OLEH :
Eko Risdianto
011322008
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
skripsi ini dengan judul “gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
merokok pada anak remaja laki-laki di SMA Negeri 51 di Jakarta Timur”.
Terwujudnya proposal skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :.
1. Yth. Ns Siswani Skep, MSi. yang telah menyediakan waktu selama proses
pengajuan judul sampai dengan selesainya pembuatan proposal skripsi ini.
2. Yth. Ns. Handayani Skep, Mkep, SpMat. yang telah menyetujui dan
menerima proposal skripsi penulis.
Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di
sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan-perbaikan ke depan. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
orang, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain
sebagian orang ada yang masih terus merokok. Anak-anak sekolah yang masih
sudah menjadi masalah nasional, dan bahkan internasional. Hal ini menjadi sulit,
sedikit jumlahnya, dan mampu menyerap banyak tenaga kerja. Jika pabrik
rokok ditutup harus mencarikan pemasukan dana dari sumber lain yang tidak
sedikit jumlahnya (sulit pemecahannya). Di pihak perokok sendiri, mereka
Faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja.
(2007) berkaitan dengan adanya krisis psikososial yng dialami dalam masa
perkembangannya, yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati drinya. Dalam
masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai masa badai dan masa topan karena
menentukan jati diri tersebut, tidak semua dapat berjalan sesuai dengan harapan
karena kebiasaan merokok, dimana rokok ini membunuh hampir lima juta orang
setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, maka bisa dipastikan bahwa 10 juta orang
akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020, dengan 70% kasus
terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Pada tahun 2005 terdapat 5,4
juta kematian akibat merokok atau rata-rata satu kematian setiap 6 detik. Bahkan
pada tahun 2030 diperkirakan jumlah kematian mencapai angka 8 juta. Merokok
juga merupakan jalur yang sangat berbahaya menuju hilangnya produktivitas dan
merokok adalah penyebab bagi hampir 90% kanker paru, 75% penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), dan juga menjadi 25% penyebab dari serangan jantung
(rasti, 2008).
Remaja adalah anak yang telah mencapai umur 10-18 tahun untuk
perempuan dan 12-20 tahun untuk laki-laki, atau sudah menikah dan mempunyai
tempat untuk tinggal. Angka kejadian merokok pada remaja-remaja di Amerika
Serikat pada tahun 2000 melebihi 25% dari angka kejadian merokok pada orang
dewasa, dan dikatakan terdapat peningkatan sekitar 50% dari tahun 1988. Lebih
dari 80% perokok mulai sebelum umur 18 tahun serta diperkirakan sekitar 3000
remaja mulai merokok setiap hari. Angka kejadian merokok pada remaja lebih
tinggi di pedesaan dari pada di perkotaan. Variasi etnis dan budaya dalam hal
merokok mencerminkan interaksi yang majemuk antara pendapatan, harga
rokok, budaya, stress, keturunan, umur, jenis reklame dan reklame rokok.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat mendapatkan bahwa pada semua etnis,
kecuali orang Amerika keturunan Afrika, angka kejadian merokok pada remaja
lebih tinggi dari pada angka kejadian merokok pada orang dewasa. Remaja
wanita perokok jumlahnya lebih kecil dari jumlah laki-laki perokok kecuali pada
etnis kulit putih (Soetjiningsih, 2007).
Maraknya remaja yang menjadi perokok aktif cukup mengkhawatirkan.
Studi yang dilakukan University of Montreal School of Public Health
menemukan, ada tiga faktor utama yang melatarbelakangi para remaja
memutuskan merokok. Faktor tersebut adalah keinginan untuk mencoba, terbiasa
mengonsumsi minuman alkohol, dan mendapatkan nilai buruk di sekoah.
Demikian dikutip Huffington Post.
Peneliti mendapatkan kesimpulan setelah memelajari data lebih dari 1.293
remaja di wilayah Montreal yang menjadi bagian dari studi Ketergantungan
Nikotin pada Remaja di tahun 1999. Para remaja ini ditindaklanjuti dengan 22
“siklus” dari usia 12,7 tahun sampai rata-rata 24 tahun.
tajam konsumsi tembakau, yaitu 65 juta perokok atau 28% perpenduduk, dari
225 milyar batang pertahun, data dari hasil laporan WHO 2008 dengan statistik
Lebih dari 42 juta anak terpapar asap tembakau pasif atau asap tembakau
sedikitnya satu perokok dalam rumah dan hampir semuanya (91,8%) merkok di
dalam rumah. Diperkirakan bahwa lebih dari 43 juta anak tinggal bersama
dengan perokok dan sebagaian besar (68,8%) perokok mulai merokok sebelum
umur 19 tahun. Saat masih anak-anak atau remaja rata-rata umur mulai merokok
yang semula 18,8 tahun pada 1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001.
umur: dari 0,7% (10-14 tahun) ke 24,2% (15-19 tahun), melonjak ke 60,1% (20-
sebesar 65% lebih tinggi dari kelompok lain manapun (Depkes, 2003).
seharusnya konsumsi rokok pada remaja semakin menurun, tetapi tidak begitu
perilaku merokok pada anak SMA khususnya pada siswa SMA Negeri 51 di
Jakarta Timur”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
pada siswa laki-laki di SMA Negeri 51 di Jakarta Timur Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran perilaku merokok pada siswa laki-laki di SMA
Negeri 51 di Jakarta Timur Tahun 2015 ditinjau dari aspek lingkungan.
b. Mengetahui gambaran perilaku merokok pada siswa laki-laki di SMA
Negeri 51 di Jakarta Timur Tahun 2015 ditinjau dari aspek pendidikan.
c. Mengetahui gambaran perilaku merokok pada siswa laki-laki di SMA
Negeri 51 di Jakarta Timur Tahun 2015 ditinjau dari aspek usia.
D. Manfaat
1. Bagi masyarakat
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan agar dapat memberikan
pengetahuan bagi masyarakat khususnya remaja mengenai dampak buruknya
perilaku merokok.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk memberikan masukan bagi pihak sekolah agar lebih mengontrol siswa
agar tidak merokok dan mempertegas aturan merokok bagi siswa serta
mengantisipasi stress yang mungkin terjadi pada siswa dengan lebih
mengaktifkan bimbingan dan konseling.
3. Bagi Institusi Kesehatan / RS
Dapat memberikan data atau gambaran tentang perokok yang ada pada
remaja.
4. Bagi Peneliti
Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama
perkuliahan dan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian
selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Merokok
1. Pengertian Perilaku Merokok
Wibisono (2008) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan
kebiasaan yang sudah membudaya di Negara Indonesia. Konsumsi rokok
terus meningkat setiap tahun dengan total perokok aktif di Indonesia pada
tahun 2008 adalah sekitar 70% dari total penduduk. Oleh karena itu,
bukanlah sesuatu yang mencengangkan jika setiap saat dapat dijumpai orang
yang merokok di tempat-tempat umum, seperti pasar, angkot, jalan-jalan,
bahkan rumah sakit, tidak terkecuali lingkungan pendidikan seperti sekolah
dan kampus. Perilaku merokok dilakukan oleh orang dari berbagai lapisan
masyarakat, dari yang tua sampai yang muda, juga tidak mengenal
perbedaan jenis kelamin dan status pekerjaan. Perilaku merokok pada pelajar
pun merupakan fenomena sosial yang sudah amat sangat lumrah ditemui
dilingkungan sekolah (Arum, 2008).
Rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah
atau kertas. Sedangkan merokok didefinisikan sebagai kegiatan membakar
tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun
menggunakan pipa (Arum, 2008). Senada dengan itu definisi merokok juga
dikemukakan oleh amstrong seperti yang dikutip oleh Nasution (2007) yakni
menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan
menghembuskannya kembali ke luar.
2. Klasifikasi Perokok
Perwitasari (2006) mengungkapkan bahwa tingkatan merokok setiap
orang berbeda-beda tergantung dari seberapa sering seseorang merokok,
jumlah rokok yang dihisapnya dan lamanya merokok. Namun sebelumnya
perlu diketahui bahwa seseorang dikatakan sebagai perokok jika ia memiliki
kebiasaan merokok minimal 4 batang setiap hari dan telah menghisap 100
batang rokok dalam hidupnya. Mu’tadin (2004) mengelompokkan perokok
menjadi beberapa tipe, sebagai berikut :
a. Perokok sangat berat yaitu perokok yang mengkonsumsi rokok lebih dari
31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bagun pagi
b. Perokok berat yaitu perokok yang merokok sekitar 21-30 batang sehari
dengan selang waktu sejak bangun tidur pagi berkisar antara 6-30 menit
c. Perokok sedang yaitu perokok yang menghabiskan rokok 11-21 batang
dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun tidur
d. Perokok ringan yaitu menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan
selang waktu diatas 60 menit dari bangun tidur.
Selanjutnya menurut Silvan dan Tomkins (dikutip oleh Mu’tadin, 2004), terdapat tiga
tipe perilaku merokok berdasarkan Management of Affect Theory yakni sebagai
berikut :
a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Green seperti yang
dikutip oleh Perwitasari (2006) menambahkan ada tiga sub tipe ini, yaitu:
1) Pleasure relaxtion, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok
setelah minum kopi atau makan.
2) Simulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
3) Pleasure of handing the cigarette, perilaku merokok dilakukan hanya
karena kenikmatan yang diperoleh dari memegang rokok sedangkan
untuk menghisapnya hanya butuh waktu beberapa menit saja. Ada
pula perokok yang lebih senang berlama-lama untuk memainkan
rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia menyalakan apinya.
b. Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan negatif. Banyak orang yang
merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam dirinya (perwitasari,
2006). Misalnya merokok bila marah, gelisah, rokok dianggap sebagai
penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi,
sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
c. Perilaku merokok yang adiktif. Perokok yang sudah adiksi, akan
menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek rokok
yang dihisapnya berkurang
d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Perokok tipe ini
menggunakan rokok sama sekali bukan untuk mengandalikan perasaan
mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin.
Dapatdikatakan pada tipe ini, merokok sudah merupakan suatu perilaku
yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan atau disadari.
Pengklasifikasian perilaku merokok juga dapat dilihat dari tempat orang tersebut
merokok, seperti yang diungkapkan oleh Trim (dikutip oleh Perwitasari, 2006),
sebagai berikut :
a. Merokok ditempat umum atau ruang publik
1) Kelompok homogen (sama-sama perokok secara bersama-sama
mereka menikmati kebiasaanya)
2) Kelompok heterogen (merokok ditengah orang lain yang tidak
merokok)
b. Merokok ditempat-tempat yang bersifat pribadi
1) Di kantor atau kamar pribadi. Perokok yang merokok di ruangan
pribadi digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan
diri, penuh rasa gelisah dan mencekam
2) Di toilet. Perokok yang merokok di toilet digolongkan sebagai orang
yang suka berfantasi.
3. Efek merokok
Rokok mengandung setidaknya 4000 zat kimia antara lain nikotin,
karbonmonoksida, tar dan lain sebagainya. Ketiga zat tersebut merupakan zat
kimia yang paling membahayakan kesehatan manusia. Karbon monoksida
merupakan gas yang dapat langsung diserap pembuluh darah sehingga
berpengaruh langsung pada fungsi fisiologis seperti mengurangi kapasitas
oksigen yang dibawa oleh darah. Tar adalah partikel residu yangterdapat pada
asap rokok. Sementara itu nikotin merupakan zat yang menyebabkan
ketergantungan seseorang pada rokok.
4. Dampak Merokok
Perilaku merokok dapat menimbulkan banyak penyakit dan
memperberat penyakit lainnya (Perwitasari, 2006). Menurut Amstrong seperti
yang dikutip oleh Perwitasari (2006), penyakit jantung koroner, diabetes,
tekanan darah tinggi, kanker, stroke, dan ashma merupakan penyakit-penyakit
yang berkaitan dengan akibat perilaku merokok. Ahnyar (2009)
menambahkan bahwa dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat
dan Inggris, ditemukan bahwa kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan
timbulnya AIDS dua kali lebih cepat pada pengidap HIV.
Dalam penelitian lain yang dilakukan di Jerman ditemukan bahwa
responden yang memiliki ketergantungan nikotin akibat perilaku merokok
memiliki kualitas hidup yang lebih buruk, dan hampir 50% dari responden
perokok memiliki setidaknya satu jenis gangguan kejiwaan (Ahnyar, 2009).
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan
jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar
(hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran
nafas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya
sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru terjadi peningkatan
jumlah sel radang dan kerusakan alveoli (Ahnyar, 2009).
Akibat perubahan anatomi saluran nafas, pada perokok akan timbul
perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal
ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun.
Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk
emfisema paru-paru, bronkhitis kronis, dan asma (Ahnyar, 2009).
Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5
dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok,
terutama ciggarete, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang
secara tegas menyatkan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya
kanker paru-paru. Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren dan
uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan resiko
terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul
kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering (Ahnyar,
2009). Asap yang dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama
(main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke)(Ahnyar, 2009).
Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok,
sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara
bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.
Berdasarkan uraian diatas, perilaku merokok berdampak pada kesehatan
fisiologis dan psikologis seseorang. Dampak perilaku merokok tidak hanya
akan dirasakan oleh perokok itu saja tapi juga akan dirasakan oleh orang-
orang yang berada di sekitar perokok.
Perilaku adalah segala tindakan yang dilakukan oleh manusia yang mencakup
kegiatan motoris dan juga aktifitas atau kegiatan yang bersifat praktis atau jiwani.
Menurut Alisjahbana (1986: 96) bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh manusia
tercermin dari segala tindakan dan perbuatan untuk mencapai tujuannya dimana
manusia bergantung pada lingkungannya. Jujun (1994: 86) muncul teori KAP
(knowledge, attitude and practice) bahwa perilaku orang dipengaruhi oleh sikap
(attitude), pengetahuan (knowledge), akan tetapi semua perilaku terdapat variabel
kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk kepentingan atau
individu yaitu:
1. Faktor genetik.
Faktor genetik adalah faktor yang dibawah sejak lahir oleh manusia.
Faktor genetik ini merupakan faktor yang dibawah atau diwarisi oleh
orang tua.
2. Faktor pengalaman.
Situasi dan kondisi yang dipetik atau yang dialami serta diamati oleh
3. Faktor lingkungan.
Situasi dan kondisi yang dialami oleh seseorang sejak lahir, masa kanak-
perkembangan masing-masing.
4. Faktor pendidikan.
Menurut Odum (1993: 307), perilaku merupakan tindakan yang tegas dari
suatu organisasi untuk menjamin hidupnya. Hal tersebut juga merupakan cara-
masyarakat yang terorganisir dan teratur. Secara lebih operasional perilaku dapat
(stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini berbentuk dua macam yaitu:
1. Bentuk pasif, adalah respon internal yang terjadi di dalam diri manusia
Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok,
perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang
masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan
sehari-hari dilingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan-jalan.
aktivitas yang sudah tidak lagi terlihat dan terdengar asing bagi kita. Sekarang
banyak sekali bisa kita temui orang-orang yang melakukan aktivitas merokok
Seseorang dikatakan sebagai perokok yang sangat berat, bisa diketahui dari
seberapa banyak rokok yang ia habiskan dalam setiap harinya. Seperti halnya
rokok lebih darai 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah
bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang
waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang
menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah
psikologi/merokok+remaja.com).
Conrad and Miller dalam Sitepoe (2000: 17) menyatakan bahwa “seseorang
Umumnya mereka mulai dari perokok pasif (menghisap asap rokok orang lain
yang merokok) lantas jadi perokok aktif. Mungkin juga semula hanya mencoba-
Harus kita sadari bahwa merokok bagi para remaja khususnya remaja yang
masih berusia sekolah menengah sudah menjadi hal biasa dan dapat
dibanggakan bagi mereka, bahkan banyak dari mereka sudah menjadi perokok
2000: 17).
Merokok juga merupakan salah satu yang dilakukan oleh para remaja untuk
Ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab dan yang mempengaruhi
diselesaikan.
lingkungan sosialnya.
Faktor lingkungan bisa saja dari faktor keluarga, tempat tinggal atau
yang kurang pantas dilakukan oleh para remaja. Tetapi, ada juga
lingkungan dimana merokok pada remaja adalah suatu hal yang wajar
atau bahkan jika remaja laki-laki tidak merokok akan dibilang remaja
laki-laki yang aneh. Selin itu, ada juga remaja laki-laki yang merokok
umumnya dimulai sejak masa remaja. Ada banyak alasan yang melatar
C. Konsep remaja.
transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau disebut juga usia belasan.
Hurlock (1999: 206) menyatakan bahwa “secara psikologis masa remaja adalah usia
Remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak dan orang dewasa.
Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis
dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa
mental, emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan
(pardede, 2002).
apabila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak
remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
mencapai umur 16-18 tahun dan sudah menikah dan mempunyai tempat
untuk tinggal.
4. Menurut Undang-Undang perkawinan No. 1 tahun1979, anak dianggap
remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk
psikososial dan seksual, akan melewati tahap berikut: masa remaja awal/dini (early
umur 14-16 tahun, masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17-20 tahun (rejeki,
2007).
Menjadi perokok berat merupakan hasil dari proses eksperimen yang umumnya
tekanan rekan sebaya untuk merokok, dan mengembangkan sikap tentang seperti
menentukan apakah akan mengkonsumsi nikotin atau tidak. dalam proses tersebut
peran teman sebaya menjadi lebih penting mengingat akan tahapan perkembangan
remaja yang menitik beratkan pada penerimaan dari rekan sebaya. Berbagai faktor
meliputi fisiologis, psikologis, dan faktor-faktor sosial menjadi alasan seseorang
D. Lingkungan sekolah.
orang yang dicintainya dan dekat dengannya terutama dari keluarga. Dengan
utama dari timbulnya berbagai masalah pada remaja. Kenakalan remaja, seperti
perilaku merokok, dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-
kanak dan masa berikutnya, karena orang tua telah sibuk dengan berbagai
aktivitas. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah kenakalan remaja yang
paling dominan adalah dari keluarga yang merupakan lingkungan yang paling
cara yang bersifat preventif dan cara yang bersifat represif (Afriani, 2009).
b. Teman-teman
Remaja perokok akan mempunyai teman yang sebagian besar adalah perokok
pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman- temannya atau bahkan teman-
teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya
Remaja mulai merokok karena pengaruh dari teman. Hal ini karena
untuk iseng, agar terlihat tenang pada saat berpacaran, berani ambil resiko,
karena bosan dan tidak ada yang sedang dilakukan, dan kelilhatan seperti orang
E. Psikologi Remaja
ini mood (suasana hati) bisa berubah sangat cepat. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah
dari mood senang luar biasa kesedih luar biasa, sementara orang dewasa
memerlukan hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada
atau kegiatan sehari- hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-
rubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah
terhadap pendapat orang lain karena remaja beranggapan bahwa orang lain
keunikan akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Pada saat inilah,
tidak sadar dan belum bisa memperhitungkan akibat jangka pendek atau
diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar
pembentukan jati diri positif pada remaja. Bimbingan orang yang lebih tua
untuk menyelesaikan masalah. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat
penting bagi remaja. Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada
kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah
F. Media Iklan
Banyaknya iklan rokok dimedia cetak, elektronik dan media luar ruang
telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Salah satu iklan
yang dianggap cukup berbahaya dan paling sering melanggar etika periklanan
iklan yang ada merangsang mereka untuk merokok dengan bujukan yang
berbeda. Meskipun dalam iklan rokok tidak digambarkan orang merokok akan
Remaja juga dikesankan lebih hebat bila merokok. Idola para remaja mulai
dari penyanyi, grup hingga bintang film dilibatkan sebagai model dalam iklan
rokok. Industri rokok paham betul bahwa remaja sedang berada pada tahap
mencari identitas. Melalui iklan televisi, biasanya para remaja meniru dan
iklan rokok selalu menampilkan pesan positif seperti macho, bergaya, peduli,
dan setia kawan. Efek kultifasi memberikan kesan bahwa televisi mempunyai
dampak yang sangat kuat pada diri individu. Bahkan orang-orang yang terkena
efek ini menganggap bahwa lingkungan disekitar sama seperti yang tergambar
Berdasarkan teori dari David, Osears (1995), PMI (1996), Darvil dan
Powell (2002), Perwitasari (2006) dan Ahyar (2009). Di dapat kan kerangka teori
sebagai berikut :
1. Lingkungan
2. Orang tua/ keluarga
3. Teman-teman Perilaku merokok
4. Psikologis
5. Media / iklan
6. Genetik
7. Pengalaman
8. Pendidikan
9. Usia
10. Jenis kelamin
Dampak merokok :
1. Jantung koroner
2. Diabetes
3. Hipertensi
4. Astma
5. PPOK
6. AIDS
BAB III
DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Penelitian
3. Usia Jumlah umur dari lahir sampai saat Kuisioner 1. 10 – 15 thn Interval
ini 2. 15 - 20 thn
3. 20 – 25 thn
METODE PENELITIAN
A. LOKASI PENELITIAN
lokasi ini sebagai tempat penelitian, dengan pertimbangan bahwa SMA Negeri 51
adalah salah satu SMA di Jakarta Timur yang juga pada saat ini sedang dilanda
Objek penelitian ini di fokuskan pada remaja yang ada di SMA Negeri 51
Jakarta Timur dalam kaitannya dengan perilaku merokok pada remaja di SMA
Negeri 51 Jakarta Timur, untuk itu penetapan populasi dalam penelitian ini
mencakup seluruh remaja laki-laki yang masih duduk di bangku SMA Negeri 51
Jakarta Timur dengan jumlah populasi yaitu kelas X sebanyak 224, kelas XI 423,
dan kelas XII sebanyak 181. Jadi jumlah populasi seluruhnya sebanyak 828 siswa
laki-laki.
peneliti secara satu per satu. Karena cara demikian selain tidak efisien juga tidak
menghemat waktu dan biaya penelitian yang digunakan. Untuk itu, peneliti
menetapkan sampel penelitian yang dianggap dapat mewakili masing-masing
popilasi yang ada atau dengan rumus di bawah ini (Setiadi, 2013) adalah
sebagai berikut :
n= N
1 + N (d kuadrat)
Keterangan :
1. N = besarnya populasi
2. n = besarnya sampel
Sehingga didapat sampel sebanyak 290 siswa SMA Negeri 51 Jakarta Timur.
sebagai berikut :
literatur, atau bahan tertulis lainnya yang erat kaitannya dengan objek
Jakarta Timur.
c. Angket (kuesioner)
3. Sebagai instrumen utama dalam penelitian yang dibuat suatu daftar yang
yang diteliti guna memperoleh data dari responden tentang objek yang akan
diteliti.
D. Teknik penelitian
secara acak dengan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap sample
yang terpilih . untuk mengambil sample secara acak dapat menggunakan nomor
E. Intstrumen Penelitian
penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian karena
F. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut Hidayat (2007), terdiri dari 4 macam yaitu:
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden,
penelitian kepada responden yang akan diteliti. Lembar ini dilengkapi dengan
judul penelitian dan manfaat penelitian, sehingga subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa dan
2. Anonomity
Anonimity digunakan untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak
3. Confidentiality
Informasi yang telah dikumpulkan dari responden akan dijamin kerahasiaanya
1. Validitasi
𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
rxy=
√[𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 ][𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 ]
Keterangan :
X : nilai
Y : jumlah nilai
Keterangan :
2. Reliabilitas
Keterangan :
Keterangan :
r11hitungannya < dari table maka perangkat tersebut tidak memenuhi syarat
sebagai alat pengumpul data dan uji ini akan dilakukan dengan
menggunakan computer program SPSS versi 12.0.
Suatu instrument dikatakan reliable jika alpha lebih dari 0,6 sampai
mendekati 1, semakin mendekati 1kuisioner dikatakan reliable
(Arikunto,2006). Taraf signifikan pada penelitian ini 5% jika p value <
0,05 maka kuisioner dikatakan reliaabel.
I. Analisa Data
Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun menggunakan
bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa di analisa dan analisa data
yang digunakan dalam penelituian ini adalah analisa univariat yaitu analisa suatu
variable yang di gunakan untuk melakukan analisa distribusi dan persentase dari
masing-masing variable (Notoatmodjo,2005), pada penelitian ini akan terlihat
distribusi responden. Adapun rumus yang digunakan untuk analisa tersebut
adalah:
𝐹
P= X 100%
(𝑁)𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
Keterangan:
P : persentas
a) Mean
Mean adalah teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas
nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Hasil mean ini didapatkan
dari menjumlahkan seluruh individu dalam kelompok itu lalu
dibagi dengan jumlah individu yang ada dalam kelompok tersebut
(Sugiono,1997).
∑𝑋
Mean=
𝑛
Keterangan :
M : Mean
X : nilai
Kuisioner A