Anda di halaman 1dari 9

ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 2 April 2013

Jurnal Teknosains Pangan Vol (diisi oleh pengelola jurnal)

Available online at
www.ilmupangan.fp.uns.ac.id

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian


Universitas Sebelas Maret

Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 2 April 2013


eknosains Pangan Vol (diisi oleh pengelola jurnal)
PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN KARAGINAN DAN KONJAK TERHADAP
KARAKTERISTIK PERMEN JELLY TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

THE EFFECT OF CARRAGEENAN AND KONJAC MIXTURE ON TEMULAWAK


(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) JELLY CANDY CHARACTERISTIC

Windi Atmaka*), Edhi Nurhartadi*), Muhammad Mukhul Karim*)


*)
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Received 1 March 2013; Accepted 15 March 2013; Published Online 1 April 2013

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh campuran karaginan dan konjak terhadap sifat fisikokimia dan
organoleptik permen jelly Temulawak. Selain itu untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.) terhadap terhadap sifat organoleptik permen jelly Temulawak. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu variasi konsentrasi campuran tepung karaginan dan konjak (3%; 4,5%; 6%) dan ekstrak
temulawak (1%,;2%; 3%).Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi campuran karaginan dan konjak
berpengaruh terhadap peningkatan kekerasan dan kadar air permen jelly temulawak. Sedangkan pada nilai elastisitas, semakin besar
konsentrasi campuran karaginan dan konjak memberikan nilai elastisitas yang semakin rendah. Konsentrasi campuran karaginan dan
konjak yang paling disukai panelis adalah pada penambahan campuran karaginan dan konjak sebanyak 3%. Sedangkan konsentrasi
ekstrak temulawak yang paling disukai panelis adalah pada penambahan ekstrak temulawak sebanyak 1%.

Kata kunci: permen jelly, konjak, karaginan, temulawak

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effects of the mixture of carrageenan and konjac of the physicochemical and
organoleptic properties of temulawak jelly candy. In addition, the study aims to determine the effect of the addition of temulawak
extract (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) on the organoleptic properties of the temulawak jelly candies. This study used completely
randomized design with two factors: variations of carrageenan and konjac flour concentration (3%, 4.5%, 6%) and temulawak
extract (1%, 2%, 3%). The results showed that the greater concentration of the konjac karaginan mixture effect the escalating
violence and moisture content of temulawak jelly candy. Meanwhile, the value of the elasticity, the greater of the mixture of
carrageenan and konjac concentration gave lower elasticity. The concentration of carrageenan and konjac mixture which was
mostly favored by the panelists was the addition of carrageenan and konjac mixture (3%). Meanwhile, the concentration of
temulawak extract which was mostly favored by the panelists was the addition of temulawak extract (1%).

Keywords: jelly candy, konjac, carrageenan, temulawak

*)
Corresponding author:mugi_wara26@yahoo.co.id

66
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 2 April 2013
Jurnal Teknosains Pangan Vol (diisi oleh pengelola jurnal)
PENDAHULUAN kesehatan. Rimpang temulawak mengandung
Permen jelly merupakan permen yang curcumin yang memiliki khasiat alami sebagai anti
terbuat dari campuran sari buah-buahan, bahan inflamasi (anti radang) dan anti hepatotoksik yang
pembentuk gel atau dengan penambahan essens sangat berguna untuk melindungi kesehatan hati
untuk menghasilkan berbagai macam rasa, dengan (radang hati). Selain itu khasiat alami temulawak
bentuk fisik jernih transparan serta mempunyai mampu mengatasi beberapa penyakit berat lainnya
tekstur kenyal (Malik, 2010). Pada umumnya permen seperti radang empedu, radang ginjal dan batu
jelly dibuat dengan gelatin sebagai bahan pembentuk empedu, dan anti tumor/kanker (Setiawan, 2011).
gelnya. Gelatin sendiri merupakan protein yang Dengan adanya penambahan ekstrak temulawak
diperoleh dari hidrolisis kolagen yang secara alami diharapkan produk permen jelly yang dihasilkan
terdapat pada tulang atau kulit binatang. Gelatin memiliki sifat fungsional yang berasal dari ekstrak
komersial biasanya diperoleh dari ikan, sapi dan temulawak.
babi. Selama ini bahan gelatin sebagian besar masih Penelitian tentang permen jelly yang sudah
diimpor. Selain harganya yang relatif tinggi, gelatin ada pada umumnya masih mengguanakan variasi
impor sering diragukan kehalalannya bagi kaum gelatin dan sari buah sebagai bahan pembentuk gel
muslim. Maka dari itu perlu adanya pemanfaatan dan flavor. Sebagaimana pada penelitian Teddy
bahan lain yang memiliki karakteristik mirip dengan Kurniawan (2006) memberikan informasi mengenai
gelatin sehingga nantinya dapat digunakan untuk pembuatan permen jelly dengan bahan gelatin
menggantikan gelatin. sebagai bahan pembentuk gelnya. Dalam
Salah satu bahan yang mirip dengan gelatin perkembangannya, penelitian mengenai permen jelly
adalah karaginan. Menurut Subaryono (2006), mulai menggunakan bahan lain untuk menggantikan
karaginan memiliki kemampuan membentuk gel gelatin sebagai bahan pembentuk gelnya. Pada
sepertihalnya gelatin, namun sifat gel karaginan penelitian Delly Santoso (2007) dan Hastiatin Indah
rapuh dan kurang elastis. Salah satu bahan nabati lain Yani (2006) menggunakan rumput laut sebagai
yang memiliki sifat elastis namun tidak membentuk bahan pembentuk gel dalam pembuatan permen jelly.
gel adalah konjak. Konjak atau konjak manan atau Dari hasil penelitian mengenai permen jelly yang
konyaku adalah polisakarida hidrokoloid yang sudah ada, permen jelly dengan menggunakan
berasal dari tanaman Amorphophallus. Komponen karaginan memiliki kelemahan dalam hal
utamanya berupa senyawa glukomanan yang terdiri elastisitasnya. Penelitian Verawaty (2008)
dari manosa dan glukosa dan dihubungkan dengan memberikan informasi mengenai penambahan
ikatan β 1,4 glikosidik. Glukomanan memiliki berat konjak sebagai campuran karaginan untuk
molekul antara 200 sampai 2.000 kD dengan meningkatkan elastisitas permen jelly. Dengan
kandungan karbohidratnya tidak lebih dari 75%. adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
Warna tepungnya putih sampai krem atau informasi baru mengenai pembuatan permen jelly
kecoklatan. Konjak larut dalam air panas atau air dengan bahan pembentuk gel antara campuran
dingin, kekentalannya tinggi dengan pH antara 4,0 karaginan dan konjak dan juga penambahan rempah-
sampai 7,0, berfungsi sebagai bahan pembentuk gel, rempah sebagai flavor.
pengental, pengemulsi, dan penstabil. Berdasarkan
sifat di atas diharapkan konjak dapat digunakan METODE PENELITIAN
sebagai pencampur untuk meningkatkan elastisitas Alat
karaginan sebagai bahan dalam pembuatan permen Baskom, kompor gas, thermometer,
jelly. timbangan, pisau, mesin blender, gelas ukur, cawan
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam porselin, desikator, oven, dan neraca analitik, pH
pembuatan permen jelly adalah penambahan sari meter, Viscometer Brookfield, Lloyd Universal
buah atau essens. Sari buah biasanya ditambahkan Testing Machine, dan Aw meter.
pada permen jelly untuk memberikan rasa. Selain Bahan
sari buah, bahan lain seperti rempah-rempah bisa Bahan yang digunakan dalam pembuatan
digunakan pada permen jelly. Temulawak (Curcuma permen jelly adalah tepung karaginan, tepung
xanthorrhiza Roxb.) merupakan salah satu rempah konjak, air, sukrosa, HFS, asam sitrat, dan
yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat sebagai temulawak . Kemudian untuk penentuan nilai pH
rempah yang memiliki banyak khasiat untuk produk menggunakan aquades.
67
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 2 April 2013
Jurnal Teknosains Pangan Vol (diisi oleh pengelola jurnal)
Tahapan Penelitian air, gula, dan HFS dicampur dan diaduk sampai larut
Karakterisasi Campuran Karaginan dan Konjak dengan sendok. Tepung campuran karaginan dan
Karaginan dan konjak dimasukan ke dalam konjak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil
wadah dengan perbandingan 2:1 kemudian diaduk diaduk agar dapat larut dan bercampur dengan baik.
sehingga homogen. Karaginan dan konjak yang Selanjutnya dipanaskan di atas api kecil sampai
sudah dicampur kemudian diuji viskositas dan dicapai suhu 80°C sambil terus diaduk sampai
kekuatan gelnya. campuran karagenan dan konjak larut semua.
Pembuatan Ekstrak Temulawak Pemasakan dilakukan selama 5 menit pada suhu
Temulawak segar dibersihkan. Setelah itu, tersebut, kemudian diturunkan dari api dan pada
dilakukan pengirisan memanjang dengan ketebalan suhu 400C ditambahkan ekstrak serta asam sitrat
1-2 mm dan penghancuran menggunakan blender sambil diaduk. Adonan kemudian dicetak dalam pan
(temulawak : air = 1 : 1). Kemudian dilakukan dengan ketebalan 1,5 cm. setelah dingin dan
penyaringan menggunakan kain saring,dan ekstrak membentuk gel, dipotong dan hasil cetakan dioven
segar diperoleh. pada suhu 550C selama 24 jam sambil dibalik
Pembuatan Permen Jelly beberapa kali untuk menghasilkan produk dengan
kekeringan yang merata.

Tabel 1 Formulasi permen jelly


Konsentrasi Konsentrasi HFS Sukrosa Air Asam
Ekstrak Campuran Karaginan (gr) (gr) (ml) sitrat
Temulawak dan Konjak (mg)
1% 3% 50 10 40 1
2% 3% 50 10 40 1
3% 3% 50 10 40 1
1% 4,5% 50 10 40 1
2% 4,5% 50 10 40 1
3% 4,5% 50 10 40 1
1% 6% 50 10 40 1
2% 6% 50 10 40 1
3% 6% 50 10 40 1

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Permen Jelly


Karakterisasi Campuran Karaginan dan Konjak Karakteristik Fisik
Nilai viskositas campuran tepung karaginan
Tabel 2. Pengaruh Penggunaan Ekstrak Temulawak
dan konjak sebesar 480 cPs. ini dikarenakan adanya
terhadap Karakteristik Fisik Permen
konjak dimana bahan tersebut dapat larut dalam air dan
menyerap 100 kali dari volumenya sendiri, membentuk Jelly
larutan yang merupakan cairan pseudo-plastic, dan Konsentrasi
Kekerasan Elastisitas Kelengketan
pada dasarnya viskositas konjak lebih tinggi daripada Ekstrak
(gf) (mm) (gf)
bahan pengental alami lainnya. Hasil analisis kekuatan Temulawak
gel menunjukkan bahwa nilai kekuatan gel campuran 1% 3.762,1a 9,55a 428,08a
tepung karaginan dan konjak adalah 783.75 g/cm2. 2% 3.737,6a 9,75a 438,78a
a
Kekuatan gel tersebut terjadi karena adanya sinergisme 3% 3.814,2 9,82a 436,41a
antara karaginan dan konjak. Sinergisme tersebut akan Keterangan: - nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom
menghasilkan gel dengan tekstur yang lebih elastis. yang sama menunjukkan nilai yang berbeda pada taraf
Gel elastis yang terbentuk bersifat reversible setelah signifikansi 5%.
pemanasan dan pendinginan (Widjanarko, 2008).
Menurut Kriatsakriangkrai dan Pongsawatmanit (2005) Kekerasan. Tabel 2. menunjukkan bahwa
dalam Widjanarko (2008) glukomanan dapat penambahan konsentrasi ekstrak temulawak tidak
memperbaiki sifat-sifat gel kappa karaginan yaitu pada memberikan pengaruh nyata terhadap kekerasan
tekstur dan sineresis. permen jelly pada ketiga perlakuan. Nilai kekerasan
68
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 2 April 2013
Jurnal Teknosains Pangan Vol (diisi oleh pengelola jurnal)
ketiga perlakuan lebih tinggi dibanding permen jelly Elastisitas. Tabel 3. menunjukkan bahwa
yang ada di pasar yang memiliki nilai kekerasan emakin banyak konsentrasi tepung konjak dan
1.792,07 gf. karaginan yang diberikan mengakibatkan nilai
elastisitas permen jelly yang dihasilkan semakin
Elastisitas. Tabel 2. menunjukkan bahwa rendah. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan
konsentrasi temulawak tidak memberikan pengaruh permen jelly pembanding, keseluruhan variasi
nyata terhadap elastisitas permen jelly. Nilai tepung konjak dan karaginan yang ditambahkan
elastisitas ketiga perlakuan masih di bawah nilai pada pembuatan permen jelly temulawak yang
elastisitas permen jelly yang beredar di pasar, yaitu dibuat memiliki nilai elastisitas yang lebih rendah
sebesar 11,11mm. dari pada permen jelly pembanding yang terbuat dari
gelatin yang memiliki rata-rata nilai elastisitas 11,11
Kelengketan. Tabel 2. menunjukkan tidak mm. Hal ini disebabkan karena gel yang dihasilkan
ada beda nyata diantara ketiga perlakuan. Namun oleh karaginan memiliki nilai yang lebih rendah
demikian ada kecenderungan nilai kelengketan dibandingkan gelatin akibat perbedaan senyawa
semakin menurun seiring dengan peningkatan penyusun keduanya. Menurut Subaryono (2006),
konsentrasi ekstrak temulawak yang ditambahkan karaginan tersusun oleh polisakarida sedangkan
ke dalam permen jelly. gelatin tersusun oleh polipeptida yang
mengakibatkan elastisitasnya lebih tinggi.
Tabel 3. Pengaruh Penggunaan Campuran Penambahan konjak untuk meningkatkan elastisitas
Karaginan dan Konjak terhadap karaginan ternyata belum mampu menghasilkan
Karakteristik Fisik Permen Jelly produk yang memiliki elastisitas yang sama dengan
Konsentrasi gelatin.
Campuran Kekerasan Elastisitas Kelengketan
Karaginan dan (gf) (mm) (gf) Kelengketan. Tabel 3. menunjukkan bahwa
Konjak adanya variasi penambahan konsentrasi tepung
1% 3.268 a
10,26 c
425,20 konjak dan karaginan tidak memberikan pengaruh
a

2% 3.711,1b 9,73b 434,94a terhadap nilai kelengketan pada permen jelly


3% 4.254,8 c
9,12 a
443,12a temulawak yang dihasilkan. Semakin tinggi
konsentrasi konsentrasi tepung konjak dan karaginan
Keterangan: - nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom
yang sama menunjukkan nilai yang berbeda pada taraf yang diberikan menyebabkan nilai kelengketan yang
signifikansi 5%. semakin tinggi, meskipun berdasarkan uji statistik (α
=0,05) menunjukkan bahwa konsentrasi tepung
Kekerasan. Tabel 3. menunjukkan bahwa konjak dan karaginan tidak memberikan pengaruh
terdapat pengaruh nyata terhadap nilai kekerasan yang nyata terhadap kelengketan produk permen
permen jelly seiring dengan peningkatan konsentrasi jelly temulawak. Bila dibandingkan dengan nilai
campuran karaginan dan konjak yang digunakan. kelengketan permen jelly pembanding (544,23gf),
Hal ini disebabkan semakin tinggi konsentrasi maka kelengketan produk permen jelly temulawak
campuran karaginan dan konjak menyebabkan yang dihasilkan lebih rendah. Nilai kelengketan
ikatan gel yang terbentuk semakin kuat. Hal ini yang lebih rendah dari permen jelly pembanding
sesuai dengan penelitian Subaryono dan Utomo disebabkan oleh perbedaan bahan penyusun antara
(2006) bahwa semakin tinggi campuran fikokoloid permen jelly temulawak dan permen jelly
dalam permen mengakibatkan kekerasan produk pembanding. Kelengketan pada permen jelly
semakin tinggi. Nilai kekerasan ketiga perlakuan temulawak disebabkan oleh bahan penyusun
permen jelly lebih tinggi dibanding permen jelly utamanya yaitu glukosa dan sirup fruktosa.
yang beredar di pasar yang memiliki kekerasan Oktavianti (2003) menjelaskan bahwa selain
sebesar 1.792,07 gf. Hal ini disebabkan karena menyebabkan sampel lebih lunak, kelengketan pada
produk permen jelly pembanding dibuat dari gelatin permen cenderung diakibatkan oleh adanya
yang mempunyai sifat fisik yang lebih lunak penambahan sirup glukosa pada formulasi, sehingga
dibanding kappa karaginan menyebabkan permen menjadi lengket.

69
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 2 April 2013
Jurnal Teknosains Pangan Vol (diisi oleh pengelola jurnal)
Karakteristik Kimia Aw. Tabel 4. memperlihatkan bahwa
permen jelly temulawak dengan konsentrasi ekstrak
Tabel 4. Pengaruh Penggunaan Ekstrak Temulawak
temulawak 1% tidak berbeda nyata dengan permen
Karakteristik Kimia Permen Jelly
jelly temulawak dengan konsentrasi ekstrak
Konsentrasi temulawak 3%. Sedangkan permen jelly temulawak
Kadar Air
Ekstrak pH Aw dengan konsentrasi ekstrak temulawak 2% tidak
(%)
Temulawak berbeda nyata dengan permen jelly temulawak
1% 5,63a 20,01a 0,649ab dengan konsentrasi ekstrak temulawak 1%.
2% 5,69a 20,28a 0,675 b Berdasarkan hasil pengamatan, aw permen jelly
3% 5,70a 20,30a 0,647 a berkisar antara 0,647–0,675.
Keterangan: - nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom
yang sama menunjukkan nilai yang berbeda pada taraf Tabel 5. Pengaruh Penggunaan Campuran
signifikansi 5%.
Karaginan dan Konjak terhadap
pH. Tabel 4 memperlihatkan bahwa Karakteristik Kimia Permen Jelly
penambahan ekstrak temulawak tidak memberikan Konsentrasi
pengaruh terhadap nilai pH pada permen jelly Campuran Kadar Air
pH Aw
temulawak yang dihasilkan. Berdasarkan hasil Karaginan dan (% wb)
pengukuran pH menunjukkan bahwa nilai pH Konjak
produk permen jelly temulawak antara 5,63 sampai 1% 5,65a 19,97a 0,667a
dengan 5,70. Semakin tinggi konsentrasi temulawak 2% 5,67a 20,02a 0,658a
yang diberikan menyebabkan nilai pH semakin naik 3% 5,69a 20,80b 0,646a
meskipun tidak signifikan. Dengan demikian Keterangan: - nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom
penambahan ekstrak temulawak dapat meningkatkan yang sama menunjukkan nilai yang berbeda pada
taraf signifikansi 5%.
nilai pH permen jelly. Nilai pH pada permen jelly
temulawak ini juga dipengaruhi oleh asam sitrat
pH. Tabel 5. memperlihatkan bahwa nilai
pada formulasi. Bila dibandingkan dengan nilai pH
pH permen jelly temulawak dengan konsentrasi
permen jelly permen jelly pembanding yang
tepung konjak dan karaginan 3% juga tidak berbeda
memiliki nilai pH 4,64 maka nilai pH produk
nyata dengan permen jelly temulawak dengan
permen jelly temulawak ini relatif lebih tinggi.
konsentrasi tepung konjak dan karaginan 4,5%
Selain variasi konsentrasi ekstrak temulawak, variasi
maupun permen jelly temulawak dengan
konsentrasi tepung konjak dan karaginan juga tidak
konsentrasi tepung konjak dan karaginan 3%.
memberikan pengaruh nyata terhadap nilai pH
Dengan demikian adanya variasi penambahan
permen jelly yang dihasilkan.
konsentrasi tepung konjak dan karaginan tidak
memberikan pengaruh terhadap nilai pH pada
Kadar air. Tabel 4 memperlihatkan bahwa
permen jelly temulawak yang dihasilkan.
kadar air permen jelly temulawak dengan
konsentrasi ekstrak temulawak 1% tidak berbeda
Kadar air. Tabel 5. menunjukkan bahwa
nyata dengan permen jelly temulawak dengan
semakin banyak konsentrasi tepung konjak dan
konsentrasi ekstrak temulawak 2% maupun permen
karaginan yang diberikan mengakibatkan kadar air
jelly temulawak dengan konsentrasi ekstrak
permen jelly yang dihasilkan semakin meningkat.
temulawak 3%. Pada konsentrasi temulawak 1%;
Hal ini disebabkan karena konsentrasi karaginan dan
2% dan 3% memiliki nilai kadar air yang berturut-
konjak sebagai bahan pembentuk gel yang
turut 20,01%; 20,28% dan 20,30%. Meskipun ada
ditambahkan semakin banyak. Menurut Fardiaz
sedikit peningkatan kadar air seiring dengan
(1989) dalam Febrianata (2005), pembentuk gel
bertambahnya konsentrasi temulawak yang
adalah suatu fenomena atau pengikatan silang rantai-
ditambahkan, variasi ekstrak temulawak tidak
rantai polimer sehingga membentuk suatu jala tiga
memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai
dimensi bersambungan. Selanjutnya jala ini dapat
kadar air permen jelly temulawak yang dihasilkan.
menangkap atau mengimobilisasikan air di
dalamnya sehingga dapat membentuk struktur yang
kuat dan kaku. Bila dibandingkan dengan nilai kadar
70
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 2 April 2013
Jurnal Teknosains Pangan Vol (diisi oleh pengelola jurnal)
air permen jelly pembanding yang memiliki nilai pH jelly berkisar antara 0,646–0,667. Bila dibandingkan
16,96% maka nilai kadar air produk permen jelly dengan nilai aw permen jelly pembanding yang
temulawak ini relatif lebih tinggi. Hal ini disebabkan memiliki nilai aw 0,677 maka nilai kadar air produk
karena dalam proses pembuatan permen jelly permen jelly temulawak ini relatif lebih rendah.
temulawak ini membutuhkan jumlah air yang lebih Permen jelly temulawak ini salah satu bahan
banyak untuk melarutkan tepung karaginan dan utamanya adalah fruktosa dan sukrosa. Winarno
konjak karena bahan ini sukar larut dibandingkan (1990) menjelaskan bahwa penambahan gula pada
dengan gelatin. Jika dibandingkan dengan denangan produk akan mengakibatkan penurunan aktivitas air.
SNI permen jelly, kadar air permen jelly dengan Hal ini disebabkan oleh peresapan gula ke dalam
penambahan konsentrasi tepung konjak dan bahan dapat meningkatkan tekanan osmotik dalam
karaginan sebanyak 3% yang memiliki rata-rata bahan, sehingga air dalam bahan keluar dan
kadar air sebesar 19,97% adalah permen jelly yang akibatnya aw menurun. Bakteri pada umumnya
memiliki kadar air dibawah batas maksimal kadar air tumbuh dan berkembang biak hanya dalam media
permen jelly sesusai dengan SNI 3547.2-2008 yaitu dengan nilai aw tinggi yaitu 0,91, khamir
sebesar 20%. membutuhkan aw lebih rendah yaitu 0,87–0,91 dan
kapang lebih rendah lagi dari 0,80–0,87.
Aw. Tabel 5. menunjukkan bahwa variasi Berdasarkan aw produk, permen jelly temulawak ini
konsentrasi tepung konjak dan karaginan yang masih memungkinkan bagi kapang dan khamir
ditambahkan dalam pembuatan permen jelly untuk tumbuh sehingga berpengaruh terhadap daya
temulawak menghasilkan rata-rata nilai aw yang awet produk.
tidak berbeda nyata. Berdasarkan tabel, aw permen

Tabel 6. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Temulawak tehadap Nilai Organoleptik


Permen Jelly
Konsentrasi
Warna Aroma Rasa Tekstur Overall
Temulawak
1% 6,07c 6,03b 6,19b 6,51c 6,43c
2% 4,93b 4,73a 4,55a 4,79b 4,85b
3% 4,05a 4,33a 4,23a 3,89a 3,72a
Keterangan: 1. Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan
beda nyata pada α = 0,05.
2. Semakin tinggi nilai maka semakin tinggi tingkat
kesukaan panelis 1 = amat sangat tidak suka, 2 = sangat
tidak suka, 3 = tidak suka, 4 = agak tidak suka, 5 = netral,
6 = agak suka, 7 = suka, 8 = sangat suka,9 = amat sangat
suka.
Karakteristik Organoleptik mengakibatkan warna permen jelly menjadi kurang
menarik.
Warna. Tabel 6. menunjukkan bahwa
tingkat kesukaan paling tinggi dimiliki oleh permen
Aroma. Tabel 6. menunjukkan tingkat
jelly dengan penambahan ekstrak temulawak
kesukaan paling tinggi dimiliki oleh permen jelly
sebanyak 1%. Tingkat kesukaan terhadap parameter
dengan penambahan ekstrak temulawak sebanyak
warna jelly dengan penambahan ekstrak temulawak
1%. Tingkat kesukaan terhadap parameter aroma
sebanyak 1% berbeda nyata dibanding kedua sampel
permen jelly dengan penambahan ekstrak temulawak
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa panelis lebih
sebanyak 1% berbeda nyata dibanding kedua sampel
menyukai warna yang lebih terang dengan
lainnya. Sedangkan pada sampel dengan
penambahan ekstrak temulawak sebanyak 1%.
penambahan ekstrak temulawak sebanyak 2% dan
Semakin banyak penambahan ekstrak temulawak
3% memiliki nilai yang tidak berbeda nyata.
maka akan mengakibatkan warna produk yang
Penambahan ekstrak temulawak memiliki pengaruh
dihasilkan menjadi semakin gelap sehingga
terhadap tingkat kesukaan panelis, semakin banyak

71
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 2 April 2013
Jurnal Teknosains Pangan Vol (diisi oleh pengelola jurnal)
penambahan ekstrak temulawak maka tingkat dan konjak memberikan nilai elastisitas yang
kesukaan panelis semakin rendah. Hal ini semakin rendah.
diakibatkan adanya aroma khas temulawak yang 2. Variasi konsentrasi ekstrak temulawak
kurang disukai panelis. (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) memberikan
pengaruh terhadap sifat organoleptik permen
Rasa. Tabel 6. menunjukkan bahwa tingkat jelly temulawak pada parameter warna, aroma,
kesukaan panelis terhadap parameter rasa paling rasa, tekstur dan overall. Pada semua parameter,
tinggi dimiliki oleh sampel dengan penambahan permen jelly dengan penambahan ekstrak
ekstrak temulawak 1%. Tingkat kesukaan terhadap temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
parameter aroma permen jelly dengan penambahan sebanyak 1% memiliki nilai yang paling tinggi
ekstrak temulawak sebanyak 1% berbeda nyata dari konsentrasi lain.
dibanding kedua sampel lainnya. Sedangkan pada
sampel dengan penambahan ekstrak temulawak SARAN
sebanyak 2% dan 3% memiliki nilai yang tidak 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
berbeda nyata. Penambahan ekstrak temulawak bahan lain untuk meningkatkan elastisitas
memiliki pengaruh terhadap tingkat kesukaan permen jelly temulawak karena nilai elastisitas
panelis, semakin banyak penambahan ekstrak permen jelly temulawak yang dihasilkan masih
temulawak maka tingkat kesukaan panelis semakin di bawah nilai elastisitas produk komersial.
rendah. Hal ini diakibatkan adanya rasa pahit yang 2. Dalam penelitian selanjutnya perlu ditambahkan
ditimbulkan temulawak sehingga rasnya kurang analisa kimia maupun mikrobiologi dan
diterima panelis. disesuaikan dengan SNI permen jelly yang
sudah ada.
Tekstur. Tabel 6. menunjukkan bahwa
tingkat kesukaan paling tinggi dimiliki oleh permen DAFTAR PUSTAKA
jelly dengan penambahan ekstrak temulawak
sebanyak 1%. Sedangkan tingkat kesukaan paling Akesowan, Adisak. Viscosity and Gel Formation of
rendah dimiliki oleh permen jelly dengan a Konjac Flour from Amorphophallus
penambahan ekstrak temulawak sebanyak 3%. oncophyllus. Faculty of Science, University
Tingkat kesukaan terhadap parameter tekstur permen of the Thai Chamber of Commerce
jelly dengan penambahan ekstrak temulawak Bangkok, Thailand.
sebanyak 1% berbeda nyata dibanding kedua sampel Afifah E, Tim Lentera. 2003. Khasiat dan Manfaat
lainnya. Dengan demikian panelis lebih menyukai Temulawak. Jakarta: Agromedia Pustaka
produk permen jelly yang lebih keras.
Ali, S. 1987. Aspek-aspek Fisikokimia serta
Overall. Tabel 6. menunjukkan bahwa Proporsi Bahan-bahan Pembentuk Gel
tingkat kesukaan terhadap parameter warna jelly dalam Pengolahan Permen Jelly Gelatin.
dengan penambahan ekstrak temulawak sebanyak Fakultas Teknologi Pangan Pertanian,
1% berbeda nyata dibanding kedua sampel lainnya. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hal ini menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai Andrawulan W dan Palupi VS. 1991. Metode dan
permen jelly dengan penambahan ekstrak temulawak Teknologi dalam Penelitian Mutu
sebanyak 1% yang mempunyai warna terang, rasa Praktikum Analisa Fisika dan Kimia.
dan aroma temulawak yang tidak terlalu kuat, serta Pelatihan Singkat Pengendalian Mutu
memiliki tekstur yang tidak terlalu keras. Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
KESIMPULAN
1. Semakin besar konsentrasi campuran karaginan AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of The
dan konjak berpengaruh terhadap peningkatan Association Analytical Chemist.
kekerasan dan kadar air permen jelly Washington, DC. Inc.
temulawak. Sedangkan pada nilai elastisitas, Apriyantono A, D Fardiaz NL, Puspitasari,
semakin besar konsentrasi campuran karaginan Sedarnawati Y dan Budiyanto. 1989.

72
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 2 April 2013
Jurnal Teknosains Pangan Vol (diisi oleh pengelola jurnal)
Petunjuk Laboratorium Analisa Pangan. Minfie, B.W. 1989. Chocolate, Cocoa and
PAU Pangan dan Gizi Institut Pertanian Confectionary: Science and Technology
Bogor. Bogor (3rd ed.). An AVI Book, Van Nostrand
Reinhold, New York.
Aslan LM. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius.
Yogyakarta Nugroho, Budi. 2008. Pengaruh Suhu Ekstraksi
Terhadap Kandungan Kurkuminoid Dan
Badan Standarisasi Nasional. 2008. Kembang Gula
Air Serbuk Temulawak. Lembaga Ilmu
Lunak. SNI 3547.2-2008.
Pengetahuan Indonesia.
British Standard 757.1975. Sampling and Testing of
Oktavianti, Santi. 2003. Kajian Formulasi dan
Gelatins.
Tekstur Produk pada Pembuatan Permen
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet and M. Lunak Gula Merah. Fakultas Teknologi
Wootton., 1987. Ilmu Pangan. Terjemah Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press,
Pebrianata, Eko. 2005. Pengaruh Campuran Kappa
Jakarta.
dan Iota Karagenan terhadap Kekuatan
Charley, H. 1982. Food Science(2nd ed. ) John Eiley Gel dan Viskositas Karaginan Campuran.
and sons, Canada. Institut Pertanian Bogor.
Darwis S N, Hiyah S, Madjo Indo ABD. 1991. Romlah, E. 1997. Sekilas Tentang Permen. Sadar
Tumbuhan Obat Famili Zingiberaceae. Pangan dan Gizi 6 (2), 6-7.
Bogor: Pusat Pengembangan Tanaman Tjokroadikoesoemo, P.S. 1986. HFS dan
Industri industri Ubi Kayu Lainnya. Gramedia,
Deperindag. 1987. Standar Industri Indonesia: Mutu Jakarta.
dan Cara Uji Kembang Gula SII 0176-78. Sudarmadji S, Haryono B, & Suhardi. 1997.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
Jakarta. dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Ensminger AH. 1994. Foods & Nutrition Sidik, Mulyono MW. Mutadi A. 1995. Temulawak
Encyclopedia. 2nd Edition. Boca Raton: (Curcuma xanthorriza Roxb). Jakarta:
CRC Press. Hal:349-350. Phyto Medika.
Fardiaz S. 1989. Hidrokoloid. Laboratorium Simon, W. 2008. Bahan Pembentuk Gel. Institut
Mikrobiologi Pangan PAU. Institut Pertanian Bogor.
Pertanian Bogor.
Sinurat, Ellya,. Murdinah dan Fransiska.
Herschdoerfer, S.M. 1986. Quality Control in the Karakterisasi Permen Jelly yang Dibuat
Food Industry Volume 2-3. John Wiley and dari Formulasi Jelly Powder. Jurnal
Sons, New York. Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan
Imeson A. 2010. Food Stabilisers,Thickeners and Perikanan Vol. 5 No. 1. Juni 2010.
Gelling Agents. Inggris: Blackwell Setiawan, 2011. Berbagai sumber & Atlas
Publishing. Tumbuhan Obat Indonesia. Gramedia.
Kartika, Bambang., Puji Hastuti, dan Wahyu Jakarta.
Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Soekarto ST. 1985. Penilaian Organoleptik untuk
Bahan Pangan. PAU Universitas Gajah Industri Pangan dan Hasil Pertanian.
Mada. Yogyakarta Bhatara Karya Aksara. Jakarta
Latief. 1989. Jelly. Universitas Sumatra Utara. Subaryono dan Bagus S. Penggunaan Campuran
Malik. 2010. Pembuatan Permen Jelly. Universitas Karaginan dan Konjak dalam Pembuatan
Sumatra Utara. Permen Jelly. Jurnal Pascapanen dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol.
McGee, H. 1980. On Food and Cooking. Macmillan 1 No. 1. Juni 2006.
Publishing Company, New York.

73
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 2 April 2013
Jurnal Teknosains Pangan Vol (diisi oleh pengelola jurnal)
Thomas, C.Y. 1985. Sugar: Threat or Challenge?.
International Development Research
Centre, Canada.
Tjokroadikoesoemo, P.S. 1986. HFS dan Industri
Ubi Kayu Lainya. Gramedia, Jakarta.
Towle G.A. 1973. Carageenan. The Copenhagen
Pectin Factory Ltd. Denmark: Liliskenvels.
Vail, E.G., Philips. J.A., Rust, L.O., Griswold, R.M,
& Justin, M.M. 1978. Food (7th ed.).
Houghton Mifflim Company, Boston.
Verawati. 2008. Pemetaan Tekstur Dan
Karakteristik Gel Hasil Kombinasi
Karagenan Dan Konjak. Fakultas
Teknolohi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Winarno FG. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput
Laut. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Verawaty. 2008. Pemetaan Tekstur dan
Karakteristik Gel Hasil Kombinasi
Karaginan dan Konjak. Institut Pertanian
Bogor.
Vieira, E.R. 1996. Elementary Food Science (4th
ed.). Chapman and Hall, New York.
Widjanarko, Bambang. 2011. Effect of Multi Level
Ethanol Leaching on Physico-Chemical
Properties of Konjac Flour
(Amorphophallus Oncophyllus).Department
of Food Technology, Faculty of
Agricultural Technology, Brawijaya
University, Malang, Indonesia
Winarno, F.G., 1990. Teknologi Pengolahan Rumput
Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
, S, Fardiaz dan D. Fardiaz. 1992. Kimia
Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.
.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama.

74

Anda mungkin juga menyukai