Anda di halaman 1dari 38

STRUKTUR KALIMAT BAHASA

INDONESIA
STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
Kalimat adalah:Satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
suatu pikiran yang utuh . Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain
subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan.
Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memliki unsur Subyek dan Predikat.
1. Ciri-Ciri Subjek
• Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
Contoh :
1. Juanda memelihara binatang langka
Siapa memelihara? Jawab : Juanda. (maka juanda adalah S sedangkan
memelihara adalah )
Siapa atau apa Binatang langka ? = tidak ada jawaban
2. Meja itu dibeli oleh paman.
Apa dibeli ? = jawab Meja
• Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara
subyek dan predikat)
Contoh : Anak itu mengambil bukuku
SP
2 Ciri-Ciri Predikat
• Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa.
Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabannya.
Perhatikan pada Subyek diatas. Subyek dan predikat ditentukan secara bersama-sama.
• Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat demikian itu
terutama digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat.
• Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti
telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva.
Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata
yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
3 Ciri-Ciri Objek
Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak
memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-
ciri objek ini sebagai berikut.
• Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
• Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif
menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba
predikatnya.
• Didahului kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat
menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
4 Ciri-Ciri Pelengkap
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat
pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek
kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
• Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan
pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat
berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak
mendahului predikat.
• Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
b. Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)
5 Ciri-Ciri Keterangan
Ciri keterangan adalah dapat dipindah –pindah posisinya . perhatikan contoh berikut:
Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu.
SPOK
Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue .
Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue.
Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan
keterangan.

Kalimat Verbal dan Nominal


1. Kalimat verbal. yaitu kalimat yang predikatnya kata kerja.
Contoh:
• Adik tidur.
• Dia tidak melamun, tetapi berpikir,
2. Kalimat nominal, yaitu Kalimat yang predikatnya bukan kata kerja.
• Nartosabdo dalang.
• Mereka murid-murid kebanggaan.
• Pelajar di sekolah ini hampir semuanya rajin dan disiplin

Frase
Frase adalah bagian kalimat yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi
batas fungsi.
Artinya satu frase maksimal hanya menduduki gatra subjek (S), predikat (P) atau
objek (O) atau keterangan (K).
Frase dibedakan atas:
a. Frase endosentris, ada dua macam:
1. Endosentris koodinatif (setara), yaitu frase yang setidaknya memiliki dua inti.
Misalnya: meja kursi, maju mundur, bapak ibu.
2. Endosentris atributif (frase bertingkat), yaitu frase yang terdiri atas unsur inti
(Diterangkan/D) dan unsur penjelas (Menerangkan/M).
Misalnya: pegawai negeri,perusahaan rokok, tidak pergi
Frase bertingkat mempunyai pola
DM, MD dan MDM( dalam frase bertingkat hanya ada satu unsur inti (D) sedangkan
penjelasnya boleh lebih dari satu.
Contoh:
baju baru
DM
anak manis
DM
sebatang rokok kretek
MDM
sebuah rumah mewah
MDM
seorang guru
MD
sepotong roti
MD
2. Frase eksosentris.
sebuah susunan yang merupakan gabungan dua kata (atau lebih) yang menunjukkan bahwa
kelas kata dari perpaduan itu tidak sama dengan kelas kata dari salah satu(atau lebih) unsur
pembentukannya.
Contoh :
dari (kata depan) sekolah (kata benda),dari sekolah (kata keterangan)
yang (kata tugas) memimpin (kata kerjayang memimpin(kata benda)
Menurut jenis kata, frase dibedakan:
-frase nominal (kata benda)
-frase verbal (kata kerja)
-frase adjektival (kata sifat)
-frase numeralia (kata bilangan)
-frase adverbial(kata keterangan)
-frase preposisional (kata depan)

Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama


1. Paragraf deduktif
Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik
kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.
Contoh :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu
harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia
memaksa menggunakannya membuka usaha baru.
Keterangan :Kalimat yang tercetak miring sebagai pokok pikiran sedangkan yang lain
sebagai penjelas.
2. Paragraf Induktif
Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri
dengan kalimat topik
Contoh
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa
bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancar. Informasi tersendat-
sendat. Memang bahasa alat komunikasi yang penting, efektif, dan efisien.
3. Paragraf Campuran
Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik
kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.
Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf.
Contoh 1
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa
pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana
komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia
tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
2. MACAM-MACAM POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF
1. Pengembangan Umum-Khusus
Paragraf yang dimulai dengan pikiran pokok kemudian diikuti oleh pikiran-pikiran penjelas
Contoh:
Pada waktu menulis surat kita harus tenang. Kalau sedang sedih, bingung, kesal, atau marah
kita jangan menulis surat. Kesedihan, kebingungan, kekesalan, dan kemarahan itu akan
tergambar dalam surat kita. Mungkin akan tertulis kata-kata yang kurang terpikir, terburu
nafsu, dan dapat merusak suasana.
2. Pengembangan Khusus-Umum
Paragraf yang dimulai dengan pikiran-pikiran penjelas kemudian diikuti oleh pikiran pokok
atau kesimpulan.
Contoh
Dengan bahasa, manusia dapat menyampaikan bermacam-macam pikiran dan perasaan
kepada sesama manusia. Dengan bahasa pula, manusia dapat mewarisi dan mewariskan
semua pengalaman dan pengetahuannya. Seandainya manusia tidak berbahasa, alangkah
sunyinya dunia ini. Memang bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

Kalimat Langsung dan Tak Lansung


Kopentensi :
1. Siswa dapat menuliskan kalimat langsung dengan benar.
2. Siswa dapat mengubah kalimat langsung ke tak langsung atau sebaliknya
3. Siswa dapat menggunakan dengan tepat dalam kehidupan sehari-hari
Kalimat langsung adalah : Kalimat hasil kutipan pembicaaraan seseorang persis seperti apa
yang dikatakannya.
Contoh :
Kata Desmon,” Anggel nanti pulangnya saya antar!”
“Anggel Nanti pulangkanya kamu saya antar ya?” kata Desmon.
Kata Desmon disebut kalimat pengiring.
Jikapengiring di belakang perhatikan tanda baca sebelum tanda kutib( Jika kalimat tanya
dan perintah sebelum tanda kutib menggunakan tanda ? atau ! jika kalimat berita
menggunakan koma. Selain itu Huruf awal di pengiring huruf kecil perhatikan contoh
berikut.
1. ” Kapan bukuku kamu kembalikan?“ tanya Samid.
2. ” Belikan saya mobil baru!“ pinta Tria.
3. ” Saya akan datang nanti malam,“ kata Hamid.
Perubahan Kalimat Langsung ke Tak Langsung
Dalam perubahan bentuk ini perhatikan perubahan kata gantinya:
Langsung —>Tak Lansung
Saya —-> Dia
Kamu —–> Saya
Kalian —–> Kami
Kami —–> Mereka
Kita —–> Kami
Ada alternatif lain agar tidak menghafal :
Caranya Posisikan diri anda menjadi orang yang diajak bicara setelah itu informasikan
kepada orang ketiga.
Contoh : Kata Dhani,” Coba kamu bantu saya menyelesaikan tugas ini!”
Maka anda menjadi orang yang diajak bicara Dhani,
Setelah itu ada orang lain yg bertanya : Dhani tadi bicara apa?
jawab: Dhani mengatakan supaya saya membatu dia menyelesaikan tugas.
Jawaban anda itulah kalimat tak langsungnya.
Selamat mencoba.
1. Paman mengatakan,” Pulanglah kalian secepatnya karena sebentar lagi hujan turun.”
2. Kata Ketua Rombongan,” Terimakasih atas sambutan kalian kepada kami pada acara
kunjungan kami,”
Kalimat Tak Lansung.
Kalimat menyatakan isi ujaran orang ketiga tanpa mengulang kata-katanya secaraCara
merubah Kalimat tak langsung ke Kalimat langsung.
Contoh :
Webby mengatakan bahwa dia akan datang kerumahku nanti sore.
Untuk merubahnya maka anda harus :
1. Menerka kira-kira Webby bicaranya apa saat itu.
2. Ubahlah kembali ke Tak Langsung lagi sebagi cek ulang.
Hasilnya :
Kata Webby,” Saya nanti sore akan kerumahmu.”

Polisemi dan Homonim


Polisemi adalah : Satu kata yang mempunyai makna lebih dari satu.
Contoh :
a. Saya masih punya hubungan darah dengan keluarga Bu Rani.
b. Tubuhnya berlumuran darah setelah kepalanya terbentur tiang listrik.
Perhatikan kata darah pada kalimat a berarti keluarga (makna konotasi), sedangkan darah
pada kalimat b berarti zat merah dalam tubuh kita(Makna denotasi).
Homonim adalah : Dua kata yang bentuk penulisan dan pengucapanya sama tetapi
artinyaberbeda.
Contoh:
a. Saya sudah bisa menyetir mobil. (bisa berarti dapat dan bermakna denotasi)
b. Tetanggaku terkena bisa ular yang mematikan.(artinya racun makna denotasi)

Deskripsi
Contoh paragraf deskripsi
Dari balik tirai hujan sore hari pohon-pohon kepla di seberang lembah itu seperti perawan
mandi basah, segarpenuh gairah,dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang kuyup adalah
rambut basah yang tergerai dan jatuh di belahan punggung. Batng-batang yang ramping dan
meliuk-liuk oleh embusan angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang dan
penuh pesona. Ketika angin tiba-tiba bertiup lebih kencang pelepah-pelepah itu serentak
terjulur sejajar satu arah, seperti tangan-tangan penari yang mengikuti irama hujan, seperti
gadis-gadis tanggung berbanjar dan bergurau di bawah curah pancuran . Pohon-pohon
kelapa itu tumbuh di tanah lereng membuat pemandangan seberang lembah itu seperti
lukisan alam gaya klasik Bali yang terpapar di dinding langit. Selain pohon kelapa yang
memberi kesan lembut dibatang sengon yang lurus dan langsing menjadi garis-garis tegak
berwarna putih dan kuat. Ada beberapa pohon aren dengan daun mudanya yang mulai
mekar kuning dan segar. Ada pucuk pohon jengkol yang berwarna coklat kemerahan, ada
bunga bungur yang unguberdekatan dengan phon dadap dengan kembangnya yang benar-
benar merah. Dan batang-batang jambe rowe sejenis pinang dengan buahnya yang bulat dan
lebih besar, memberi kesan purba pada lukisan yang terpanjang disana.

Teknik Penulisan Deskripsi Sebuah Ruangan (Benda)


• Tentukan sebuah ruangan yang akan dideskripsikan misalnya; ruangan dapur yang ada
seseorang di dalamnya.
• Lakukanlah observasi dengan menggunakan sebanyak mungkin alat indra; mata,
telingan, hidung, kulit (untuk suhu udara), serta lidah jika sempat mencicipi makanan yang
sudah selesai dimasak.
• Mulailah dengan sebuah ‘kesan pertama’ lakukan pengembangan observasi berdasarkan
spasi, menyapu pandangan dari kanan ke kiri, atau dari kiri ke kanan.
• Selipkan beberapa referensi yang diketahui dari pengalaman sebelumnya, misalnya
aroma yang menunjukkan bahwa dapur itu sedang menyiapkan makanan tertentu.
• Pada akhirnya, sediakan satu alinea untuk kembali ke “kesan pertama” tadi, dan cari
upaya untuk mengakhiri tulisan itu misalnya “ koki” dapur memandangi Anda dengan
curiga.

Imbuhan Asing
Imbuhan Asing

Dalam pertumbuhan bahasa Indonesia, banyak imbuhan baru atau serapan dari bahasa
daerah, terutama dari bahasa-bahasa asing. Imbuhan-imbuhan tersebut sangat produktif,
lebih banyak tampil dalam surat kabar-surat kabar atau karya ilmiah.
Kopetensi yang harus dimiliki siswa
1. Siswa dapat menentukan jenis Imbuhan Asing.
Contoh perintah soal : Kalimat berikut yang menggunakan ibuhan asing adalah ?
2. Siswa dapat menentukan arti imbuhan asing.
Contoh perintah soal :
a. Nosi (arti ) imbuhan asing pada kalimat berikut adalah….
b. Imbuhan asing yang berarti ………….(misal intesitas) terdapat dalam kalimat.
3. Siswa dapat menggunakan ibuhan asing dengan tepat.
Contoh perintah soal :
a. Penggunaan imbuhan asing “isme yang tepat adalah….
b. Penggunaan imbuhan asing yg tepat terdapat dalam kalimat…

Macam-macam Imbuhan Asing dan maknanya


A. Imbuhan asing dari bahasa Daerah
(1) Awalan tak = tidak
Contoh: tak sadar,tak aktif,tak sosial,dsb.
(2) Awalan serba = seluruhnya/semuanya
Contoh: serba merah, serba susah,dsb.
(3) Awalan tuna = kehilangan sesuatu,ketiadaan, cacad.
Contoh: tuna karya, tuna wisma, tuna susila, dsb.
B. Imbuhan asing dari bahasa Sanskerta
1. Bentuk awalan sebagai berikut:
Awalan maha = sangat/besar, pra = sebelum (= pre), swa = sendiri, dan
dwi = dua, dsb
Contoh:
(a). Para mahasiswa sedang melakukan penelitian di Gunung Merapi.
(b). Zaman prasejarah manusia belum mengenal tulisan.
2. Bentuk akhiran dari bahasa Asing (wan, -man, -wati,i, iah ,isasi, isme, isasi)
Nosi atau arti :
1. Menyatakan orang yang ahli
Misalnya : ilmuwan, rohaniwan, dan budayawan, sastrawan, dsb.
2. Menyatakan orang yang mata pencahariannya dalam bidang tertentu
Misalnya : karyawan, wartawan, dan industriwan
3. Orang yang memiliki sifat khusus
Misalnya : hartawan dan dermawan
4. Menyatakan jenis kelamin
5. Menyatakan sifat contoh alami, badani, insani, hewani, artinya
menyatakan ‘
6. Menyatakan bersifat bersifat, duniawi, manusiawi, dan surgawi,
Dalam mempelajari Imbuhan ini sebagian siswa belajar dengan cara menghafal arti maupun
fungsinya . Perhatikan cara mencari fungsi imbuhan dan arti imbuhan berikut.
Cara mencari arti imbuhan
Pemerintah sedang menggalakkan program komputerisasi di perkantoran.
Kata computer mendapat imbuhan isasi
Apa nosi /arti isasi pada kata komputerisasi ?
Jawab :
Menyatakan proses.
Pemerintah sedang menggalakkan program computer…… di perkantoran.

Sebenarnya arti atau nosi imbuhan tak ubahnya kita mencari sinonim dari imbuhan
tersebut. Coba kamu cari kata yg tepat untuk mengisi titik-titik itu. (itulah arti imbuhannya)
Bahkan jika soal adalah pilihan ganda anda tinggal memasukkan satu persatu dari jawaban
ke titik-titik itu. NIscaya anda akan menemukan sinonimnya.
Pengecualian Imbuhan.
Sejarah + wan = sejarawan — bukan sejahwan
Rohani + iah = rohaniah —- bukan rohaniiah

Sejarah di akhiri konsonan “h” dan mendapat imbuhan yang diawali Konsonan “w”
Rohani di akhiri vocal “i”dan mendapat imbuhan yang diawali vocal “i”
Jadi jika huruf akhir bertemu dengan akhiran yang sejenis akan luluh salah satunya.

KALIMAT AKTIF DAN PASIF


Kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan atau melakukan perbuatan.Kalimat aktif
Ciri-ciri :
1. Subjeknya sebagai pelaku.
Helsa Situmorang membaca buku. (Helsa sebagai pelaku)
2. Predikatnya berawalan me- atau ber-.
3. Predikatnya tergolong kata kerja aus.
Contoh :
1. Adik membaca buku.
2. Tatang bermain bola.
3. Yuli mandi di kolam renang.
4. Wawan telah membeli buku gambar.
Kalimat Pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau dikenai perbuatan.
Ciri-ciri :
1. Subjeknya sebagai penderita.
2. Predikatnya berawalan di-, ter-, atau ,ter-kan.
3. Predikatnya berupa predikat persona (kata ganti orang, disusul oleh kata
kerja yang kehilangan awalan).
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1. Subjek akan menjadi Objek
2. Predikat berimbuhan me – ~ di-
3. Bila subjeknya berupa kata ganti orang pada kalimat aktif maka predikat pada kalimat
aktif tidak menggunakan awalan di-. Kata ganti orang tersebut diletakkan sebelum predikat
tanpa imbuhan.

Contoh :
1. Andi membaca novel di kamar. (Kalimat aktif)
S P O K
Novel dibaca Andi di kamar. (kalimat pasif)
S P O K
2. Saya menulis cerita di teras rumah. (aktif)
S P O K (kalimat aktif dengan subyek kata ganti orang )
Cerita saya tulis di teras rumah. (pasif)
S O P K (kalimat pasif kata kerja imbuhan di hilangkan)
Saya sudah membeli buku itu. (aktif)
Buku itu sudah kubeli. (pasif)

Belajar Majas atau Gaya Bahasa


Banyak yang mengalami kesulitan yang di alami siswa dalam belajar majas gaya bahasa.
Mengapa ? karena siswa lebih banyak menghafal dan meninjau dari sisi definisi.
Ada cara yang lebih Praktis untuk belajar ini. Perhatikan contoh berikut :
Majas Personifikasi = Membandingkan benda mati seolah-olah hidup
Ombak pantai menyapu gubuk-gubuk di Pantai Parangtritis.
Perhatikan kata kerjanya adalah menyapu
Ombak = benda mati melakukan tindakan menyapu (ombak tidak bisa melakukan itu)
Jadi pada majas ini yg diperhatikan adalah pekerjaan kalau pelaku tidak bisa melakukan
maka Personifikasi.
Coba-coba
Majas perbandingan
1. Alegori: Menyatakan perbandingan secara menyeluruh :
Contoh : Mereka mengarungi bahtera kehidupan.
2. Simile , Asosiasi, perumpamaan : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang
dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti bak,bagai,laksana, umpama, seperti,
tak ubahnya dll.
Contoh : Perilakunya seperti binatang.
Dalam majas ini mempunyai ciri kata hubung diatas, jadi jika menentukan majas carilah
yang menggunakan kata hubung tersebut
3. Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis.
Majas ini biasanya menggunakan ungkapan.
Contoh : Dewi malam leuar dari peraduannya
Pemuda sebagai tunas-tunas bangsa harus bekerja keras.
4. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi
merek, ciri khas, atau atribut.
Dalam majas ini perhatikan menggunakan merek.
Contoh : Ayah ke Jakarta naik Garuda.
Ibu naik honda ke pasar.
5. Litotes: Ungkapan berupa mengecilkan fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh : Silahkan singgah ke gubuk kami. ( gubuk yang di maksud adalah rumah)
Wah, saya ini hanya pelengkap saja.( berperan penting)
6. Hiperbola(melebih-lebihkan) : Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan
sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
Contoh : Suaranya menggema di angkasa.
Mobil itu hancur lebur. (hancur lebur berarti tidak berwujud lagi)
7. Personifikasi: Pengungkapan dengan menyampaikan benda mati atau tidak bernyawa
sebagai manusia.
8. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan
objek.
COntoh : Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.
( batang hidungnya mewakili seluruh tubuh)
9. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya
sebagian.
Contoh : Indonesia bertanding Volly melawan Thailand.
(menyebutkan seakan-akan seluruh bangsa Indonesia bermain
padahal hanya 6 orang yg bermain)
Dalam mengahafal sinekdoce yang terbagi pars pro toto dan tontem pro parte sering terbalik
agar tidak terbalik gunakan trik :
Pars = sebagian artinya sebagian untuk seluruh.
10. Eufimisme (memperhalus pernyataan): Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu
atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
contoh : Maaf bapak ini pendengarannya sudah berkurang.( Orang tersebut tuli)
Mohon ijin ke belakang .(ke WC)

Kalimat majemuk

KALIMAT MAJEMUK
Suatu bentuk kalimat luas hasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga
membentuk satu pola kalimat baru di samping pola yang ada.
Kalimat majemuk dibagi menjadi :
1. 1.Kalimat majemuk setara (koordinatif)
2. 2.Kalimat majemuk rapatan
3. 3.Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif)
4. 4.Kalimat majemuk campuran
A. Kalimat majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah :
Kalimat gabung yang hubungan antar pola-pola kalimat di dalamnya sederajat atau
seharkat.
Ciri-ciri :
1. 1.Kedudukan pola-pola kalimat, sama derajatnya.
2. 2.Penggabungannya disertai perubahan intonasi.
3. 3.Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
4. Pola umum uraian jabatan kata : S-P+S-P

Jenis majemuk Setara


1. Setara Sejalan (kata hubungnya dan, serta, lagi pula dll)
2. Setara memilih
3. Setara berlawanan
4. Setara menguatkan (bahkan)
5. Setara sebab akibat
B. Majemuk Bertingkat.
1. Siswa dapat membuat kalimat majemuk bertingkat
2. Siswa dapat menentukan Kalimat majemuk bertingkat.
1. Membuat Majemuk Bertingkat.
Majemuk bertingkat adalah kalimat luas yang mana perluasannya membentuk klausa
bawahan (anak kalimat)
Cara membuat majemuk bertingkat.
1. Buatlah kalimat tunggal atau kalimat luas terlebih dahulu.
2. Kembangkan salah satu jabatan kalimat menjadi klausa bawahan (anak kalimat )
sesuai dengan anak kalimat apa yg diinginkan
Contoh :
Ansar akan menyunting seorang gadis minggu depan.
S P O K
Kalimat diatas akan dijadikan bertingkat anak O
Ansar akan menyunting Wanita cantik yang bernama Mutia Rahman minggu depan
s p S P Pel K
o

Kata Berimbuhan(Afiks)
Imbuhan(Afiksasi)
Dalam bahasa Indonesia kita mengenal awalan (prefiks), sisipan(infiks) dan Akhiran
(Sufiks)
Dalam pembahasan materi ini kopetensi yang harus diperoleh adalah :
1. Siswa dapat menentukan jenis afiksasi.
2. Siswa dapat mengunakan imbuhan secara tepat dalam kalimat.
3. Siswa dapat menyebutkan arti (nosi).
4. Siswa dapat menyebutkan fungsi afiksasi.
I. Bahasa Indonesia mempunyai banyak imbuhan antara lain:
a. Prefiks ( me,ke,se,di)
b. Infiks (sisipan) contoh: el “tapak -> telapak
c. Konfiks (akhiran) an,kan,nya
NOSI (arti) Afiks
Dalam hal pemberian arti imbuhan saya mencoba memberikan satu konsep mudah-
mudahan bermanfaat. Dalam buku-buku disebutkan banyak arti bahkan satu afiks bisa 10
s.d. 15 nosi.
Contoh:
1. a. Tetanggaku yang cantik itu bersalam setiap masuk rumah.
b. Tetanggaku yang cantik itu ……salam setiap masuk rumah.
c. Tetanggaku yang cantik itu memberi salam setiap masuk rumah.
Nosi ber pada kata bersalam adalah memberi
2. Paman mempunyai peternakan ayam.
Paman mempunya….ternak ayam.
Nosi Per-an adalah tempat
Jadi sebenarnya mencari arti sama halnya mencari pengganti imbuhan “ber” sehingga
kalimat itu menjadi benar.
Fungsi Afiks
Perhatikan kalimat berikut:
Ika Bonita membesarkan anak-anaknya sendirian.
Fungsi me-kan pada kata membesarkan adalah :
Membesarkan “berasal dari kata besar)
besar adalah kata sifat
membesarkan adalah kata kerja
Jadi fungsi me-kan adalah : membentuk kata kerja dari kata sifat.

Contoh-contoh
Surat Lamaran Kerja
dalam Bahasa Indonesia
Di bawah ini diberikan 12 contoh Surat Lamaran Kerja dalam Bahasa Indonesia, yang
mewakili berbagai kondisi dan situasi dari pelamar maupun penerima kerja.
Semoga 12 contoh surat ini dapat membantu anda.
Contoh ke 1.
Cibinong, 6 September 2009
Hal : Lamaran Pekerjaan

Kepada Yth.,
Manajer Sumber Daya Manusia
PT. Hand's Parmantindo
Jl. Raya Bumi Sentoda No. 5
Cibinong

Dengan hormat,
Bpk. Bambang Satrio, seorang asisten editor di PT. Hand's Parmantindo, menginformasikan
kepada saya tentang rencana pengembangan Departemen Finansial PT. Hand's
Parmantindo.
Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankan saya mengajukan diri (melamar kerja) untuk
bergabung dalam rencana pengembangan PT. Hand's Parmantindo.
Mengenai diri saya, dapat saya jelaskan sebagai berikut :
Nama
Tempat & tgl. lahir
Pendidikan Akhir
Alamat
Telepon, HP, e-mail
Status Perkawinan : Florentina Putri
: Probolinggo, 5 Agustus 1979
: Sarjana Akuntansi Universitas Pancasila - Jakarta
: Perum Bojong Depok Baru 1, Blok ZT No.3, Cibinong 16913
: 021 - 87903802, HP = 0817 9854 203, e-mail = putri.flo@gmail.com
: Menikah.
Saat ini saya bekerja di PT. Flamboyan Bumi Singo, sebagai staf akuntasi dan perpajakan,
dengan fokus utama pekerjaan di bidang finance dan perpajakan.
Sebagai bahan pertimbangan, saya lampirkan :
1. Daftar Riwayat Hidup.
2. Foto copy ijazah S-1.
3. Foto copy sertifikat kursus/pelatihan.
4. Pas foto terbaru.
Besar harapan saya untuk diberi kesempatan wawancara, dan dapat menjelaskan lebih
mendalam mengenai diri saya. Seperti yang tersirat di resume (riwayat hidup), saya
mempunyai latar belakang pendidikan, pengalaman potensi dan seorang pekerja keras.
Demikian saya sampaikan. Terima kasih atas perhatian Bapak.

Hormat saya,

Florentina Putri

Contoh ke 2.
Jakarta, 6 September 2009
Hal : Lamaran Pekerjaan

Kepada Yth.,
Manajer Sumber Daya Manusia
PT. Gilland Ganesha
Jl. Raya Kebon Durian No. 11
Jakarta Timur

Dengan hormat,
Sesuai dengan penawaran lowongan pekerjaan dari PT. Gilland Ganesha, seperti yang
termuat di harian Kompas tanggal 4 September 2009. Saya mengajukan diri untuk
bergabung ke dalam Tim Marketing di PT. Gilland Ganesha.
Data singkat saya, seperti berikut ini.
Nama
Tempat & tgl. lahir
Pendidikan Akhir

Alamat
Telepon, HP, e-mail
Status Perkawinan : Benny Kasmanto
: Bukit Tinggi, 19 Februari 1976
: Sarjana Manajemen Universitas Islam As-Syafi'iyah (UIA) - Jakarta
(Konsentrasi Manajemen Pemasaran)
: Perum Bumi Sentosa Blok A.5 Bekasi
: 021 - 87914990, 0815 965 5695, benny_kas07@yahoo.co.id
: Menikah
Saya memiliki kondisi kesehatan yang sangat baik, dan dapat berbahasa Inggris dengan baik
secara lisan maupun tulisan. Latar belakang pendidikan saya sangat memuaskan serta
memiliki kemampuan manajemen dan marketing yang baik. Saya telah terbiasa bekerja
dengan menggunakan komputer. Terutama mengoperasikan aplikasi paket MS Office,
seperti Excel, Word, Acces, PowerPoint, OutLook, juga internet, maupun surat-menyurat
dalam Bahasa Inggris.
Saat ini saya bekerja sebagai staff Marketing di PT. Hilmy Finance. Saya senang untuk
belajar, dan dapat bekerja secara mandiri maupun dalam tim dengan baik.
Sebagai bahan pertimbangan, saya lampirkan :
1. Daftar Riwayat Hidup.
2. Foto copy ijazah S-1 dan transkrip nilai.
3. Foto copy sertifikat kursus/pelatihan.
4. Pas foto terbaru.
Saya berharap Bapak/Ibu bersedia meluangkan waktu untuk memberikan kesempatan
wawancara, sehingga saya dapat menjelaskan secara lebih terperinci tentang potensi diri
saya.
Demikian surat lamaran ini, dan terima kasih atas perhatian Bapak/Ibu.

Hormat saya,

Benny Kasmanto

Kalimat dan Unsur kalimat Bahasa Indonesia


Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian
dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang
akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap,
kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah contoh kalimat secara umum :
- Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama.
- Pergi!
- Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu.
- The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah.
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan
membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek / Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek / Obyek (O)
- Keterangan (K)

Huruf Vokal dan Konsonan dalam Bahasa Indonesia


Dalam Bahasa Indonesia, Huruf dibagi menjadi empat kelompok, yakni :

1. Huruf Vokal atau Huruf Hidup


Huruf Vokal adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru tidak
terkena hambatan atau halangan. Jumlah huruf vokal ada 5, yaitu a, i, u, e, dan o.

2. Huruf Konsonan atau Huruf Mati


Huruf Konsonan adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru
mendapatkan hambatan atau halangan. Jumlah huruf konsonan ada 21 buah, yaitu b, c, d, f,
g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

3. Huruf Diftong atau Huruf vokal Rangkap


Huruf diftong adalah gabungan dua buah huruf vokal yang menghasilkan bunyi rangkap.
Dalam Bahasa Indonesia huruf diftong berbentuk ai, au, dan oi. Contoh : Bangau, Pakai,
Sengau, Perangai, dsb.

4. Huruf Konsonan Rangkap


Gabungan dua huruf konsonan ada 4 buah dalam bahasa indonesia, yaitu : kh, ng, ny, dan
sy. Contohnya : nyamuk, syarat, kumbang, khawatir, dsb.

Huruf dan Aksara dalam Bahasa Indonesia


Huruf adalah sama juga dengan Aksara yaitu unsur dari abjad yang melambangkan bunyi.
Abjad dalam Bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf.
Dua puluh enam (26) Abjad dalam Bahasa Indonesia
1. Huruf A / a dibaca a
2. Huruf B / b dibaca be
3. Huruf C / c dibaca ce
4. Huruf D / d dibaca de
5. Huruf E / e dibaca e
6. Huruf F / f dibaca ef
7. Huruf G / g dibaca ge
8. Huruf H / h dibaca ha
9. Huruf I / I dibaca i
10. Huruf J / j dibaca je
11. Huruf K / k dibaca ka
12. Huruf L / l dibaca el
13. Huruf M / m dibaca em
14. Huruf N / n dibaca en
15. Huruf O / o dibaca o
16. Huruf P / p dibaca pe
17. Huruf Q / q dibaca qi
18. Huruf R / r dibaca er
19. Huruf S / s dibaca es
20. Huruf T / t dibaca te
21. Huruf U / u dibaca u
22. Huruf V / v dibaca ve
23. Huruf W / w dibaca we
24. Huruf X / x dibaca eks
25. Huruf Y / y dibaca ye
26. Huruf Z / z dibaca zet

Suku Kata, Kata, Kalimat


Seperti kita ketahui pada saat kita semua masih berada di bangku Sekolah Dasar (SD), kita
diajarkan oleh bapak / ibu guru kita mengenai Bagaimana cara ber-bahasa Indonesia dengan
benar. Struktur serta tatanan Bahasa Indonesia adalah salah satu yang kita pelajari. Seperti
halnya grammar pada bahasa Inggris, dalam posting kali ini saya akan membahas sedikit
mengenai struktur bahasa Indonesia.

- Kalimat adalah kumpulan / gabungan dari beberapa kata yang membentuk dan
mempunyai struktur atau pola yang berkaitan. ( S + P + O + K )
- Kata adalah bagian terkecil dari kalimat yang terdiri dari kumpulan / gabungan beberapa
suku kata yang terangkai dan mempunyai makna atau arti. ( S ) ( P ) ( O ) ( K )
- Sukukata adalah bagian terkecil dari kata dan yang paling terkecil dari kalimat dan sudah
tidak bisa di uraikan kembali.

A , B , C , D , E , F , …dst adalah merupakan dari sukukata.

Ibu, budi, di, dan, yang, … dst adalah merupakan dari kata.

Ibu Budi pergi ke pasar adalah merupakan dari Kalimat.

Apakah rangkaian kata dibawah termasuk kalimat ?

Ibu budi
(s) (ks)

Dalam kata diatas :

Ibu berperan sebagai subjek sedangkan Budi sebagai keterangan subjek


ya, rangkaian diatas juga merupakan sebagian dari kalimat. Karena terdiri dari 2 kata yang
terdiri dari dua kata yang terangkai menjadi satu makna. Ibu sebagai Subjek yang
diterangkan/dikuatkan oleh Budi sebagai Keterangan Subjek.

Ibu Budi pergi ke pasar


(s) (p) (kt)

Ibu Budi adalah Subjek

Pergi adalah Predikat

Pasar adalah Keterangan Tempat

Predikat adalah kata kerja atau kata yang mewakili suatu pekerjaan atau kegiatan.

TATA KALIMAT
A. Frase
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui
batas fungsi. Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu
a. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya prase
itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
Macam-macam frase:
A. Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1. Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara,
ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek pembinaan dan pengembangan
laki bini belajar atau bekerja
2. Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak
setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang
hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama
dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur
lainnya merupakan atributif.
3. Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan
tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak
Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat
menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi
(Ap).
B. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
C. Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.
1. Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata
nominal
Misalnya: baju baru, rumah sakit
2. Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan
kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
3. Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4. Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
5. Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau
frase sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
D. Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan
maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku
bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1. Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2. Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.
B. Klausa
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai
objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat. Misalnya:
banyak orang mengatakan.
Unsur inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Penggolongan klausa:
1. Berdasarkan unsur intinya
2. Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan
predikat
3. Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat
C. Kalimat
a. Pengertian
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung
pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir.
Contoh: Ayah membaca koran di teras belakang.
b. Pola-pola kalimat
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar
pembentukan kalimat luas itu.
o Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul.
Pola kalimat I disebut kalimat ”verbal”
o Pola kalimat II = kata benda-kata sifat
Contoh: Anak malas. Gunung tinggi.
Pola kalimat II disebut pola kalimat ”atributif”
o Pola kalimat III = kata benda-kata benda
Contoh: Bapak pengarang. Paman Guru
Pola pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini
mengandung kata kerja bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan.
o Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial
D. Jenis Kalimat
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat
(subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur
tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola
kalimat baru.
Kalimat Tunggal Susunan Pola Kalimat
Ayah merokok.Adik minum susu.Ibu menyimpan uang di dalam laci. S-PS-P-OS-P-O-K
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a. Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga
perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.
(subjek pada kalimat pertama diperluas)
b. Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru
mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk
setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1) Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola
kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
a. Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan,
serta, lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
b. Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.
Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
c. Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
2) Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas
sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal
(bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan
dikenal adanya:
a. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
Misalnya: Diakuinya hal itu
PS
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
anak kalimat pengganti subjek
b. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya: Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
anak kalimat pengganti predikat
c. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu.
SPO
Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
anak kalimat pengganti objek
d. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Misalnya: Ayah pulang malam hari
SPK
Ayah pulang ketika kami makan malam
anak kalimat pengganti keterangan
3) Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan
beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.
Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan
menggunakan kendaraan roda empat.
Ketika ia duduk minum-minum
pola atasan
datang seorang pemuda berpakaian bagus
pola bawahan I
datang menggunakan kendaraan roda empat
pola bawahan II
3. Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a. Kalimat inti
Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi
inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
1) Hanya terdiri atas dua kata
2) Kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
3) Tata urutannya adalah subjek mendahului predikat
4) Intonasinya adalah intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan
perubahan atau pergeseran makna laksikalnya..
b. Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga tidak
hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
c. Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas
keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat
transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a. Kalimat Inti. Contoh: Adik menangis.
b. Kalimat Luas. Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan
serius, sewaktu pelajaran matematika.
c. Kalimat transformasi. Contoh:
i) Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah
kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
ii) Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan
merengek kepada ayah untuk dibelikan komputer.
iii) Dengan perubahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik.
iv) Dengan perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?
4. Kalimat Mayor dan Minor
a. Kalimat mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti.
Contoh: Amir mengambil buku itu.
Arif ada di laboratorium.
Kiki pergi ke Bandung.
Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah menunggu kami di rumah
Rati karena kami masih berada di sekolah.
b. Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Diam!
Sudah siap?
Pergi!
Yang baru!
Kalimat-kalimat di atas mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Amir mengambil.
Arif ada.
Kiki pergi
Ibu berangkat-ayah menunggu.
Karena terdapat dua inti, kalimat tersebut disebut kalimat mayor.
5. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singka, jelas,
dan tepat.
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang
terdapat pada kalimat efektif.
Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat
1. kontaminasi= merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
contoh:
diperlebar, dilebarkan diperlebarkan (salah)
memperkuat, menguatkan memperkuatkan (salah)
sangat baik, baik sekali sangat baik sekali (salah)
saling memukul, pukul-memukul saling pukul-memukul (salah)
Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni Sekolah mengadakan
pentas seni (salah)
2. pleonasme= berlebihan, tumpang tindih
contoh :
para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
banyak siswa-siswa (banyak siswa)
saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
3. tidak memiliki subjek
contoh:
Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar) ??
Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
4. adanya kata depan yang tidak perlu
Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
5. salah nalar
waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
gagal lebih untuk subjek bernyawa)
6. kesalahan pembentukan kata
mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
menyetop seharusnya menstop
mensoal seharusnya menyoal
ilmiawan seharusnya ilmuwan
sejarawan seharusnya ahli sejarah
7. pengaruh bahasa asing
Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (seharusnya tempat)
Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)
8. pengaruh bahasa daerah
sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)
.
E. Konjungsi
Konjungsi antarklausa, antarkalimat, dan antarparagraf.
Konjungsi atau kata sambung adalah kata-kata yang menghubungkan bagian-bagian
kalimat, menghubungkan antarkalimat, antarklausa, antarkata, dan antarparagraf.
1. Konjungsi antarklausa
a. Yang sederajat: dan, atau, tetapi, lalu, kemudian.
b. Yang tidak sederajat: ketika, bahwa, karena, meskipun, jika, apabila.
2. Konjungsi antarkalimat: akan tetapi, oleh karena itu, jadi, dengan demikian.
3. Konjungsi antarparagraf: selain itu, adapun, namun.
STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
Kalimat adalah:Satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
suatu pikiran yang utuh . Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain
subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan. Kalimat dikatakan sempurna jika
minimal memliki unsur Subyek dan Predikat.
1. Ciri-Ciri Subjek
• Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
Contoh :
1. Juanda memelihara binatang langka
Siapa memelihara? Jawab : Juanda. (maka juanda adalah S sedangkan
memelihara adalah )
Siapa atau apa Binatang langka ? = tidak ada jawaban
2. Meja itu dibeli oleh paman.
Apa dibeli ? = jawab Meja
¨ Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara
subyek dan predikat)
Contoh : Anak itu mengambil bukuku
SP
2 Ciri-Ciri Predikat
¨ Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa.
Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabannya.
Perhatikan pada Subyek diatas. Subyek dan predikat ditentukan secara bersama-sama.
¨ Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat demikian itu
terutama digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat.
¨ Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti
telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva.
Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata
yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
3 Ciri-Ciri Objek
Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak
memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-
ciri objek ini sebagai berikut.
¨ Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
¨ Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif
menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba
predikatnya.
¨ Didahului kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat
menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
4 Ciri-Ciri Pelengkap
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat
pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek
kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
¨ Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan
pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat
berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak
mendahului predikat.
• Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
b. Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)
5 Ciri-Ciri Keterangan
Ciri keterangan adalah dapat dipindah –pindah posisinya . perhatikan contoh berikut:
Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu.
SPOK
Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue .
Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue.
Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan
keterangan.
KALIMAT MAJEMUK
Suatu bentuk kalimat luas hasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga
membentuk satu pola kalimat baru di samping pola yang ada.
Kalimat majemuk dibagi menjadi :
1. Kalimat majemuk setara (koordinatif)
2. Kalimat majemuk rapatan
3. Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif)
4. Kalimat majemuk campuran
A. Kalimat majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah :
Kalimat gabung yang hubungan antar pola-pola kalimat di dalamnya sederajat atau
seharkat.
Ciri-ciri :
1. .Kedudukan pola-pola kalimat, sama derajatnya.
2. Penggabungannya disertai perubahan intonasi.
3. Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
4. Pola umum uraian jabatan kata : S-P+S-P
Jenis majemuk Setara
1. Setara Sejalan (kata hubungnya dan, serta, lagi pula dll)
2. Setara memilih
3. Setara berlawanan
4. Setara menguatkan (bahkan)
5. Setara sebab akibat
B. Majemuk Bertingkat.
1. Siswa dapat membuat kalimat majemuk bertingkat
2. Siswa dapat menentukan Kalimat majemuk bertingkat.
1. Membuat Majemuk Bertingkat.
Majemuk bertingkat adalah kalimat luas yang mana perluasannya membentuk klausa
bawahan (anak kalimat)
Cara membuat majemuk bertingkat.
1. Buatlah kalimat tunggal atau kalimat luas terlebih dahulu.
2. Kembangkan salah satu jabatan kalimat menjadi klausa bawahan (anak kalimat )
sesuai dengan anak kalimat apa yg diinginkan
Contoh :Ansar akan menyunting seorang gadis minggu depan.
S P O K
Kalimat diatas akan dijadikan bertingkat anak O
Ansar akan menyunting Wanita cantik yang bernama Mutia Rahman minggu depan
s p S P Pel K
o
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran
yang utuh (Arifin& Tasai, 2008: 66). Dalam wujud tulisan kalimat ditandai dengan penggunaan huruf
kapital di awal dan diakhiri tanda baca akhir (tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru). Struktur
kalimat bahasa Indonesia mengenal adanya unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K),
dan pelengkap (pel).

Kalimat dalam ragam resmi setidaknya harus memiliki unsur subjek dan predikat ( Mustakim,
1994: 68). Kalau tidak memiliki sekurangnya dari dua unsur ini, maka pernyataan tersebut hanya
berupa deretan kata atau disebut frasa.

A. Pola Kalimat Dasar


Pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

1) KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.
2) KB + KS : Dosen itu ramah.
3) KB + Kbil : Harga buku itu tiga puluh ribu rupiah.
4) KB + KB : Rustam peneliti.

Pola-pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula digabungkan
sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.

Struktur Kalimat Bahasa Indonesia


B. Jenis Kalimat Berdasar Struktur Gramatikalnya

1. Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Contohnya:

Mahasiswa berdiskusi. (Pola S -- P )

Mereka menonton film. ( Pola S -- P -- O )

2. Kalimat majemuk setara terdiri dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara
dihubungkan dengan kata hubung dan, serta, tetapi, lalu, kemudian, dan atau.

3. Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas klausa bebas dan klausa terikat. Jalinan kalimat ini
menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti
gagasan dituangkan dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu,
sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam
anak kalimat.

Contoh: (anak kalimat)Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas,(induk kalimat) saya akan
membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat yaitu kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau,
sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, sekalipun, bahwa,
dan sebagainya.

4. Kalimat majemuk tidak setara yang berunsur sama

Kalimat majemuk tidak setara dapat dirapatkan apabila unsur-unsur subjeknya sama. Contoh:
Kami sudah lelah.
Kami ingin pulang.
Karena sudah lelah, kami ingin pulang.

5. Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat bertingkat.
Misalnya:Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
POLA DASAR KALIMAT BAHASA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulis, kita sebenarnya tidak mengunakan kata-kata secara lepas. Akan
tetapi, kata-kata itu terangkai mengikuti aturan atau kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata yang dapat
mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau
perasaan itu dinamakan kalimat.
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas.
Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan
kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus
didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini membahas mengenai pola dasar kalimat berdasarkan kaidah-kaidah
yang berlaku.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui tentang pola dasar kalimat bahasa Indonesia.

1.2.2 Tujuan Khusus


Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang :
 Pola dasar kalimat bahasa Indonesia : (pengertian dan unsure-unsur kalimat).

1.3 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini disusun sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Tujuan Penulisan
I.3 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Unsur-unsur kalimat
2.3 Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Kalimat yaitu rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan.
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun
tulisan. Pada kalimat sekurang kurangnya harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Bila tidak memiliki subjek dan
predikat maka bukan disebut kalimat tetapi disebut frasa. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan
keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulaidengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

2.2. Unsur-Unsur Kalimat


Dalam menuliskan kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar maka kita harus ketahui unsur-unsur yang
biasanya dipakai dalam sebuah kalimat. Dalam bahasa Indonesia digunakan aturan SPO atau SPOK (Subjek, Predikat, Objek
atau Subjek, Predikat, Objek, Keterangan).
Berikut beberapa unsur kalimat.
2.2.1 Subjek (S)
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri
subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
Ciri-ciri subjek sebagai berikut.
 Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu
kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.
Contoh : Siwon adalah seorang aktor dan penyanyi.
 Disertai Kata Itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan
kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain tidak disertai kata itu.
Contoh : Buku itu dibeli oleh Kimbum.
 Didahului Kata Bahwa
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi
fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang
menggunakan kata adalah atau ialah.
Contoh :
o Bahwa pengurus SEMA harus segera dibentuk pada rapat hari ini.
o Saya mengatakan bahwa Super Junior adalah boyband favoritku.
 Mempunyai Keterangan Pewatas Yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang.
Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
Contoh : Mahasiswa yang ingin lulus harus mengikuti ujian.
 Tidak Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan
menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
 Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva,
biasanya, disertai kata penunjuk itu.
Contoh : Bermain itu menyenangkan.

2.2.2 Predikat (P)


Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek. Predikat berfungsi menjelaskan subjek.
Ciri-ciri predikat adalah sebagai berikut.
 Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapaatau bagaimana adalah
predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina
penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata
bilangan) atau frasa numeralia.
Contoh :
o Gadis itu cantik.
o Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
 Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur
yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
Contoh : Justin Bieber adalah penyanyi favoritku
 Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh katatidak. Bentuk
pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda
predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
Contoh : Kamu tidak hadir dalam rapat kemarin.
 Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah,sudah, sedang, belum,
dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga
disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
Contoh : Obama akan datang ke Indonesia.
 Unsur Pengisi Predikat
Predikat suatu kalimat dapat berupa:
o Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
o Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).

2.2.3 Objek (O)


Objek yaitu keterangan predikat yang memiliki hubungan erat dengan predikat. Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam
susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek.
Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber-atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba
transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.
Ciri-ciri objek sebagai berikut.
 Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
Contoh : Sinta memberikan Jojo komputer baru.
 Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif
ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan
perubahan bentuk verba predikatnya.
Contoh : Keju itu dimakan tikus.
 Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat
dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
Contoh : Dia mengirimi saya bunga mawar.
 Didahului Kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat
transitif.

2.2.4 Pelengkap (Pel.)


Pelengkap merupakan unsur kalimat yang dapat bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
o Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
o Menempati posisi di belakang predikat.
o Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan
pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
Berikut ciri-ciri pelengkap.
 Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat
disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
o Diah mengirimi saya buku baru.
o Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
 Tidak Didahului Preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi.
Contoh : Sherina bermain piano.

2.2.5 Keterangan (K)


Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan.
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam
kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata,
frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi,
seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai
dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya,jika, dan sehingga.
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
 Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam
struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
 Tidak Terikat Posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati
posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
Contoh :
o Malam ini, Suju akan kembali ke Korea.
o Mereka memperhatikan materi dengan seksama.
 Terdapat Beberapa Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
o Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang
menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa
merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan
waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat,
sesaat, sewaktu, dan ketika.
o Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
o Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai
oleh kata dengan atau secara yang diikuti verba (kata kerja). Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai
oleh kata dengan dan dalam.
o Keterangan Alat
Keterangan cara berupa frasa yang menyatakan cara ditandai oleh kata dengan yang diikuti nomina (kata benda).
o Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh
kata karena atau sebab yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai
oleh konjungtor karena atau lantaran.

o Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi,
sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
o Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda
koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Contoh : Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
o Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi.
Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan
unsur yang diterangkan.
Contoh : Marshanda, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak tebal) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Marshanda.
o Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika
keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contoh: Mahasiswa yang mempunyai IP
tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang
mempunyai IP tiga lebih.

2.3. Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia


Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas.
Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan
kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus
didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi
informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti
penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat
dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.
2.3.1 Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja,
kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
o Mereka / sedang berenang.
S P (kata kerja)
o Ayahnya / guru SMA.
S P (kata benda)
o Gambar itu / bagus.
S P (kata sifat)
o Peserta penataran ini / empat puluh orang.
S P (kata bilangan)
2.3.2 Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat
berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.
S P O
2.3.3 Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam.
S P Pel.
2.3.4 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa
nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa
nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
S P O Pel.
2.3.5 Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh
predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya.
S P K
2.3.6 Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa
nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
S P O K
2.3.7 Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa
nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa
frasa berpreposisi. Misalnya :
Ungu / bermain / musik / di atas panggung.
S P Pel. K
2.3.8 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau
frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau
frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
S P O Pel. K

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan
itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek,
ataupun pelengkap.

3.2 Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini di harapkan agar para pembaca khususnya mahasiswa AKPER Pemda cianjur
dapat lebih mengetahui dan memahami pola dasar kalimat bahasa indonesia. Dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C. (2002) Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan


Penelitian Kualitatif. Bandung: Dunia Pustaka Jaya
Iswara, P.D. (2000) Variasi Pola Kalimat dan Keterbacaannya. Tesis pada Program
Pascasarjana UPI Bandung.
Santoso,Azis.(2008) Penelitian Pola Kalimat Bahasa Indonesia.www.google.com.(2011)
POLA DASAR KALIMAT BAHASA INDONESIA
Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri
dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan.
Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia
Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum
mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan
keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat
dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.
2.3.1 Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini
dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
2.3.2 Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina
atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa
nominal.
2.3.3 Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap
berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam.
S P Pel.
2.3.4 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa
nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
S P O Pel.
2.3.5 Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur
keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya.
S P K
2.3.6 Kalimat Dasar Berpola S P O K
subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa
nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
2.3.7 Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata
sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya :
Ungu / bermain / musik / di atas panggung.
S P Pel. K

2.3.8 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K


subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa
nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
S P O Pel. K
2.4 Jenis Kalimat

• Berdasarkan Pengucapan

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat ini

biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau

kalimat perintah.

2. Kalimat Tak Langsung


Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan

orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah

dirubah menjadi kalimat berita.

• Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu

subjek dan satu predikat. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:

* KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)

Contoh: Victoria bernyanyi

. S P

* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)

Contoh: Ika sangat rajin

. S P

* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)

Contoh: Masalahnya seribu satu.

. S P

Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.

Contoh: Saya siswa kelas VI.

2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.

Contoh:Adik bernyanyi.

2. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan

baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:

1. Kalimat Majemuk Setara (KMS)


Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat

sederajat.

* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau

serta.

Contoh:- Kami mencari bahan dan mereka meramunya.

* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan,

namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan.

Contoh:- Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.

* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau.

Contoh:- Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.

* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan.

Contoh:- Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.

* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu dan

kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.

Contoh:- Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan

nama-nama juara melukis tingkat SMP.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)

Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat

yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat.

Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa utama

(induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut dengan klausa sematan

(anak kalimat).

Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk

bertingkat, yaitu:

1. Waktu : ketika, sejak

2. Sebab : karena, Oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu

3. Akibat : hingga, sehingga, maka

4. Syarat : jika, asalkan, apabila

5. Perlawanan : meskipun, walaupun

6. Pengandaian : andaikata, seandainya

7. Tujuan : agar, supaya, untuk, biar


8. Perbandingan : seperti, laksana, ibarat, seolah-olah

9. Pembatasan : kecuali, selain

10. Alat : dengan+ katabenda: dengan tongkat

11. Kesertaan : dengan+ orang

Contoh:- Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih

dapat mengacaukan data-data komputer itu.

- Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.

- Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.

3. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk

bertingkat atau kebalikannya.

Contoh:- Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.

KMS: Kami berhenti dan langsung pulang.

KMC: Kami berhenti karena hari sudah malam.

- Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.

KMS: Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.

KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.

• Berdasarkan Isi atau Fungsinya

Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain

untuk melakukan sesuatu.

* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.

* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.

* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.

2. Kalimat Berita

Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu.

* Kalimat berita kepastian

Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.

* Kalimat berita pengingkaran


Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.

* Kalimat berita kesangsian

Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.

* Kalmat berita bentuk lainnya

Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.

3. Kalimat Tanya

Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau

reaksi (jawaban) yang diharapkan. Contoh:- Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai

dengan disainnya?

4. Kalimat Seruan

Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang

kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi

dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.

Contoh:- Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.

• Berdasarkan Unsur Kalimat

Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Lengkap

Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subyek

dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.

Contoh :- Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.

S P K

2. Kalimat Tidak Lengkap

Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki

subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap

biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan,

larangan, sapaan dan kekaguman.

Contoh:- Selamat sore

- Silakan Masuk!

• Berdasarkan Susunan S-P

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:


1. Kalimat Inversi

Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kalimat ini

biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.

Contoh:- Ambilkan koran di atas kursi itu!

P S

2. Kalimat Versi

Kalimat versi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan

pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).

Contoh:- Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.

S P O K

- Aku dan dia bertemu di cafe ini.

S P K

• Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)

Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

1. Kalimat Yang Melepas

Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur

utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini

seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan,

kalimat itu sudah bermakna lengkap.

Contoh;- Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang

berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.

2. Kalimat yang Klimaks

Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak

kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca

anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu,

yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa

membentuk ketegangan.

Contoh:- Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga

negara Prancis itu dibebaskan juga.


3. Kalimat yang Berimbang

Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat

majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan

dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.

Contoh:- Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik

berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.

• Berdasarkan Subjeknya

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kaliamat Aktif

Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan.

Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-.

Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan

me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).

Contoh:- Mereka akan berangkat besok pagi.

Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:

1.1 Kalimat Aktif Transitif

Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat

pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.

Contoh:Eni mencuci piring.

S P O

1.2 Kalimat Aktif Intransitif

Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita (O1).

Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti

dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.

Contoh:- Mereka berangkat minggu depan.

S P K

1.3 Kalimat Semi Transitif


Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan

objek.

Contoh: Dian kehilangan pensil.

S P Pel.

2. Kalimat Pasif

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini

biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata

depan oleh.

Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

2.1 Kalimat Pasif Biasa

Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini

berawalan di-,ter-,ke-an.

Contoh:Piring dicuci Eni.

. S P O2

2.2 Kalimat Pasif Zero

Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan

dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan

akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas

kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku.

Contoh:Ku pukul adik.

. O2 P S

Anda mungkin juga menyukai