Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Banyak proses industri zat kimia yang didasarkan pada reaksi kesetimbangan,
misalnya pada pembuatan amonia. Agar efisien, kondisi reaksi haruslah
diusahakan sedemikian sehingga menggeser kesetimbangan ke arah produk dan
meminimalkan reaksi balik. Produk yang dihasilkan dalam reaksi kesetimbangan
tidak efektif karena dapat membentuk kembali pereaksi. Menghasilkan produksi
yang maksimal diperlukan pengetahuan untuk menggeser posisi kesetimbangan ke
arah produk.
Pada umumnya reaksi-reaksi kimia tersebut berlangsung dalam arah bolak-
balik (reversible), dan hanya sebagian kecil saja yang berlangsung satu arah. Pada
awal proses bolak-balik, reaksi berlangsung ke arah pembentukan produk, segera
setelah terbentuk molekul produk maka terjadi reaksi sebaliknya, yaitu
pembentukan molekul reaktan dari molekul produk. Ketika laju reaksi ke kanan
dan ke kiri sama serta konsentrasi reaktan dan produk tidak berubah maka
kesetimbangan reaksi tercapai.
Dari semua macam senyawa nitrogen, amonia adalah senyawa nitrogen yang
paling penting. Amonia (NH3) merupakan salah satu senyawa dasar nitrogen
yang dapat direaksikan dengan berbagai senyawa yang berbeda, selain itu proses
pembuatan amonia terbukti ekonomis dan efisiensi yang sampai sekarang terus
ditingkatkan. Sebagian besar amonia diperoleh dengan cara pembuatan sintetis di
pabrik dan sebagian kecilnya diperoleh dari hasil samping suatu reaksi.
Amonia merupakan gas bening pada suhu kamar dengan bau yang tajam dan
titik didihnya -33.5 ℃. Gas ini mudah dikompres, dengan tekanan 10 bar pada
suhu ruang sudah cukup membuatnya menjadi cair untuk maksud transportasi.
Amonia digunakan pada produksi pupuk yang menggunakan amonium nitrat,
amonium sulfat, amonium hidrogen fosfat, karbamida, atau urea. Amonia juga
dimanfaatkan untuk membuat resin, bahan mesiu, sebagai bahan bakar roket,
desinfektan, sebagai zat tambahan pada rokok dan sebagai pelarut dan pendingin
dalam instalasi pendingin.

1
1.2. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia fisika
2. Sebagai informasi mengenai aplikasi kesetimbangan kimia dalam proses
pembuatan amonia
3. Mengetahui Prinsip Kesetimbangan Kimia
4. Mengetahui pengaruh kesetimbangan kimia terhadap proses pembuatan
amonia
5. Mengetahui manfaat kesetimbangan kimia dalam industri pembuatan
amonia
1.3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aplikasi kesetimbangan kimia dalam proses pembuatan
amonia?
2. Bagaimana pengaruh kesetimbangan kimia terhadap proses pembuatan
amonia?
3. Bagaimanakah prinsip kesetimbangan kimia?
4. Bagaimana manfaat kesetimbangan kimia dalam industri pembuatan
amonia?

2
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Penggunaan Proses Haber pada Pembuatan Amonia
Sepanjang abad ke-19, kebutuhan nitrat dan amonia untuk digunakan
sebagai pupuk dan bahan baku industri meningkat pesat. Sumber utama saat itu
adalah deposit tambang niter. Pada awal abad ke-20, telah diprediksi bahwa
cadangan ini tidak dapat memuaskan kebutuhan masa depan. Akhirnya, Fritz
Haber dan Carl Bosch menanggulangi masalah tersebut dengan menggunakan
proses Haber.
Dasar teori dari reaksi sintesis amonia dan uji laboratorisnya merupakan
penelitian Fritz Haber (1908). Usaha pengembangan proses Haber menjadi proses
besar-besaran. Usaha tersebut merupakan tantangan bagi insinyur-insinyur kimia
pada saat itu. Hal ini karena metode tersebut mensyaratkan reaksi kimia dalam
fasa gas pada suhu dan tekanan tinggi dengan katalis yang sesuai. Pekerjaan ini
dipimpin oleh Carl Bosch di Badishe Anilin and Soda Fabrik (BASF). Amonia
pertama kali diproduksi menggunakan proses Haber dalam skala industri pada
tahun 1913 oleh BASF pabrik Oppau di Jerman dengan produksi 30.000 kg NH3
perhari. Proses Haber, disebut juga proses Haber–Bosch, adalah suatu proses
fiksasi nitrogen artifisial dan merupakan prosedur industri utama untuk
produksi amonia yang berlaku saat ini. Proses ini dinamakan demikian setelah
para penemunya, kimiawan Jerman Fritz Haber dan Carl Bosch mengembangkan
proses ini pada paruh pertama abad ke-20. Proses ini mengubah nitrogen (N2)
atmosfer menjadi amonia (NH3) melalui suatu reaksi dengan hidrogen (H2)
menggunakan katalis logam di bawah temperatur dan tekanan tinggi. Beberapa
data relevan mengenai reaksi sintesis amonia adalah:
N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g)
 ΔH = -92.4 kJ

 Suhu = 298 K

 Kp = 6.2 × 105

3
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Prinsip Kesetimbangan Kimia
Pada proses industri, banyak reaksi kimia yang berlangsung dalam arah bolak-
balik (reversible) dan hanya sebagian kecil saja yang berlangsung satu arah. Pada
awal proses bolak-balik, reaksi berlangsung ke arah pembentukan produk, segera
setelah terbentuk molekul produk maka terjadi reaksi sebaliknya, yaitu
pembentukan molekul reaktan dari molekul produk. Ketika laju reaksi ke kanan
dan ke kiri sama dan konsentrasi reaktan dan produk tidak berubah maka
kesetimbangan reaksi tercapai.
Ketika suatu reaksi kimia berlangsung, laju reaksi dan konsentrasi pereaksi
pun berkurang. Beberapa waktu kemudian reaksi dapat berkesudahan, artinya
semua pereaksi habis bereaksi. Namun banyak reaksi tidak berkesudahan dan
pada seperangkat kondisi tertentu, konsentrasi pereaksi dan produk reaksi menjadi
tetap. Reaksi yang demikian disebut reaksi reversible dan mencapai
kesetimbangan. Pada reaksi semacam ini produk reaksi yang terjadi akan bereaksi
membentuk kembali pereaksi. Ketika reaksi berlangsung, laju reaksi ke depan (ke
kanan), sedangkan laju reaksi sebaliknya kebelakang (ke kiri) bertambah, sebab
konsentrasi pereaksi berkurang dan konsentrasi produk reaksi semakin bertambah.
Pada umumnya suatu reaksi kimia yang berlangsung spontan akan terus
berlangsung sampai dicapai keadaan kesetimbangan dinamis. Berbagai hasil
percobaan menunjukkan bahwa dalam suatu reaksi kimia, perubahan reaktan
menjadi produk pada umumnya tidak sempurna, meskipun reaksi dilakukan dalam
waktu yang relatif lama. Umumnya pada permulaan reaksi berlangsung, reaktan
mempunyai laju reaksi tertentu. Kemudian setelah reaksi berlangsung konsentrasi
akan semakin berkurang sampai akhirnya menjadi konstan. Keadaan
kesetimbangan dinamis akan dicapai apabila dua proses yang berlawanan arah
berlangsung dengan laju reaksi yang sama dan konsentrasi tidak lagi mengalami
perubahan atau tidak ada gangguan dari luar.

4
Sebagai contoh reaksi pembuatan amonia dengan persamaan reaksi
kesetimbangan berikut ini :
N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g) ∆H = -92.4 kJ
Tanda ⇄ dimaksudkan untuk menyatakan reaksi dapat balik. Reaksi ke kanan
disebut reaksi maju sedangkan reaksi ke kiri disebut reaksi balik.
3.2. Pergeseran Kesetimbangan
1. Azas Le Chatelier
Pada tahun 1884, Henri Louis Le Chatelier (1850-1936) berhasil
menyimpulkan pengaruh faktor luar terhadap kesetimbangan. Kesimpulan
tersebut kini kita kenal sebagai azas Le Chatelier : Bila terhadap suatu
kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), maka sistem itu akan
mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut. Secara
singkat, azas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai berikut:
Reaksi = -Aksi
Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran ke kiri atau ke
kanan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan
dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengaruh Suhu
Sesuai dengan azas Le Chatelier, jika suhu sistem kesetimbangan dinaikkan,
maka reaksi sistem adalah menurunkan suhu, kesetimbangan akan bergeser ke
pihak reaksi yang menyerap kalor (ke pihak reaksi endoterm). Sebaliknya jika
suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi eksoterm.
 Jika suhu dinaikkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi endoterm.
 Jika suhu diturunkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi eksoterm.
b. Pengaruh Konsentrasi
Sesuai dengan azas Le Chatelier (Reaksi = -aksi), jika konsentrasi salah satu
komponen diperbesar, maka reaksi sistem adalah mengurangi komponen tersebut.
Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu komponen diperkecil, maka reaksi sistem
adalah menambah komponen itu.
 Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
 Jika konsentrasi pereaksi diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke kiri.

5
c. Pengaruh tekanan
Penambahan tekanan dengan cara memperkecil volume akan memperbesar
konsentrasi semua komponen. Sesuai dengan azas Le Chatelier, maka sistem akan
bereaksi dengan mengurangi tekanan. Sebagaimana diketahui, tekanan gas
bergantung pada jumlah molekul dan tidak bergantung pada jenis gas. Oleh
karena itu, untuk mengurangi tekanan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser
ke arah yang jumlah koefisiennya lebih kecil. Sebaliknya, jika tekanan dikurangi
dengan cara memperbesar volume, maka sistem akan bereaksi dengan menambah
tekanan dengan cara menambah jumlah molekul. Reaksi akan bergeser ke arah
yang jumlah koefisiennya lebih besar.
 Jika tekanan diperbesar (volume diperkecil), kesetimbangan akan bergeser ke
arah yang jumlah koefisiennya terkecil.
 Jika tekanan diperkecil (volume diperbesar), kesetimbangan akan bergeser ke
arah yang jumlah koefisiennya terbesar.
d. Pengaruh Katalis
Katalis memperbesar laju reaksi karena menurunkan energi pengaktifan.
Penurunan energi pengaktifan tersebut berlaku untuk kedua arah. Jadi, katalis
akan mempercepat laju reaksi maju sekaligus laju reaksi balik. Oleh karena itu,
penggunaan katalis akan mempercepat tercapainya keadaan setimbang. Suatu
katalis juga penting bagi reaksi yang memerlukan suhu tinggi, karena dengan
suatu katalis reaksi seperti itu dapat berlangsung pada suhu yang rendah. Hal itu
menjadi sangat penting apabila reaksi pada suhu tinggi mengurangi rendemen
hasil reaksi. Meskipun katalis dapat mempercepat pencapaian keadaan setimbang,
namun katalis tidak mengubah komposisi kesetimbangan atau dengan kata
lain katalis tidak mengubah nilai numeris dalam tetapan kesetimbangan. Peranan
katalis adalah mengubah mekanisme reaksi kimia agar cepat tercapai suatu
produk.

6
3.3. Aplikasi Kesetimbangan Kimia dalam Industri Pembuatan Amonia
Persamaan termokimia reaksi sintesis amonia adalah :
N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g) ∆H = -92.4 kJ pada 25oC Kp = 6.2 × 105
Berdasarkan prinsip kesetimbangan, kondisi yang menguntungkan untuk
ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukan NH3) adalah suhu rendah dan tekanan
tinggi. Akan tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu rendah,
bahkan pada suhu 500oC sekalipun. Di pihak lain, karena reaksi ke kanan
eksoterm, penambahan suhu akan mengurangi rendemen.
Proses Haber-Bosch semula dilangsungkan pada suhu sekitar 500oC dan
tekanan sekitar 150-350 atm dengan katalis, yaitu serbuk besi dicampur dengan
Al2O3, MgO, CaO, dan K2O.
1. Pengaruh Suhu dan Tekanan pada Reaksi Kesetimbangan antara Gas Nitrogen
dengan Gas Hidrogen Membentuk Amonia
Tabel 3.1. Rendemen Amonia Hasil Reaksi Nitrogen dengan Hidrogen pada
Berbagai Suhu dan Tekanan. N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g) ∆H = -92.4 kJ

Hasil NH3 (%)


Suhu (℃)
10.0 atm 30.0 atm 50.0 atm 100 atm 300 atm 600 atm 1000 atm

200 50.7 67.6 74.4 81.5 90.0 95.4 98.3

300 14.7 30.3 39.4 52.0 71.0 84.2 92.6

400 3.9 10.2 15.3 25.1 47.0 65.2 79.8

500 1.2 3.5 5.6 10.6 26.4 42.2 57.5

600 0.5 1.4 2.3 4.5 13.8 23.1 31.4

700 0.2 0.7 1.1 2.2 7.3 12.6 12.9

Pada lajur pertama, yaitu percobaan pada suhu tetap 200℃ dengan variasi
tekanan. Data tersebut menunjukkan bahwa semakin besar tekanan, semakin besar
pula persentase amonia. Jadi, dapat dikatakan bahwa penambahan tekanan
menggeser kesetimbangan ke kanan. Kemudian, data pada kolom pertama, yaitu
percobaan pada tekanan tetap sebesar 10 atm dengan suhu yang bervariasi (beda).

7
Data tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu, semakin kecil persentase
amonia. Jadi, dapat dikatakan bahwa penambahan suhu menggeser kesetimbangan
ke kiri.
 Kesetimbangan dikatakan bergeser ke kanan, jika produk bertambah atau
pereaksi berkurang.
 Kesetimbangan dikatakan bergeser ke kiri, jika produk berkurang atau
pereaksi bertambah.
2. Spesifikasi Bahan Baku
Amonia dibuat dari bahan baku gas bumi yang direaksikan dengan udara dan
steam yang diproses pada suhu dan tekanan yang tinggi melalui beberapa
katalisator di dalam pabrik. Bahan baku yag digunakan adalah gas alam yang
mengandung Hidrogen (H2) dan Nitrogen (N2) dengan perbandingan rasio H2 :
N2 = 3 : 1
a. Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku
1) Metana
 Rumus molekul : CH4
 Berat molekul : 16 g/mol
 Titik leleh : -182 °C
 Titik didih : -162 °C
 Densitas : 0.423 g/cm3
 Fase pada 250 °C : gas
2) Nitrogen
Sifat fisis
 Rumus molekul : N2
 Berat molekul : 28.02 g/mol
 Titik didih : -195.8 °C
 Titik lebur : -209.86 °C
 Tekanan kritis : 33.05 atm
 Temperatur kritis : 126 °C
Sifat kimia

8
 Ikatan rangkap tiga nitrogen yang sangat kuat menyebabkan N2 cenderung
inert
 Nitrogen dapat diproduksi dari pencairan dan fraksinasi udara. Hasil yang
diperoleh masih mengandung argon dan oksigen. Sedangkan N2 murni dapat
diperoleh dengan cara dekomposisi thermal dan larutan Natrium azide atau
Barium azide
3) Hidrogen
Sifat fisis
 Rumus molekul : H2
 Berat Molekul : 2.016 g/mol
 Titik didih : -252.6 °C
 Titik lebur : -259.2 °C
 Densitas : 0.08988 g/cm3
Sifat Kimia
 Entalpi pembakaran hidrogen adalah -286 kJ/mol. Hidrogen terbakar menurut
persamaan kimia:
2H2 (g) + O2 (g) → 2H2O (l) + 572 kJ (286 kJ/mol)
 Reaksi dengan halogen
H2 (g) + Cl2 (g) → 2HCl (g)
HCl (g) + air → H+ (aq) + Cl– (aq)
 Dengan Logam Golongan Alkali
2Na (s) + H2 (g) → 2Na + H– (s) + energy
Na + H– (s) + H2O → NaOH (aq) + H2 (g)
4) Gas Alam
 Bentuk : gas
 Komposisi rata-rata gas alam (fraksi mol)
 CH4 : 0.8370
 C2H6 : 0.0495
 C3H8 : 0.0330
 C4H10 : 0.0150

9
 C5H12 : 0.0580
 Sulfur : 25 ppmv (maksimum)
 Hg : 188 ppbw(max)
 Tekanan : 40 atm
 Temperature : 30 oC
 HHV : 950-1200 Btu/SCF
 MW : 19659
 SG : 0.6-0.8
5) Udara
 Komposisi rata-rata udara (fraksi mol) :
 N2 : 0.78084
 O2 : 0.20946
 Ar : 0.00940
 CO2 : 0.00030
 Tekanan : 1 atm
 Suhu : 30 oC
 Humidity : 83%
3. Spesifikasi Produk (amonia)
Sifat fisik amonia
 Rumus molekul : NH3
 Berat molekul : 17.03 g/mol
 Titik didih : -33.45 oC
 Titik beku : -77.7 °C
 Temperatur kritis : 207.5 °C
 Tekanan kritis : 111.3 atm
 Volume kritis : 0.08040 m3
 Densitas ( 0 °C ) : 0.682 g/cc
 Warna : tidak berwarna
 Sifat : berbau tajam
 Kemurnian : 9.40 %

10
 Kelarutan dalam air ( 25 °C ) : 0.94 %
 Kepadatan : 0.73 kg/m3
Sifat kimia amonia
 Amonia dapat membentuk campuran, mudah terbakar dengan udara pada nilai
ambang batas (16.25 % volume)
 Bahaya ledakan amonia akan semakin meluas apabila kontak dengan oksigen
pada temperatur serta tekanan tinggi di atmosfer
Produk Amonia yang dihasilkan terdiri atas dua jenis, yaitu Warm Ammonia
Product (30oC) yang digunakan sebagai bahan baku untuk pabrik urea dan Cold
Ammonia Product (-33 oC) yang disimpan dalam Ammonia Storage Tank.

4. Pembuatan Amonia
Tahap-Tahap Pembuatan Amonia:
Amoniak diproduksi dengan mereaksikan gas Hydrogen (H2) dan Nitrogen (N2)
dengan rasio H2 : N2 = 3 : 1 .
Pada pembuatan amonia yang dilaksanakan pada industri secara garis besar dibagi
menjadi 4 Unit dengan urutan sebagai berikut :
1) Feed Treating Unit dan Desulfurisasi
2) Reforming Unit
3) Purification dan Methanasi
4) Synthesa Loop dan Amoniak Refrigerant

11
5. Kondisi Optimum Pembuatan Amonia (NH3)
Tabel 3.2. Kondisi Optimum Pembuatan Amonia (NH3)
Reaksi :
No Faktor N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g) Kondisi
∆H= -92.4 Kj Optimum

1. Reaksi bersifat eksoterm


2. Pada suhu rendah akan
menggeser kesetimbangan
1. Suhu 400-600oC
kekanan
3. Kendala Reaksi berjalan
lambat

1. Jumlah mol pereaksi lebih


besar dibanding dengan
jumlah mol produk
2. Memperbesar tekanan akan
2. Tekanan menggeser kesetimbangan 150-300 atm
kekanan
3. Kendala Tekanan sistem
dibatasi oleh kemampuan
alat dan faktor keselamatan

Pengambilan NH3 secara terus


3. Konsentrasi menerus akan menggeser _
kesetimbangan ke arah kanan
Fe (besi) dengan
4. Katalis Katalis mempercepat laju campuran
Al2O3KOH dan
reaksi secara keseluruhan
garam lainnya

12
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Pada pembuatan amonia, kondisi reaksi haruslah diusahakan sedemikian
sehingga menggeser kesetimbangan ke arah produk dan meminimalkan reaksi
balik.
2. Ketika laju reaksi ke kanan dan ke kiri sama serta konsentrasi reaktan dan
produk tidak berubah maka kesetimbangan reaksi tercapai.
3. Proses Haber–Bosch mengubah nitrogen (N2) atmosfer menjadi amonia (NH3)
melalui suatu reaksi dengan hidrogen (H2) menggunakan katalis logam di bawah
temperatur dan tekanan tinggi.
4. Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran ke kiri atau ke
kanan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan
adalah pengaruh suhu, pengaruh konsentrasi, pengaruh tekanan, dan pengaruh
katalis.
5. Berdasarkan prinsip kesetimbangan, kondisi yang menguntungkan untuk
ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukan NH3) adalah suhu rendah dan tekanan
tinggi. Akan tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu rendah,
bahkan pada suhu 500oC sekalipun. Di pihak lain, karena reaksi ke kanan
eksoterm, penambahan suhu akan mengurangi rendemen.
6. Semakin besar tekanan, semakin besar pula persentase amonia. Jadi, dapat
dikatakan bahwa penambahan tekanan menggeser kesetimbangan ke kanan.
Semakin tinggi suhu, semakin kecil persentase amonia. Jadi, dapat dikatakan
bahwa penambahan suhu menggeser kesetimbangan ke kiri.
7. Kesetimbangan dikatakan bergeser ke kanan, jika produk bertambah atau
pereaksi berkurang. Kesetimbangan dikatakan bergeser ke kiri, jika produk
berkurang atau pereaksi bertambah.
4.2. Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang
penerapan ilmu kimia fisika dalam proses kimia serta memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun.

13
DAFTAR PUSTAKA
Michael Purba. 2004. Kimia SMA. Jakarta: Erlangga
http://www.jejaringkimia.web.id
https://urip.wordpress.com
https://refdadeliza.wordpress.com

14

Anda mungkin juga menyukai