Laporan Kerja Praktek PT Indonesia Toray Synthetics Tangerang Banten
Laporan Kerja Praktek PT Indonesia Toray Synthetics Tangerang Banten
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
pajak) yang sejak tahun 2009 ditingkatkan menjadi sebesar 16% untuk industri TPT.
Tingkat daya saing TPT China akan lebih kuat lagi dengan adanya penghapusan tarif
bea masuk dari 5% menjadi 0% di tahun 2010 pada saat pemberlakuan CAFTA.
Diperkirakan industri TPT nasional yang berorientasi pada pasar domestik, yang
umumnya terdiri dari industri TPT menengah dan kecil, akan mendapat tekanan berat
dalam bersaing dengan produk TPT China di tingkat pasar dalam negeri.
Mencermati situasi ini, Badan Standarisasi Nasional (BSN) menilai bahwa sektor
industri TPT merupakan salah satu industri nasional yang paling terpengaruh dengan
pemberlakuan CAFTA. Untuk itu, BSN menetapkan sektor ini sebagai sektor
prioritas dalam Gerakan Nasional Penerapan SNI.
Sektor industri tekstil dan produk tekstil memiliki potensi pertumbuhan yang
besar, mengingat sumber daya alam Indonesia yang memadai, serta menyerap banyak
tenaga kerja. Pada tahun 2004, Indonesia berada pada urutan ke-11 dunia untuk
ekspor tekstil dan ke-9 dunia untuk ekspor pakaian. Oleh karenanya, sektor ini
merupakan penghasil devisa terbesar untuk kelompok non-migas.
Tekstil sendiri merupakan suatu barang/benda yang bahan bakunya berasal dari
serat (umumnya adalah kapas, nylon, poliester) yang dipintal (spinning) menjadi
benang dan kemudian dianyam/ditenun (weaving) atau dirajut (knitting) menjadi kain,
setelah dilakukan penyempurnaan (finishing). Bahan baku tekstil dapat berupa serat
alam dan serat buatan. Contoh serat alam (natural fibers) adalah serat nabati (seperti
kapas, linen, ramie, kapok, rosela, jute, sisal, manila, coconut, daun/sisal, dan sabut)
dan serat hewani (seperti wool, sutera, cashmere, llama, unta, alpaca, dan vicuna).
Sedangkan contoh serat buatan (man made fibers) adalah artificial fiber (seperti
rayon, acetate), synthetics fiber (seperti nylon/poliamida), dan mineral (seperti asbes,
gelas, logam).
Khusus untuk Nylon-6 pada dasawarsa terakhir ini tumbuh dengan pesat
mengalahkan Nylon-66 yang sudah terlebih dahulu berkembang. Nylon-6 mempunyai
bahan baku proses yang lebih sederhana dan sifat benang Nylon-6 lebih unggul dalam
pewarnaan, elastisitas dan kestabilan terhadap panas. Hal ini juga dipermudah dengan
ditemukannya bahan baku yang lebih murah selain lactam yakni toluena yang berasal
dari batu bara atau minyak bumi.
Serat sintetik Nylon-6 yang dihasilkan PT. Indonesia Toray Synthetics digunakan
sebagai bahan baku sandang. Mengingat keterbatasan kemampuan akan bahan baku
serat alam, maka prospek maupun peluang pembuatan serat sintetik Nylon-6 sangat
penting pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang.
PT. ITS juga memproduksi tiga macam serat sintetis, yaitu: Nylon Filament Yarn,
Polyester Staple Fibre dan Polyester Filament Yarn.
PT. ITS didirikan pada tanggal 11 Oktober 1971 dengan surat izin Presiden No.
B29/PRES/2/71 tertanggal 26 Februari 1971 dan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia No. 331/M/SK/VI/71 tertanggal 13 Juli 1971.
Perusahaan ini mulai beroperasi pada tanggal 15 Agustus 1973, dengan memproduksi
Nylon Filament Yarn dan Polyester Staple Fibre sebesar 184 ton/bulan, kemudian
bertambah menjadi 610 ton/bulan untuk Nylon Filament Yarn dan 1220 ton/bulan
untuk Polyester Staple Fibre pada tanggal 01 November 1974. Bentuk perusahaannya
adalah Perseroan Terbatas (PT) dengan bentuk permodalan merupakan bentuk
penanaman modal asing (PMA). Sebagai pemegang saham adalah: Toray Industries.
Inc (65,5 %), Mitsui & Co Ltd (19,9 %), PT. Easterntex (14,6 %) dengan modal
usaha sebesar 54,8 Milion US$.
PT.ITS mendirikan kantor pusatnya di Jakarta yaitu di New Summitmas Tower
Lantai 3, Jln. Jend. Sudirman No. 61-62, Jakarta Selatan, Indonesia. Kantor Pusat ini
dibawah pimpinan Presiden Direktur, sedangkan untuk pusat produksi di Tangerang
dipimpin oleh Kepala Pabrik. Lokasi Pabrik berada di Jln. Moch. Toha, Pasar Baru,
Tangerang- Jawa Barat 15112.
Kapasitas produksi untuk setiap produk saat ini adalah, sebagai berikut: Nylon
Filament Yarn dengan kapasiats sebesar 1350 ton/bulan, Polyester Filament Yarn
sebesar 1250 ton/bulan, Polyester Staple Fibre sebesar 6000 ton/bulan. Maka total
produksi untuk semua pabrik adalah 8600 ton/bulan. Dari hasil produksi ini
digunakan untuk kebutuhan konsumen pabrik-pabrik tekstil didalam negeri
sedangkan sekitar 10-20% untuk kebutuhan luar negeri.
sebagian besar konsumen perusahaan sekitar 80% berada di Jawa Barat untuk
pasar nasional.
4. Bahan baku
Untuk memenuhi kebutuhan produksi, penyediaan bahan baku dan bahan
penunjang didukung dengan lokasi perusahaan yang berada ditengah-tengah
pusat perokonomian. Khusus untuk bahan baku utama yaitu kaprolaktam,
daidapatkan dengan cara impor dari beberapa Negara yaitu Jepang, Polandia
dan Jerman. Hal ini didukung dengan lokasi pabrik yang dekat dengan
pelabuhan Merak sehingga memudahkan pengiriman bahan baku.
5. Tenaga Kerja
Tangerang sebagai kotamadya dengan jumlah penduduk berkisar 5 juta jiwa
telah memiliki sarana pendidikan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan
tinggi sehingga kebutuhan akan tenaga kerja ahli dan terampil dengan mudah
dapat terpenuhi. Selain itu, kota Tangerang tidak terlalu jauh dengan kota
Jakarta yang juga memiliki tenaga-tenaga ahli dan terampil.
6. Fasilitas listrik maupun gas mudah didapat meskipun saat ini PT Indonesia
Toray Synthetics memakai BTG (Boiler Turbine Gas).
RESIN
3. Kebakaran
Sempurnakan pencegahan kebakaran dan ledakan
4. Lingkungan
Memajukan tindakan kepatuhan terhadap peraturan lingkungan
5. Kesehatan
Menyempurnakan pengontrolan kesehatan pekerja
6. Lalu lintas
Meniadakan kecelakaan lalu lintas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Polimer
II.1.1 Pengertian Polimer
Polimer adalah makromolekul yang sangat besar yang tersusun dari pengulangan
mata rantai atau sejumlah unit atom yang saling berkaitan dengan unit lain dengan jumlah
atom yang sama.Polimer yang tinggi ini disebut makromolekul yaitu molekul besar yang
dibangun oleh pengulangan satuan kimia yang kecil dan sederhana.Banyaknya mata
rantai dalam satu rantai Nylon disebut Derajat Polimerisasi (DP).
Panjang rantai polimer tergantung pada unit pengulangan atau derajt
polimerisasinya (DP). Berat molekul (BM) suatu polimerisasi adalah hasil kali Derajat
Polimerisasi dengan berat molekukul monomernya. Contoh yang sederhana terlihat pada
poliviil klorida yang mempunyai BM = 63 gram/mol, bila derajat polimerisasinya adalah
1000, maka BM polimernya adalah 63 x 1000 = 63.000 gram/mol. Beberapa polimer
yang digunakan ebagai bahan pembuatan serat (fiber), karet dan plastic mempunyai BM
antara 10.000 sampai 1.000.000.
Monomer adalah molekul tunggal penyusun suatu polimer yang tidak bereaksi
menjadi polimer. Oligomer yaitu fraksi rendah dari sutau polimer (polimer yang
mempunyai DP rendah ) yang keduanya merupakan senyawa tingkat rendah ,dan dapat
dipisahkan dari polimer dengan melarutkanya didalam air pada suhu tinggi. Jumlah
monomer dan oligomer ini tergantung dari temperatur. Proses polimerisasi pada suhu
180oC sekitar 2-3%, 250-270oC sekitar 10-12%.Kimia polimer merupakan bidang yang
sangat penting bukan hanya karena menarik untuk dipelajari tetapi bidang ini berperan
penting dalam ekonomi industri.
Bahan polimer yang ada di kehidupan sehari-hari diantaranya : plastik ,serat film
dan sebagainya. Bahan polimer mempunyai sifat-sifat yang rumit disebabkan oleh jumlah
atom pembentuknya jauh lebih besar disbandingkan dengan senyawa yang mempunyai
berat atom yang rendah.Umunya suatu polimer dibangun oleh satuan struktur yang
tersusun secara berulang-ulang diikat dengan gaya tarik menarik.Adanya gaya tarik
tersebut karena pembentukan ikatan antara lain :
1. Ikatan Kovalen
2. Ikatan Hidrogen
3. Ikatan Van De Waals
- Thermosetting Polimer
Thermosetting polimer adalah polimer yang setelah proses pembentukan tidak
dapat dilebur kemabali dan bila dipanaskan akan terus terurai. Pada pemanasan
akan terbentuk cross link diantara rantai –rantai polimer, tetapi hal ini dapat
diatasi dengan penambahan filer. Contoh polimer thermosetting yaitu phenol
formaldehyde (PF).
Asam amino kaproik inilah yang berfungsi sebagai inisiator proses polimerisasi
selanjutnya .Asam amino kaproik mempunyai dua gugus fungsi dikedua ujungnya
yaitu –NH dan –COOH.Gugus –NH berfungsi sebagai inisiator dan –COOH
berfungsi sebagai katalisator.
xH[HN(CH2)5CO]nOH H[HN(CH2)5CO]xnOH + H2 O
rantai pendek rantai panjang
BAB III
DESKRIPSI PROSES
Sistem proses adalah kumpulan unit proses-proses yang ada di department Nylon
PT. Indonesia Toray Synthrtic dari awal proses, yaitu persiapan bahan baku utama
(Krapolaktam) dan bahan baku penunjang (TiO2 dan MA) sampai bentuk produk Nylon
Filament Yarn). Secara garis besar system proses yang ada di department Nylon PT.
Indonesia Toray Synthrtic dibagi menjadi beberapa unit proses, yaitu:
1. Unit Proses Polymerisasi
2. Unit Proses Depolymerisasi
3. Unit Proses Recovery
4. Unit Proses Spinning
5. Unit Proses After Treatment
PT. Indonesia Toray Synthetic, Tangerang selain memproduksi benang atau
filament juga memproduksi chip nylon-6. Chip ini dihasilkan oleh unit polimerisasi yang
terdiri dari dua macam proses, yaitu secara batch dan continue. Proses batch digunkan
untuk teknologi 1N (Nylon-1) dan 2N (Nylon-2). Sedangkan untuk teknologi 3N (Nylon-
3) dengan proses continue. Pada dasarnya chip 1N dan 2N adalah sama jenisnya, yang
membedakan adalah tahun mulai berproduksi dan kapasitas produksi. Pada chip 1N
dimulai tahunn 1973 dengan kapasitas produksi 9 ton/hari, sedangkan pada chip 2N
dimulai tahun 1975 dengan kapaistas produksi 11 ton/hari.
Nylon chip yang diproduksi oleh PT. Indonesia Toray Synthetic ada 3 maca yaitu:
1. T-200 untuk tipe chip semidull dengan teknologi 3N
2. T-100 / T-300 untuk tipe chip superbright dengan teknologi 1N dan 2N
3. T-700 untuk tipe chip superbright dengan teknologi 1N dan 2N
Selanjutnya chip-chip tersebut diproses lagi pada unit after-treatment atau langsung
dijual ke konsumen dalam bentuk chip.
penunjang dan additive pada teknologi 3N sementara untuk 1N-2N tidak sehingga tidak
melalui proses pada mixing tank dan evaporator.
Unit polymerisasi adalah unit yang menghasilkan chip nylon dari bahan baku
utama (krapolaktam) , bahan penunjang (TiO2 dan MA) melalui beberapa proses:
Bagian Unit Proses Polymerisasi
-Unit polimerisasi 1N dan 2N
Persiapan bahan baku
Feed Tank
-Unit polimerisasi 3N
OG-Chip
Pressure Extraction (PEX) Drying Tower (CTD) FD – Chip Tank
FD-Chip E-Chip
(Acid Pure Lactam) dengan kandungan 100% dan LPL (Liquid Pure Lactam) dengan
kandungan laktam 100%. APL dan LPL masing-masing 10% dari laktam yang masuk
kedalam storage tank. Pemanasan pada tanki penampung ini menggunakan pemanas
listrik dengan temperature 600 – 800C. Dari storage tank laktam ditransfer terpisah
menjadi dua, pertama menuju feed tank untuk proses pengolahan nylon 1N dan 2N
(T=300) dan mixing tank untuk pengolahan nylon 3N (T=200).
Additive
Additive sebagai bahan penunjang pada proses pembuatan polimer 3N adalah
sebagai berikut :
CH3COOH (5%), Na2B4O7 (2%), MnCl2 (1%) dan Demol N (5%) ditansfer menjadi satu
kedalam preparation tank yang dilengkapi dengan agitator yang bertujuan untuk
Pada menara prepolimerisasi untuk proses 3N dilengkapi dengan agitator untuk menjaga
agar campuran antara laktam dengan bahan penunjang (TiO2 dan MA) tetap homogeny,
sementara pada peoses 1N dan 2N tidak ada.
Proses yang terjadi dalam menara prepolimerisasi yaitu, laktam masuk pada
temperatur 1200C. Zona pemanasan pada menara prepolimerisasi dibagi menjadi 2(dua)
yaitu upper dan lower untuk proses 1N dan 2N sedangkan untuk proses 3N terdapat 3
zona pemansan yaitu, upper, middle dan lower. Pemanasan dilakukan pada bagian luar
saja menggunakan jaket yang bertujuan untuk memaksimalkan temperatur reaksi (240-
250 oC). Pembagian zona pemanasan ini selain untuk melekukan pemanasan secara
bertahap juga dimaksudkan untuk melakukan upaya penghematan energi. Media pemanas
menggunakan vapour yang dihasilkan dari pemanasan Dow Therm A (Difenil Fenol Eter)
TS-600 pada Poli-1 Base heater dengan temperatur 2600C sehingga temperatur yang
semula 1200C meninggkat menjadi 2200C. Akibat dari pemanasan tersebut maka akan
terbentuk penguapan laktam. Uap yang terbentuk ini dikontakan dengan total condenser
pada tekanan 141 mmH2O temperature 106,30C dan kondensat yang terbentuk sebagian
direfluk dan sebagianya di transfer lagi ke water pot dengan temperature 400C yang akan
disirkulasikan kembali menuju refluks menggunakan pompa refluks untuk menyemprot
uap laktam. Di dalam refluk, terdapat pall ring yang berfungsi memperbesar luas kontak
uap laktam dengan air yang disemprot.Temperatur inside pada menara prepolimerisasi
dari upper hingga bottom semakin naik (220-259 0C). Hasil dari menara prepolimerisasi
ini selanjutnya akan disalurkan ke menara polimerisasi dengan pompa bertekanan 4,12
kgf/cm2 melalui pipa berjaket yang media pemanasnya adalah Dow Therm A TS-600
berebntuk liquid dengan temperatur 2700C. Pemanasan ini bertujuan untuk menjaga
temperatur polimer dan mencegah terjadinya penggumpalan. Viskositas polimer yang
keluar 2,5 cp. Faktor yang memegang peranan penting dalam reaktor tersebut yaitu
distribusi suhu sehingga reaksi bisa terjadi secara merata.
masuk ke spinneret terlebih dahuli polimer disaring pada polymer filter yang berbentuk
cakram (disc). Fungsi dari spinneret adalah untk mencetak lelehan polimer menjadi
bentuk gut (seperti benang memanjang). Gut yang keluar dari spinneret kemudian
didinginkan secara tiba-tiba dalam Quench Bath dengan temperatur air 9-120C yang
mengakibatkan gut akan mengeras sehingga mudah dipotong menjadi chip. Gut yang
telah mengeras ini kemudian ditarik oleh pineroll menjadi 2 aliran di sisi kanan dan kiri,
yang slenjutnya dipotong-potong dengan menggunaka cutter membentuk OG-Chip
(Original Chip). Apabila terdapat OG-Chip yang berukuran abnormal akan dipisahkan
melalui miscut removal pada proses IN dan 2N, sedangkan pada proses 3N
dmenggunakan miscut catcher. Proses pemisahan ini hanya berbeda pada penambahan
spray pada cutter untuk proses 3N yang bertujuan untuk menjadikan OG-chip menjadi
slurry sehingga dapat membantu transfer chip ke OG tank dengan gaya gravitasi.
Sementara pada proses 1N dan 2N OG-Chip yang abnormal dipisahkan melelui sebuah
filter pada miscut removal, dan hasil chip abnormalnya akan ditampung untuk diolah
kembali pada unit depolimerisasi. Transfer chip pada proses 1N dan 2N ke OG tank
menggunakan bantuan blower. OG-Chip yang dihasilkan pada menara polimerisasi
berukuran diameter 2mm dan panjang 2,6 mm,dengan kandungan air (Mc) 18%,
MO=11% dan viskositas 2,56 – 2,6 cp.
sama, hanya berbeda pad kapasitasnya, untuk PEX-1 sekitar 15.600 kg dan PEX-2 sekitar
26.000 kg.
Aliran proses yang terjadi pada menara ekstraksi adaah sebagai berikut, OG-chip
yang telah dipisahkan dari OG-chip yang abnormal akan dimasukkan ke dalam OG-tank
yang selanjutnya ditransfer menuju OG Feed tank. Sebelum memasuki feed tank OG-
Chip terlebih dahulu melewati separator untuk memisahkan chip dengan air. OG-chip
ditransfer ke PEX (Pressure Extraction) melalui OG-preheater dengan setting temperatur
115-1200C. Pada PEX terdapat 3 (tiga) zona pemanasan yaitu : upper (120-1220C),
middlle (110-112oC), dan lower (102-104oC).Pemanasan pada PEX menggunakan steam
dan juga dialirkan N2 untuk mencegah oksidasi. Proses ekstraksi akan dilakukan secara
counter current, dimana chip akan di spray dari atas menara ekstraksi dan air dari bawah.
Air yang digunakan untuk ekstraksi ini terlebih dahulu ditambahkan Hidrain (A3) yang
berfungsi untuk mencegah penggumpalan. Chip yang dihasilkan pada proses ekstraksi ini
disebut sebagai E-chip (Extract Chip) dengan kandungan MC (moist content) ± 13 % dan
MO (monomer oligomer) ± 1,3 %
Setelah proses ekstraksi selesai, pada proses di PEX-1 chip akan ditransfer ke dalam
discharge tank menggungakan screw yang digerakkan oleh motor. Dari discharge tank E-
chip akan ditransfer menuju drain tank yang dibantu dengan pure water yang
dipompakan dari water receiver tank. Sebelum masuk ke drain tank, terlebih dulu chip
dilewatkan separator dan centrifuge untuk memisahkan air.
Sementara itu, proses transfer E-chip dari PEX-2 Chip akan dimasukkan kedalam
chip charge tank yang ditambahkan dengan pure water dari unit utility dan air dari unit
recovery untuk membantu transfer chip menuju Continue Tower Dryer (CTD). Air over
flow dari chip charge tank dialirkan ke extracted water tank untuk digunakan pada
transfer chip keluar dari PEX, sebagian lagi dialirkan ke heater untuk proses ekstaksi. Air
over flow dari PEX-2 sebagian masuk ke separator untuk mendorong chip yang masih
tertinggal dan kemudian dimasukan ke dalam feed tank. Air pengekstraksi masuk dalam
keadaan panas (1050C) agar ekstraksi berjalan dengan baik.
dan centrifuge untuk memisahkan chip dari air. Pada tower dryer chip dari PEX masuk
dari atas tower dan dikeringkan dengan N2 panas yang berasal dari unit utilitas dan
disirkulasikan pada tower dryer terdapat 3 (tiga) zona pemanasan yaitu : Upper (100oC),
Middle (106oC),dan lower (65oC), dari pemanasan akan terbentuk uap air. Uap air yang
terbentuk dan gas N2 kemudian dilewatkan melalui scrubber yang berfungsi untuk
mendinginkan gas N2 sekaligus menghilangkan kotoran yang terbawa. Gas N2 dari
scrubber akan dilewatkan demister yang berfungsi menyaring uap air. Dari demister
aliran gas N2 dibagi menjadai dua, yang pertama akan dialirkan menuju Heater-1 dan
Heater-2 melalui blower dan yang kedua akan dimasukan kedalam cooler untuk
mengkondensasikan uap air yang masih tersisa dan dilewatkan kembali ke demister untuk
dipisahkan lagi kandungan airnya.. Gas N2 ini juga mengalami proses regenerasi untuk
menghilangkan uap air jenuh yang terjadi di dalam dehumidifier dengan menggunakan
absorben alumina, sebagian gas N2 murni yang terpisah dilewatkan ke heater 2 dan
sebagian lagi menuju zona lower dengan menggunakan blower.
Chip yang sudah dikeringkan selanjutnya dilewatkan melalui rotary feeder untuk
ditransfer menuju Chip Receiver tank. Dari receiver tank, chip akan ditransfer menuju
FD-silo. Jika chip tidak memenuhi standar, maka akan dialirkan menuju out spec sillo
(OSS). Produksi FD-Chip ini siap digunakan untuk beberapa tujuan yaitu :
1. Untuk pemakain sendiri,pada proses spinning
2. Untuk dijual kepihak luar berupa chip
Chip yang dihasilkan pada nilon 3N adalah semi Dull T-200
dengan standar. Selain proses depolimerisasi, pada unit depolimerisasi juga menangani
proses distilasi LDL (Liquid De Lactam) menjadi LPL (Liquid Pure Lactam) dan residu
hasil dari proses ini diproses pada RL mesin menjadi RPL (Residu Pure Lactam) dan siap
untuk di polimerisasi kembali.
Sebelum masuk ke dalam reaktor depolimerisasi, limbah-limbah terlebih dulu
dilelehkan menjadi polimer pada 3 unit melter dengan suhu 280-300oC, melter-melter
tersebut dilengkapi dengan pemanas dan piston penekan hidrolik untuk melelehkan
limbah. Satu unit melter memuat 800 kg limbah. Selanjutnya lelehan polimer tersebut
ditampung di trap-trap dan dikumpulkan di polypot sebelum diumpankan ke reaktor
depolimerisasi. Melter, trap dan polypot masing-masing dilengkapi dengan indikator
temperatur sehingga dapat dipantau langsung di panel kontrol.
Reaktor depolimerisasi dilengkapi dengan coil pemanas dowtherm TS-300 dengan
temperatur liquid 360oC yang dipanaskan oleh boiler dan juga uap kering jenuh
(superheated steam) dengan temperatur 430oC. Uap kering dengan tekanan 6,5 kgf/cm2
melalui dua pemanas vertikal dan horizontal (model lama) dengan temperatur masing-
masing 390oC dan 430oC, keluar melalui ujung pengaduk desain cakar ayam yang
karena tekanan uap berputar. Untuk memecahkan rantai-rantai polimer, ke dalam reaktor
ditambahkan H3PO4. pengaduk desain cakar ayam juga berfungsi untuk meratakan
penyebaran H3PO4 yang ditambahkan.
Rantai-rantai polimer yang pecah tersebut menguap ke atas dan dialirkan ke
menara konsentrasi (concentration tower) pada menara konsentrasi, uap-uap laktam
dikontakan langsung dengan cairan laktam dalam pall ring yang merupakan cairan hasil
kondensasi dari uap-uap laktam tersebut pada kondensor. Fungsi dari pall ring itu
sendiri adalah untuk memperbesar luas permukaan kontak antara uap dan cairan laktam.
Hasil over flow dari cairan laktam tersebut masuk ke dalam tangki ADL (Acid De
Lactam) dengan kandungan laktam 80-85 % untuk selanjutnya diproses di mesin PL
pada Unit Recovery. Hasil residu dari unit depolimerisasi yang berwarna hitam pekat
dan sudah tidak mengandung laktam, dikeluarkan dan ditampung dalam belahan drum
untuk selanjutnya dikirim ke unit pengolahan limbah dan menjadi limbah B3.
Proses Destilasi pada unit depolimerisasi berfungsi untuk memekatkan cairan
LDL dari mesin LLm/c 1 dan m/c 2 (Liquid Lactam 1,2). Proses destilasi yang digunakan
adalah destilasi vakum berkapasitas 6000 liter dengan coil dan jacket pemanas steam
(10-11 kg/cm2), serta divakumkan oleh steam ejector. Destilasi ini bekerja secara Batch.
Sekali charging biasanya memuat 5500 - 6000 liter LDL ditambah dengan obat-
obat NaOH (30 liter) yang berfungsi untuk memberikan pH netral dan KMnO4 (10 kg)
yang fungsinya untuk mengikat warna. Seperti yang diketahui konsentrasi laktam pada
LDL masih sekitar 60-75 % oleh karena itu perlu dipekatkan sampai ± 100% sehingga
laktam tersebut dapat dipolimerisasi kembali.
Prinsip dari destilasi adalah pemisahan berdasarkan titik didihnya jadi produk
pertama-tama yang keluar dari mesin destilasi ini adalah air yang memiliki titik didih
terendah (ditahan sampai 160oC) air ini dinamakan water drop (Titik didih kaprolaktam
186oC). Water drop ini berkisar 2000 liter. Setelah itu keluaran selanjutnya dinamakan
first drop, karena mungkin masih bercampur dengan air, first drop ini direfluks kembali.
Produk selanjutnya adalah main drop, produk limbah yang akan diambil menjadi
LPL (Liquid Pure Lactam) atau juga biasa disebut laktam ITS. Main drop yang
dihasilkan sekitar 4100 lt atau sekitar ± 67% dari charging LDL. Residu dari destilasi ini
(Residu dari proses terhadap LDL) ada yang dialirkan ke tangki residu untuk selanjutnya
dialirkan ke unit depolimerisasi, dan ada juga yang dikeluarkan dan ditampung di
belahan drum untuk selanjutnya diproses untuk RL mesin di Unit Recovery untuk
dijadikan RDL (Residu De Lactam) selanjudnya ditransfer ke PL mesin untuk menjadi
RPL (Residu Pure Lactam). Jika dijadikan belahan drum yaitu berkisar ±20% dari main
drop sedangkan jika dijadikan residu yang dimasukan ke tangki residu berkisar ±40%
dari main drop. Lamanya proses destilasi ini biasanya untuk dijadikan belahan drum
sekitar 7 - 8 jam sedangkan untuk dijadikan residu sekitar 6 jam. Hasil air dari unit ini
selanjutnya dikirim ke utilitas unit pengolahan air limbah PT. ITS.
yang dilakukan oleh mesin RL. Selain itu dilakukan proses destilasi pada mesin PL
untuk memekatkan ADL (Acid De Lactam) dari proses depolimerisasi dan RDL (Residu
De Lactam) dari mesin RL menjadi APL (Acid Pure Lactam) dan RPL (Residu Pure
Lactam).
lilit dan vaccum ejector. Sekali charging biasanya 550-570 kg residu padat, dimasukan
secara manual ke dalam reaktor, dan ditambah dengan obat H3PO4 (R-1) sebanyak 30 lt.
Setting temperatur dalam reaktor adalah 250-350oC dengan pemanas lilit yang
temperaturnya 350-370oC dan divakumkan sampai tekanan vakum –10 sampai –15
mmHg. Laktam yang menguap dikondensasikan dalam kondensor dan masuk ke tangki
RDL. Laktam RDL ini diproses lebih lanjut di mesin PL bersama-sama dengan ADL dari
Depolimerisasi. Residu yang dihasilkan dari mesin RL ini dikirim ke unit pengolahan
limbah karena kandungan laktamnya sangat sedikit dan berwarna hitam (limbah B3).
Pada unit proses RL ini dipasang 4 sensor temperatur, sensor pertama dipasang di heater
untuk mencatat temperatur heater, sensor kedua untuk mencatat temperatur cairan dalam
reaktor, sensor ketiga untuk mencatat temperatur uap laktam yang dihasilkan, sensor
keempat untuk mencatat temperatur uap kondensor.
Proses Spinning merupakan proses lebih lanjut dari chip yang dihasilkan dari proses
polimer menjadi filament dengan cara dipanaskan atau dilelehkan. Proses Spinning di
Departemen Nylon Filament Yarn dimulai di lantai empat dimana terdapat Ruang
pemuaian (Shikomi Room), di ruang tersebut Final Dryer Chip (FD Chip) tank yang
berisi chip produk keluaran dari vacuum dryer maupun Continue Tower Dryer (CTD),
FD Chip diumpankan ke dalam Hopper dengan menggunakan katrol (Hoist Control),
untuk One Step Process (OSP) langsung dari Silo ditransfer dengan sistem pneumatik,
fungsi Hopper sendiri adalah sebagai pengumpan chip ke mesin extruder. Satu unit FD
Chip Tank mempunyai kapasitas yang berbeda-beda, misal untuk proses konvensional
berkapasitas 400 kg. Tank-tank tersebut ditandai dengan topi atau kain berwarna dan
kartu berwarna untuk membeda-bedakan jenis Chip (T-100/Bright = merah, T-200/ Semi
Dull = putih, T-700/Super Bright = hijau). Di dalam Hopper divakumkan (proses
konvensional) untuk menghilangkan kandungan udara, sedang untuk proses OSP (One
Step Proses) tidak divakumkan tetapi dialirkan gas nitrogen untuk mengusir udara,
karena kandungan udara tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas benang yang
dihasilkan (dapat menyebabkan oksidasi, warna menjadi belang). Selain itu kandungan
air dari chip ditetapkan 0,03 %, apabila lebih dari itu akan mengakibatkan bentuk
monofilament bergelombang sehingga benang tidak bagus. Kapasitas 1 Hopper juga
berbeda-beda, tergantung mesin yang digunakan misal 1750 kg Chip untuk proses
konvensional, dan lebih dari 1750 kg untuk proses OSP, pemuatan dilakukan 3 shift
setiap 4 jam sekali.
Dari Hopper, Chip-chip tersebut diumpankan ke dalam mesin extruder, yang
berfungsi untuk melelehkan chip-chip tersebut menjadi polimer sehingga dapat dibentuk.
Di dalam mesin Extruder, chip-chip tersebut masuk ke silinder extruder yang dilengkapi
dengan 5 pemanas (C1,C2,C3,C4,C5) dengan temperatur rata-rata 260oC, di dalam
silinder chip-chip yang meleleh tersebut dialirkan dengan bantuan screw yang digerakan
oleh motor. Pada akhir silinder tersebut terdapat Die yang merupakan kepala silinder
tempat polimer keluar dan dilengkapi dengan 3 heater (H1,H2,H3).
Selanjutnya polimer masuk ke dalam Manifold Pipe untuk mendistribusikan polimer
ke dalam Dowtherm Box (D Box) dilengkapi dengan 4 pemanas (D.Box1, D.Box2,
D.Box3, D.Box4). setiap Dowtherm Box terdapat block heater dilngkapi dengan 3
pemanas (Block Heater1, Block Heater2, Block Heater3). Kemudian polimer masuk ke
dalam Pack dengan dorongan dari motor gear pum. Di dalam pack polimer disaring
melewati empat jenis filter sebelum melewati spineret. Spinneret yang digunakan pada
proses Spinning ini adalah plat yang memiliki lubang-lubang dengan diameter yang
sangat kecil (sekitar 0,3 mm), melalui spineret inilah polimer tercetak menjadi
monofilament dengan diameter 0,3 mm. Jumlah monofilament tergantung dari jenis atau
jumlah lubang pada spinneret (contoh : 10x4, 10x1, 15x1, 24x1, 24x2, 48x1). Selain
jumlah lubang, jenis spinneret ada juga yang memiliki bentuk lubang yang berbeda-beda,
contohnya berbentuk O, T, Y. Bentuk lubang dari spinneret tentu saja berpengaruh pada
bentuk penampang lintang dari benang, untuk lubang berbentuk O akan menghasilkan
benang dengan penampang lintang lingkaran, lubang T akan menghasilkan penampang
lintang segi tiga sedangkan Y (trilobal) akan menghasilkan penampang lintang yang
berbentuk hampir segitiga. Untuk bentuk yang terakhir ini, benang akan memberikan
efek kilau yang lebih tinggi, menaikan daya penutup dan lebih bulky.
Pada proses konvensional packing berbentuk silinder dengan satu spinneret, sedang
pada OSP berbentuk kotak dan dengan dua spinneret. Sebuah packing memiliki masa
waktu pemakaian (biasanya 30-65 hari), masa waktu pemakaian ini adalah masa waktu
dimana packing tersebut memberikan hasil atau kinerja yang terbaik. Apabila masa waktu
tersebut sudah dilewati, maka packing tesebut harus diganti dan proses lebih lanjut
sehingga dapat dipergunakan kembali. Proses dilakukan antara lain pembersihan packing
dari polimer dengan cara dimasukan ke dalam cairan KNO3NaNO2NaNO3 dengan suhu
600oC, lubang-lubang spinneret dibersihkan dengan supersonic bath, dan filter diganti
dengan yang baru. Kualitas dari chip sangat berpengaruh pada masa pakai packing,
karena chip yang kotor dapat membuat lubang-lubang spinneret tersumbat akibatnya
terjadi benang putus. Sebelum dipasang kembali di mesin, packing-packing tersebut
dipanaskan terlebih dahulu di dalam oven selama 5 jam sehingga kondisinya sama
dengan kondisi mesin. Penggantian packing pada proses konvensional masih
menggunakan cara manual (tenaga manusia), sedang pada proses OSP menggunakan
robotika.
Proses After Treatment adalah sebagai kelanjutan dari proses spinning. Dalam proses
spinning, bentuk Nilon 6 masih dalam bentuk Undraw Yarn. Undraw Yarn adalah benang
yang belum mengalami penarikan. Undraw Yarn ini masih mempunyai nilai kemuluran
yang tinggi, sehingga dapat dikatakan belum stabil.
Di unit After Treatment ini Undraw Yarn diproses lebih lanjut sampai mempunyai
tingkat elongation 54 ± 4 % untuk dijual ke pengguna. Tingkat mulur putus ini untuk
setiap tipe benang Nilon 6 berbeda-beda. Untuk T-100 dan T-200, tingkat mulur putus
54 ± 4 %. Sedangkan untuk T-700 mempunyai tingkat mulur putus 27 %.
Proses After Treatment ini meliputi dua proses, yaitu :
1. Proses Draw Twisting.
Proses Draw Twisting adalah proses penarikan benang dengan dipilin.
Untuk benang-benang tipe Mother Yarn baik yang tipe T-100 dan T-200 akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan salah satunya kaos kaki stocking. Sedangkan
untuk T-700 sebagai bahan baku fishing net. Maka dari itu, khusus untuk T-700 proses
penarikan harus kuat.
Dalam unit After Treatment terdapat dua ruangan yaitu :
1. Creel Room
Creel Room terletak di lantai kedua sedangkan DT Room di lantai pertama.
Karena alat untuk proses After Treatment membutuhkan dua lantai bertingkat. Creel
Room ini adalah ruangan yang dikhususkan untuk mengantarkan benang ke ruang
Draw Twister terletak di lantai kedua. Ruangan ini terdapat dua mesin untuk
mengantarkan benang-benang ke ruang Draw Twister. Mesin-mesin tersebut adalah
DT 1-E dan DT 7SG. Untuk mesin DT 1-E, jarang dipakai karena kondisinya sudah
tua (dibuat tahun 1956). Drum Undrawn Yarn diletakan dalam Drum Cup, kemudian
benang dilewatkan ke two pin guide. Selanjutnya diproses di Draw Twister Room.
Temperatur ruangan Creel pun harus ditetapkan karena dalam proses pembentukan
Nylon Filament Yarn, temperatur sekitar benang proses harus tetap dingin. Dijaga
kondisi ruangan dingin ini supaya tidak ada benang yang menambah panjang. Selain
itu RH (kelembaban) ruangan diatur juga agar kandungan air dari benang tidak cepat
menguap. Apabila RH tinggi, maka akan terjadi penguapan yang cepat sehingga
bagian luar dari benang cepat kering. Temperatur ruangannya adalah 27 ± 1oC dan
RH 65 ± 5. Selain itu, disini terdapat mesin mikake. Mesin Mikake ini fungsinya
untuk mengecek denier dari Undrawn Yarn yang keluar dari proses Spinning. Denier
adalah jenis benang yang dihasilkan yaitu jumlah monofilament terhadap
multifilamennya. Adapun rumusnya gram/ 9000 meter. Sebagai contoh. Tipe 320-16-
220, menandakan 320 gram / 9000 meter. Terdapat 16 monofilamen dan angka 220
menunjukkan jenis chip dan finishing oil yang digunakan.
Pengepakan size K15 dan K28 dinamakan pirn, sedangkan K30 dan K60
dinamakan Chese. K80, K75 dan K50 dikhususkan untuk mother yarn.
Mekanisme Proses
Proses Routine dengan Draw Twister
Proses Routine merupakan proses Draw Twister. Digunakan khusus untuk T-
200, drum Undrawn Yarn diletakan dalam creel. Benang dikaitkan dengan two pin
guide. Fungsi two pin guide sebagai untuk menghantarkan atau memudahkan
penarikan serta untuk mengatur tension (daya atau kuat tarik). Tension ini diatur
sesuai keadaan benang yang diinginan. Melalui Draw Ratio/Drafting benang ditarik
agar panjang benang bertambah panjang. Terjadinya penarikan (drafting) karena
perbedaan putaran atau kecepatan feed roll dan draw roll. Benang dililitkan di Pinch
Roll dan Draw Roll sebanyak 3 kali tidak lebih dan kurang., karena ada efek slip yang
menyebabkan benang menjadi Semi-Undrawn Yarn. Melalui lapet guide benang
dibentuk dengan bobbin dengan sudut tapper 23o ± 2o. Pembentukan sudut tapper
untuk D/T mesin dengan sistem rachet, sedangkan untuk 14S dan 14H memakai
sistem preset. Bobbin ditahan dengan ring holder.
pengepakan (sorting) dan penguraian benang dari mother yarn menjadi monofilament
baru dikirim ke bagian sorting.
1. Penguraian Benang (Pembentukan monofilament)
Benang-benang mother yarn dari After Treatment dikirim ke ruang bunsen untuk
memisahkan benang menjadi monofilament. Mother yarn dipisahkan di mesin yang
bernama bunsen, prinsip kerja mesin ini yaitu, benang mother yarn ditempatkan di
bagian bawah mesin dan dinaikan ke atas melalui 1st, 2nd, 3rd, 4th, 5th guide menuju
spliting guide. Di spliting guide ini benang dipisahkan menjadi monofilament dan
masuk ke dalam distributing guide, dan dengan traverse bar monofilament tersebut
digulung di bobbin-bobbin. Setelah selesai monfilament tersebut dikirim ke bagian
sorting.
2. Sorting
Bagian ini menangani pengepakan atau memasukan benang ke dalam box-box dan
diberi label. Tipe-tipe box yang digunakan antara lain F9 (16 bobbin), F7 (9 pirm),
K60 (3 drum), K80 (3 drum), K75 (3 drum). Box-box yang digunakan untuk export
biasanya lebih tebal dan pada dasar box diberi dudukan untuk menahan benang.
Untuk domestik menggunakan box yang lebih tipis. Alasanya adalah untuk ekspor
degan jarak yang lebih jauh sehingga untuk menjaga kualitas tetap terjaga digunakan
kemasan yang lebih tebal. Urutan kerja dari proses sorting ini antara lain penarikan
kereta berisi benang-benang dari proses After Treatment dan di bunsen. Kemudian
benang-benang tersebut dimasukan ke dalam box-box untuk selanjutnya dinaikan ke
atas conveyor atau ban berjalan (unit ini memiliki dua jalur conveyor). Diatas
conveyor benang-benang tersebut diberi label atau Labeling diluar dan didalam box
serta pemeriksaan apakah jenis benang dalam box sesuai dengan label yang tertera.
Kemudian penimbangan box, apakah sesuai dengan ukurannya lalu pengepakan dan
siap dikirim ke Ware House.
BAB IV
SPESIFIKASI ALAT
20. FD Silo
Fungsi : Penampung terakhir FD Cchip
BAB V
PENGENDALIAN MUTU
Monomer Oligomer
Viskositas
7. Parameter analisa pada saat proses after treatment
Pada proses After Treatment sampel yang dianalisa adalah sampel dari hasil mesin
draw twisting, OSP (One Step Proses) dan draw windered, analisa yang dilakukan
antara lain:
Denier
Dry Tenacity
Dry Elongation
Uster (ketidakrataan)
Penyusutan di ruang kondisi
Penyusutan di Boiling Water Bath
Moisture Content
Viskositas
BAB IV
PENGOLAHAN LIMBAH
hidup dalam air limbah tetap hidup. Limabah yang mengandung busa akan
ditambahkan water spray untuk mengurangi kadar busa.
Proses selanjutnya air limbah akan dialirkan ke dalam bak clearator dan
ditambahakan alumunium sulfat (Al2SO4) yang berfungsi sebagai koagulan.. Pada
bak clearator ini akan terjadi proses sedimentasi sehingga lumpur yang
mengambang di atas permukaan akan membentuk flok-flok yang berkumpul di
dasar bak. Air yang berada di atas permukaan akan disaring kemudian dialirkan
ke selokan dan dibuang ke sungai karena sudah memenuhi standar baku mutu
pembuuangan limbah.
Lumpur yang terbentuk di bak clearator tadi akan dikeringkan menggunakan
pemanas steam. Padatan lumpur kering ini akan dikumpulkan untuk dijadikan
bahan bakar.
Penambahan Al2SO4
BAB VII
UTILITAS
Utilities adalah salah satu unit dari Department Engineering yang bertugas
menyediakan sarana untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan meliputi penyediaan
air, tenaga listrik, gas N2, penyediaan steam dari boiler, udara tekan (kompresor),
penyediaan air pendingin (chill water) dari cooling tower dan pengolahan limbah. Semua
kebutuhan diproduksi melalui langkah-langkah proses.
partikel kecil menjadi lebih besar dengan jalan memberikan senyawa flokulant.
Senyawa flokulant berfungsi untuk mempercepat pembentukan inti flokulant.
Senyawa flokulant yang digunakan di pengolahan air ini adalah polyalumunium
chloridae (PAC) dan NaOH. Fungsi NaOH menetralkan PH air. Clarifier yang
digunakan di PT. Indonesia Toray Synthetic terdiri tiga buah clearator, masing-
masing berkapasitas 441 m3/jam. Didalam clearator dilengkapi agitator
(pengaduk) dengan kecepatan putar sebesar 1/10 putaran dan diberikan kondisi
pH 6,5-7,5. Agitator berfungsi agar koagulan merata dan gumpalan lumpur
terbentuk lebih cepat. Air jernih yang diperoleh diatas lumpur, kemudian dialirkan
ke colecting atau pengumpul.
VII.1.2. Tahap Penyaringan (Filtrasi)
Pada tahap ini, air jernih dari clarifier atau collecting dialirkan ke head
tank. Head tank berjumlah 2, didalam head tank aliran air dibagi-bagi menuju ke
bak filter yang berjumlah 6. Jenis filter yang digunakan saringan pasir atau sand
filter. Bahan yang digunakan sebagai media penyaring adalah karbon, silika, dan
batu koral. Di dalam sand filter, partikel-partikel halus yang masih tersisa dalam
air disaring. Agar sand filter berfungsi dengan baik maka sand filter perlu
dibersihkan secara berkala menggunakan air yang telah disaring atau filtered
water. Air keluaran sand filter ditampung dalam filtered water tank lalu
didistribusikan untuk air hydrant, bahan baku air minum, dan pure water. Pure
water dibuat dari air filtrasi yang dilunakkan terlebih dahulu secara deionizer
menggunakan ion exchanger. Tujuan dari pelunakan air adalah untuk menurunkan
kesadahan air. Sedangkan untuk air minum perlu melalui tahap clorinasi untuk
menghilangkan kuman. Kapasitas filtered water sebesar 250 m3/jam.
VII.1.3. Tahap Chlorinasi
Tahap ini banyak diperlukan untuk keperlukan penyediaan air minum,
yaitu proses penambahan zat desinfektan ke dalam air filtrasi (filtered water).
Senyawa yang digunakan adalah chlorin (HOCl). Pemakaian air minum untuk
memenuhi keperluan kantor, asrama karyawan, mess dan Masjid. Disamping itu
digunakan untuk bahan baku air minum juga digunakan unutk air pemadam
kebakaran yang tekanannya dinaikkan dari 3 Kg/cm2 menjadi 11 Kg/cm2.
Al2(SO4)3
NaOH
satu berada dalam kondisi standby. Boiler 3 menggunakan bahan bakar residu
sedangkan boiler 4 dan 5 menggunakan bahan bakar jenis gas alam. Dan steam juga
dihasilkan dalam coal boiler dan boiler turbine generator (BTG) dimana keduanya
menggunakan bahan bakar jenis batubara.
Steam yang dihasilkan ada empat jenis :
a. Low Pressure Steam (LPS), dihasilkan Gas boiler yang memiliki tekanan 5
Kg/cm2 dan digunakan sebagai ejektor steam untuk memvakumkan reaktor
polimerisasi
b. Medium Pressure Steam (MPS), dihasilkan oleh Gas boiler dan coal boiler yang
memiliki tekanan 16 Kg/cm2 dan digunakan sebagai ejektor steam untuk
memvakumkan reaktor polymerisasi
c. Medium Pressure Steam 30S (MPS 30S),dihasilkan oleh Gas boiler dan BTG
yang memiliki tekanan 30 Kg/cm2 dan digunakan dalam proses continous
polimerisasi.
d. Hight Pressure Steam (HPS), dihasilkan oleh Gas boiler memiliki tekanan 56
Kg/cm2 dan digunakan untuk proses pembuatan PET dalam reaktor polymerisasi,
after treatment pada pemanasan hot strum sebagai pemanas, dan menggerakkan
turbin untuk menghasilkan listrik
VII.2.1. Gas Boiler
Bahan bakar yang digunakan adalah Liquid Natural Gas (LNG). Pure
water yang ada dalam pure water tank dialirkan ke daerator tank dimana terjadi
proses penghilangan O2 yang dapat mengakibatkan korosi pada tube. Kemudian
pure water dialirkan ke furnace (boiler) melalui tube yang dikontakkan dengan api
hasil pembakaran gas yang akan menghasilkan uap bertekanan (steam).
Air yang digunakan untuk boiler adalah air umpan boiler dari air
demineralisasi dan air yang berasal steam yang telah dikondensasi. Steam yang
kembali ke boiler ditampung pada sebuah tangki dan ditambahkan air umpan
boiler baru sebagai make up. Tinggi air dalam boiler harus diawasi agar tidak
melewati batas maksimum atau minimum. Bila umpan air dalam umpan boiler
terlalu tinggi kemungkinan uap yang terjadi akan membawa partikel-partikel air
sehingga uap tidak kering dan menjadi kotor. Bila permukaan terlalu rendah,
dinding pada boiler akan overheating dan dapat menyebabkan ledakan, tetapi
biasanya boiler dilengkapi safety valve sehingga bila terjadi over heating, uap atau
steam akan dikeluarkan secara langsung.
VII.2.2. Coal Boiler
Coal boiler yang digunakan PT.Indonesia Toray Synthetics memiliki 2
unit dimana 1 unit beroperasi normal dan 1 unit standby dengan frekuensi
overrunning 6 bulan. Coal boiler berkapasitas 35 Ton/hari menghasilkan tekanan
steam 16 Kg/cm2. Batubara yang digunakan merupakan campuran batubara low
(lignit) dan batubara med (bituminous) dengan ratio tertentu. Juga batubara
dicampur dengan dry cake yang merupakan limbah padat dari pengolahan air
limbah.
Sebelum batubara digunakan dalam proses, dalam start up furnace bahan
bakar yang digunakan adalah kayu setelah 2 jam kemudian batubara diumpankan.
Campuran bahan bakar (batubara dan dry cake) ditransfer dengan belt conveyor
dengan sudut kemiringan 20 derajat. Campuran masuk ke feeder boiler sebelum
batubara masuk boiler/ furnace. Kemudian feeder mengatur jumlah batubara ke
chain feeding. Chain feeding dirancang seperti belt conveyor yang akan
mentransfer batu bara di dalam furnace agar dapat terbakar seluruhnya. Untuk sisa-
sisa pembakaran batubara yang tidak terbakar akan dikeluarkan melalui pipa
buangan yang kemudian diteruskan ke belt conveyor, dimana dalam pipa
dilengkapi yang di spray dengan air agar bara api yang masih menyala tidak
melelehkan belt.
Pure water masuk ke daerator untuk proses penghilangan O2 kemudian
diumpankan ke furnace melalui tube-tube. Dan steam akan keluar dari furnace
kemudian dialirkan ke header untuk diteruskan ke header hithachi dalam unit gas
boiler. Steam yang telah digunakan pada proses akan dikondensasi kemudian
ditranfer ke pure water tank lagi untuk digunakan kembali sebagai air umpan
boiler.
Furnace dilengkapi dengan Include Draft Fan (IDF), dimana ash yang
terbentuk dari pembakaran batubara akan dihisap keluar furnace dan ash dialirkan
ke bag filter yang akan menyaring ash. Ash yang tersaring akan ditampung dalam
drum dan ash yang lolos saringan, dengan bantuan IDF dialirkan ke chimney dan
dibuang ke udara.
VII.2.3. Boiler Turbin Generator (BTG)
Pada jenis alat ini, steam yang dihasilkan adalah jenis Medium Pressure
Steam (MPS) dengan tekanan 30 Kg/cm2 dan bersuhu 265 0C. Bahan bakar yang
digunakan adalah batubara campuran antara jenis low (lignit) dan medium
(bituminous) yang telah mengalami pencampuran dan proses pengecilan ukuran
sebesar 0-22 mm. Batubara ditransfer dari gudang penyimpanan ke furnace melalui
belt conveyor yang kecepatannya telah disesuaikan dengan kebutuhan bahan
bakar.
Boiler yang dipakai adalah boiler water tube dengan umpan pure water.
Pure water sebelum masuk ke boiler telah mengalami proses daerasi untuk
meminimalkan kadar O2 agar tube tidak korosi dan penambahan bahan kimia
seperti Kurita. Proses yang terjadi adalah proses tertutup, artinya steam yang
dihasilkan dan yang telah dipakai akan dikondensasi dan dipompa yang seterusnya
akan ditampung di pure water tank yang akan digunakan kembali sebagai air
umpan boiler.
VII.2.4. Media pemanas (Heat Transfer Media-HTM)
Dalam menunjang proses produksi diperlukan juga sistem pemanas
dengan temperatur yang cukup tinggi sekitar 300 0C. Untuk itu digunakan sistem
panas HTM yang akan menyuplai kebutuhan panas yang diperlukan proses. Bahan
organik yang digunakan sebagai pemindah panas ini adalah dowterm primer. HTM
disimpan dalam tangki besar dan sebelum dialirkan terlebih dahulu dipanaskan
dengn menggunakan burner yang berbahan bakar gas alam (LNG).
Jenis HTM yang digunakan oleh PT. Indonesia Toray Synthetics adalah
dowterm S300, yaitu suatu campuran dari Diphenil Oksida dan Diphenil dengan
konsentrasi 26,5-73,5 %Vol. medium ini mengalami penguapan secara merata
dimana uap dan cairannya selalu mempunyai komposisi yang sama. Titik leleh
bahan ini 12,3 0C dan harus dipastikan selama operasi temperatur tidak dibawah
titik ini karena bahan akan mengeras, tetapi peralatan dan perpipaan tidak akan
rusak bila media ini mengeras.
Turbin
Pure
Water
Tank
Condenser
Coal Daerator
Grinder Preheat
er
Belt
Convey Superheater Header
or steam
Boiler Cyclone
Feeder
Ash Silo
Furnace
Electrostatic
Kerikil,
Presipitator
sisa pembakaran
chimney
Fly
Ash Silo
Ash
kering dengan suhu 445-450 0C. Uap kering ini akan menggerakkan sudu-sudu turbin
sehingga turbin akan berputar dengan kecepatan sekitar 6000 rpm. Kemudian uap
tersebut akan dikondensasi dan akan dikembalikan lagi menjadi air umpan boiler.
Gerak rotasi turbin dengan kecepatan sekitar 6000 rpm tadi akan ditranfer ke
generator dan menghasilkan kecepatan 1500 rpm. Dari generator tersebut akan
menghasilkan daya maksimal adalah 15 megawatt. Daya inilah yang sebagian besar
dipakai dalam proses Produksi PT. Indonesia Toray Synthetics, sedangkan sebagian daya
tersebut disalurkan ke pabrik-pabrik lain disekitarnya.
Bila terjadi masalah dengan BTG maka kebutuhan listrik akan dipasok oleh mesin
diesel. PT. Indonesia Toray Synthetics memiliki mesin diesel sebanyak 3 buah dngan
masing-masing daya yang dapat dihasilkan adalah 5 megawatt. Selain dipasok sendiri,
PT. Indonesia Toray Synthetics tetap menggunakan layanan listrik dari PLN yang dalam
penggunaannya dipakai untuk penerangan jalan.
4. Basin adalah sebuah tenaga yang dikekang dalam kolam dan menyuplai
berdasarkan permintaan. Di dalam basin ini air dingin kembali dan keluar dari
stainer, pada basin ini terjadi kelebihan aliran.
udara
Proses
Proses
Adsorption Tower
Air Tank
udara Air pendingin
Compressor Condensor
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
VIII.1. KESIMPULAN
Dari pelaksanaan kerja praktek yang telah dilakukan di PT. Indonesia Toray
Synthetic dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. PT. Indonesia Toray Synthetic merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
industri tekstil yang memproduksi serat sintetik dengan salah satu produknya adalah
benang Nylon-6 dengan kapassitas produksi 1350 ton/tahun.
2. Bahan baku utama yang digunakan untuk pembuatan chip Nylon-6 adalah
kaprolaktam yang diimpor dari Jepang, Polandia dan Jerman sedangkan bahan
penujang yang digunakan adalah TiO2 dan Mixing Additive.
3. Proses produksi pembuatan Nylon-6 di PT. Indonesia Toray Synthetic dilakukan di
Departement Nylon dengan menggunakan teknologi pengolahan chip 1N dan 2N
untuk memproduksi chip T-100 / T-300 (superbright) dan teknologi 3N untuk
memproduksi chip T-200 (semidull).
4. Proses polimerisasi pembentukan polimer Nylon-6 sampai terbentuk chip meliputi
tiga tahapan, yaitu:
a. Tahap inisiasi dan adisi
b. Tahap polimerisasi kondensasi
c. Tahap kesetimbangan
5. Proses yang terjadi di departement Nylon terbagi menjadi 2 tahap, yaitu:
a. Proses pengolahan chip nylon, meliputi proses polimerisasi, ekstraksi, drying,
recovery dan depolymerisasi.
b. Proses pengolahan benang nylon, meliputi proses spinning dan after treatment.
6. Dalam proses produksi Nylon-6 PT. Indoneisa Toray Synthetic melakukan
pengawasan yang ketat terhadap standar kualitas chip nylon dan benang nylon yang
dihasilkan yang dilakukan oleh Departement Quality Assurance.
7. Efisiensi penggunaan bahan baku sangat tinggi, karena adanya proses daur ulang
waste dan produk abnormal yang dilakukan di unit depolimerisasi dan recovery.
VIII.2. SARAN
1. Melakukan peninjauan kembali terhadap penggunaan isolator pada setiap alat
produksi agar menghindari terjadinya kehilangan energi yang cukup besar dan
menjaga keselamatan dan kesehatan pegawai.
2. Mengoptimalkan program saving energi dengan penggantian lampu-lampu neon yang
masih digunakan di lingkungan pabrik dengan lampu yang lebih hemat energi.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan mengadakan pelatihan-pelatihan
atau pengiriman pegawai ke luar negerei..
4. Melakukan peningkatan program alih teknologi di segala bidang agar putra-putri
Indonesia dapat melakukan penanganan pabrik secara keseluruhan dan mengurangi
ketergantungan pada tenaga ahli dari luar negeri.
5. Menyediakan sarana perpustakaan yang berisi buku-buku yang membahas mengenai
produk maupun teknologi yang digunakan di lingkungan PT. Indonesia Toray
Synthetic.