Panduan Pro MAX
Panduan Pro MAX
MENGGUNAKAN ProMAX
Oleh:
Tomi A. Jusri
Laboratorium Seismik
Program Studi Geofisika
Departemen Geofisika & Meteorologi
Institut Teknologi Bandung
2004 - 2005
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas kekuatan dan
kesabaran yang telah diberikan kepada penulis, hingga penulisan buku “Panduan
Pengolahan Data Seismik Menggunakan ProMAX” ini dapat dirampungkan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penulisan
buku panduan ini, khususnya kepada kawan-kawan dan dosen-dosen di Laboratorium
Seismik Departemen Geofisika & Meteorologi - ITB, yang tak dapat penulis sebutkan
satu-persatu di sini.
“ProMAX” itu sendiri merupakan nama dari suatu software pengolah data seismik
yang dikeluarkan Landmark, sebuah perusahaan yang salah satu produknya berupa
software-software untuk bidang geologi dan geofisika (G & G software). Salah satu hak
(license) penggunaan software tersebut telah dimiliki oleh Laboratorium Seismik
Departemen Geofisika & Meteorologi, ITB, dan maka dari itulah penulisan buku panduan
ini ditujukan, yaitu untuk para mahasiswa Departemen Geofisika & Meteorologi - ITB,
agar mendapatkan gambaran mengenai teknik penggunaan software ProMAX (selanjutnya
akan ditulis “ProMAX” saja) tersebut dalam bentuk dan bahasa yang lebih sederhana dan
mudah dipahami.
Buku panduan ini pada dasarnya hanya menitikberatkan kepada pembentukan alur
dalam pengolahan data seismik, dengan menggunakan perintah-perintah (subflow) yang
telah disediakan oleh ProMAX, dan maka dari itu diharapkan pembaca telah mengerti
terlebih dahulu konsep-konsep dalam pengolahan data seismik. Panduan ini juga tidak
akan membahas algoritma di balik suatu subflow yang digunakan, termasuk parameter-
parameter yang terkait dengannya. Hal tersebut dikarenakan telah adanya menu “Help”
pada interface ProMAX yang menyediakan penjelasan secara lengkap dari setiap subflow
dan langkah-langkah yang diambil user dalam menggunakan software tersebut.
Karena buku panduan ini ditulis berdasarkan pengetahuan dan pengalaman penulis
yang sangat terbatas dalam menggunakan ProMAX, maka penulis sangat menyadari
banyaknya kekurangan, dan bahkan mungkin kesalahan, yang masih terdapat di dalam
i
buku panduan ini. Untuk itu penulis mohon maaf, dan berupaya untuk memperbaiki
kekurangan dan kesalahan tersebut dalam kesempatan lain, insya Allah. Semoga
kekurangan dari buku panduan ini juga dapat merangsang sejawat lain untuk memberikan
masukan-masukan dan kontribusi nyata dalam penyempurnaan buku panduan ini di masa-
masa mendatang, agar dapat terjadi transfer ilmu dan pengalaman dalam melakukan
pengolahan data seismik dengan menggunakan software ProMAX, dalam komunitas
Departemen Geofisika & Meteorologi – ITB, dan komunitas Laboratorium Seismik
Program Studi Geofisika Departemen Geofisika & Meteorologi – ITB, khususnya. Sekian
dan terima kasih.
Penulis,
Tomi A. Jusri
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . iii
PENDAHULUAN . . . . . . . . . 1
Konvensi . . . . . . . . . 2
ProMAX Overview . . . . . . . . 4
Ruang Kerja ProMAX . . . . . . . 5
Membentuk Dan Mengeksekusi Flow . . . . . 10
LAMPIRAN
TENTANG PENULIS
iii
Konvensi
ProMAX Overview
1
PANDUAN PENGOLAHAN DATA SEISMIK MENGGUNAKAN ProMAX
Konvensi
Kabel mouse
ATURAN PENULISAN
Beberapa aturan penulisan yang perlu diketahui oleh pembaca dalam memahami
panduan ini adalah sebagai berikut:
Nama area, line, dan flow dituliskan dengan huruf kapital dan tebal. Contoh: area
XXXXX, line YYYYY, flow ZZZZZ.
Nama subflow (perintah-perintah ProMAX) ditulis dengan huruf pertama kapital
(untuk setiap satu-satuan kata), dan tebal. Contoh: Disc Data Input, Disc Data
Output, Trace Display.
Nama parameter – parameter yang harus diberi input oleh user, dituliskan dengan huruf
pertama kapital (untuk setiap satu-satuan kata), tebal, dan miring. Contoh: Select
Dataset, Sort Order, Enter 4 digit ID number.
Nama dataset, parameter, variabel-variabel, dan sebagainya, yang didefinisikan oleh
user, ditulis dengan huruf pertama kapital (untuk setiap satu-satuan kata), tebal, serta
diawali dan diakhiri dengan tanda petik ganda. Contoh: “Geometry”,
“Preprocessing”, “BruteStack”.
Nama tombol atau perintah yang disediakan dan ditampilkan secara interkatif dalam
interface ProMAX ditulis dengan huruf pertama kapital (untuk setiap satu-satuan kata),
tebal, dan digarisbawahi. Contoh: Picking, Execute, Pick Miscellaneous Time Gate.
ProMAX Overview
AREA: XXXXX
“Windows overlap”
LINE: YYYYY
FLOW: ZZZZZ
“Windows overlay”
Secara garis besar, ProMAX dibentuk oleh tiga level struktur ruang kerja yang
terdiri dari AREA, LINE, dan FLOW. Ketika memasuki ProMAX, pertama-tama user
harus mendefinisikan ruang kerja AREA dengan mengetikkan nama dari daerah survey
seismik yang bersangkutan. Setelah masuk ke dalam direktori AREA, maka selanjutnya
user harus mendefinisikan ruang kerja LINE dengan mengetikkan suatu nama dari lintasan
pada daerah survey seismik yang bersangkutan. Di dalam direktori LINE, user dapat
mendefinisikan langkah-langkah pengolahan data seismik dalam kelompok-kelompok flow
dengan mengetikkan nama dari kelompok flow yang bersangkutan di dalam jendela
FLOW. Di dalam direktori FLOW inilah user dapat memilih proses-proses yang akan
digunakan, berdasarkan subflow yang telah disediakan oleh ProMAX dan dengan
menggunakan database yang dibuat atau didefinisikan sendiri oleh user.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat tiga ruang kerja utama pada
ProMAX, yang pada dasarnya merupakan “tempat” pembentukan dan peng-eksekusian
suatu flow oleh user. Ruang kerja tersebut dapat dibentuk dengan beberapa tahap, yang
secara garis besar adalah sebagai berikut:
Beberapa pilihan perintah yang terdapat di bagian atas dari jendela ruang kerja area
disebut sebagai global options. Beberapa pilihan perintah yang terdapat pada global
options adalah Select, Add, Delete, Rename, Copy, dan Permission. Selain perintah
Copy, perintah-perintah tersebut dapat digunakan dengan meng-klik MB1 pada salah satu
dari perintah tersebut terlebih dahulu, kemudian baru meng-klik MB1 salah satu area yang
ingin dikenakan eksekusi dari perintah yang telah dipilih. Perintah Copy bekerja secara
berbeda dari perintah lainnya yang terdapat dalam global options. Perintah Copy tersebut
akan mengeluarkan suatu jendela secara pop-up, yang menyediakan area list yang dapat
di-copy ke dalam jendela ruang kerja area tempat user bekerja.
Mouse button help Processing queues window Job notification and control
Bagian persegi berwarna hitam di bagian bawah jendela ruang kerja area
menunjukkan perintah yang dapat dieksekusi dengan meng-klik tombol mouse pada lokasi
lokasi yang ditunjukkan oleh kursor. Untuk lokasi kursor yang tidak menyediakan eksekusi
perintah, bagian berwarna hitam tersebut menyediakan informasi dari lokasi kursor yang
bersangkutan. Di bagian yang lebih bawah dari bagian berwarna hitam tersebut tersedia
beberapa menu sebagai berikut:
Config : Memberikan beberapa pilihan konfigurasi, diantaranya konfigurasi
untuk list sorting yang terdapat pada jendela ruang kerja yang
bersangkutan berdasarkan aphabetik.
Pilih perintah Add pada jendela ruang kerja area dengan MB1, lalu ketikkan nama
dari area tersebut, dan akhiri dengan menekan [ENTER]. Pada tahap ini, user telah
memiliki suatu ruang kerja area.
Klik MB1 pada nama area yang telah dibuat, kemudian user akan masuk ke jendela
ruang kerja line, yang menyediakan perintah-perintah yang sama dengan yang tersedia
pada ruang kerja area.
Pilih perintah Add pada jendela ruang kerja line dengan MB1, lalu ketikkan nama
dari lintasan seismik, dan akhiri dengan menekan [ENTER]. Pada tahap ini, user telah
memiliki ruang kerja line sendiri.
Klik MB1 pada nama lintasan yang telah dibuat, kemudian user akan masuk ke
jendela ruang kerja flow. Terdapat beberapa perintah dalam jendela ruang kerja ini, yang
sebagian diantaranya tidak terdapat pada jendela ruang kerja area ataupun line. Beberapa
menu khusus yang utama pada jendela ruang kerja flow yaitu:
Dataset : Menampilkan list dari seluruh dataset yang terdapat atau telah
dihasilkan pada lintasan yang bersangkutan.
Database : Memungkinkan user untuk mengakses file-file parameter yang telah
dihasilkan pada lintasan yang bersangkutan.
Pilih perintah Add pada jendela ruang kerja flow dengan MB1, lalu ketikkan nama
dari processing flow yang akan dilakukan, dan akhiri dengan menekan [ENTER]. Sampai
dengan tahap ini, user telah siap untuk membentuk processing flow, yang akan dijelaskan
pada bagian selanjutnya.
Editable flow
Parameter specification
Available processes
Klik MB1 pada nama flow yang telah dibuat di jendela ruang kerja flow, maka user
akan masuk ke jendela editing flow. Secara garis besar, jendela tersebut terdiri dari tiga
bagian, yaitu:
Available Processes
Bagian ini menampilkan beberapa subflow, berupa perintah-perintah yang disediakan
oleh ProMAX untuk melakukan suatu pengolahan data seismik. Untuk melihat
Editable Flow
Bagian ini menampilkan perintah-perintah yang dipilih oleh user dari keseluruhan
perintah yang disediakan di bagian available processes. Perintah-perintah yang telah
dipilih ke dalam editable flow merupakan suatu rangkaian algoritma processing yang
akan dijalankan oleh ProMAX secara berurut dari perintah yang terletak pada baris
yang paling atas, hingga perintah yang terletak pada baris yang paling bawah. Dengan
demikian, letak secara baris dari perintah-perintah yang terdapat di dalam bagian
editable flow harus diperhatikan, karena sangat berkaitan dengan urutan perintah yang
akan dijalankan ProMAX. Bagian editable flow juga menyediakan beberapa menu
pengaturan terhadap perintah-perintah yang dipilih user ke dalam bagian ini, seperti
Add, Delete, Execute, View, dan Exit. Menu Execute digunakan untuk menjalankan
keseluruhan perintah dalam satu flow, yaitu sekelompok subflow yang telah dipilih ke
dalam bagian editing flow secara berurutan, dari perintah yang terletak di baris paling
atas sampai baris yang paling bawah.
Parameter specification
Bagian ini merupakan suatu jendela tersendiri yang dapat dikeluarkan secara pop-up
dari setiap perintah yang telah dipilih user ke dalam bagian editable flow. Jendela
parameter specification menampilkan parameter-parameter yang harus ditentukan oleh
user untuk menjalankan perintah atau subflow yang bersangkutan.
Secara garis besar, flow pengolahan data seismik di dalam ProMAX dapat dibentuk
dan dieksekusi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1). Pilih subflow yang diperlukan dari bagian available processes, untuk kemudian
akan dimasukkan ke dalam bagian editable flow. Pemilihan subflow tersebut dapat
dilakukan dengan mengklik MB1 pada salah satu dari beberapa subflow yang
tertera di bagian available processes. Cara pemilihan subflow yang paling efisien
adalah dengan mengarahkan kursos ke dalam bagian available processes, kemudian
ketikkan inisial atau seluruh kata dari subflow yang diinginkan. Dengan cara
demikian, ProMAX akan menampilkan seluruh subflow yang tersedia yang
berkaitan dengan inisial subflow yang telah diketikkan oleh user. Setelah ProMAX
menampilkan pilihan subflow yang tersedia, klik MB1 pada subflow yang dianggap
paling sesuai, maka subflow tersebut secara otomatis akan masuk ke dalam bagian
editing flow. Lakukan cara yang sama untuk menambahkan perintah lainnya ke
dalam bagian editing flow.
2). Lakukan klik MB2 pada salah satu subflow yang telah tertera di bagian editing
flow untuk menampilkan jendela yang memuat parameter-parameter yang harus
ditentukan oleh user untuk menjalankan subflow yang bersangkutan. Tentukan
terlebih dahulu parameter-parameter yang dibutuhkan untuk menjalankan subflow
tersebut. Jika pengisian parameter telah selesai dilakukan, maka arahkan kursor ke
lokasi di luar jendela parameter untuk menutup jendela tersebut. Lakukan cara yang
sama untuk setiap perintah yang telah dipilih ke dalam bagian editing flow.
3). Suatu subflow yag terdapat di bagian editing flow dapat dibatalkan atau dihapuskan
dengan cara mengklik MB1 pada salah satu subflow yang ingin dibatalkan,
kemudian diikuti dengan mengklik MB1 pada Delete di sebelah atas bagian editing
flow. Perintah-perintah lain dapat dibatalkan dengan cara yang sama.
4). Serangkaian perintah yang telah tertera dan telah diatur parameter-parameternya
dalam bagian editing flow, dapat dijalankan dengan mengklik MB1 pada Execute.
Suatu flow yang sedang atau telah dijalankan dapat dikontrol dengan menampilkan
informasi tentang proses running dari flow tersebut, dengan mengklik MB1 pada
Notification.
Geometry Assignment
Statics Correction
Preprocessing
Residual Statics
Migration
13
PANDUAN PENGOLAHAN DATA SEISMIK MENGGUNAKAN ProMAX
DATABASE
Dataset
Parameter kecepatan
Parameter Kill
MAIN FLOW
Parameter miscelleanous
time gate 1). INPUT DATA
… 2). GEOMETRY
3). STATICS CORRECTION
4). PREPROCESSING
5). RESIDUAL STATICS
STANDALONE FLOW
6). DMO
1). TRACE DISPLAY 7). MIGRATION
2). VELOCITY ANALYSIS
3). REFRACTION
STATICS
Anak panah dua arah antara main flow dan standalone flow menyatakan bahwa
standalone flow dapat dilakukan pada tahap di mana saja diantara main flow, sesuai dengan
kebutuhan. Dengan kata lain, cukup dibuat masing-masing satu buah standalone flow di
samping main flow di dalam jendela ruang kerja flow pada ProMAX. Masih berhubungan
dengan gambar II.1., anak panah dua arah antara standalone flow dan database
menyatakan bahwa standalone flow dapat dijalankan berkali-kali dengan masukan berupa
suatu variabel dari database yang tetap, atau yang diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan.
Di samping itu, anak panah satu arah antara database dan main flow menyatakan bahwa
pada umumnya variabel dari database yang digunakan sebagai masukan dalam main flow
adalah tetap/tidak berganti, jika mengikuti dengan alur standar pengolahan data seismik
secara umumnya.
Pada bagian ini akan diberikan alur pengolahan data seismik dengan ProMAX
secara terstruktur, dimulai dari pembacaan raw data hingga dihasilkan penampang trace
seismik yang telah di-migrasi (migrated). Alur tersebut akan diberikan dalam struktur
berupa flow, dimana suatu flow terdiri atas tahap-tahap pengerjaan, dan dalam suatu tahap
dapat terdiri lagi dari beberapa langkah pengerjaan. Di samping itu, akan diberikan
panduan pengisian beberapa parameter dalam suatu subflow, yang dianggap memerlukan
harga atau variabel masukan tertentu secara unik.
INPUT DATA
Pada flow ini dilakukan pembacaan raw data seismik, sesuai dengan standar atau
parameter yang ditentukan oleh media penyimpan (tape) data seismik tersebut. Tahap
pengerjaan yang dilakukan yang dilakukan dalam flow ini adalah me-loading data seismik
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Input raw data seismik sesuai dengan format media penyimpan data (tape) yang
telah ditentukan. Misalkan raw data tersimpan dalam format SEG-Y, maka
perintah yang digunakan adalah SEG-Y Input.
Output dataset raw data ini dengan suatu nama, misalnya ”Raw_Data”, dengan
menggunakan Disc Data Output.
GEOMETRY ASSIGNMENT
Pada flow ini dilakukan pendefinisian geometri dari data yang telah di-loading,
sesuai dengan geometri penembakan pada saat pengambilan data di lapangan. Informasi
mengenai geometri akan menjadi suatu identitas (header) dari trace seismik yang terekam,
dan akan menjadi suatu atribut yang sangat vital dalam pengolahan data seismik tersebut
selanjutnya. Tahap-tahap yang dilakukan dalam flow ini adalah sebagai berikut:
I. Memasukkan dan mendefinisikan parameter-parameter geometri ke dalam
database.
Gambar II.3. Contoh tampilan menu Setup dan Receiver dari flow 2D Land Spreadsheet.
Secara umum, yang harus dilakukan dalam tahap ini adalah: memasukkan semua
parameter geometri lapangan yang dibutuhkan, melakukan binning data, dan finalizing
database. Perintah yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis geometri data, berkaitan
dengan zona dan jenis survey seismik yang dilakukan. Dalam panduan ini diberikan contoh
dengan menggunakan perintah 2D Land Geometry Spreadsheet, untuk data yang
dihasilkan dari survey seismik 2D untuk zona darat (land). Ketika perintah ini dijalankan,
akan muncul sebuah jendela Land Geometry Assignment, dengan menu-menu yang harus
dilengkapi / diisi, sebagai berikut:
Setup
Menu ini akan membuka jendela Geometry Setup Dialog untuk menspesifikasikan
konfigurasi global dan informasi operasional yang digunakan dalam aplikasi, yang
meliputi:
- Assign midpoints by
Pada parameter ini disediakan pilihan metode binning yang akan digunakan. Masukan
yang diberikan dalam parameter ini mempengaruhi pilihan-pilihan yang disediakan
oleh menu yang lainnya. Dalam panduan ini, penulis memberikan contoh masukan
berupa “Matching pattern numbers using first lives chan and station”.
- Nominal receiver station interval
Parameter ini membutuhkan input nominal receiver interval yang digunakan di
lapangan sesuai dengan satuan yang dispesifikasikan dalam Units.
- Nominal source station interval
Parameter ini membutuhkan input nominal shot interval yang digunakan di lapangan
sesuai dengan satuan yang dispesifikasikan dalam Units.
- Nominal survey azimuth
Parameter ini membutuhkan input nominal azimuth yang diukur sepanjang arah
lintasan ke arah bertambahnya nomor receiver station atau source station, searah jarum
jam dari arah arah utara, dalam satuan derajat ().
- First live station
Parameter ini membutuhkan input nomor station pertama yang digunakan dalam
survey.
- Last live station
Parameter ini membutuhkan input nomor station terakhir yang digunakan dalam
survey.
- Base source station coordinates upon a match between sources and receiver station
numbers.
Jika parameter ini dijalankan (“Yes”), secara otomatis dihasilkan koordinat (X,Y)
source berdasarkan koordinat receiver untuk nomor-nomor station yang sama di dalam
Source Spreadsheet.
- Source type
Parameter ini membutuhkan spesifikasi jenis sumber energi yang digunakan.
- Units
Parameter ini membutuhkan spesifikasi satuan jarak yang digunakan.
Receivers
Menu ini menampilkan SRF Ordered Parameter File (OPF) Spreadsheet untuk
memasukkan, mengimport, atau mengedit informasi mengenai receiver.
- Station
Tabel ini diisi dengan nomor station di lapangan yang berasosiasi dengan lokasi
receiver pada survey.
- X, Y
Tabel ini berisikan nilai koordinat X dan Y dari lokasi station receiver.
- Elev
Tabel ini diiisi harga elevasi (ketinggian) receiver.
- Static
Tabel ini berisikan harga koreksi statik dari setiap receiver relatif terhadap perhitungan
yang melibatkan datum yang telah dispesifikasikan.
Gambar II.4. Contoh tampilan menu Source, Pattern, dan Binning dari flow 2D Land
Spreadsheet.
Sources
Menu ini menampilkan SIN Ordered Parameter File (OPF) Spreadsheet untuk
memasukkan, mengimport, atau mengedit informasi mengenai sources.
- Sources
Tabel ini diisi dengan nomor source, berdasarkan source ke-n (n = 1, 2, 3,...).
- Station
Tabel ini diisi dengan nomor station di lapangan yang berasosiasi dengan lokasi source
pada survey.
- X, Y
Tabel X dan Y berisikan nilai koordinat X dan Y dari lokasi station source.
- Z
Tabel ini diisi dengan elevasi dari titik-titik source.
- FFID
Tabel ini diisi dengan Field File ID (FFID), yaitu nomor file – tape untuk setiap
penembakan yang direkam.
- Offset
Offset diilustrasikan sebagai berikut:
Offset (- )
Arah azimuth
(No. station >>)
Offset (+ )
- Skid
Skid diilustrasikan sebagai berikut:
Skid (- ) Skid (+ )
Arah azimuth
(No. station >>)
- Up hole
Tabel ini diisi dengan Up hole time, yaitu waktu tempuh bolak-balik (two way travel
time) gelombang refleksi yang terekam di permukaan yang melalui lintasan yang sama
atau hampir sama dengan pada saat gelombang tersebut ditembakkan.
- Hole depth
Tabel ini diisi dengan parameter kedalaman lobang tembak untuk masing-masing
source.
- Pattern
Tabel ini diisi dengan Pattern, yaitu pendefinisian sampel geometri penembakan dari
sistem source – receiver sesuai dengan kesamaan pola (pattern) setiap sekuen geometri
penembakan tersebut yang membentuk satu-kesatuan suatu lintasan survey seismik di
lapangan.
- Num chn
Tabel ini diisi dengan pendefinisian jumlah channel yang dihidupkan/diaktifkan untuk
setiap penembakan. Tabel ini dapat dikosongkan agar seluruh channel yang tersedia
dapat digunakan.
- Shot fold*
Tabel ini diisi dengan pendefinisian jumlah fold yang terhitung dari setiap
penembakan. Umumnya shot fold sama dengan jumlah channel yang hidup pada setiap
penembakan. Tanda ”*” menyatakan bahwa parameter ini akan terisi secara otomatis
setelah dilakukan binning pada seluruh informasi geometri, dengan demikian untuk
sementara tabel shot fold dapat dibiarkan kosong terlebih dahulu.
- 1st live station
Tabel ini diisi dengan nomor station receiver yang berasosiasi dengan 1st live channel.
- 1st live channel
Tabel ini diisi dengan nomor channel terkecil yang dihidupkan/diaktifkan pada saat
perekaman, yang berasosiasi dengan 1st live station.
- Static
Tabel ini diisi dengan harga koreksi statik dari setiap source, relatif terhadap
perhitungan yang melibatkan datum yang telah dispesifikasikan.
Pattern
Menu ini menampilkan PAT Ordered Parameter File (OPF) Spreadsheet untuk
memasukkan, mengimport, atau mengedit informasi mengenai pola (pattern) source-
receiver untuk setiap penembakan. Pada dasarnya masukan untuk menu ini merupakan
Binning
Menu ini akan membuka jendela Land 2D Binning. Menu ini memungkinkan kita
untuk: menghitung koordinat-koordinat CDP, memasukkan dan melakukan bin terhadap
parameter-parameter binning untuk midpoints dan offset, menghasilkan display QC dari
data yang telah di-bin, dan untuk mengakhiri (finalize) input dan edit database.
- Assign midpoints by
Parameter ini harus dapat dijalankan terlebih dahulu agar data dapat di-bin.
- Binning
Parameter ini membutuhkan input berupa metode yang digunakan midpoint binning
dan pendefinisian parameter-parameter offset .
- Finalize database
Parameter ini dijalankan untuk mengakhiri proses binning geometry. Beberapa
parameter geometri akan dimasukkan secara otomatis.
Trace QC
Menu ini akan membuka TRC Ordered Parameter File (OPF) Spreadsheet.
Kualitas hasil pendefinisian atribut geometri data dapat dievaluasi melalui menu ini. Salah
satu parameter pendefinisian geometri sudah benar adalah dengan menampilkan
penampang antara CDP* dan Offset* melalui tool yang disediakan dalam menu Trace QC
ini. Apabila tampilan penampang tersebut telah menunjukkan susunan atau pola yang
sesuai dengan pola penembakan data di lapangan yang cenderung teratur, maka alur
pengolahan data seismik dapat dilanjutkan. Apabila sebaliknya, maka pola pada tampilan
penampang tersebut harus di koreksi terlebih dahulu.
III. Melakukan trace editing serta membuat time gate untuk first break picking dan
dekonvolusi.
Untuk keperluan tersebut, maka processing flow dilanjutkan dengan TRACE
DISPLAY terlebih dahulu.
I. Input dataset.
Dataset yang akan ditampilkan adalah “Geometry”, dengan menggunakan Disc
Data Input.
Ketika file first break time gate telah selesai dibuat, akan muncul jendela yang
menunjukkan dua tipe menu picking, yaitu first break time gate (“fb_01”) dan first break
training data (“FBTraining”). Lakukan picking first break dengan menu “FBTraining”
terlebih dahulu, kemudian buat salah satu gate dengan menu “fb_01”. Setelah itu klik
MB3 pada picks “fb_01” yang telah dibuat, dan pilih New Layer, yang akan
memunculkan “fb_01(2)”. Dengan “fb_01(2)” tersebut, buat gate yang lain sebagai
pasangan gate yang telah dibuat sebelumnya.
“fb_01”
“FBTraining”
“fb_01(2)”
- Ketika salah satu menu picking dipilih (Kill Traces/Pick Top Mute/Pick Bottom
Mute/Pick Surgical Mute), maka akan muncul jendela yang menampilkan menu-
menu picking yang telah dipilih sebelumnya. Ketika akan melakukan picking, pilih
dahulu salah satu menu tersebut sesuai dengan tipe picking yang akan dilakukan.
- Menu Top Mute dan Bottom Mute yang dilakukan pada salah satu ensemble traces
(FFID) akan diinterpolasikan terhadap ensemble traces yang lain.
- Menu Surgical Mute dilakukan dengan membentuk suatu kurva tertutup pada bagian
trace yang ingin di-mute. Lakukan picking untuk membentuk setengah kurva tertutup,
kemudian klik MB3 dan pilih New Layer, lalu lakukan picking untuk setengah kurva
tertutup sisanya. Surgical mute yang telah dilakukan dapat diinterpolasikan untuk
ensemble traces yang lainnya, atau hanya diaplikasikan pada ensemble traces yang
bersangkutan saja, yaitu bagian ensemble traces pada saat surgical mute dilakukan.
Lakukan picking untuk salah satu gate (“DeconGate”), kemudian klik MB3 pada
gate yang telah dibuat dan pilih New Layer, lalu lakukan picking untuk membuat gate
(“DeconGate (2)”)sebagai pasangan dari gate yang telah dibuat sebelumnya.
“ DeconGate”
“ DeconGate (2)”
VI. Menginterpolasikan first break picks untuk seluruh trace dalam satu lintasan,
dengan menggunakan First Break Picking.
- Select time gate parameter file
File parameter time gate yang telah dibuat sebelumnya adalah “fb_01”.
- Enter 4 digit ID number
Pilih nomor ID untuk menandai file output yang akan dihasilkan.
Setelah melakukan picking untuk first break, trace editing, dan dekonvolusi, keluar
dahulu dari jendela display. Kemudian jalankan lagi TRACE DISPLAY dengan subflow
yang telah ditambah subflow yang disebutkan pada tahap ke-6 (interpolasi first break
picks). Pada saat jendela display muncul kembali untuk kedua kalinya, langsung pilih
menu Exit And Continue Flow, agar subflow berikutnya (First Break Picking) dapat
dijalankan.
STATICS CORRECTION
Pada flow ini dilakukan perhitungan koreksi statik berdasarkan metode refraksi
statik. Ada dua perintah atau subflow yang biasa digunakan untuk melakukan koreksi statik
refraksi ini, yaitu Refraction Statics Calculation dan Refraction Statics. Kedua subflow
tersebut pada prinsipnya menjalankan algoritma yang sama, namun dengan cara yang
berbeda. Refraction Statics Calculation melakukan perhitungan koreksi statik dengan
perhitungan otomatis, dimana user tidak perlu melakukan first break picking dan
sebagainya secara manual. Sedangkan Refraction Statics, menghitung masukan-masukan
yang diperlukan seperti first break picks, pendefinisian lapisan refraktor, dan sebagainya,
secara manual. Karena dengan Refraction Statics pengguna dapat melakukan editing
secara manual dan interaktif, maka subflow ini cenderung lebih baik daripada Refraction
Statics Calculation, walaupun memakan waktu yang juga lebih lama. Pada panduan ini
hanya akan diberikan koreksi refraksi statik dengan menggunakan subflow Refraction
Statics.
Sebelum menjalankan Refraction Statics, user harus menjalankan subflow Apply
Elevation Statics terlebih dahulu untuk menghasilkan harga koreksi statik source dan
receiver. Koreksi statik yang telah telah dihasilkan tersebut akan dimpan di dalam
database source dan receiver, sebagai koreksi statik ketinggian (elevation statics), yang
diperlukan untuk perhitungan koreksi refraksi statik sisa (residual refraction statics).
1). Memanggil dataset yang akan digunakan untuk koreksi statik refraksi dengan
menggunakan Disc Data Input. Dataset yang digunakan untuk koreksi statik
refraksi adalah dataset yang sebelumnya telah digunakan untuk first break
picking, yaitu “Geometry”.
2). Aplikasikan koreksi statik ketinggian dengan menggunakan Apply Elevation
Statics.
Pada saat flow ini di jalankan, akan muncul jendela display dari subflow Refraction
Statics yang memberikan option perhitungan dari input-input yang diperlukan untuk
koreksi statik refraksi. Option tersebut harus dipilih dan dievaluasi secara berurutan,
dimulai dari Edit Picks sampai dengan dihasilkannya output yang dapat dievaluasi dari
option Output Statics.
PREPROCESSING
Dalam flow ini akan diaplikasikan trace editing, dekonvolusi, koreksi statik, dan
koreksi terhadap efek atenuasi, hingga pada akhirnya dihasilkan suatu penampang postack
untuk pertama kalinya.
I. Input dataset yang akan digunakan dengan menggunakan Disc Data Input. Dataset
yang digunakan dalam hal ini adalah “Geometry”.
II. Mengaplikasikan trace editing, yang telah dibuat (telah masuk ke dalam database)
sebelumnya.
1). Untuk mengaplikasikan trace killing atau trace reverse, gunakan subflow
Trace Killing/Reverse.
- Trace editing mode
Pilih tipe trace editing yang telah digunakan, “Kill”, “Reverse”, atau
“Kill Zero Trace”.
- Select trace kill parameter file
Pilih “Kill”, sesuai dengan yang telah dibuat sebelumnya.
2). Untuk mengaplikasikan trace muting, gunakan subflow Trace Muting.
- Type of mute
Pilih tipe mute yang telah dibuat sebelumnya, “Top”, “Bottom”, atau
“Surgical”.
- Mute application
Pilihan ini muncul jika dipilih “Surgical” pada Type of mute. Dengan
option ini, user dapat menspesifikasikan apakah surgical mute ingin
diaplikasikan ke seluruh ensemble trace, atau hanya pada bagian dari
ensemble trace dimana surgical mute tersebut dibuat.
Gambar II.7. Contoh subflow yang terdapat di dalam flow Statics Correction
III. Aplikasikan dekonvolusi, dimana subflow yang digunakan untuk dekonvolusi ini
disesuaikan dengan metode dekonvolusi yang diinginkan user dan sesuai dengan
kebutuhan dalam treatment data. Salah satu subflow yang biasa digunakan untuk
dekonvolusi adalah Spiking/Predictive Decon.
Sampai dengan tahap ini flow dilanjutkan terlebih dulu dengan VELOCITY
ANALYSIS.
III. Bila perlu, tampilkan panel analisis kecepatan dengan menggunakan Volume
Viewer/Editor, sebagai quality control model parameter fungsi kecepatan secara
interaktif. Subflow ini bersifat optional.
- Select input volume
Tabel kecepatan yang akan ditampilkan adalah “VEL1”.
- Interact with other processes using PD
Pilih Yes untuk mengkombinasikan dengan Velocity Analysis.
Semblance panel
Volume Viewer/Editor
Ketika rangkaian subflow tersebut dijalankan, maka akan muncul semblance panel
dan volume viewer/editor panel, seperti yang ditunjukkan pada gambar II.8. User dapat
melakukan picking kecepatan pada semblance panel, serta mengontrol fungsi kecepatan
yang dihasilkan dengan volume viewer/editor panel.
Setelah melakukan analisis kecepatan, flow pengolahan data seismik kembali lagi
ke PREPROCESSING, dengan menjalakan subflow-sublow sebagai berikut:
VII. Karena telah dihasilkan tabel kecepatan dari analisis kecepatan sebelumnya, maka
tahap berikutnya adalah melakukan koreksi dB/sec, spherical divergence, atau
inelastik atenuation menggunakan tabel kecepatan tersebut, yaitu “VEL1”, dengan
subflow True Amplitudo Recovery. Dalam subflow ini, koreksi yang akan
diaplikasikan harus melalui uji coba terhadap masing-masing dari dari ketiga jenis
koreksi yang disediakan tersebut. Koreksi yang pada akhirnya dipilih adalah yang
menghasilkan kualitas (tampilan) brute stack yang paling baik.
Sampai dengan tahap ini, user telah selesai menerapkan flow PREPROCESSING .
Hasil akhir dari flow ini adalah suatu penampang postack, yang biasa disebut brute stack.
Penampang ini, pada dasarnya merupakan penampang postack yang pertama kali
dihasilkan dari suatu pengolahan data seismik., dan disebut sebagai stack kasar (“brute
stack”) karena belum mendapat efek-efek lain dari pengolahan data seismik, seperti filter,
dan smoothing. Selain itu, parameter kecepatan yang digunakan dalam brute stack ini juga
belum sepenuhnya tepat. Brute stack ini dihasilkan hanya untuk melihat gambaran awal
event seismik, dan biasanya merupakan hasil akhir dari suatu field processing, untuk
kemudian dilanjutkan di processing centre yang sebenarnya.
RESIDUAL STATICS
Dalam flow ini akan dilakukan koreksi statik sisa, yang disebut residual statics
correction. Input dari flow ini pada dasarnya adalah koreksi statik ketinggian dari source
dan receiver, yag telah dihasilkan sebelumnya dari subflow Apply Elevation Statics di
dalam flow REFRACTION STATICS. Sebelum masuk ke RESIDUAL STATICS, flow
pengolahan data seismik masuk dulu ke TRACE DISPLAY, agar dapat dilakukan static
horizon picking yang nantinya akan digunakan sebagai time gate pada pengaplikasian
koreksi statik sisa tersebut.
Gambar II.10. Contoh subflow yang terdapat di dalam flow Residual Statics.
Static horizon picking dilakukan dengan membuat picks untuk satu ensemble traces
pada suatu time, dimana pada time tersebut diperkirakan akan terdapat event seismik yang
utama/dominan.
I. Melakukan koreksi NMO pada dataset pre-stack yang dihasilkan dari flow
PREPROCESSING.
1). Input dataset “Preprocessing”, dengan Disc Data Input.
2). Aplikasikan koreksi NMO dengan menggunakan tabel kecepatan yang telah
dihasilkan terakhir kali, yaitu “VEL1”, menggunakan NMO Correction.
3). Hasilkan dataset yang telah menerima koreksi NMO dan beri nama, misalkan
“NMORes”.
II. Membuat static horizon picks database berdasarkan gate yang telah dibuat
sebelumnya pada TRACE DISPLAY (2) ,dan interpolasikan gate tersebut untuk
seluruh ensemble trace, dengan menggunakan Maximum Power Autostatics.
- Select trace data file
Pilih dataset yang telah menerima koreksi NMO sebelumnya, yaitu
“NMORes”.
- Select autostatics horizon file
Pilih gate untuk static horizons yang telah dihasilkan sebelumnya, yaitu
“GateRes”.
Gambar II.11. Contoh tampilan residual statics time gate (garis warna merah)
Sampai dengan tahap ini, user telah mendapatkan suatu dataset postack yang telah
mendapatkan koreksi statik sisa. Selanjutnya user harus mengevaluasi lagi postack yang
dihasilkan tersebut dengan masuk kembali flow TRACE DISPLAY, dimana postack hasil
koreksi statik sisa tersebut menjadi inputnya. Jika tampilan postack yang dihasilkan
ternyata kurang memuaskan, maka coba lakukan kembali anlisis kecepatan untuk
mendapatkan tabel kecepatan yang baru dan lebih akurat, dan selanjutnya coba lakukan
koreksi NMO dan kemudian stacking kembali dataset hasil koreksi statik sisa tersebut
dengan tabel kecepatan yang terbaru. Jika dirasa masih perlu, maka flow RESIDUAL
STATICS ini dapat dilakukan untuk kedua kalinya (RESIDUAL STATICS II), dengan
subflow yang serupa tapi menggunakan dataset yang dihasilkan dari flow RESIDUAL
STATICS sebelumnya (RESIDUAL STATICS yang pertama kali).
V. Melakukan stacking data, jika proses migrasi selanjutnya akan dilakukan pada data
postack (postack migration).
1). Input dataset prestack hasil DMO, yaitu ”DMOGather”, dengan
menggunakan Disc Data Input.
2). Lakukan stacking data menggunakan CDP/Ensamble Stack.
3). Hasilkan dataset postack hasil koreksi DMO dan beri nama, misalkan
“DMOStack”, dengan menggunakan Disc Data Output.
Pada dasarnya, sampai dengan tahap ini user telah mendapatkan suatu data postack
yang telah menerima koreksi DMO. Namun, untuk mendapatkan kualitas hasil pengolahan
data seismik yang lebih baik, maka sebaiknya data hasil koreksi DMO tersebut di-stack
dengan tabel kecepatan yang lebih baru (lebih akurat). Untuk keperluan tersebut, efek
NMO dari data harus dihilangkan terlebih dulu dengan analisis kecepatan yang
menggunakan input data prestack hasil DMO (“DMOGather”), kemudian di-stack
kembali dengan tabel kecepatan yang lebih baru. Untuk menghasilkan tabel kecepatan
yang akan digunakan dalam pengembalikan data ke prestack, jalankan flow VELOCITY
ANALYSIS terlebih dulu sebagai berikut:
VII. Melakukan koreksi NMO dengan tabel kecepatan yang telah dihasilkan terakhir
kali.
1). Input dataset yang akan di-stack, yaitu ”IDMOGather”, dengan
menggunakan Disc Data Input.
2). Aplikasikan koreksi NMO dengan NMO Correction.
- Direction for NMO application
Untuk mengaplikasikan koreksi NMO, pilih “Forward” untuk parameter
ini.
- Select velocity parameter file
Pilih tabel kecepatan yang telah dihasilkan dari analisis kecepatan
sebelumnya, yaitu “VEL3”.
3). Hasilkan dataset yang telah dibersihkan dari efek NMO, misalkan
“FinalDMO”, dengan menggunakan Disc Data Output.
Sampai dengan tahap ini telah dihasilkan data postack yang telah mendapat koreksi
DMO.
MIGRASI
Dalam flow ini akan dilakukan serangkaian tahap untuk mengaplikasikan proses
migrasi pada data, sehingga akan dihasilkan dataset terakhir dari pengolahan data seismik
ini berupa data yang telah dimigrasi (migrated data). Algoritma migrasi yang akan
diaplikasikan dapat dipilih sendiri oleh user, disesuaikan dengan kebutuhan dan treatment
dari data yang bersangkutan. Dalam panduan ini, metode yang akan digunakan untuk
migrasi adalah dengan menerapkan postack time migration menggunakan explicit finite
difference extrapolators.
File kecepatan interval vs. waktu yang digunakan merupakan file output
dari Velocity Manipulation yang telah dihasilkan sebelumnya, yaitu
“VelMig”.
3). Hasilkan dataset yang telah di-migrasi, misalkan dengan nama “Migration”,
dengan menggunakan Disc Data Output.
Sampai dengan tahap ini telah selesai dilakukan serangkaian tahap dalam
melakukan pengolahan data seismik postack time migration untuk tahap dasar, yaitu dari
pembacaan raw data seismik sampai dengan dihasilkannya data postack yang telah di
migrasi. Penampang postack hasil migrasi tersebut ditunjukkan pada gambar II.4., dimana
pada penampang tersebut sangat terlihat adanya efek smile atau swing. Efek tersebut dapat
disebabkan oleh adanya noise dominan yang belum dibersihkan secara optimal pada saat
proses traec editing. Adanya hal tersebut sekaligus untuk menunjukkan kepada pembaca
bahwa kurang optimalnya (atau bahkan kesalahan) dalam pengolahan data seismik di
suatu tahap (atau flow) akan sangat mempengaruhi hasil pengolahan dari tahap lainnya,
hingga pada akhirnya kesalahan-kesalahan itu akan terakumulasi pada hasil akhir
pengolahan data seismik, yang dalam konteks ini adalah penampang postack hasil migrasi.
STATICS CORRECTION
Disc Data Input : “Geometry”
Apply Elevation Statics
Refraction Statics: - “Geometry”
- “fb01”
- “Ref1”
PREPROCESSING
Disc Data Input : “Geometry”
Trace Killing/Reverse
VELOCITY ANALYSIS (1)
Trace Muting
Supergather Formation : “Preprocessing”
Spiking/Predictive Decon
Trace Header Math : CDP=SG_CDP
Apply Refraction Statics : “Ref1”
Velocity Analysis Precompute
Disc Data Output : “Preprocessing”
Disc Data Output : ”Velan1”
Disc Data Input : “Preprocessing”
Disc Data Input : ”Velan1”
NMO Correction : - “Forward”
Velocity Analysis : “VEL1”
- “VEL1”
Volume Viewer/Editor : “VEL1”
True Amplitude Recovery : “VEL1”
CDP/Ensamble Stack
Disc Data Output : “Brute_Stack”
RESIDUAL STATICS I
Disc Data Input : “Preprocessing”
NMO Correction : - “Forward”
- “VEL1”
Disc Data Output : “NMORes”
Max. Power Autostatics
Trace data file : “NMORes”
Auto. horizons file : GateRes
Disc Data Input : “NMORes”
Apply Residual Statics : “Ref1”
Disc Data Output : “Residual”
Disc Data Input : “Residual”
CDP/Ensamble Stack
Disc Data Output : “StackRes”
TRACE DISPLAY
Tampilan postack
bagus
???
“Ya” “Tidak”
Tampilan postack
bagus
???
DMO
Disc Data Input : “Residual”
Trace Binning VELOCITY ANALYSIS (2)
- Signed sources-receiver offset Supergather Formation : ”DMOGather”
- Binned header : DMOOF Trace Header Math: CDP=SG_CDP
Database/Header Transfer Velocity Analysis Precompute
- TRC → GEOMETRY → “DMOOF” Disc Data Output : ”Velan2”
- First header entry : “DMOOF” Disc Data Input : ”Velan2”
Disc Data Output : “DMOBin” Velocity Analysis : “VEL2”
Disc Data Input : “DMOBin” Volume Viewer/Editor : “VEL2”
- Primary sort key : “DMOOF”
Velocity Manipulation
- Input velocity database : “VEL1”
VELOCITY ANALYSIS (3)
- Output velocity database : “VelDMO”
Supergather Formation : ”IDMOGather”
Disc Data Input : “DMOBin”
Trace Header Math: CDP=SG_CDP
Common Offset F-K DMO:
Velocity Analysis Precompute
- Header entry : “DMOOF”
Disc Data Output : ”Velan3”
- Velocity file : “VelDMO”
Disc Data Input : ”Velan3”
Disc Data Output : “DMOGather”
Velocity Analysis : “VEL3”
Disc Data Input : “DMOGather”
Volume Viewer/Editor : “VEL3”
CDP/Ensambles Stack
Disc Data Output : “DMOStack”
Disc Data Input : “DMOGather”
NMO Correction
- “Inverse”
- “VEL2”
Disc Data Output : “IDMOGather”
Disc Data Input : “IDMOGather”
NMO Correction
- “Forward” MIGRATION
Velocity Manipulation
- “VEL3”
CDP/Ensamble Stack - Input velocity database : “VEL3”
- Output velocity database : “VelMig”
Disc Data Output : “FinalStack”
Disc Data Input : “FinalStack”
Steep Dip Explicit FD Time Mig ; “VelMig”
Disc Data Output : “Migration”
TENTANG PENULIS . . .
Pemuda yang kerap disapa “Toy” ini memiliki nama lengkap Tomi Adriansyah
Jusri. Darah minang yang mengalir samar tapi pasti di tubuh nya membuat jiwa perantau
dan petualang sejati tumbuh dan bersemayam di dirinya…. Pemuda yang kesehariannya
akrab terlihat dengan jins belel, t-shirt hitam, dan jaket ini sangat menyukai keindahan
sekaligus kerasnya alam lepas. Maka tak heran, belantara dunia seismik yang penuh
misteri, keras, namun indah ini menjadi pelabuhan hasratnya. Mulai mengenal seismik
lewat lapangan dan pedalaman hutan telah menempa dirinya untuk selalu tetap insyaf
dan sabar dalam menelusuri benang-benang merah ilmu kebumian itu. Namun rasa
tertantang dan penasaran yang begitu besar selalu saja membenturkan dirinya kepada
tantangan-tantangan baru. Rasa penasaran akan tantangan baru itu jugalah yang
menyebabkan lelaki ini lebih banyak terjun di dunia seismic processing kini... dan entah
apa lagi yang akan coba ditaklukkannya esok hari...