ini


masih memiliki peranan penting 2.1 KEADAAN GEOLOGI
dalam pemenuhan kebutuhan energi DAERAH PENELITIAN
umat manusia, meskipun sumber
2.1.1 GEOLOGI REGIONAL
energi alternatif lainnya sudah
DAERAH PENELITIAN
banyak ditemukan. Mengingat
masih besarnya peranan tersebut Cekungan Sumatera Selatan terletak
maka eksplorasi dan eksploitasi di sebelah timur dari Pegunungan
masih terus dilakukan. Studi fasies, Barisan dan menyebar ke bagian
studi lingkungan pengendapan,dan timur laut hingga offshore area dan
studi sikuen stratigrafi merupakan merupakan cekungan belakang busur
pendekatan yang dewasa ini dipakai (back-arc basin) dibatasi oleh
dalam eksplorasi hidrokarbon. Pegunungan Barisan di sebelah barat
Sebelumnya metode yang sering daya, dan Paparan Sunda pra-tersier
dipakai dalam pengembangan disebelah timur laut (de Coster,
lapangan minyak adalah 1974). Cekungan Sumatera Selatan
litostratigrafi yang hanya terbentuk selama extension berarah
mendasarkan pada karakteristik fisik barat-timur pada akhir pra-tersier
dari litologi yang memungkinkan hingga awal tersier (Daly et
ketidaktepatan dalam interpretasi al.,1978). Aktifitas orogenesa selama
penyebaran fasies secara vertikal late-cretaceous-Eocene memotong
maupun lateral. Sikuen stratigrafi cekungan ini menjadi empat sub-
memberikan konsep baru dalam cekungan yaitu Subcekungan Jambi,
menentukan distribusi fasies secara Subcekungan Palembang Utara,
lateral maupun vertikal dengan Subcekungan Palembang tengah dan
melakukan pendekatan secara Subcekungan Palembang Selatan.
genetik. Sikuen stratigrafi adalah Cekungan ini dikenal sebagai
suatu pendekatan berorientasi proses cekungan penghasil hidrokarbon baik
untuk menginterpretasi paket minyak maupun gas.
sedimenter. Pengetahuan ini
memberikan pemahaman proses- 2.1.2 STRATIGRAFI REGIONAL
proses pengendapan dan faktor- DAERAH PENELITIAN
faktor yang secara langsung
mempengaruhinya untuk Stratigrafi regional termasuk dalam
menjelaskan dan menafsirkan Cekungan Sumatra Selatan yang
kejadiannya, penyebarannya, dan diendapkan dalam cekungan
geometri fasies sedimenter tersebut. sedimentasi back arc basins.
Stratigrafi sekuen membantu dalam Cekungan Sumatra Selatan ini sangat
pengenalan dan penafsiran petroleum dipengaruhi oleh relief batuan
system meliputi fasies reservoir, dasarnya, yang selama pengendapan
batuan tudung (Seal), dan batuan tahap pertama penurunan dasar
induk (Source Rock) yang pada cekungan lebih cepat daripada
akhirnya akan mengurangi resiko sedimentasi atau fase transgresi,
eksplorasi dan memperbaiki korelasi sehingga terbentuk urutan fasies
satuan-satuan treservoir untuk nonmarine, transisi, laut dangkal dan
eksploitasi. akhirnya laut dalam. Kemudian
terjadi sedimentasi yang lebih cepat
daripada penurunan dasar cekungan masif Mesozoikum Akhir dan sabuk-
atau fase regresi yang menghasilkan sabuk yang lainnya (gambar 2).
urutan yang sebaliknya daripada Sesar-sesar utama atau zona-zona
yang terdahulu (Koesoemadinata dan lemah mungkin terbentuk di antara
A. Pulunggono, 1969, dalam M. batas sabuk-sabuk batuan tersebut.
Irlan, 1994). Koesoemadinata Pada episode tektonik Kapur Akhir-
(1978), menyatakan sedimentasi Tersier Awal terjadi gaya
dalam cekungan Sumatra Selatan ini perenggangan (tensile stresses)
terjadi pada zaman Tersier dan secara regional yang membentuk
mengalami perlipatan pada Tersier graben, sesar dan blok-blok sesar
akhir. Ketebalan batuan sedimen dengan arah utara-selatan atau barat
yang terdapat pada cekungan ini baratlaut-selatan tenggara, dan
diperkirakan sekitar 6000 meter, sebagian lagi berarah timurlaut dan
umumnya lebih tipis dan diendapkan baratlaut . Episode tektonik Tersier
secara tidak selaras diatas batuan Pra Awal-Miosen ditandai dengan
- Tersier. Pada umumnya dapat adanya penurunan (subsidence) dasar
dikenal satu daur besar cekungan dan pengendapan sedimen
(Koesoemadinata,1979) yang terdiri tersier. Penurunan dasar cekungan
dari suatu transgresi yang diikuti terjadi pada Miosen Tengah akibat
regresi. Formasi yang terbentuk diastrofisme pada Pegunungan
dalam fase transgresi dikelompokkan Barisan dan akibat pergerakan
menjadi Kelompok Telisa (Formasi struktur minor pada cekungan.
Talangakar, Formasi Baturaja dan Episode Orogenesa Plio-Pleistosen
Formasi Gumai) sedangkan yang ditandai dengan lipatan dan sesar
terbentuk dalam fase regresi yang memiliki arah baratlaut. Proses
dikelompokan dalam Kelompok konvergen antara Lempeng
Palembang (Formasi Air Benakat, Samudera Hindia dengan Lempeng
Formasi Muara Enim, dan Formasi Benua Asia Tenggara terjadi
Kasai) kembali. Struktur geologi yang
terbentuk pada episode ini
2.1.3 TATANAN TEKTONIK merupakan struktur muda. Tatanan
tektonik diatas mengakibatkan
Pada episode Orogenesa mid-
Cekungan Sumatera Selatan
Mesozoikum, strata-strata sedimen
terbentuk secara asimetris, dibatasi
yang diendapkan di Sumatera pada
oleh sesar pada bagian baratdaya
Paleozoikum Akhir dan Mesozoikum
yang ditandai oleh adanya
AwalTengah terangkat,
pengangkatan (uplift) disepanjang
termetamorfismekan, terlipatkan, dan
bagian depan Pegunungan Barisan,
tersesarkan menjadi sebuah zona
pada bagian timurlaut dibatasi oleh
yang kompleks dan membentuk
pengendapan atau sedimentasi
kerangka struktur Pulau Sumatera.
Paparan Sunda (Sunda Shelf), pada
Batuan-batuan Paleozoikum Akhir
bagian selatan dibatasi oleh Tinggian
dan Mesozoikum Awal-Tengah
Lampung dan suatu busur yang
tersingkap dan membentuk
sejajar dengan pantai timur Sumatera
Pegunungan Barisan. Pegunungan ini
dan pada bagian utara terpisah dari
terbentuk berupa blok-blok
Cekungan Sumatera Tengah oleh
pegunungan metamorfik yang
Gunung Tiga puluh. Blok-blok
berumur Perm-Karbon, slate Belt
patahan yang terbentuk membuat
metamorfik Mesozoikum, granit
Cekungan Sumatera Selatan terbagi cukup panjang (gap waktu), yang
menjadi Subcekungan Jambi dan diakibatkan oleh erosi atau non
Subcekungan Palembang. Sub- deposisi yang menunjukkan suatu
cekungan Jambi memiliki arah hiatus yang jelas. Pengetahuan
timurlaut - baratdaya, sedangkan sikuen stratigrafi dapat memberikan
Subcekungan Palembang berarah pemahaman mengenai proses-proses
barat baratlaut - selatan tenggara. dan faktor-faktor yang secara
langsung mempengaruhi, yang
2.2 SIKUEN STRATIGRAFI meliputi: perubahan muka air laut
(eustacy), kecepatan penurunan
Sikuen stratigrafi adalah suatu
(subsidence), suplai sedimen, iklim,
pendekatan multidisiplin terhadap
dan geometri cekungan, untuk
stratigrafi yang berorientasi proses
menjelaskan dan menafsirkan
untuk merekonstruksi fasies (paket
kejadian, penyebaran, dan geometri
sedimenter) yang berhubungan
fasies sedimenter. Batas sikuen
secara genetik yang terletak diantara
(sequence boundary),
bidang-bidang kronostratigrafi.
parasequences, dan parasequence
Sikuen stratigrafi ini menggunakan
sets menghasilkan kerangka
data yang ada seperti litostratigrafi
kronostratigrafi untuk korelasi dan
(jenis batuan), biostratigrafi (fosil
pemetaan batuan sedimen. Sikuen
yang dikandungnya), seismik
dan komponen lapisannya
stratigrafi dan tektonostratigrafi
diinterpretasi untuk membentuk
(tektonik yang mempengaruhi) untuk
tanggapan interaksi antara laju
merekonstruksi fasies yang
eustasi, penurunan, dan suplai
berhubungan secara genetik yang
sedimen.
terletak diantara bidang-bidang
kronostratigrafi. Paket perlapisan 2.3 FASIES DAN LINGKUNGAN
yang dihasilkan disebut suatu sikuen PENGENDAPAN
dan paket ini diapit oleh bidang
ketidakselarasan (unconformity) Fasies sedimen secara umum
berupa erosi dan tidak adanya diartikan oleh para ahli
pengendapan atau correlative sedimentologi adalah suatu tubuh
conformity. Sikuen ini batuan yang berdasarkan kumpulan-
mencerminkan suatu satuan kumpulan partikel punyusunnya
stratigrafi waktu (kronostratigrafi), seperti litologi, struktur fisik, dan
dimana semua lapisan batuan yang biologinya yang menjadikan batuan
menyusun sikuen itu diendapkan itu berbeda dengan batuan di atas
selama interval waktu. Satuan sikuen dan dibawahnya serta dengan batuan
stratigrafi dasar adalah sikuen yang berhubungan secara lateral
pengendapan (depositional didekatnya (Walker, 1992).
sequence) yang dibatasi oleh Sedangkan menurut Selley (1985),
regional unconformity. Sikuen ini fasies sedimen adalah suatu satuan
terdiri dari beberapa key intervals batuan yang dapat dikenali dan
(system tract dan parasequence) dan dibedakan dengan satuan batuan lain
surface (transgressive dan maximum atas dasar geometri, litologi, struktur
flooding surface). Unconformity sedimen, fosil, dan pola arus
sendiri adalah bidang yang purbanya. Fasies sedimen merupakan
memisahkan perlapisan yang produk dari proses pengendapan
memiliki perbedaan umur yang batuan sedimen didalam suatu jenis
lingkungan pengendapan dan dengan 4.1 ANALISIS KERANGKA
mendeskripsi fasies sedimen maka SIKUEN
dapat diinterpretasi lingkungan
pengendapannya. Lingkungan Pada penelitian ini akan dilakukan
pengendapan didefinisikan sebagai analisis sikuen orde ke 5 (25-50 m)
bagian dari permukaan bumi yang dikarenakan perubahan arah log yang
dapat dibedakan secara fisika, kimia, signifikan pada kisaran 25-50 m,jadi
dan biologi dari tempat lainnya pembahasan ini terfokus pada
(Selley, 1985). Penentuan parasequence. Untuk analisis orde ke
lingkungan pengendapan dapat 5 ini digunakan data permukaan
diketahui dan dideskripsi jejak atau sikuen regional, data sidewall core
respon kondisi kimia, biologi, dan (SWC),data mudlog,data log sumur
fisik yang mencirikan lingkungan serta data batuan inti dari report yang
pengendapan yang terdapat dalam ada.Analisis kerangka sikuen ini
batuan sedimen. Klasifikasi dilakukan pada sumur IM-1 yang
lingkungan pengendapan menurut merupakan sumur kunci dimana data
Selley (1985) secara umum dibagi yang tersedia memadai.
menjadi tiga lingkungan utama yang
4.1.1 ANALISIS 5th ORDER
terdiri atas lingkungan non marine,
PARASEQUENCE
marginal marine, dan marine, akan
tetapi klasifikasi ini oleh beberapa Formasi Air Benakat merupakan
ahli geologi dianggap belum lengkap target dari studi ini yang dimana
karena ada beberapa sub lingkungan menurut regional merupakan pada
pengendapan yang terbentuk di fase regresi.Untuk melakukan
daerah transisi mungkin juga analisis parasikuen, dilakukanlah
terbentuk di darat. pembagian parasikuen pada data log
sumur,dimana masing-masing
parasikuen dibatasi oleh Flooding
3. METODE PENELITIAN Surface (FS).Dalam rentang ini,
1. Pengumpulan data sekunder didapatkan 5 parasikuen. Dari batas-
dan studi literatur. batas parasikuen yang ada
2. Analisis data laporan (Report menunjukkan bahwa makin muda
Data) lapisan batupasir terdapat siklus
3. Analisis well log makin menebal hingga sangat tebal.
sertapenentuan lingkungan Hal tersebut dapat diinterpretasikan
pengendapan serta marker bahwa terdapat parasikuen yang
sikuen stratigrafi.. terendapkan pada daerah yang lebih
4. Korelasi Stratigrafi. ke arah darat atau mendangkal
5. Pembuatan peta bawah sehingga set parasikuen tersebut
permukaan merupakan Progradational
6. Pembuatan model Parasequencesets.
pengendapan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.2 ANALISIS LINGKUNGAN Setelah melakukan analisis fasies
PENGENDAPAN pengendapan serta analisis log,maka
BERDASARKAN didapatkanlah model sikuen untuk
ELEKTROFASIES lapangan ini khususnya di zone of
interest yang ditentukan. Dari hasil
Dari data sebelumnya diketahui analisis log sumur,didapatkan
Formasi Air Benakat terjadi pada beberapa marker sikuen dan system
lingkungan neritik dan berangsur- tracts untuk orde 5. Naiknya muka
angsur menjadi laut dangkal dan pro- air laut dan mencapai titik maksimal
delta,dimana pembagian facies ini hingga membentuk MFS.
menggunakan klasifikasi Walker Dilanjutkan dengan penurunan muka
(1992) dan O.Serra (1985) air laut hingga titik maksimal hingga
membentuk tiap-tiap MRS yang
Delta adalah garis pantai menonjol
merupakan batas bawah TST dan di
yang memiliki ciri-ciri khusus
tiap batas MRS tersebut terendapkan
terbentuk dimana sungai memasuki
Distal Mouthbar dengan motif log
laut,semi-laut yang terlampir, danau
berupa Coarsening Upward.
atau danau di pinggir laut dan suplai
Kemudian terjadi lagi naiknya muka
sedimen lebih cepat dari kemampuan
air laut hingga berhenti di kenaikan
mendistribusikan lagi oleh proses
maksimal yang membentuk MFS dan
cekungan (Elliot,1986). Jadi
merupakan batas atas dari TST.
berdasarkan definisi diatas dapat
Selama proses berlangsung
disimpulkan bahwa lingkungan delta
terendapkan Overbank dengan motif
terbentuk dikarenakan suplai
log Fining Upward.Setelah terjadi
sedimen yang begitu besar walaupun
kenaikan muka air laut hingga
bersumber dua arah dan
membentuk MFS lagi,mulailah
menghasilkan Progradational Sikuen.
terjadi penurunan muka air laut
Hal ini merupakan ciri utama yang
hingga membentuk MRS sebagai
membedakan antara lingkungan
batas bawah TST2,diendapkan pula
delta,estuarin,dan dataran pasang
Proximal Prodelta dengan sisipan
surut (Tidal Flat) dan sangat cocok
batupasirnya dimana menunjukkan
dengan penggambaran Log Gamma
pengendapan makin mengarah ke
Ray pada daerah penelitian (Formasi
darat. Dilanjutkan pengendapan
Air Benakat) yang cenderung
Interdistributary Chanel yang
bermotif mengasar ke atas serta
dimana terendapkan Moutbar berupa
litologi yang ada di daerah
batupasir dengan motif log Blocky.
penelitian. Pada daerah ini penulis
Proses ini ditandai dengan naiknya
membagi sumur IM-1 (sumur kunci)
muka air laut maksimal hingga
5 Fasies pengendapan utama dimana
membentuk MFS sebagai batas atas
salah satu Facies terdapat batupasir
TST2 dan batas bawah HST dan
yang potensial sebagai reservoir
dilanjutkan dengan naiknya muka air
hidrokarbon, yaitu Proximal Pro-
laut dan terkena erosi hingga
Delta, Overbank, Interdistributary
membentuk SB sebagai batas atas
Channel, Distal Distributary
HST dan batas bawah
Mouthbar, dan proximal
LST.Penurunan muka air laut
Distributary Mouthbar
dilanjutkan hingga maksimal dan
4.3 MODEL SIKUEN membentuk MRS sebagai batas atas
dari LST. Dilanjutkan dengan
kenaikan muka air laut dan pula perpindahan posisi yang cukup
endapannya terkena erosi hingga signifikan diduga sementara
membntuk SB,yang juga sebagai dikarenakan adanya struktur geologi.
batas bawah dari LST2. Untuk LST-1 dari arah Timur ke
Pengendapan diakhiri dengan Barat terdapat pengendapan
turunnya muka air laut maksimal Distributary Chanel,masih sama
sehingga membentuk MRS dan dengan HST diatas namun lebih
diendapkan pula Distributary spesifik yaitu sand bar-nya. Dimana
Mouthbar Proximal yang berupa terdapat perubahan motif log gamma
batupasir tebal dengan motif log ray dan resistifiti yang signifikan.
Blocky dan ditaksir memiliki Pengendapan berangsur menebal
kandungan Hidrokarbon yang baik. namun di Barat pengendapan terjadi
penipisan kembali, terdapat pula
4.4 KORELASI perpindahan posisi yang cukup
signifikan diduga sementara
Korelasi dilakukan pada 1 garis
dikarenakan adanya struktur geologi.
korelasi yang melewati seluruh 5
Untuk LST-2 dari arah Timur ke
sumur pada lapangan ini. Korelasi
Barat terdapat pengendapan
berarah relatif Timur-Barat. Sumur
Distributary Mouthbar Proximal
IM-1,sumur yang memiliki data
dimana Batupasir tiba-tiba
paling lengkap menjadi sumur kunci
terendapkan dan tebal. Pengendapan
untuk korelasi ini, serta sumur IM-5
berangsur menipis menuju Barat.
yang berada pada bagian paling barat
Diduga sementara endapan ini
pun memiliki data yang cukup
mengandung Hidrokarbon
lengkap sehingga bisa menjadi acuan
dikarenakan adanya motif crossplot
pula untuk melakukan korelasi.
antara log densitas dan log neutron,
Berdasarkan hasil analisa sikuen dan
terdapat pula perpindahan posisi
lingkungan pengendapan, tubuh
yang cukup signifikan diduga
batuan pada sumur IM-1 ini dapat
sementara dikarenakan adanya
dibagi menjadi 4 unit pengendapan
struktur geologi.
yaitu TST, HST, LST-1, dan LST-2.
4.4.1 KORELASI (TIMUR-BARAT)
4.5 PETA KETEBALAN
Pada korelasi berarah Timur-Barat
menghubungkan antara sumur IM-1, Pada peta ketebalan TST, didapatkan
IM-2, IM-3, IM-4,dan IM5. Untuk ketebalan paket TST yang dialamnya
LST, dari arah Timur ke Barat terdapat lingkungan pengendapan
terdapat pengendapan Proximal Pro- Proximal Pro Delta dari arah Timur
Delta dan relatif berangsur menebal ke Barat relatif menebal yaitu dari
dan terjadi perpindahan posisi yang ketebalan 30,5 m sampai dengan 127
diduga sementara dikarenakan m. Pada peta ketebalan HST,
adanya struktur geologi. Untuk HST didapatkan ketebalan paket HST
dari arah Timur ke Barat terdapat yang didalamnya terdapat
pengendapan Distributary Chanel lingkungan pengendapan
berupa batulempung yang cukup Interdistributary Chanel relatif
tebal. Pada awalnya terdapat menebal dari arah Selatan ke Utara
penipisan namun dilanjutkan relatif yaitu dari ketebalan 1 m sampai
menebal namun stabil dan terdapat dengan 32 m. Pada peta ketebalan
LST-1, didapatkan ketebalan paket menjadi batas dari lowstand system
LST-1 yang didalamnya terdapat tract ditandai pula dengan perubahan
lingkungan pengendapan fasies pengendapan menjadi
Interdistributary Chanel yang distributary mouthbar proximal.
khususnya merupakan Sand Bar,
relatif menebal dari arah Timur
maupun Barat dengan tebal
5. KESIMPULAN
maksimal yaitu di tengah daerah
penelitian, yaitu pada ketebalan 1- 1. Pada daerah penelitian
1,5 m hingga 4 m. Pada peta diinterpretasikan terdapat 5
ketebalan LST-2, didapatkan lingkungan pengendapan
ketebalan paket LST-2 yang di yaitu Proximal Pro-Delta,
dalamnya terdapat lingkungan Overbank, Interdistributary
pengendapan Proximal Distributary Channel, Distal Distributary
Mouthbar, relatif menebal dari arah Mouthbar, dan proximal
Timur ke Barat, yaitu pada ketebalan Distributary Mouthbar.
antara 2 m sampai dengan 8 m.
2. Berdasarkan analisa sikuen
yang dikerjakan maka
ditemukan lah pengendapan
4.6 MODEL PENGENDAPAN TST, HST, dan LST dimana
Dari hasil analisis kerangka terendap secara berurutan.
sikuen,analisis lingkungan Pengendapan pada umumnya
pengendapan, dan analisis dibagi menjadi 4 fase yaitu
ketebalan,didapatkanlah model TST dimana pada fasa ini
pengendapan pada daerah penelitian. terendap pula endapan
Mulai dari transgresive sytem tract proximal pro-delta dan
yang ditandai dengan adanya naiknya muka air laut dimana
maximum regresive surface atau endapan menebal dari Timur
transgresive surface,menunjukkan ke barat daerah penelitian
adanya kenaikan muka air laut. Pada dengan ketebalan dari 30,5 m
fase ini daerah penelitian terbentuk sampai 127 m. Kemudian
sebagai proximal pro-delta. fase HST dimana pada fasa
Selanjutnya daerah penelitian ini terendap pula endapan
mengalami penurunan muka air laut, Distributary chanel dimana
menghasilkan highstand system tract turunnya muka air
dibatasi oleh maximum flooding laut,menebal dari arah
surface dan ditandai pula dengan Selatan ke Utara yaitu dari
perubahan fasies pengendapan ketebalan 1 m sampai dengan
menjadi interdistributary chanel. 32 m. Dilanjutkan dengan
Masih pada kenaikan muka air laut fasa LST-1 dimana masih
yang sama pada chanel terendap pula pada distributary chanel
sand bar yang membentuk lowstand namun pada sand bar-nya
system tract dan sequence boundary dengan ketebalan menebal
sebagai batasnya. Dilanjutkan dari arah Timur maupun
dengan naiknya muka air laut, hasil Barat dengan ketebalan 1 m
endapannya tererosi dan membentuk sampai dengan 1,5 m,
sequence boundary berikutnya kemudian,
3. Diakhiri pada fasa LST-2  Harsono, A. 1997. Evaluasi
dimana terendapkannya Formasi dan Aplikasi Log,
Distributary Mouthbar Edisi 8. Schlumberger
Proximal yang diduga Oilfield Service, Jakarta
mengandung hidrokarbon  Nichols, Gary. 1999.
karena adanya crossover Sedimentology and
antara log neutron dan log Stratigraphy. Blackwell
density, dimana menebal dari science Ltd. London.
Timur ke Barat,yaitu pada  Selley, R.C., 1985, Ancient
ketebalan antara 2m sampai 8 Sedimentary Environments,
m. Third Edition: Cornell
University Press, New York.
 Serra. O. et al, 1989,
UCAPAN TERIMAKASIH Sedimentary Environment
From Wireline Logs:
Ucapan rasa hormat, cinta dan Schlumberger.
bangga penulis haturkan terutama  Van Wagoner, J.C, Mitchum,
kepada Orang Tua tercinta, keluarga R.M., Campion, K.M,
tercinta, serta seluruh keluarga besar Rahmanian, V.D., 1999,
Python 2010 yang tidak henti- Siliciclastic Sequence
hentinya mendoakan dan memberi Stratigraphy in Well Logs,
dukungan baik moril maupun materil Cores and Out Crops,
sehingga penulis bisa tetap semangat Concepts for High Resolution
dan berjuang keras manggapai of Time and Facies:
harapan dan cita-cita serta HMG American Association of
yang kami sangat banggakan. Petroleum Geologist, Tulsa
Semoga penulis bisa segera Oklahoma.
membanggakan dan membalas  Walker, R. G. 1992. Facies
semua yang telah kalian berikan Models Response To Sea
selama ini.Penulis juga ingin Level Change, Geological
mengucapkan banyak terimakasih Associacion of Canada.
kepada Bapak Dr. Ir. Edy Sunardi,
M.Sc dan Bapak Ir. Nurdrajat,  Embry, Ashton, 2009, Practical
MT.selaku dosen pembimbing atas Sequence Stratigraphy,
kesediannya meluangkan waktu Canadian Society of Petroleum
untuk membimbing dan memberikan Geologist
saran kepada penulis selama  Emery, D., and Myers, K.,
penelitian. 1996, Sequence Stratigraphy,
Blackwell Science, New
DAFTAR PUSTAKA York.
 Catuneanu,O.2006.Principles
 Boggs, JR, Sam. 1995.
of Sequence Stratigraphy.
Principles of Sedimentology
Department of Earth
and Stratigraphy, Second
and Atmospheric Sciences
Edition, Prentice-Hall, Inc, A
University of Alberta.
Simon and Schuster
Canada
Company, Upper Saddle
River, New Jersey.
LAMPIRAN

Gambar 2. Kolom Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan


Gambar 1. Peta Area Penelitian (Hutchinson,1996)

IM-3
IM-4

IM-5
IM-1

IM-2

Gambar 3. Basemap Daerah Penelitian


Tabel 1. Tabel Kelengkapan Data

IM-1

Gambar 5. Lingkungan Pengendapan Formasi Air


benakat di Sumur IM-1

Gambar 4. Kerangka Sikuen Orde 5


Gambar 7. Overbank, Perbandingan antara motif log sumur
Gambar 6. Proximal Pro-Delta, Perbandingan antara motif log sumur
dengan permodelan Delta River/Fluvial Dominated
dengan permodelan Delta River/Fluvial Dominated Roger G Walker
(Walker,1979) dikutip dari O.Serra 1985
dan Janok P,Bhattacharya (1992)

Gambar 8. Interdistributary Channel, Perbandingan antara motif log sumur dengan permodelan Delta River/Fluvial Dominated

(Walker,1979) dikutip dari O.Serra 1985 dan Roger G Walker dan Janok P,Bhattacharya (1992)
Gambar 9. Proximal Distributary Mouthbar, Perbandingan antara motif log sumur dengan permodelan Delta River/Fluvial

Dominated (Walker,1979) dikutip dari O.Serra 1985 dan Roger G Walker dan Janok P,Bhattacharya (1992)

Gambar 10. Distal Distributary Mouthbar Perbandingan

antara motif log sumur dengan permodelan Delta

River/Fluvial Dominated (Walker,1979) dikutip dari O.Serra

1985

Gambar 11. Interpretasi Fasies Pengendapan, Berdasarkan Permodelan Fisher et al. (1969)
Gambar 12. Model Sikuen

Gambar 13. Interpretasi Log dan Kerangka

Sikuen Pada Sumur IM-5

IM-3
IM-4

IM-5 IM-1

IM-2

Gambar 15.Peta Lintasan Korelasi


Gambar 14.Stratigrafi dan Umur Regional Pada

Sumur IM-5
Gambar 16.Penampang Korelasi Berarah Timur-Barat
Gambar 17.Peta Ketebalan TST,HST,LST-1, dan LST-2

Gambar 18.Model

Pengendapan Pada Lapangan

:VN”

Anda mungkin juga menyukai