Anda di halaman 1dari 17

1. Jelaskan mekanisme pembentukan urin ?

(Anatomi, Fisiologi, Histologi,


dan Biokimia dari organ yang terlibat)

A. Anatomi dan Fisiologi Traktus Urinarius

Traktus urinarius atau yang sering disebut dengan saluran kemih


terdiri dari dua buah ginjal, dua buah ureter, satu buah kandung kemih (
vesika urinaria ) dan satu buah uretra.

GINJAL

Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak dipinggang, sedikit


dibawah tulang rusuk bagian belakang. ( Daniel S, Wibowo, 2005 ) Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri. Mempunyai ukuran
panjang 7 cm dan tebal 3 cm. Terbungkus dalam kapsul yang terbuka
kebawah. Diantara ginjal dan kapsul terdapat jaringan lemak yang
membantu melindungi ginjal terhadap goncangan. (Daniel S Wibowo,
2005).

Ginjal mempunyai nefron yang tiap – tiap tubulus dan


glomerulusnya adalah satu unit. Ukuran ginjal ditentukan oleh sejumlah
nefron yang dimilikinya. Kira – kira terdapat 1,3 juta nefron dalam tiap –
tiap ginjal manusia. (Ganong, 2001 ) Fungsi Ginjal : a. Menyaring dan
membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh. b.
Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan c. Reabsorbsi (penyerapan
kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal d.
Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh e. Menghasilkan zat
hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah
(SDM) di sumsum tulang f. Hemostasis Ginjal, mengatur pH, konsentrasi
ion mineral, dan komposisi air dalam darah. (Guyton, 1996 ).

URETER

Ureter merupakan dua saluran dengan panjang sekitar 25 sampai 30


cm, terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu – satunya
adalah menyalurkan urin ke vesika urinaria. ( Roger Watson, 2002 )

VESIKA URINARIA

Vesika urinaria adalah kantong berotot yang dapat mengempis,


terletak 3 sampai 4 cm dibelakang simpisis pubis ( tulang kemaluan ).
Vesika urinaria mempunyai dua fungsi yaitu : a. Sebagai tempat
penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh. b. Dibantu uretra vesika
urinaria berfungsi mendorong urin keluar tubuh. (RogerWatson, 2002 ).
Didalam vesika urinaria mampu menampung urin antara 170 - 230 ml.
(Evelyn, 2002 ) 4. Uretra Uretra adalah saluran kecil dan dapat
mengembang, berjalan dari kandung kemih sampai keluar tubuh. Pada
wanita uretra pendek dan terletak didekat vagina. Pada uretra laki – laki
mempunyai panjang 15 – 20 cm. ( Daniel S, Wibowo, 2005 )

URETRA

Uretra adalah saluran kecil dan dapat mengembang, berjalan dari


kandung kemih sampai keluar tubuh. Pada wanita uretra pendek dan terletak
didekat vagina. Pada uretra laki – laki mempunyai panjang 15 – 20 cm. (
Daniel S, Wibowo, 2005 )
PEMBENTUKAN URIN

Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar


air ( 96%) air dan sebagian kecil zat terlarut ( 4%) yang dihasilkan oleh
ginjal, disimpan sementara dalam kandung kemih dan dibuang melalui
proses mikturisi. (Evelyn C. Pearce, 2002). Proses pembentukan urin, yaitu

a) Filtrasi

Filtrasi Glomerulus Merupakan proses pertama dalam pembentukan urin. Air,


ion dan zat makanan serta zat terlarut dikeluarkan dari darah ke tubulus
proksimal. Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsula Bowman
harus melewati tiga lapisan yang membentuk membran glomerulus, yaitu
dinding kapiler glomerulus, membran basal dan lapisan dalam kapsula
Bowman. Sel darah dan beberapa protein besar atau protein bermuatan
negative seperti albumin secara efektif tertahan oleh karena ukuran dan
muatan pada membrane filtrasi glomerular. Sedangkan molekul yang
berukuran lebih kecil atau yang bermuatan positif, seperti air dan kristaloid
akan tersaring. Tujuan utama filtrasi glomerulus adalah terbentuknya filtral
primer di tubulus proksimal. (Sherwood, 2006) Dalam keadaan normal,
sekitar 20% plasma yang masuk ke glomerulus difiltrasi dengan tekanan
filtrasi 10 mHg dan menghasilkan 180 L filtrat glomerulus setiap hari untuk
GFR rata-rata 125 ml/menit pada pria dan 160 L filtrate per hari dengan GFR
115 ml/menit untuk wanita. (Sherwood, 2006).

b) Reabsorpsi Tubulus

Reabsorpsi tubulus merupakan proses menyerap zat-zat yang diperlukan tubuh


dari lumen tubulus ke kapiler peritubulus. Proses ini merupakan transport
transepitel aktif dan pasif karena sel-sel tubulus yang berdekatan dihubungkan
oleh tight junction. Berikut ini merupakan zat-zat yang direabsorpsi di ginjal :

 Reabsorpsi glukosa
Glukosa direabsorpsi secara transport aktif di tubulus proksimal.
Proses reabsorpsi glukosa ini bergantung pada pompa Na ATP-ase,
karena molekul Na tersebut berfungsi untuk mengangkut glukosa
menembus membran kapiler tubulus dengan menggunakan energi.

 Reabsorpsi natrium

Natrium yang difiltrasi seluruhnya oleh glomerulus, 98-99% akan


direabsorpsi secara aktif di tubulus. Sebagian natrium 67% direabsorpsi di
tubulus proksimal, 25% direabsorpsi di lengkung Henle, dan 8% di tubulus
distal dan tubulus pengumpul (Sherwood, 2006). Natrium yang direabsorpsi
sebagian ada yang kembali ke sirkulasi kapiler dan dapat juga berperan
penting untuk reabsorpsi glukosa, asam amino, air, dan urea (Corwin, 2009).

 Reabsorpsi air

Air secara pasif direabsorpsi melalui osmosis di sepanjang tubulus.


Sebanyak 80% akan direabsorpsi di tubulus proksimal dan ansa Henle.
Sisanya akan direabsorpsi di tubulus distal dan duktus pengumpul dengan
kontrol vasopressin. (Sherwood, 2006)

 Reabsorpsi klorida

Direabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradien reabsorpsi


aktif dari natrium. Jumlah ion klorida yang direabsorpsi ditentukan oleh
kecepatan reabsorpsi ion natrium. (Sherwood, 2006)

 Reabsorpsi kalium

Kalium difiltrasi seluruhnya di glomerulus, kemudian akan


direabsorpsi secara difusi pasif di tubulus proksimal sebanyak 50%, 40%
kalium akan direabsorpsi di ansa henle pars asendens tebal, dan sisanya
direabsorpsi di duktus pengumpul. (Corwin, 2009)

 Reabsorpsi urea
Urea merupakan produk akhir dari metabolism protein. Ureum akan
difiltrasi seluruhnya di glomerulus, kemudian akan direabsorpsi sebagian di
kapiler peritubulus, dan urea tidak mengalami proses sekresi. Sebagian
ureum akan direabsorpsi di ujung tubulus proksimal karena tubulus
kontortus proksimal tidak permeabel terhadap urea. Saat mencapai duktus
pengumpul, urea akan mulai direabsorpsi kembali. (Sherwood, 2006)

 Reabsorpsi fosfat dan kalsium

Ginjal secara langsung mengatur kadar ion fosfat dan kalsium dalam
plasma. Kalsium difiltrasi seluruhnya di glomerulus, 40% direabsorpsi di
tubulus kontortus proksimal dan 50% direabsorpsi di ansa henle pars
asendens. Dalam reabsorpsi kalsium dikendalikan oleh hormone paratiroid.
Ion fosfat yang difiltrasi, akan direabsorpsi sebanyak 80% di tubulus
kontortus proksimal kemudian sisanya akan diekskresikan ke dalam urin.

c) Sekresi Tubulus
Sekresi adalah proses perpindahan zat dari kapiler peritubulus kembali ke
lumen tubulus. Proses sekresi yang terpenting adalah sekresi ion H+ , K+
dan ion-ion organik. Proses sekresi ini melibatkan transport transepitel. Di
sepanjang tubulus, ion H+ akan disekresi ke dalam cairan tubulus sehingga
dapat tercapai keseimbangan asam-basa. Asam urat dan K+ disekresi ke
dalam tubulus distal. Sekitar 5% dari kalium yang terfiltrasi akan
disekresikan dalam urin dan kontrol ion K+ tersebut diatur oleh hormone
antidiuretik (ADH).

B. Histologi

Ginjal

Ginjal berbentuk seperti kacang merah dengan panjang 10-12 cm dan


tebal 3,5-5 cm, terletak retroperitoneal di sebelah atas rongga abdomen. Ginjal
kanan terletak lebih ke bawah dibandingkan ginjal kiri. Secara histologi ginjal
terbungkus dalam kapsul jaringan lemak dan jaringan ikat kolagen. Organ ini
terdiri atas bagian korteks dan medula yang satu sama lain tidak dibatasi oleh
jaringan pembatas khusus, ada bagian medula yang masuk ke korteks (prosesus
Ferreini) dan ada bagian korteks yang masuk ke medula (kolumna renalis
Bertini). 1,2 Bangunan-bangunan yang terdapat pada korteks dan medula ginjal
adalah 1. Korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan, yaitu Korpus Malphigi
(Korpus renalis) terdiri atas kapsula Bowman dan glomerulus. Bagian sistim
tubulus yaitu tubulus kontortus proksimalis dan tubulus kontortus distal. 2.
Medula ginjal terdiri atas beberapa bangunan yang merupakan bagian sistem
tubulus, yaitu pars ascendens dan descendens ansa Henle, bagian tipis ansa
Henle, duktus koligens, dan duktus papilaris Bellini.
Tubulus Uriniferus

Tubulus uriniferus merupakan unit fungsional terkecil dalam ginjal.


Tubulus uriniferus terdiri dari nefron dan tubulus koligens. Nefron terdiri dari
dua bangunan, korpus renalis dengan tubulus renalis. Korpus renalis terdiri atas
2 macam bangunan yaitu kapsul Bowman dan glomerulus.2 Kapsul Bowman
merupakan pelebaran ujung proksimal saluran keluar ginjal (nefron) yang
dibatasi epitel. Bagian ini diinvaginasi oleh glomerulus. Dinding sebelah luar
disebut lapis parietal (pars parietal) sedangkan dinding dalam disebut lapis
viseral (pars viseralis) yang melekat erat pada glomerulus. Ruang diantara ke
dua lapisan ini sebut ruang Bowman yang berisi cairan ultrafiltrasi. Dari ruang
ini cairan ultrafiltrasi akan masuk ke dalam tubulus kontortus proksimal.1

Glomerulus merupakan bangunan yang berbentuk khas, bundar dengan


warna yang lebih tua daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih
padat. Glomerulus merupakan pembuluh kapiler. Glomerulus ini akan diliputi
oleh epitel pars viseralis kapsul Bowman. Di sebelah luar terdapat ruang
Bowman yang akan menampung cairan ultra filtrasi dan meneruskannya ke
tubulus kontortus proksimal.1

Kapsul Bowman lapis parietal pada satu kutub bertautan dengan


tubulus kontortus proksimal yang membentuk kutub tubular (urinary pole),
sedangkan pada kutub yang berlawanan bertautan dengan arteriol yang masuk
dan keluar dari glomerulus terdapat kutub yang disebut kutub vaskular. Arteriol
glomerular aferent masuk kemudian bercabang-cabang lagi menjadi sejumlah
kapiler yang bergulung-gulung. Pembuluh kapiler ini diliputi oleh sel-sel
khusus yang disebut sel podosit. Sel podosit ini dapat dilihat dengan mikroskop
elektron. Kapiler-kapiler ini kemudian bergabung lagi membentuk arteriol
yang selanjutnya keluar dari glomerulus dan menjadi arteriol glomerular
eferen.2
Aparatus Juksta-Glomerular

Sel-sel otot polos dinding arteriol aferent di dekat glomerulus berubah


sifatnya menjadi sel epiteloid. Sel-sel ini tampak terang dan di dalam
sitoplasmanya terdapat granula yang mengandung enzim renin, suatu enzim
yang diperlukan dalam mengontrol tekanan darah. Sel-sel ini dikenal sebagai
sel juksta glomerular.

Sel-sel juksta glomerular di sisi luar akan berhimpitan dengan sel-sel


makula densa, yang merupakan epitel dinding tubulus kontortus distal yang
berjalan berhimpitan dengan kutub vaskular. Pada bagian ini sel dinding
tubulus tersusun lebih padat daripada bagian lain. Sel-sel makula densa ini
sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion natrium dalam cairan di tubulus
kontortus distal. Menurunnya konsentrasi ion natrium dalam cairan tubulus
kontortus distal akan merangsang sel-sel makula densa (berfungsi sebagai
osmoreseptor) untuk memberikan sinyal kepada sel-sel juksta glomerulus agar
mengeluarkan renin. Sel makula densa dan juksta glomerular bersama-sama
membentuk aparatus juksta-glomerular.

Di antara aparatus juksta glomerular dan arteriol eferen glomerulus


terdapat sekelompok sel kecil-kecil yang terang disebut sel mesangial
ekstraglomerular atau sel polkisen (bantalan) atau sel lacis. Fungsi sel-sel ini
masih belum jelas, tetapi diduga sel-sel ini berperan dalam mekanisma umpan
balik tubuloglomerular. Perubahan konsentrasi ion natrium pada makula densa
akan memberi sinyal yang secara langsung mengontrol aliran darah
glomerular. Sel-sel mesangial ekstraglomerular diduga berperan dalam
penerusan sinyal di makula densa ke sel-sel juksta glomerular. Selain itu sel-
sel ini menghasilkan hormon eritropoetin, yaitu suatu hormon yang akan
merangsang sintesa sel-sel darah merah (eritrosit) di sumsum tulang.

Tubulus Ginjal

Tubulus Kontortus Proksimal

Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir


sebagai saluran yang lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle).
Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid dengan batas-batas yang sukar
dilihat. Inti sel bulat, bundar, biru dan biasanya terletak agak berjauhan satu
sama lain. Sitoplasmanya bewarna kemerahan. Permukaan sel yang
menghadap ke lumen mempunyai mikrovili (brush border). Tubulus ini terletak
di korteks ginjal. Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi
filtrat glomerulus 80-85 persen dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa
natrium. Glukosa, asam amino dan protein seperti bikarbonat, akan
direabsorpsi.

Ansa Henle

Ansa henle terbagi atas 3 bagian yaitu bagian tebal turun (pars
desendens), bagian tipis (segmen tipis) dan bagian tebal naik (pars asendens).
Segmen tebal turun mempunyai gambaran mirip dengan tubulus kontortus
proksimal, sedangkan segmen tebal naik mempunyai gambaran mirip tubulus
kontortus distal. Segmen tipis ansa henle mempunyai tampilan mirip pembuluh
kapiler darah, tetapi epitelnya sekalipun hanya terdiri atas selapis sel gepeng,
sedikit lebih tebal sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat. Selain itu
lumennya tampak kosong. Ansa henle terletak di medula ginjal..

Tubulus kontortus distal

Tubulus kontortus distal berjalan berkelok-kelok. Dindingnya disusun


oleh selapis sel kuboid dengan batas antar sel yang lebih jelas dibandingkan
tubulus kontortus proksimal. Inti sel bundar dan bewarna biru. Jarak antar inti
sel berdekatan. Sitoplasma sel bewarna kebiruan dan permukaan sel yang
mengahadap lumen tidak mempunyai mikrovili.

Tubulus koligen

Saluran ini mempunyai gambaran mirip tubulus kontortus distal tetapi


dinding sel epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat. Di
bagian medula yang lebih ke tengah beberapa tubulus koligen akan bersatu
membentuk duktus yang lebih besar yang bermuara ke apeks papila. Saluran
ini disebut duktus papilaris (Bellini). Muara ke permukaan papil sangat besar,
banyak dan rapat sehingga papil tampak seperti sebuah tapisan (area kribrosa).
Fungsi tubulus koligen adalah menyalurkan kemih dari nefron ke pelvis ureter
dengan sedikit absorpsi air yang dipengaruhi oleh hormon antidiuretik (ADH).

Sawar Ginjal

Sawar ginjal adalah bangunan-bangunan yang memisahkan darah


kapiler glomerulus dari filtrat dalam rongga Bowman. Sawar ini terdiri atas
endotel kapiler bertingkap glomerulus, lamina basal dan pedikel podosit
yang dihubungkan dengan membran celah (slit membran). Sel podosit
adalah sel-sel epitel lapisan viseral kapsula Bowman. Selain badan sel, sel
ini mempunyai beberapa juluran mayor (primer) yang meluas dari
perikarion. Sebuah prosessus primer mempunyai beberapa prosessus
sekunder yang kecil atau pedikel. Pedikel podosit yang berdekatan saling
berselang-seling dalam susunan yang rumit dengan sistem celah yang
disebut celah filtrasi (Slit pores) di antara pedikel. Pedikel-pedikel ini
berhubungan dengan suatu membran tipis disebut membran celah (Slit
membran). Di bawah membran slit ini terdapat membran basal sel-sel sel
endotel kapiler glomerulus.

Guna sawar ginjal ini adalah untuk menyaring molekul-molekul


yang boleh melewati lapisan filtrasi tersebut dan molekul-molekul yang
harus dicegah agar tidak keluar dari tubuh. Molekul-molekul yang
dikeluarkan dari tubuh adalah molekul-molekul yang sudah tidak
diperlukan oleh tubuh, sisa-sisa metabolisme atau zat-zat yang toksik bagi
tubuh. Molekul-molekul ini selanjutnya akan dibuang dalam bentuk urin.2

Ureter

Secara histologi, ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan


adventisia. Lapisan mukosa terdiri atas epitel transisional yang disokong oleh
lamina propria. Epitel transisional ini terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan
bervariasi dalam hal bentuk mulai dari kuboid sampai gepeng. Sel-sel
permukaan ini mempunyai batas cekung pada lumen dan dapat berinti dua. Sel-
sel permukaan ini dikenal sebagai sel payung. Lamina propria terdiri atas
jaringan fibrosa yang relatif padat dengan banyak serat elastin.

Lapisan muskularisnya terdiri atas atas serat otot polos longitudinal


disebelah dalam dan sirkular di sebelah luar (berlawan dengan susunan otot
polos di saluran cerna). Lapisan adventisia atau serosa terdiri atas lapisan
jaringan ikat fibroelsatin. Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang
diproduksi oleh ginjal ke dalam kandung kemih.

Vesika Urinaria
Vesika urinaria terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan
serosa/adventisia. Mukosanya dilapisi oleh epitel transisional yang lebih tebal
dibandingkan ureter (terdiri atas 6-8 lapis sel) dengan jaringan ikat longgar
yang membentuk lamina propria dibawahnya. Tunika muskularisnya terdiri
atas berkas-berkas serat otot polos yang tersusun berlapis-lapis yang arahnya
tampak tak membentuk aturan tertentu. Di antara berkas-berkas ini terdapat
jaringan ikat longgar. Tunika adventisianya terdiri atas jaringan fibroelastik.
Fungsi kandung kemih adalah menampung urin yang akan dikeluarkan
kedunia luar melalui uretra.
Uretra

Panjang uretra pria antara 15-20 cm dan terbagi atas 3 bagian yaitu:

A. Pars Prostatika, yaitu bagian uretra mulai dari muara uretra pada kandung
kemih hingga bagian yang menembus kelenjar prostat. Pada bagian ini
bermuara 2 saluran yaitu duktus ejakulatorius dan saluran keluar kelenjar
prostat.

B. Pars membranasea yaitu bagian yang berjalan dari puncak prostat di


antara otot rangka pelvis menembus membran perineal dan berakhir pada
bulbus korpus kavernosus uretra.

C. Pars kavernosa atau spongiosa yaitu bagian uretra yang menembus


korpus kavernosum dan bermuara pada glands penis.

Epitel uretra bervariasi dari transisional di uretra pars prostatika, lalu


pada bagian lain berubah menjadi epitel berlapis atau bertingkat silindris
dan akhirnya epitel gepeng berlapis tanpa keratin pada ujung uretra pars
kavernosa yang melebar yaitu di fosa navikularis. Terdapat sedikit sel goblet
penghasil mukus. Di bawah epitel terdapat lamina propria terdiri atas
jaringan ikat fibro-elastis longgar.
Pada wanita uretra jauh lebih pendek karena hanya 4 cm panjangnya.
Epitelnya bervariasi dari transisional di dekat muara kandung kemih, lalu
berlapis silindris atau bertingkat hingga berlapis gepeng di bagian ujungnya.
Muskularisnya terdiri atas 2 lapisan otot polos tersusun serupa dengan ureter

C. Biokimia Urin

Komposisi zat-zat dalam urine bervariasi tergantung jenis makanan


serta air yang diminumnya. Urine normal berwarna jernih transparan,
sedang warna urine kuning muda berasal dari zat warna empedu (bilirubin
dan biliverdin). Urin normal pada manusia terdiri dari air, urea, asam urat,
amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam-
garam terutama dapur, dan zat-zat yang berlebihan di dalam darah misalnya
vitamin C dan obat-obatan. Semua cairan dan materi pembentuk urin
tersebut berasal dari darah atau cairan intertisial. Komposisi urin berubah
sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal
glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. (Kus
Irianto, Kusno Waluto, 2004)
 Volume Urin

Mengukur volume urin bermanfaat untuk ikut menentukan adanya


gangguan faal ginjal , kelainan dalam kesetimbangan cairan badan dan
berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi
kuantitatif urin. Volume urin dewasa normal daerah tropis untuk urin 24 jam
berkisar antara 750 ml dan 1250 ml. Faktor yang mempengaruhi jumlah urin
adalah : suhu, iklim, jenis dan jumlah makanan, pekerjaan jasmani,
banyaknya keringat yang dikeluarkan, umur dan luas permukaan badan.
(Gandasoebrata, 2006 )

 Warna Urin.

Warna urin yang dikeluarkan tergantung dari konsentrasi dan sifat


bahan yang larut dalam urin. Warna urin dapat berubah oleh karena : obat –
obatan, makanan, serta penyakit yang diderita. Warna urin normal: Putih
jernih, kuning muda atau kuning. Warna urin berhubungan dengan derasnya
diuresis ( banyak kencing ), lebih besar diuresis lebih condong putih jernih.
Warna kuning urin normal disebabkan antara lain oleh urocrom dan
urobilin. Pada keadaan dehidrasi atau demam, warna urin lebih kuning dan
pekat dari biasa ginjal normal. ( Gandasoebrata, 2006 ) Adanya infeksi
traktus uranius urin akan berwarna putih seperti susu yang disebabkan oleh
bakteri, lemak dan adanya silinder. Warna urin patologis lain adalah :

b.1) Warna kuning coklat ( seperti teh ) penyebabnya adalah bilirubin.

b.2) Warna merah coklat penyebabnya hemoglobinuria dan porpyrin.

b.3) Warna merah dengan kabut coklat penyebabnya darah dengan pigmen–
pigmen darah.

b.4) Warna coklat hitam penyebabnya melanin dan warna hitam disebabkan
oleh pengaruh obat - obatan. (Kee, Joyce LeFever,1997)

 Kekeruhan
Urin yang baru dikemihkan biasanya jernih. Kekeruhan yang timbul bila
urin didiamkan beberapa jam disebabkan oleh berkembangnya kuman
Kekeruhan ringan bisa disebabkan oleh nubecula. Pada infeksi traktus
urinarius, urin akan keruh sejak dikemihkan yang disebabkan lendir, sel
– sel epitel dan lekosit lama – lama mengendap. ( Gandasoebrata, 2006)

 Bau Urin
Biasanya spesifik. Normal baunya tidak keras. Bau khusus pada urin
dapat disebabkan oleh makanan misalnya : jengkol, pete, durian dan
yang disebabkan obat – obatan, misalnya : mentol, terpentin. Pada
karsinoma saluran kemih, urin akan berbau amoniak karena adanya
kuman yang menguraikan ureum dalam urin. ( Gandasoebrata, 2006 )

 Derajat keasaman Urin ( pH )


Derajat keasaman urin harus diukur pada urin baru, pH urin dewasa
normal adalah 4,6 – 7,5. pH urin 24 jam biasanya asam, hal ini
disebabkan karena zat – zat sisa metabolisme badan yang biasanya
bersifat asam. Penentuan pH urin berguna pada gangguan cairan badan
elektrolit serta pada infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh kuman
yang menguraikan ureum. Adanya bakteriurea urin akan bersifat
alkalis.( Gandasoebrata, 2006)

 Berat Jenis Urin


( BJ Urin ) Berat jenis urin yaitu mengukur jumlah larutan yang larut
dalam urin. Pengukuran BJ ini untuk mengetahui daya konsentrasi dan
data dilusi ginjal. Normal berat jenis berbanding terbalik dengan jumlah
urin. Berat jenis urin erat hubungannya dengan diuresis, makin rendah
diuresis makin tinggi berat jenisnya dan sebaliknya. Normal berat jenis
adalah 1003 – 1030. Tingginya berat jenis memberikan kesan tentang
pekatnya urin, jadi bertalian dengan faal pemekat
ginjal.(Gandasoebrata, 2006)

Referensi :

1. Gartner LP, Hiatt JL. Color Textbook of Histology. 3rd ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier; 2006
2. Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II.
Jakarta: EGC
3. Mescher LA. Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas. 12th ed.
California: Lange Medical Publications; 2010
4. Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
5. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai