Dokumen - Tips - Laporan Kasus Miopia Astigmat
Dokumen - Tips - Laporan Kasus Miopia Astigmat
LAPORAN KASUS
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama : Mata kanan dan kiri kabur
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih sejak 1 tahun yang lalu pasien mengeluhkan mata kanan dan
kiri pasien kabur dan sulit untuk melihat pada jarak jauh. Mata yang kanan
dirasakan lebih kabur dari mata kiri. Pasien juga mengeluh kesukaran untuk
melihat saat di tempat kerja. Mata merah (-), nrocos (-). Pusing (-).
Abdomen
Hati : Tidak ada kelainan
Limpa : Tidak ada kelainan
Limfe : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
2
B. Status Oftalmologi
3
tremulan (-), tremulan (-),
neovaskularisasi (-) neovaskularisasi (-)
Bulat, central, reguler, Pupil Bulat, central, reguler,
diameter 3 mm, reflek diameter 3 mm, reflek
cahaya (N +) cahaya (N +)
Jernih Lensa Jernih
Tidak dilakukan Fundus Reflek Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Corpus Vitreum Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tensio Oculi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan System Canalis Tidak dilakukan
Lacrimalis
Tidak dilakukan Tes Flourescin Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Funduscopy Tidak dilakukan
IV. RESUME
Perempuan, 32 tahun datang dengan keluhan penglihatan buram pada kedua mata,
pusing bila melihat jauh. Disarankan oleh perusahaan untuk membuat kacamata
baru. Pasien sudah memakai kacamata sejak SMP.
V. DIAGNOSIS BANDING
- OD miopi
- OS miopi
VI. DIAGNOSIS
- OD Astigmatisme Miopia Simpleks
- OS Astigmatisme Miopia Simpleks
VII. TERAPI
Resep Kacamata
4
OD: S-2,25 C-0,25 A 175
OS: S-0.50 C-0,50 A 175
Jarak pupil 64 mm
IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad vitam bonam bonam
Ad sanam bonam bonam
Ad kosmetikum bonam bonam
Ad fungsionam bonam bonam
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar
sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak
berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina. Miopia berasal dari
bahasa yunani “ muopia” yang memiliki arti menutup mata. Miopia
merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah
“nearsightedness.1,5
Astigmat adalah suatu keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam
mata tidak terpusat pada satu titik saja. Astigmat merupakan kelainan
pembiasan mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang
fokus pada jarak yang berbeda dari bidang sudut. Pada astigmatisma berkas
sinar tidak difokuskan ke retina tetapi di dua garis titik api yang saling
tegak lurus.2,6
Astigmat Myopicus Compositus yaitu dimana sinar-sinar sejajar
yang masuk ke bola mata dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu
orbital akan terbentuk fokus bayangan dua titik di depan retina semua.
Astigmatisme jenis ini, titik fokus dari daya bias terkuat berada di depan
retina, sedangkan titik fokus dari daya bias terlemah berada di antara titik A
dan retina.3,7
II.2 Epidemiologi
Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta
sampai 2,3 milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati
urutan pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke
tahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan
refraksi di Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta
jiwa.4
6
Insidensi miopia dalam suatu populasi sangat bervariasi dalam hal
umur, negara, jenis kelamin, ras, etnis, pekerjaan, lingkungan, dan faktor
lainnya. Prevalensi miopia bervariasi berdasar negara dan kelompok etnis,
hingga mencapai 70-90% di beberapa negara. Sedangkan menurut Maths
Abrahamsson dan Johan Sjostrand tahun 2003, angka kejadian astigmat
bervariasi antara 30%-70%.4
7
Bila semua permukaan refraksi mata dijumlahkan secara aljabar dan
bayangan sebagai sebuah lensa. Susunan optik mata normal akan terlihat
sederhana dan skemanya sering disebut sebagai reduced eye. Skema ini
sangat berguna untuk perhitungan sederhana. Pada reduced eye dibayangkan
hanya terdpat satu lensa dengan titik pusat 17 mm di depan retina, dan
mempunyai daya bias total 59 dioptri pada saat mata melihat jauh. Daya
bias mata bukan dihasilkan oleh lensa kristalinaa melainkan oleh permukaan
anterior kornea. Alasan utama dari pemikiran ini adalah karena indeks bias
kornea jauh berbeda dari indeks bias udara. Sebaliknya, lensa kristalinaa
dalam mata, yang secara normal bersinggungan dengan cairan disetiap
permukaannya, memiliki daya bias total hanya 20 dioptri, yaitu kira-kira
sepertiga dari daya bias total susunan lensa mata. Bila lensa ini diambil dari
mata dan kemudian lingkungannya adalah udara, maka daya biasnya akan
menjadi 6 kali lipat. Sebab dari perbedaan ini ialah karena cairan yang
mengelilingi lensa mempunyai indeks bias yang tidak jauh berbeda dari
indeks bias lensa. Namun lensa kristalinaa adalah penting karena lengkung
permukaannya dapat mencembung sehingga memungkinkan terjadinya
“akomodasi”. 8
Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bayangan
oleh lensa kaca pada secarik kertas. Susunan lensa mata juga dapat
membentuk bayangan di retina. Bayangan ini terbalik dari benda aslinya,
namun demikian presepsi otak terhadap benda tetap dalam keadaan tegak,
tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah
dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal. 8
8
Gambar 1. Perbedaan Indeks Bias
9
merupakan sel-sel yang paling sensitif karena walaupun hanya ada sedikit
cahaya (misalnya hanya ada satu partikel foton) sel-sel ini masih tetap dapat
mendeteksinya. Sel-sel ini juga dapat memproduksi gambar hitam-putih
tanpa memerlukan banyak cahaya. Cone baru berfungsi saat ada cukup
cahaya, misalnya saat siang hari atau saat kita sedang menyalakan lampu
yang terang di dalam ruangan. Cone berfungsi untuk memberikan kita detil-
detil obyek beserta warnanya. Informasi-informasi yang diterima sel-sel rod
dan cone ini kemudian dikirimkan ke sel-sel ganglia (ada sekitar satu juta
sel) dalam retina. Ganglia inilah yang kemudian mengartikan informasi
tersebut dan mengirimkannya ke otak dengan bantuan syaraf optik. 8
Penglihatan binokular adalah kesinkronan penglihatan dengan kedua
mata. Penglihatan binokular ini lebih bersifat stereoskopis dan 3-dimensi.
Banyak faktor juga turut mempengaruhi bagaimana seorang manusia
mempersepsikan apa yang dilihatnya. Misalnya ukuran benda, cahaya di
sekitarnya, intervensi cahaya lain, panjang dan ukuran bayangan, aspek
perspektif, sudut pandang, akomodasi mata, dan usaha konvergensi
penglihatan (agar benda yang dilihat tampak jelas).
Faal penglihatan yang optimal dicapai seseorang apabila benda yang
dilihat oleh kedua mata dapat diterima setajam-tajamnya oleh kedua fovea,
kemudian secara simultan dikirim ke susunan saraf pusat untuk diolah
menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal. Faal penglihatan optimal
seperti tersebut di atas, yang terjadi pada semua arah penglihatan disebut
sebagai penglihatan binokular yang normal.2
Faal penglihatan yang normal dapat membedakan bentuk, warna dan
intensitas cahaya. Visus yang normal dapat terjadi apabila disertai fiksasi
dan proyeksi yang normal pula. Seorang bayi yang baru lahir, hanya dapat
membedakan gelap dan terang, belum ada daya fiksasi. Perkembangan
fovea sentralis terbaik terdapat pada umur 3-6 bulan setelah lahir. Bila
setelah berumur 6 bulan bayi masih terdapat kelainan deviasi, harus segera
diberi tindakan dengan maksud untuk mendapat pembentukan visus yang
10
baik dan juga mempertinggi kemungkinan hasil fungsional untuk melihat
binokular yang baik.2
Agar terjadi penglihatan binokular yang normal, diperlukan
persyaratan utama, berupa :2
1. Bayangan yang jatuh pada kedua fovea sebanding dalam
ketajaman maupun ukurannya, hal ini berarti bahwa tajam
penglihatan pada kedua mata tidak terlalu berbeda sesudah koreksi
dan tidak terdapat aniseikonia, yang baik disebabkan karena
refraksi maupun perbedaan susunan reseptor.
2. Posisi kedua mata dalam setiap arah penglihatan adalah
sedemikian rupa sehingga bayangan benda yang menjadi
perhatiannya akan selalu jatuh tepat pada kedua fovea. Posisi
kedua mata ini adalah resultante kerjasama seluruh otot-otot
ekstrinsik pergerakan bola mata.
3. Susunan saraf pusat mampu menerima rangsangan yang datang
dari kedua retina dan mensintesa menjadi suatu sensasi berupa
bayangan tunggal.
Apabila salah satu dari ketiga persyaratan tersebut di atas tidak dipenuhi,
maka akan timbul keadaan penglihatan binokuler yang tidak normal.
II.4 Etiologi
1. Miopia
Berdasarkan penyebabnya dikenal dua jenis myopia, yaitu:
Myopia aksial, adalah myopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang
lebih panjang dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam hal
ini, panjang fokus media refrakta adalah normal (± 22,6 mm) sedangkan
panjang sumbu orbita > 22,6 mm.
Myopia aksial disebabkan oleh beberapa faktor seperti;
1. Menurut Plempius (1632), memanjangnya sumbu bolamata
tersebut disebabkan oleh adanya kelainan anatomis.
11
2. Menurut Donders (1864), memanjangnya sumbu bolamata tersebut
karena bolamata sering mendapatkan tekanan otot pada saat
konvergensi.
3. Menurut Levinsohn (1925), memanjangnya sumbu bolamata
diakibatkan oleh seringnya melihat ke bawah pada saat bekerja di
ruang tertutup, sehingga terjadi regangan pada bolamata. 2,9
Myopia refraktif, adalah myopia yang disebabkan oleh bertambahnya
indek bias media refrakta.
Pada myopia refraktif, menurut Albert E. Sloane dapat terjadi karena
beberapa macam sebab, antara lain :
1. Kornea terlalu melengkung (< 7,7 mm).
2. Terjadi hydrasi / penyerapan cairan pada lensa kristalinaa sehingga
bentuk lensa kristalinaa menjadi lebih cembung dan daya biasnya
meningkat. Hal ini biasanya terjadi pada penderita katarak stadium
awal (imatur).
3. Terjadi peningkatan indeks bias pada cairan bolamata (biasanya
terjadi pada penderita diabetes melitus). 2,9
Beberapa hal yang mempengaruhi resiko terjadinya myopia, antara lain:
1. Keturunan. Orang tua yang mempunyai sumbu bolamata yang
lebih panjang dari normal akan melahirkan keturunan yang
memiliki sumbu bolamata yang lebih panjang dari normal pula.
2. Ras/etnis. Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan myopia
yang lebih besar (70% – 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika
(30% – 40%). Paling kecil adalah Afrika (10% – 20%).
3. Perilaku. Kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus dapat
memperbesar resiko myopia. Demikian juga kebiasaan membaca
dengan penerangan yang kurang memadai.9
2. Astigmat
Penyebab terjadinya astigmatismus adalah :
12
a. Kornea
Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling
besar adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus,
sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan
pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa
pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata.
Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan
kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea
serta akibat pembedahan kornea.3
b. Lensa Kristalin
Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi
lensa kristalin juga semakain berkurang dan lama kelamaan lensa
kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan
astigmatismus. Astigmatismus yang terjadi karena kelainan pada lensa
kristalin ini disebut juga astigmatismus lentikuler.3
II.5 Klasifikasi
1. Klasifikasi Miopia
Menurut perjalanan myopia:
1. Myopia stasioner, myopia simpleks, myopia fisiologis
Myopia yang menetap setelah dewasa.
2. Myopia progresif
Myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata.
3. Myopia maligna, myopia pernisiosa, myopia degenerative
Myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
ablasi retina atau kebutaan.2
Menurut klinis:
13
1. Simpel myopia: adalah myopia yang disebabkan oleh dimensi
bolamata yang terlalu panjang, atau indeks bias kornea maupun
lensa kristalinaa yang terlalu tinggi.
2. Nokturnal myopia: adalah myopia yang hanya terjadi pada saat
kondisi sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh
mata seseorang bervariasi terhadap level pencahayaan yang ada.
Myopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang membuka
terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga
menimbulkan aberasi dan menambah kondisi myopia.
3. Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan
terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan
pada otot – otot siliar yang memegang lensa kristalinaa. Di
Indonesia, disebut dengan myopia palsu, karena memang sifat
myopia ini hanya sementara sampai kekejangan akomodasinya
dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak boleh buru – buru
memberikan lensa koreksi.
4. Degenerative myopia: disebut juga malignant, pathological,
atau progressive myopia. Biasanya merupakan myopia derajat
tinggi dan tajam penglihatannya juga di bawah normal meskipun
telah mendapat koreksi. Myopia jenis ini bertambah buruk dari
waktu ke waktu.
5. Induced (acquired) myopia: merupakan myopia yang
diakibatkan oleh pemakaian obat – obatan, naik turunnya kadar
gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus lensa, dan
sebagainya.5
Menurut derajat beratnya miopi 2
1. Ringan : lensa koreksinya < 3,00 Dioptri
2. Sedang: lensa koreksinya 3,00 – 6,00 Dioptri.
3. Berat: lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Penderita myopia
kategori ini rawan terhadap bahaya pengelupasan retina dan
glaukoma sudut terbuka.
14
Menurut umur 2
1. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)
2. Youth-onset myopia (< 20 tahun)
3. Early adult-onset myopia (20-40 tahun)
4. Late adult-onset myopia (> 40 tahun).
15
2) Astigmatisme Against The Rule.
Jika meredian horisontal memiliki daya bias lebih kuat dari pada
meredian vertikal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada axis
horisontal atau dengan Cyl + pada axis vertikal.
16
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada tepat pada retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki
angka yang sama.
17
4. Astigmatismus Hypermetropicus Compositus
Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A
berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.
5. Astigmatismus Mixtus.
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak
dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y
menjadi sama - sama + atau -.
18
Jika ditinjau dari arah axis lensa koreksinya, astigmatisme regular ini juga
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Astigmatisme Simetris.
Astigmatisme ini, kedua bolamata memiliki meredian utama yang
deviasinya simetris terhadap garis medial. Ciri yang mudah dikenali
adalah axis cylindris mata kanan dan kiri yang bila dijumlahkan akan
bernilai 180° (toleransi sampai 15°), misalnya kanan Cyl -0,50X45° dan
kiri Cyl -0,75X135°.
2. Astigmatisme Asimetris.
Jenis astigmatisme ini meredian utama kedua bolamatanya tidak memiliki
hubungan yang simetris terhadap garis medial. Contohnya, kanan Cyl -
0,50X45° dan kiri Cyl -0,75X100°.
3. Astigmatisme Oblique.
Adalah astigmatisme yang meredian utama kedua bolamatanya cenderung
searah dan sama - sama memiliki deviasi lebih dari 20° terhadap meredian
horisontal atau vertikal. Misalnya, kanan Cyl -0,50X55° dan kiri Cyl -
0,75X55°.
b. Astigmatisme Irregular.
Bentuk astigmatisme ini, meredian - meredian utama bolamatanya
tidak saling tegak lurus. Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan
oleh ketidakberaturan kontur permukaan kornea atau pun lensa mata, juga
bisa disebabkan oleh adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam
bolamata atau pun lensa mata (misalnya pada kasus katarak stadium awal).
Astigmatisme jenis ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa kacamata atau
lensa kontak lunak (softlens). Meskipun bisa, biasanya tidak akan
memberikan hasil akhir yang setara dengan tajam penglihatan normal.
Jika astigmatisme irregular ini hanya disebabkan oleh
ketidakberaturan kontur permukaan kornea, peluang untuk dapat dikoreksi
dengan optimal masih cukup besar, yaitu dengan pemakaian lensa kontak
19
kaku (hard contact lens) atau dengan tindakan operasi (LASIK,
keratotomy).
Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :
1. Astigmatismus Rendah
Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya
astigmatis-mus rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan
tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat
perlu diberikan.
2. Astigmatismus Sedang
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75
Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata
koreksi.
3. Astigmatismus Tinggi
Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini
sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.
Gejala obyektif:
Myopia simpleks:
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang
relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau
dapat disertai cresen myopia (myopiaic crescent) yang ringan di sekitar
papil syaraf optik.
20
Myopia patologik:
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks
Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-
kelainan pada:
1. Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau
degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi
badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan
keadaan myopia.
2. Papil syaraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia,
papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal.
Kresen myopia dapat ke seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh
papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi
yang tidak teratur
3. Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang
ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula.
4. Retina bagian perifer: berupa degenerasi sel retina bagian perifer.
5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid
dan retina. Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid
tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.
2. Astigmat 3
21
- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan
mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk
memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.
Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan
gejala-gejala sebagai berikut :
- Sakit kepala pada bagian frontal.
- Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya
pende-rita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau
mengucek-ucek mata.
II.7 Diagnosis
Pemeriksaan Untuk Kelainan Refraksi
Uji pinhole
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah
berkurangnya tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau
kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila
ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada
pasien tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila
ketajaman pennglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan
media penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.10
Uji Refraksi
Refraksi Subyektif:
- Optotipe dari Snellen & Trial lens
Metode yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak
pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang
diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan
mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-
masing mata.10
Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan
lensa sferis positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau
20/20 maka pasien dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan
22
pemberian lensa sferis positif menambah kabur penglihatan kemudian
diganti dengan lensa sferis negatif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6,
atau 20/20 maka pasien menderita miopia.10
Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam
penglihatan maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi
astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging technique).11
Contoh Perhitungan Ukuran kacamata
Seseorang dapat normal melihat benda di titik dekat (pp = 25 cm),
tetapi mengalami kelainan pada lensa mata, dimana ia hanya mampu
melihat benda paling jauh pada jarak 2 meter. Agar penglihatannya normal,
orang tersebut ditolong dengan kacamata. Perhitungan ukuran kacamata
yang dipakai sbb:
Jarak terjauh obyek/benda yang mampu dilihat 2 meter, sehingga
jarak bayangan pada kacamata harus berada -2 meter (bayangan maya
berjarak 2 m) S1 = -2 m
P=-0,5 D
Kacamata yang dipakai berkekuatan/daya -0,5 Dioptri
Refraksi Obyektif
- Autorefraktometer (komputer)
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer. 9 Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya
dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini
23
mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan
pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.6
- Streak Retinoskop
Yaitu dengan lensa kerja ∫+2.00D pemeriksa mengamati refleks
fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop
(against movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai
tercapai netralisasi.11
- Keratometri
Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius
kelengkungan kornea.11 Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat
berharga namun mempunyai keterbatasan4
1. Keratometer mengukur 4 titik pada permukaan kornea parasentral
tanpa mengindahkan kornea bagian sentral dan perifer.
24
2. Keratometer menilai secara rata-rata dan simetris pada titik-titik pada
permukaan kornea semimeridien 180 yang ber-lawanan.
3. Hasil pengukuran keratometer sangat tergantung pada zona permukaan
kornea mempunyai nilai radius dan kekuatan refraksi yang berbeda
(zona diameter 4 mm mempunyai kekuatan 36 D dan 2.88 mm
berkekuatan 50 D).
4. Ketepatan ukuran keratometer akan berkurang pada permukaan kornea
sangat landai (flat) dan sangat besar pada kornea yang sangat lengkung
(steep).
Uji Pengaburan
Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam
penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan
berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa
spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan
ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90
derajat yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa
silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan
25
kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi
astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau
semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan
yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan
perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas.10
Gambar 7
Kipas astigmat
http://www.aoa.org/
Dioptri adalah ukuran kekuatan lensa yang diturunkan dari metode aljabar
kalkilasi optis.
II.8 Penatalaksanaan
Sejauh ini yang dilakukan adalah mencoba mencari bagaimana mencegah
kelainan refraksi atau mencegah jangan sampai menjadi parah.3
- Koreksi lensa
Koreksi myopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif,
perlu diingat bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan.
Karena itu, bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar,
seperti pada myopia, kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi dengan
meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata.8
Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata
myopia ditentukan dengan cara trial and error, yaitu dengan mula-mula
26
meletakan sebuah lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih
kuat atau lebih lemah sampai memberikan tajam penglihatan yang terbaik. 8
Pasien myopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil
yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila
pasien dikoreksi dengan -3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6,
demikian juga bila diberi sferis -3.25 dioptri, maka sebaiknya diberikan
koreksi -3.00 dioptri agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik
setelah dikoreksi. 1
Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa
silinder. Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan
dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan
bertambah jelas.3
- Obat -obatan
Beberapa penilitian melaporkan penggunaan atropine dan siklopentolat
setiap hari secara topikal dapat menurunkan progresifitas dari myopia pada
anak-anak usia kurang 20 tahun. 1
- Orthokeratology
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa
kontak, lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi
datar dan menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan
sesuai dengan standar. Tergantung dari respon individu dalam
orthokeratology yang sesekali beruba-ubah, penurunan myopia sampai
dengan 3.00 dioptri pada beberapa pasien, dan rata-rata penurunan yang
dilaporkan dalam penelitian adalah 0.75-1.00 dioptri. Beberapa dari
penurunan ini terjadi antara 4-6 bulan pertama dari program orthokeratology,
kornea dengan kelengkungan terbesar memiliki beberapa pemikiran dalam
keberhasilan dalam membuat pemerataan kornea secara menyeluruh. Dengan
followup yang cermat, orthokeratology akan aman dengan prosedur yang
efektif. Meskipun myopia tidak selalu kembali pada level dasar, pemakaian
lensa tambahan pada beberapa orang dalam beberapa jam sehari adalah
umum, untuk keseimbangan dalam memperbaiki refraksi. 1
27
Beberapa lensa kontak yang didesain secara khusus untuk mengubah
secara maksimal sesuai standarnya. Kekakuan lensa pada kelengkungan
kornea lebih tinggi dari pada permukaan kornea. Hasil yang didapatkan dapat
menurunkan myopia hingga 2.00 dioptri. Orthokeratology dengan beberapa
lensa seragam, dapat mengurangi permukaan kornea yang tidak rata.
Orthokeratology adalah penampilan yang umum pada anak muda walaupun
menggunakan lensa yang kaku tetapi dapat mengontrol myopia, lensa kontak
yang permeable pada anak-anak menjadi pilihan yang disukai. 8
Mengurangi kelengkungan (artinya, membuat kondisinya menjadi lebih
flat/rata) permukaan depan kornea, yang tujuannya adalah mengurangi daya
bias sistem optis bolamata sehingga titik fokusnya bergeser mendekat ke
retina. Metode non operatif untuk ini adalah orthokeratology, yaitu dengan
menggunakan lensa kontak kaku untuk (selama beberapa waktu) memaksa
kontur kornea mengikuti kontur lensa kontak tersebut. 8
Pada astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan dan
pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea
maka dapat dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa
kontak maka permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air
mata.5
Lensa kontak merupakan suatu lensa tipis dari bahan fleksibel (soft
contact lens) atau rigid (rigid gas permeable lens) yang berkontak dengan
kornea. Lensa kontak menmberikan koreksi penglihatan yang lebih baik
dibanding kacamata. Lensa kontak dapat diresepkan untuk mengoreksi
miopia, hiperopia, astigmatisma, anisometropia, anisokonia, afakia, setelah
operasi katarak, atau pada keratokonus. Soft contact lens atau rigid gas
permeable lens dapat mengoreksi miopia, hiperopia, dan presbiopia. Lensa
kontak toric yang memiliki kirvatura berbeda yang disatukan pada permukaan
depan lensa dapat diresepkan untuk mengoreksi astigmatisma. 6,12
28
Gambar 11
Perbedaan soft contact lens dan RGP
http://www.allaboutvision.com/contacts/
29
Gambar 12
soft contact lens
http://www.davidorf.com/los-angeles/latest-news.htm
Gambar 13
Lensa kontak bifokus
http://www.allaboutvision.com/
30
posisi yang tepat dan stabil biasanya lensa ini lebih berat dan memiliki
penanda di bawah. 6,12
Gambar 14
Lensa kontak toric
http://www.davidorf.com/los-angeles/latest-news.htm
3. Gabungan
Terdapat pula lensa kontak yang merupakan gabungan soft
contact lens dan RGP yang memadukan keuntungan keduanya yakni
lebih mudah dipakai dan pertukaran oksigen yang baik.
Gambar 15
Lensa kontak gabungan soft contact lens dan RGP
http://ads.allaboutvision.com/
- Bedah Refraksi
Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:
Radial keratotomy (RK)
31
Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral.
Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah
hasil perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman
dari insisi. Meskipun pengalaman beberapa orang menjalani radial
keratotomy menunjukan penurunan myopia, sebagian besar pasien
sepertinya menyukai dengan hasilnya. Dimana dapat menurunkan
pengguanaan lensa kontak.5
Komplikasi yang dilaporkan pada bedah radial keratotomy seperti
variasi diurnal dari refraksi dan ketajaman penglihatan, silau, penglihatan
ganda pada satu mata, kadang-kadang penurunan permanen dalam koreksi
tajam penglihatan dari yang terbaik, meningkatnya astigmatisma,
astigmatisma irregular, anisometropia, dan perubahan secara pelan-pelan
menjadi hiperopia yang berlanjut pada beberapa bulan atau tahun, setelah
tindakan pembedahan. Perubahan menjadi hiperopia dapat muncul lebih
awal dari pada gejala presbiopia. Radial keratotomy mungkin juga menekan
struktur dari bola mata. 5
Photorefractive keratectomy (PRK)
Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser
pada pusat kornea. Dari kumpulan hasil penelitian menunjukan 48-92%
pasien mencapai visus 6/6 (20/20) setelah dilakukan photorefractive
keratectomy. 1-1.5 dari koreksi tajam penglihatan yang terbaik didapatkan
hasil kurang dari 0.4-2.9 % dari pasien. 5
Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah
photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali
jernih. Pasien tanpa bantuan koreksi kadang-kadang menyatakan
penglihatannya lebih baik pada waktu sebelum operasi. Photorefractive
keratectomy refraksi menunjukan hasil yang lebih dapat diprediksi dari pada
radial keratotomy. 5
- Laser Assisted in Situ Interlameral Keratomilieusis (lasik)
Merupakan salah satu tipe PRK, laser digunakan untuk membentuk kurva
kornea dengan membuat slice (potongan laser) pada kedua sisi kornea.5
32
BAB III
KESIMPULAN
33
DAFTAR PUSTAKA
34