Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LISTRIK BOLAK BALIK


(ac =alternating current)

A. Pengertian
Apa yang dimaksud dengan listrik ac?
Listrik ac adalah bila potensial yang dihasilkan secara periodik bernilai positif, negatif secara
bergantian:
Sinusoida Gigi gergaji Kotak
v v

0
0
t
t

Tegangan bolak-balik nilainya berubah dengan waktu, kalau demikian nilai tegangannya
berapa???

Ada dua cara menyatakan besaran ac:

Nilai rata-rata
Nilai rms atau nilai efektif
Nilai rata-rata dan nilai akar kuadrat rata-rata
Nilai rata-rata sebarang kuantitas yang berubah-ubah dengan waktu, f(t), dalam selang waktu t1
sampai t2:
t t2
1 2
f t dt ,  f av t2  t1    f t dt
t2  t1 t1
f av 
t1

Utuk fungsi sinus i  I sin t


Nilai rata-rata arus itu untuk setengah daur dari t = 0 sampai t = π/ω ialah:

  / 2I
I av 
 0 I sin tdt 

Arus rata-rata satu daur penuh:
 2 / 
 0
I av
I av  I sin tdt  0

0
Karena itu bila suatu arus sinusodal melalui
π/ω 2π/ω sebuah galvanometer kumparan bergerak,
t
jarum galvanometer akan menunjukkan angka
nol.

Rata-rata kuadrat arus:

  / 2 2   / 2 1 I2
I 1  cos 2t  dt 
 0  0
I 
2
av I sin t dt 
2 2

Akar kuadrat rata-rata arus Irms (root mean square)

I
I rms  I av
2
 =0,707 I (I adalah amplitudo arus)
2
Daya dalam rangkaian ac

Daya sesaat ke sebuah rangkaian ac:

P=vi

Dengan v i tegangan dan arus sesaat.

Pada rangkaian resistif:

v  V sin t dan i  I sin t

p  v.i  V sin t  I sin t  VI sin 2 t

sin 2 t  1
2
1  cos 2t 
p  v.i  12 VI  12 VI cos 2t

Daya rata-rata = ½ VI, sebab rata-rata satu daur untuk suku ke dua = 0.

V I
Atau daya rata-rata P    Vrms  I rms
2 2

Pada rangkaian kapasitif

v  V sin t dan i  I cost


Daya sesaat:

p  V sin t  I cos t  12 VI sin 2t

Daya rata-rata = 0, sebab nilai rata-rata sin 2t dalam satu daur = 0.

Pada rangkaian induktif

v  V sin t dan i  I cos t

Daya sesaat:

p  V sin t  () I cos t   12 VI sin 2t

Daya rata-rata = 0, sebab nilai rata-rata sin 2t dalam satu daur = 0.

Daya rata rata suatu rangkaian yang tegangan dan arusnya berbeda fase 90o selalu nol.

Pada umumnya rangkaian memiliki arus dan tegangan yang berbeda fase Φ dan

p  V sin t  I sin t   

p  V sin t  I sin t cos  cos t sin  

p  VI cos sin 2 t  VI sin  sin t cos t

Daya rata-rata

p  12 VI cos   Vrms I rms cos 

Cos Φ disebut sebagai faktor daya.


Hambatan dalam sebuah rangkaian ac

Sebuah hambatan yang dilalui arus sinusoidal

i, v

I I

VR
VR
t
i

0 vR i
vR t
a b
R
i
(a) (b) (c)

𝑖 = 𝐼 cos 𝜔𝑡

i adalah arus sesaat dan arus maksimum/amplitudonya I. Berdasarkan hukum Ohm potensial sesaat
antara kaki-kaki resistor adalah

𝑣𝑅 = 𝑖 𝑅 = 𝐼 𝑅 cos 𝜔𝑡 = 𝑉𝑅 cos 𝜔𝑡

Dari grafik sinyal (b) dan diagram fasor (c) tampak bahwa antara arus dan tegangan kaki-kaki resisitor
adalah sefase

Induktansi dalam sebuah rangkaian ac

Sebuah induktor yang dilalui arus sinusoidal

i, v

I I

VL
VL
t
i

VL 0 i
vL t
a L b
i

(a) (b) (c)

𝑑𝑖
Induktor yang dilalui arus menghasilkan ggl induksi sebesar 𝜀 = −𝐿 𝑑𝑡
Akan tetapi vL tidak sama dengan , karena jika arus dalam arah positif/ berlawanan arah jarum jam, dari
a ke b dan semakin bertambah, maka di/dt positif. Gaya gerak listrik itu arahnya ke kiri menentang
𝑑𝑖
perubahan arus. Jelas bahwa titik a berada potensial lebih tinggi dari pada b. Jadi 𝑣𝐿 = 𝐿 𝑑𝑡.

𝑑𝑖 𝑑
𝑣𝐿 = 𝐿 𝑑𝑡 = 𝐿 𝑑𝑡 (𝐼 cos 𝜔𝑡) = −𝐼𝜔𝐿 sin 𝜔𝑡 = 𝐼𝜔𝐿 cos(𝜔𝑡 + 90𝑜 )

Fasa Sinyal potensial pada induktor mendahului sinyal arus sebesar 90o.

Kita biasanya menjelaskan fasa tegangan relative terhadap arus, bukan sebaliknya. Jadi jika arus
I dalam sebuah rangkaian adalah

𝑖 = 𝐼 cos 𝜔𝑡

Dan tegangan v dari suatu titik terhadap titik lainnya adalah

𝑣 = 𝑉 cos(𝜔𝑡 + 𝜙)

Kita menamakan  sebagai sudut fasa (phase angle); sudut fase itu merupakan fasa tegangan
relative terhadap arus, untuk hambatan murni  = 0, dan untuk induktor murni  = 90o.

Amplitudo VL dari induktor adalah

VL = IL

Didefinisikan reaktansi induktif XL (setara dengan hambata) dari sebuah induktor adalah

XL = L

Maka dengan definisi tersebut amplitudo tegangan kaki-kaki induktor yang dalam rangkaian ac:

VL = IXL

Kapasitor dalam rangkaian ac

i, v

I I

VC
t
VL
q -q
i 0 i
vc t
a b
C VL
i

(a) (b) (c)

Gambar rangkaian, sinyal dan fasor


Arus pengisisan kapasitor
𝑑𝑞
𝑖= 𝑑𝑡
= 𝐼 cos 𝜔𝑡

Muatan dalam kapasitor diperoleh dengan mengintegralkan persamaan di atas, hasilnya


𝐼
𝑞 = 𝜔 sin 𝜔𝑡

Beda potensial antara kaki-kaki kapasitor setiap saat


𝑞 𝐼 𝐼
𝑣𝑐 = 𝐶 = 𝜔𝐶 sin 𝜔𝑡 = 𝜔𝐶 cos(𝜔𝑡 − 90𝑜 )

Hal ini menunjukkan sudut fase tegangan kapasitor “terlambat” 90o dari fase arus.

Amplitudo tegangan kaki-kaki kapasitor adalah


𝐼
𝑉𝑐 = 𝜔𝐶

Didefinisikan reaktansi kapasitif (setara dengan hambatan) dari kapasitor:


1
𝑋𝐶 = 𝜔𝐶

Maka amplitudo tegangan kaki-kaki kapasitor dapat dinyatakan sebagai

𝑉𝑐 = 𝐼𝑋𝐶

Rangkaian listrik ac

Jika suatu sumber ac (sinusoida) dengan suatu rangkaian linier yang tersusun atas berbagai
hambatan, induktansi, dan kapasitansi, semua tegangan dan arus akan berbentuk sinus dengan
frekuensi sama. Penjumlahan dan pengurangan tegangan dan arus dalam menerapkan hukum
Kirchoff, diperlukan suatu teknik untuk menggabungkan besaran yang berubah terus-menerus.
Metode yang biasa digunakan adalah metode fasor dan metode bilangan kompleks. Pada subbab
ini akan digunakan metode bilangan kompleks.

Suatu bilangan kompleks 𝑍̅ dapat dinyatakan sebagai

𝑍̅ = 𝑥 + 𝑗𝑦

Dengan 𝑗 = √−1 adalah bilangan khayal/imajiner, x disebut bagian nyata /riil dari 𝑍̅, dan dituli 𝑥 =
𝑅𝑖 𝑍̅. Besaran y disebut bagian khayal dan ditulis 𝑦 = 𝐼𝑚 𝑍̅. Bilangan kompleks 𝑍̅ dapat dilukiskan
dalam bidang kompleks:
Sumbu Ri menyatakan sumbu riil, sedangkan Im adalah sumbu imajiner
Im
atau khayal.
Bidang kompleks dapat digunakan untuk menyatakan vektor atau fasor.
jy Z ̅ = 𝑥 + 𝑗𝑦 dapat dinyatakan dalam koordinat kutub
Suatu fasor 𝑍
menggunakan fungsi kompleks:
𝑍̅ = 𝑍𝑒 𝑗∅

 Menurut Euler 𝑒 𝑗∅ = cos ∅ + 𝑗 sin ∅, dan

0 Ri 𝑍̅ = 𝑍𝑒 𝑗∅ = 𝑍(cos ∅ + 𝑗 sin ∅) = 𝑍 cos ∅ + 𝑗 sin ∅


x
Jelas bahwa 𝑥 = 𝑍 cos ∅ 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 𝑍 sin ∅
𝑥 2 + 𝑦2 = 𝑍2 ( cos 2 ∅ + sin 2 ∅) = 𝑍 2
Atau 𝑍 2 = (𝑥 + 𝑗𝑦)(𝑥 − 𝑗𝑦) = 𝑍̅𝑍̅ ∗

𝑍̅ ∗ = 𝑥 − 𝑗𝑦 disebut konjugasi kompleks dari 𝑍̅ = (𝑥 + 𝑗𝑦)

Secara umum konjugasi suatu fungsi kompleks dapat diperoleh dengan mengganti j dengan –j.

1 1
Contoh 𝐴̅ = dan 𝐴∗̅ = (𝑥−𝑗𝑦) dan magnitudo atau besar fungsi
(𝑥+𝑗𝑦)

1 1 1⁄2 1
𝐴 = √𝐴̅ 𝐴̅∗ = {(𝑥+𝑗𝑦) × (𝑥−𝑗𝑦)} =
√𝑥 2 +𝑦 2

Pada rangkaian DC berlaku hukum Ohm V = IR, pada rangkain ac juga berlaku hukum Ohm, V = IZ.

Z adalah impedansi.

Impedansi rangkaian yang terdiri atas hambatan murni, induktor dan kapasitor adalah:

𝑍̅ = 𝑅 + 𝑋̅𝐿 + 𝑋̅𝐶

Besar impedansi

𝑍 = |𝑍̅| = (𝑍̅ × 𝑍̅ ∗ )1⁄2 = √𝑅 2 + (𝑋𝐿− 𝑋𝐶 )2

Sudut fase antara tegangan terhadap arus ,

𝑉𝐿 −𝑉𝐶 𝐼(𝑋𝐿 −𝑋𝐶 ) 𝑋𝐿 −𝑋𝐶 𝜔𝐿−1⁄𝜔𝐶


tan 𝜙 = 𝑉𝑅
= 𝐼𝑅
= 𝑅
= 𝑅
I

VR = IR

V =IZ

t
VL = IX L

V
L -V
C

VC = IXC

Contoh

Rangkaian RC

10W 100mF (a) Tuliskan bentuk fungsi tegangan sumber Vs(t)!


(b) Tentukan impedansi kompleks rangakain!
(c) Hitung arus yang terbaca pada voltmeter ac!
(d) Hitung tagangan antara kaki-kaki hambatan VR dan tegangan
i(t) antara kaki-kaki kapasitor VC jika diukur dengan voltmeter ac
(e) Tentukan fungsi i(t) dan vc(t)

Vs Jawab:
A
5 V, 50Hz (a) 𝑣𝑠 (𝑡) = 5√2 cos 100 𝜋𝑡 [5 volt adalah nilai rms, sehingga
o  0 amplitudo tegangan 5√2 ]
(b) Impedansi kompleks rangakaian:
1
𝑍̅ = 𝑅 − 𝑗 = 100 − 𝑗31,847
𝜔𝐶
(c) Amperemeter hanya mengukur arus rms:
𝑉 𝑉 𝑉 𝑉
𝐼= = |𝑍̅| = 1⁄ = 1⁄2
𝑍 2 (𝑅2 +𝑋𝐶2 )
1 1
((𝑅−𝑗𝜔)((𝑅+𝑗 𝜔)))

1 1
𝑋𝐶 = = = 31,847 𝑜ℎ𝑚
𝜔𝐶 100𝜋. 10−4

5
𝐼= 1⁄ = 0,15𝐴
(102 + 31,8472 ) 2
(d) Beda tegangan pada kaki-kaki resisitor VR = IR = 0,15A x 10W = 1,5 volt dan beda tegangan
antara kaki-kaki kapasitor Vc = I XC = 0,15 x 31,847 = 4,77volt.
Perhatikan bahwa VR + VC = 1,5V + 4,77V  5volt mengapa demikian?
Penjumlahan harus digunakan fasor
̅𝑠 = ̅̅̅
𝑉 𝑉𝑅 + ̅̅̅
𝑉𝐶 dengan 𝑉 ̅̅̅ ̅
𝑅 = 𝐼𝑅 dan ̅̅̅
𝑉𝐶 = 𝐼 (̅ −𝑗𝑋𝐶 ) dan 𝐼 ̅ = 𝐼𝑝 𝑒 𝑗∅𝑜𝑖
(e) Untuk menentukan i(t) kita harus menentukan I dan 0i,

𝑉̅𝑠 𝑉𝑠 5 5(10+𝑗31,847) 50+𝑗159,235


𝐼̅ = = 1 = (10−𝑗31,847) = (10−𝑗31,847)(10+𝑗31,847) = = 0,045 + 𝑗0,143 A
𝑍̅ (𝑅+ ) 1114,231
𝑗𝜔𝐶

1 1
∅𝑜𝑖 = tan−1 = tan−1 = 17,66𝑜
𝜔𝑅𝐶 100𝜋. 100. 10−4

𝐼 ̅ = 0,15𝑒 𝑗17,66 A

𝑖(𝑡) = 𝐼√2 cos(𝜔𝑡 + ∅𝑜𝑖 ) = 0,15 × √2 cos(100𝜋𝑡 + 17,66𝑜 ) A

Tegangan pada kapasitor sebagai fungsi t:

𝑣𝐶 (𝑡) = 𝑉𝑝𝐶 cos(𝜔𝑡 + ∅𝑜𝑐 )

𝑉𝑃𝐶 𝑑𝑎𝑛 ∅𝑜𝐶 dapat ditentukan dari 𝑉̅𝑐 = 𝑉𝐶 𝑒 𝑗∅𝑜𝑐

̅ 𝐶̅ = 0,15𝑒 𝑗17,66 × (−𝑗𝑋𝐶 ) = 0,15𝑒 𝑗17,66 × 𝑋𝐶 𝑒 −90𝑜 = (0,15 × 31,847)𝑒 𝑗(17,66−90)𝑜


𝑉̅𝐶 = 𝐼 𝑍
𝑜
𝑉̅𝐶 = 4,77𝑒 −𝑗72,34

𝑉̅𝐶 = 4,77√2 cos(𝜔𝑡 − 72,34𝑜 )

Rangkaian RLC

Misalkan suatu sumber tegangan tetap Vs(t) dihubungkan dengan suatu rangkaian yang terdiri dari
hambatan R, induktor L, dan kapasitor C.
a Arus yang mengalir dalam rangkaian:
̅
𝑉
𝐼 ̅ = ̅𝑠, dengan 𝑉̅𝑠 adalah sumber tegangan rms kompleks
𝑍
R
sumber.
c 1
i Impedansi 𝑍̅ = 𝑅 + 𝑗𝜔𝐿 − 𝑗
L 𝜔𝐶
V s (t)
Modulus atau besar impedansi:
1 2
C 𝑍 = |𝑍̅ | = √𝑅2 + (𝜔𝐿 − )
𝜔𝐶

b
Sehingga
𝑉𝑠
𝐼=
2
√𝑅2 + (𝜔𝐿 − 1 )
maks

𝜔𝐶 Vs
Tampak bahwa arus berubah dengan frekuensi =
R
dan mencapai maksimum bila
1 1
𝜔𝐿 = , atau 𝜔 =
𝜔𝐶 √𝜔𝐶
Jika dilukiskan grafik antara arus I terhadap 
adalah seperti tampak pada gambar disamping.
Arus mencapai nilai maksimum di dekat
1 0 = 1 
frekuensi 𝜔0 = . Dalam keadaan ini dikatan Ö LC
√𝐿𝐶
1
terjadi resonansi dan frekuensi 𝜔0 = disebut
√𝐿𝐶
frekuensi resonansi
Rangkaian RLC Paralel

Analisis untuk rangkaian RLC yang disusun paralel


a
lebih mudah menggunakan admitansi rangkaian 𝑌̅.
Admitansi merupakan kebalikan impedansi. Admitansi
rangkaian RLC paralel gambar di samping:
1 1 1 1
𝑌̅ = + + 𝑗𝜔𝐶 = + 𝑗 (𝜔𝐶 − )
𝑅 𝑗𝜔𝐿 𝑅 𝜔𝐿
Sehingga
1 2 1 2
𝑌 = |𝑌̅| = √( ) + (𝜔𝐶 − ) C
𝑅 𝜔𝐿
R L
Beda potensial kompleks antara titik a dan b,
𝐼̅ 𝐼̅
𝑉̅𝑎𝑏 = =
𝑌̅ 1 + 𝑗 (𝜔𝐶 − 1 )
𝑅 𝜔𝐿

Besar beda potensial Vab :


𝐼
𝑉𝑎𝑏 = |𝑉̅𝑎𝑏 | =
2
√ 12 + (𝜔𝐶 − 1 )
𝑅 𝜔𝐿
b
1 1
Tampak bahwa untuk 𝜔𝐶 = , atau 𝜔 = 𝜔0 = admitansi memiliki nilai minimum, yaitu
𝜔𝐿 √𝐿𝐶

1 1
𝑌(𝜔 = 𝜔0 ) = 𝑅, atau impedansi 𝑍 = 𝑌 = 𝑅. Ini berarti pada saat terjadi resonansi, impedansi rangkaian
RLC paralel mempunyai nilai maksimum. Jadi bila rangkaian dialiri arus tetap pada keadaan resonansi
1
𝜔 = 𝜔0 = , Vab mencapai maksimum, yaitu Vab = IR.
√𝐿𝐶
Vab
I maks
Vs
=
R

0 = 1  0 = 1 
Ö LC Ö LC
(a) (b)

Grafik resonansi rangkaian RLC seri dan RLC paralel berbentuk mirip, bedanya terletak pada ketentuan
sumber, yaitu untuk RLC seri menggunakan sumber tegangan tetap, sedang pada RLC paralel sumbernya
merupakan arus tetap. Sumbu tegak grafik RLC seri merupakan arus, sedang pada RLC paralel sumbu
tegak merupakan beda potensial. Frekuensi resonansi memiliki rumus yang sama.

+=

Anda mungkin juga menyukai