Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL SKRIPSI

“GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERILAKU MEROKOK PADA ANAK REMAJA LAKI-LAKI DI
SMA NEGERI 51 JAKARTA TIMUR”

OLEH :
Eko Risdianto
011322008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
skripsi ini dengan judul “gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
merokok pada anak remaja laki-laki di SMA Negeri 51 di Jakarta Timur”.

Terwujudnya proposal skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :.

1. Yth. Ns Siswani Skep, MSi. yang telah menyediakan waktu selama proses
pengajuan judul sampai dengan selesainya pembuatan proposal skripsi ini.

2. Yth. Ns. Handayani Skep, Mkep, SpMat. yang telah menyetujui dan
menerima proposal skripsi penulis.

3. Yth. Seluruh Bapak/Ibu Dosen STIKES BINAWAN yang telah banyak


membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di
sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan-perbaikan ke depan. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin

Jakarta, Juni 2015.

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................. i

Daftar isi ....................................................................................................... ii

BAB I

A. Latar belakang ................................................................................


B. Rumusan masalah ............................................................................
C. Tujuan ............................................................................................
D. Manfaat penelitian ..........................................................................
BAB II

A. Landasan Teori .................................................................................


B. Kerangka Teori .................................................................................
BAB III

A. Kerangka Penelitian .........................................................................


B. Definisi Operasional..........................................................................
BAB IV

A. Desain penelitian ..............................................................................


B. Sampel penelitian .............................................................................
C. Variable penelitian ...........................................................................
D. Instrument penelitian ........................................................................
E. Validitas dan reliabilitas instrument ................................................
F. Tehnik pengumpulan data dan jalannya penelitian ..........................
G. Analisa data ......................................................................................
H. Etika penelitian .................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh banyak

orang, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain

yang menyatakan bahaya merokok. Bagi pecandunya, mereka dengan bangga

menghisap rokok di tempat-tempat umum, kantor, rumah, jalan-jalan, dan

sebagainya. Di tempat-tempat yang telah diberi tanda “dilarang merokok”

sebagian orang ada yang masih terus merokok. Anak-anak sekolah yang masih

berpakaian seragam sekolah juga ada yang melakukan kegiatan merokok.

Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan. Apalagi

sudah menjadi masalah nasional, dan bahkan internasional. Hal ini menjadi sulit,

karena berkaitan dengan banyak faktor yang saling memicu, sehingga

seolah-olah sudah menjadi lingkaran setan. Di tinjau dari segi kesehatan

merokok harus dihentikan karena menyebabkan kanker dan penyumbatan

pembuluh darah yang mengakibatkan kematian, oleh karena itu merokok

harus dihentikan sebagai usaha pencegahan sedini mungkin. Dari segi

pemerintahan, pemerintah memperoleh pajak pemasukan rokok yang tidak

sedikit jumlahnya, dan mampu menyerap banyak tenaga kerja. Jika pabrik

rokok ditutup harus mencarikan pemasukan dana dari sumber lain yang tidak
sedikit jumlahnya (sulit pemecahannya). Di pihak perokok sendiri, mereka

merasakan kenikmatan begitu nyata, sampai dirasa memberikan kesegaran dan

kepuasan tersendiri sehingga setiap harinya harus menyisihkan uang untuk

merokok. Kelompok lain, khususnya remaja pria, mereka menganggap

bahwa merokok adalah merupakan ciri kejantanan yang membanggakan,

sehingga mereka yang tidak merokok malah justru diejek.

Faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja.

Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (1989) dalam Komaslasari

(2007) berkaitan dengan adanya krisis psikososial yng dialami dalam masa

perkembangannya, yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati drinya. Dalam

masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai masa badai dan masa topan karena

tidak sesuai antara perkembangan psikis dan sosial. Upaya-upaya untuk

menentukan jati diri tersebut, tidak semua dapat berjalan sesuai dengan harapan

masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara

kompensatoris. Perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku

simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik

kepada lawan jenis.

Berdasarkan data dari badan kesehatan Dunia WHO (world healt

organization), menyebutkan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa disebabkan

karena kebiasaan merokok, dimana rokok ini membunuh hampir lima juta orang
setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, maka bisa dipastikan bahwa 10 juta orang

akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020, dengan 70% kasus

terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Pada tahun 2005 terdapat 5,4

juta kematian akibat merokok atau rata-rata satu kematian setiap 6 detik. Bahkan

pada tahun 2030 diperkirakan jumlah kematian mencapai angka 8 juta. Merokok

juga merupakan jalur yang sangat berbahaya menuju hilangnya produktivitas dan

hilangnya kesehatan. Menurut tobacco atlas yang diterbitkan oleh WHO,

merokok adalah penyebab bagi hampir 90% kanker paru, 75% penyakit paru

obstruktif kronis (PPOK), dan juga menjadi 25% penyebab dari serangan jantung

(rasti, 2008).
Remaja adalah anak yang telah mencapai umur 10-18 tahun untuk
perempuan dan 12-20 tahun untuk laki-laki, atau sudah menikah dan mempunyai
tempat untuk tinggal. Angka kejadian merokok pada remaja-remaja di Amerika
Serikat pada tahun 2000 melebihi 25% dari angka kejadian merokok pada orang
dewasa, dan dikatakan terdapat peningkatan sekitar 50% dari tahun 1988. Lebih
dari 80% perokok mulai sebelum umur 18 tahun serta diperkirakan sekitar 3000
remaja mulai merokok setiap hari. Angka kejadian merokok pada remaja lebih
tinggi di pedesaan dari pada di perkotaan. Variasi etnis dan budaya dalam hal
merokok mencerminkan interaksi yang majemuk antara pendapatan, harga
rokok, budaya, stress, keturunan, umur, jenis reklame dan reklame rokok.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat mendapatkan bahwa pada semua etnis,
kecuali orang Amerika keturunan Afrika, angka kejadian merokok pada remaja
lebih tinggi dari pada angka kejadian merokok pada orang dewasa. Remaja
wanita perokok jumlahnya lebih kecil dari jumlah laki-laki perokok kecuali pada
etnis kulit putih (Soetjiningsih, 2007).
Maraknya remaja yang menjadi perokok aktif cukup mengkhawatirkan.
Studi yang dilakukan University of Montreal School of Public Health
menemukan, ada tiga faktor utama yang melatarbelakangi para remaja
memutuskan merokok. Faktor tersebut adalah keinginan untuk mencoba, terbiasa
mengonsumsi minuman alkohol, dan mendapatkan nilai buruk di sekoah.
Demikian dikutip Huffington Post.
Peneliti mendapatkan kesimpulan setelah memelajari data lebih dari 1.293
remaja di wilayah Montreal yang menjadi bagian dari studi Ketergantungan
Nikotin pada Remaja di tahun 1999. Para remaja ini ditindaklanjuti dengan 22
“siklus” dari usia 12,7 tahun sampai rata-rata 24 tahun.

Hasilnya, sekitar 75 persen remaja merokok diawali dari keinginan


mencoba-coba. Sekitar 44 persen remaja mulai merokok sebelum mereka masuk
sekolah tinggi atau setara SMA. Ada 43 persen remaja yang merokok saat
menempuh pendidikan SMA. Dan, sekitar 14 remaja mulai merokok enam tahun
usai lulus dari SMA.
Tidak semua dari data tersebut yang memutuskan untuk terus menerus
merokok. Hanya saja peneliti mengungkapkan bahwa keinginan mencoba rokok,
minum alkohol, dan mendapatkan nilai buruk menjadi pemicu bagi remaja untuk
merokok.

Jennifer O’Loughlin, salah seorang peneliti mengatakan bahwa


munculnya keinginan merokok pada remaja kemungkinan disebabkan mulai
lepasnya kontrol keluarga terhadap mereka. Ketika anak berada di lingkungan
keluarganya, maka anak cenderung enggan dan mendapat larangan untuk
merokok. Namun kontrol ini akan renggang seiring mereka beranjak dewasa.
Lingkungan di luar keluarga inilah yang memungkinkan remaja penasaran
dengan kenikmatan sesaat dari rokok. ( Journal of Adolescent Health)
Indonesia menempati urutan ketiga di antara negara-negara dengan tingkat

agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Indonesia mengalami peningkatan

tajam konsumsi tembakau, yaitu 65 juta perokok atau 28% perpenduduk, dari

225 milyar batang pertahun, data dari hasil laporan WHO 2008 dengan statistik

jumlah perokok 1,35 miliar orang (www.carahidup.um.ac.id).

Lebih dari 42 juta anak terpapar asap tembakau pasif atau asap tembakau

lingkungan (ETS). Lebih dari setengah (57%) rumah tangga mempunyai

sedikitnya satu perokok dalam rumah dan hampir semuanya (91,8%) merkok di

dalam rumah. Diperkirakan bahwa lebih dari 43 juta anak tinggal bersama

dengan perokok dan sebagaian besar (68,8%) perokok mulai merokok sebelum

umur 19 tahun. Saat masih anak-anak atau remaja rata-rata umur mulai merokok

yang semula 18,8 tahun pada 1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001.

Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan bertambahnya

umur: dari 0,7% (10-14 tahun) ke 24,2% (15-19 tahun), melonjak ke 60,1% (20-

24 tahun). Remaja pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi

sebesar 65% lebih tinggi dari kelompok lain manapun (Depkes, 2003).

Mengingat banyaknya dampak yang ditimbulkan dari perilaku merokok,

seharusnya konsumsi rokok pada remaja semakin menurun, tetapi tidak begitu

pada kenyataannya. Dalam kondisi di lapangan peneliti masih menjumpai


banyak siswa SMA di kota Jakarta Timur merokok bahkan dilingkungan

sekolah dan pada jam sekolah.

Dari fenomena diatas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan

penelitian dilapangan dengan judul “gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku merokok pada anak SMA khususnya pada siswa SMA Negeri 51 di

Jakarta Timur”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah


“gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada siswa laki-
laki di Sekolah Menengah Atas Negeri 51 di Jakarta Timur Tahun 2015”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
pada siswa laki-laki di SMA Negeri 51 di Jakarta Timur Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran perilaku merokok pada siswa laki-laki di SMA
Negeri 51 di Jakarta Timur Tahun 2015 ditinjau dari aspek lingkungan.
b. Mengetahui gambaran perilaku merokok pada siswa laki-laki di SMA
Negeri 51 di Jakarta Timur Tahun 2015 ditinjau dari aspek pendidikan.
c. Mengetahui gambaran perilaku merokok pada siswa laki-laki di SMA
Negeri 51 di Jakarta Timur Tahun 2015 ditinjau dari aspek usia.
D. Manfaat
1. Bagi masyarakat
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan agar dapat memberikan
pengetahuan bagi masyarakat khususnya remaja mengenai dampak buruknya
perilaku merokok.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk memberikan masukan bagi pihak sekolah agar lebih mengontrol siswa
agar tidak merokok dan mempertegas aturan merokok bagi siswa serta
mengantisipasi stress yang mungkin terjadi pada siswa dengan lebih
mengaktifkan bimbingan dan konseling.
3. Bagi Institusi Kesehatan / RS
Dapat memberikan data atau gambaran tentang perokok yang ada pada
remaja.
4. Bagi Peneliti
Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama
perkuliahan dan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian
selanjutnya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Merokok
1. Pengertian Perilaku Merokok
Wibisono (2008) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan
kebiasaan yang sudah membudaya di Negara Indonesia. Konsumsi rokok
terus meningkat setiap tahun dengan total perokok aktif di Indonesia pada
tahun 2008 adalah sekitar 70% dari total penduduk. Oleh karena itu,
bukanlah sesuatu yang mencengangkan jika setiap saat dapat dijumpai orang
yang merokok di tempat-tempat umum, seperti pasar, angkot, jalan-jalan,
bahkan rumah sakit, tidak terkecuali lingkungan pendidikan seperti sekolah
dan kampus. Perilaku merokok dilakukan oleh orang dari berbagai lapisan
masyarakat, dari yang tua sampai yang muda, juga tidak mengenal
perbedaan jenis kelamin dan status pekerjaan. Perilaku merokok pada pelajar
pun merupakan fenomena sosial yang sudah amat sangat lumrah ditemui
dilingkungan sekolah (Arum, 2008).
Rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah
atau kertas. Sedangkan merokok didefinisikan sebagai kegiatan membakar
tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun
menggunakan pipa (Arum, 2008). Senada dengan itu definisi merokok juga
dikemukakan oleh amstrong seperti yang dikutip oleh Nasution (2007) yakni
menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan
menghembuskannya kembali ke luar.

2. Klasifikasi Perokok
Perwitasari (2006) mengungkapkan bahwa tingkatan merokok setiap
orang berbeda-beda tergantung dari seberapa sering seseorang merokok,
jumlah rokok yang dihisapnya dan lamanya merokok. Namun sebelumnya
perlu diketahui bahwa seseorang dikatakan sebagai perokok jika ia memiliki
kebiasaan merokok minimal 4 batang setiap hari dan telah menghisap 100
batang rokok dalam hidupnya. Mu’tadin (2004) mengelompokkan perokok
menjadi beberapa tipe, sebagai berikut :
a. Perokok sangat berat yaitu perokok yang mengkonsumsi rokok lebih dari
31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bagun pagi
b. Perokok berat yaitu perokok yang merokok sekitar 21-30 batang sehari
dengan selang waktu sejak bangun tidur pagi berkisar antara 6-30 menit
c. Perokok sedang yaitu perokok yang menghabiskan rokok 11-21 batang
dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun tidur
d. Perokok ringan yaitu menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan
selang waktu diatas 60 menit dari bangun tidur.
Selanjutnya menurut Silvan dan Tomkins (dikutip oleh Mu’tadin, 2004), terdapat tiga
tipe perilaku merokok berdasarkan Management of Affect Theory yakni sebagai
berikut :
a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Green seperti yang
dikutip oleh Perwitasari (2006) menambahkan ada tiga sub tipe ini, yaitu:
1) Pleasure relaxtion, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok
setelah minum kopi atau makan.
2) Simulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
3) Pleasure of handing the cigarette, perilaku merokok dilakukan hanya
karena kenikmatan yang diperoleh dari memegang rokok sedangkan
untuk menghisapnya hanya butuh waktu beberapa menit saja. Ada
pula perokok yang lebih senang berlama-lama untuk memainkan
rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia menyalakan apinya.
b. Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan negatif. Banyak orang yang
merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam dirinya (perwitasari,
2006). Misalnya merokok bila marah, gelisah, rokok dianggap sebagai
penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi,
sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
c. Perilaku merokok yang adiktif. Perokok yang sudah adiksi, akan
menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek rokok
yang dihisapnya berkurang
d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Perokok tipe ini
menggunakan rokok sama sekali bukan untuk mengandalikan perasaan
mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin.
Dapatdikatakan pada tipe ini, merokok sudah merupakan suatu perilaku
yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan atau disadari.
Pengklasifikasian perilaku merokok juga dapat dilihat dari tempat orang tersebut
merokok, seperti yang diungkapkan oleh Trim (dikutip oleh Perwitasari, 2006),
sebagai berikut :
a. Merokok ditempat umum atau ruang publik
1) Kelompok homogen (sama-sama perokok secara bersama-sama
mereka menikmati kebiasaanya)
2) Kelompok heterogen (merokok ditengah orang lain yang tidak
merokok)
b. Merokok ditempat-tempat yang bersifat pribadi
1) Di kantor atau kamar pribadi. Perokok yang merokok di ruangan
pribadi digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan
diri, penuh rasa gelisah dan mencekam
2) Di toilet. Perokok yang merokok di toilet digolongkan sebagai orang
yang suka berfantasi.

3. Efek merokok
Rokok mengandung setidaknya 4000 zat kimia antara lain nikotin,
karbonmonoksida, tar dan lain sebagainya. Ketiga zat tersebut merupakan zat
kimia yang paling membahayakan kesehatan manusia. Karbon monoksida
merupakan gas yang dapat langsung diserap pembuluh darah sehingga
berpengaruh langsung pada fungsi fisiologis seperti mengurangi kapasitas
oksigen yang dibawa oleh darah. Tar adalah partikel residu yangterdapat pada
asap rokok. Sementara itu nikotin merupakan zat yang menyebabkan
ketergantungan seseorang pada rokok.

4. Dampak Merokok
Perilaku merokok dapat menimbulkan banyak penyakit dan
memperberat penyakit lainnya (Perwitasari, 2006). Menurut Amstrong seperti
yang dikutip oleh Perwitasari (2006), penyakit jantung koroner, diabetes,
tekanan darah tinggi, kanker, stroke, dan ashma merupakan penyakit-penyakit
yang berkaitan dengan akibat perilaku merokok. Ahnyar (2009)
menambahkan bahwa dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat
dan Inggris, ditemukan bahwa kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan
timbulnya AIDS dua kali lebih cepat pada pengidap HIV.
Dalam penelitian lain yang dilakukan di Jerman ditemukan bahwa
responden yang memiliki ketergantungan nikotin akibat perilaku merokok
memiliki kualitas hidup yang lebih buruk, dan hampir 50% dari responden
perokok memiliki setidaknya satu jenis gangguan kejiwaan (Ahnyar, 2009).
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan
jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar
(hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran
nafas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya
sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru terjadi peningkatan
jumlah sel radang dan kerusakan alveoli (Ahnyar, 2009).
Akibat perubahan anatomi saluran nafas, pada perokok akan timbul
perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal
ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun.
Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk
emfisema paru-paru, bronkhitis kronis, dan asma (Ahnyar, 2009).
Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5
dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok,
terutama ciggarete, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang
secara tegas menyatkan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya
kanker paru-paru. Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren dan
uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan resiko
terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul
kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering (Ahnyar,
2009). Asap yang dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama
(main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke)(Ahnyar, 2009).
Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok,
sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara
bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.
Berdasarkan uraian diatas, perilaku merokok berdampak pada kesehatan
fisiologis dan psikologis seseorang. Dampak perilaku merokok tidak hanya
akan dirasakan oleh perokok itu saja tapi juga akan dirasakan oleh orang-
orang yang berada di sekitar perokok.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku merokok pada remaja

Perilaku adalah segala tindakan yang dilakukan oleh manusia yang mencakup

kegiatan motoris dan juga aktifitas atau kegiatan yang bersifat praktis atau jiwani.

Menurut Alisjahbana (1986: 96) bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh manusia

tercermin dari segala tindakan dan perbuatan untuk mencapai tujuannya dimana

manusia bergantung pada lingkungannya. Jujun (1994: 86) muncul teori KAP

(knowledge, attitude and practice) bahwa perilaku orang dipengaruhi oleh sikap
(attitude), pengetahuan (knowledge), akan tetapi semua perilaku terdapat variabel

penting yang menjembataninya yaitu variabel motivasi.

Kalangie (1994: 87) mengatakan bahwa perilaku merupakan tindakan atau

kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk kepentingan atau

pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan

norma kelompok yang bersangkutan.

Sehubungan dengan perilaku sosial, David. O. Sears (1995: 50)

mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi dan membentuk perilaku sosial

individu yaitu:

1. Faktor genetik.

Faktor genetik adalah faktor yang dibawah sejak lahir oleh manusia.

Faktor genetik ini merupakan faktor yang dibawah atau diwarisi oleh

orang tua.

2. Faktor pengalaman.

Situasi dan kondisi yang dipetik atau yang dialami serta diamati oleh

seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami dari perjalanan hidupnya

yang akan membentuk perilaku yang berlainan pada setiap individu

dalam mengembangkan perilaku sosialnya.

3. Faktor lingkungan.
Situasi dan kondisi yang dialami oleh seseorang sejak lahir, masa kanak-

kanak hingga masa dewasa baik dalam lingkungan keluarga maupun

lingkungan sekitarnya akan memberikan pengaruh yang berbeda pada

perkembangan masing-masing.

4. Faktor pendidikan.

Tingkat pendidikan yang berbeda akan memberikan tanggapan yang

berbeda pada kemampuan individu untuk berinteraksi.

Menurut Odum (1993: 307), perilaku merupakan tindakan yang tegas dari

suatu organisasi untuk menjamin hidupnya. Hal tersebut juga merupakan cara-

cara yang penting dimana individu-individu terpadukan menjadi himpunan

masyarakat yang terorganisir dan teratur. Secara lebih operasional perilaku dapat

diartikan sebagai respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan

(stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini berbentuk dua macam yaitu:

1. Bentuk pasif, adalah respon internal yang terjadi di dalam diri manusia

dan tidak secara langsung dapat terlihat orang lain.

2. Bentuk aktif adalah apabila perilaku jelas dapat di observasi secara

langsung (Soekidjo, 1996: 120).

Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok,

perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang

masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan
sehari-hari dilingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan-jalan.

Hampir setiap saat dapat dijumpai orang yang sedang merokok.

Perillaku Merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa

membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok

maupun menggunakan pipa (Sitepoe, 2000: 20). Merokok merupakan suatu

aktivitas yang sudah tidak lagi terlihat dan terdengar asing bagi kita. Sekarang

banyak sekali bisa kita temui orang-orang yang melakukan aktivitas merokok

yang disebut sebagai perokok.

Seseorang dikatakan sebagai perokok yang sangat berat, bisa diketahui dari

seberapa banyak rokok yang ia habiskan dalam setiap harinya. Seperti halnya

yang diutarakan sebagai berikut:

“Merokok yang dikatakan perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi

rokok lebih darai 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah

bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang

waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang

menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah

bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan

selang waktu 60 menit dari bangun pagi. (http//www.e-

psikologi/merokok+remaja.com).
Conrad and Miller dalam Sitepoe (2000: 17) menyatakan bahwa “seseorang

akan menjadi perokok melalui dorongan psikologis dan dorongan fisiologis”.

Dorongan psikologis biasanya pada anak remaja adalah untuk menunjukkan

kejantanan (bangga diri), mengalihkan kecemasan dan menunjukkan

kedewasaan. Dorongan fisiologis adalah nikotin yang dapat menyebabkan

ketagihan sehingga seseorang ingin terus merokok.

Di Indonesia, kebanyakan anak-anak remaja mulai merokok karena

kemauan sendiri, melihat teman-temannya merokok, dan diajari atau dipaksa

merokok oleh teman-temannya. Merokok pada remaja karena kemauan sendiri

disebabkan oleh keinginan menunjukkan bahwa dirinya telah dewasa.

Umumnya mereka mulai dari perokok pasif (menghisap asap rokok orang lain

yang merokok) lantas jadi perokok aktif. Mungkin juga semula hanya mencoba-

coba kemudian menjadi ketagihan akibat adanya nikotin di dalam rokok.

Hampir disetiap tempat berkumpul remaja atau anak-anak usia sekolah

menengah kita menemukan para remaja merokok.

Harus kita sadari bahwa merokok bagi para remaja khususnya remaja yang

masih berusia sekolah menengah sudah menjadi hal biasa dan dapat

dibanggakan bagi mereka, bahkan banyak dari mereka sudah menjadi perokok

aktif. Di Indonesia, anak-anak berusia muda mulai merokok disebabkan

beberapa faktor diantaranya yaitu karena kemauan sendiri, melihat teman-


temannya, dan di ajari atau dipaksa merokok oleh teman-temannya (Sitepoe,

2000: 17).

Merokok juga merupakan salah satu yang dilakukan oleh para remaja untuk

menyatakan bahwa mereka diterima dan teridentifikasi menjadi suatu kelompok

tertentu. Remaja cenderung merokok jika mereka:

1. Memiliki teman-teman atau keluarga merokok.

2. Sukar mengatakan tidak, terutama kepada teman-teman atau oarang-

orang yang ingin buat mereka terkesan.

3. Tidak mengetahui resikonya.

Ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab dan yang mempengaruhi

remaja memiliki perilaku merokok.

1. Alasan remaja merokok

Begitu banyak sebab atau alasan yang disampaikan oleh remaja

mengapa dia melakukan aktivitas merokok. Sebagian besar remaja

melakukan aktivitas merokok karena ia ingin terkesan dewasa, gagah

atau “macho”. Faktor pendorong remaja mulai melakukan aktivitas

merokok, antara lain:

a. Rasa ingin tahu sampai menjadi ketergantungan.

b. Untuk meningkatkan kesan “kejagoan”

c. Hasrat berkelompok dengan kawan senasib dan sebaya.


d. Adanya stress atau konflik batin atau masalah yang sulit

diselesaikan.

e. Dorongan sosial dari lingkungan yang mendesak remaja untuk

merokok atau kalau tidak merokok dianggap tidak solider dengan

lingkungan sosialnya.

f. Ketidak tahuan akibat bahaya merokok. (PMI, 1996: 41).

2. Lingkungan yang dapat mempengaruhi individu merokok.

Faktor penyebab remaja merokok biasanya dari faktor lingkungan.

Faktor lingkungan bisa saja dari faktor keluarga, tempat tinggal atau

bahkan lingkungan pergaulan. Seperti yang disampaikan oleh Darvil dan

Powell (2002: 121) bahwa remaja cenderung merokok karena memiliki

teman-teman atau keluarga yang merokok.

Ada lingkungan yang menganggap merokok merupakan suatu hal

yang kurang pantas dilakukan oleh para remaja. Tetapi, ada juga

lingkungan dimana merokok pada remaja adalah suatu hal yang wajar

atau bahkan jika remaja laki-laki tidak merokok akan dibilang remaja

laki-laki yang aneh. Selin itu, ada juga remaja laki-laki yang merokok

disebabkan karena ia melihat ayahnya merokok.

Bagi remaja solidaritas kelompok adalah suatu hal yang penting.

Remaja cenderung untuk melakukan apa yang sering dilakukan


kelompok. Apabila dalam suatu kelompok remaja, merokok adalah

suatu aktivitas yang sering dilakukan maka remaja yang tergabung di

dalamnya cenderung untuk melakukan aktivitas merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sering ditemui dalam

kehidupan sehari-hari. Gaya hidup ini menarik sebagai suatu masalah

sosial dimana remaja yang semestinya tidak merokok berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan baik dari dampak yang ditimbulkan

maupun dari pandangan sosial masyarakat yang menganggap bahwa

remaja yang merokok dianggap sebagai suatu penyimpangan sosial.

Menjadi perokok berat merupakan hasil dari proses eksperimen yang

umumnya dimulai sejak masa remaja. Ada banyak alasan yang melatar

belakangi perilaku merokok pada remaja. Secara umum perilaku

merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya

perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam diri,

juga disebabkan faktor lingkungan

C. Konsep remaja.

Sering kali dengan gampang orang mendefinisikan remaja sebagai periode

transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau disebut juga usia belasan.
Hurlock (1999: 206) menyatakan bahwa “secara psikologis masa remaja adalah usia

dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa”.

Remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak dan orang dewasa.

Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis

dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa

anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik,

mental, emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan

(pardede, 2002).

Berdasarkan kronologi dan berbagai kepentingan, terdapat beberapa defenisi

tentang remaja (Soetjiningsih, 2004) yaitu:

1. Pada buku -buku pediatric, pada umumnya mendefeniasikan remaja adalah

apabila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak

perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.

2. Menurut Undang-Undang no. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak,

remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.

3. Menurut Undang-Undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah

mencapai umur 16-18 tahun dan sudah menikah dan mempunyai tempat

untuk tinggal.
4. Menurut Undang-Undang perkawinan No. 1 tahun1979, anak dianggap

remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk

perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.

5. Menurut Diknas anak dianggap remaja apabila anak sudah berumur 18

tahun, yang sesuai saat lulus sekolah menengah.

6. Menurut WHO, remaja bila anak mencapai umur 10-18 tahun.

Remaja dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan

psikososial dan seksual, akan melewati tahap berikut: masa remaja awal/dini (early

adolescence) umur 11-13 tahun, masa remaja pertengahan (middle adolescence)

umur 14-16 tahun, masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17-20 tahun (rejeki,

2007).

Menjadi perokok berat merupakan hasil dari proses eksperimen yang umumnya

dimulai sejak masa remaja. Mula-mula individu mencoba merokok, merasakan

tekanan rekan sebaya untuk merokok, dan mengembangkan sikap tentang seperti

apa seorang perokok. Setelah melalui proses-proses tersebut, barulah individu

menentukan apakah akan mengkonsumsi nikotin atau tidak. dalam proses tersebut

peran teman sebaya menjadi lebih penting mengingat akan tahapan perkembangan

remaja yang menitik beratkan pada penerimaan dari rekan sebaya. Berbagai faktor
meliputi fisiologis, psikologis, dan faktor-faktor sosial menjadi alasan seseorang

remaja menjadi perokok (sentika, 2008)

D. Lingkungan sekolah.

a. Orang tua/ keluarga

Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seseorang sedang

mengalami masa kritis yang disebabkan karena ia akan beranjak menuju

kedewasaan. Dalam masa peralihan ini remaja sedang mencari identitasnya.

Dalam proses perkembangan yang sedang sulit dan masa-masa yang

membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari

orang yang dicintainya dan dekat dengannya terutama dari keluarga. Dengan

demikian komunikasi antara anggota keluarga mempunyai peranan yang sangat

penting dalam membentuk kepribadian remaja.

Kurangnya komunikasi antara anggota keluarga dapat menjadi penyebab

utama dari timbulnya berbagai masalah pada remaja. Kenakalan remaja, seperti

perilaku merokok, dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-

kanak dan masa berikutnya, karena orang tua telah sibuk dengan berbagai

aktivitas. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah kenakalan remaja yang

paling dominan adalah dari keluarga yang merupakan lingkungan yang paling

pertama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan anak pihak


orang tua hendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu sikap atau cara-

cara yang bersifat preventif dan cara yang bersifat represif (Afriani, 2009).

b. Teman-teman

Kebanyakan remaja pertamakali merokok karena pengaruh teman.

Remaja perokok akan mempunyai teman yang sebagian besar adalah perokok

juga. Berbagai faktor mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok

maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah peokok juga dan

demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada 2 kemungkinan yang terjadi,

pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman- temannya atau bahkan teman-

teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya

mereka semua menjadi perokok. Di antara remaja perokok terdapat 87%

sekurang-kurangnya mempunyai satu atau lebih sahabat yang perokok

begitupula dengan remaja non perokok (Widianti, 2009).

Remaja mulai merokok karena pengaruh dari teman. Hal ini karena

untuk iseng, agar terlihat tenang pada saat berpacaran, berani ambil resiko,

karena bosan dan tidak ada yang sedang dilakukan, dan kelilhatan seperti orang

dewasa (nainggolan, 1998).

E. Psikologi Remaja

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa

ini mood (suasana hati) bisa berubah sangat cepat. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah

dari mood senang luar biasa kesedih luar biasa, sementara orang dewasa

memerlukan hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada

remaja sering kali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah

atau kegiatan sehari- hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-

rubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah

psikologis (Atkinsom, 1999).

Masalah kesadaran diri pada remaja mengalami perubahan yang

dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Remaja sangat rentan

terhadap pendapat orang lain karena remaja beranggapan bahwa orang lain

sangat mengagumi atau saling mengkritik. Anggapan itu mebuat remaja

sangat memperhatikan diri dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja

cenderung beranggapan dirinya sangat unik dan bahkan remaja percaya

keunikan akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Pada saat inilah,

remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan

impian dan angan-angan terhadap kenyataan (Mappiare, 1992).

Tindakan impulsif sering dilakukan oleh sebagian remaja karena remaja

tidak sadar dan belum bisa memperhitungkan akibat jangka pendek atau

jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertanggung

jawabkan perbuatannya, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih


berhati-hati, lebih percaya diri, dan mampu bertanggung jawab. Rasa percaya

diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar

pembentukan jati diri positif pada remaja. Bimbingan orang yang lebih tua

sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan dalam menghadapi masalah.

Remja akan membayangkan apa yang dilakukan oleh para idolanya

untuk menyelesaikan masalah. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat

penting bagi remaja. Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada

remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan-

kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah

perilaku yang mengandung resiko dan berdampak negatif pada remaja.

Perilaku yang mengandung resiko pada remaja misalnya seperti penggunaan

alkohol, tembakau, aktivitas sosial yang berganti-ganti pasangan dan perilaku

menentang bahaya seperti balapan, selancar udara, dan layang gantung.

Alasan perilaku yang mengandung resiko adalah bermacam-macam dan

berhubungan dengan dinamika fobia balik (conterphobic dynamic), rasa takut

dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan

dinamika kelompok seperti tekanan teman sebaya (Widianti, 2009).

F. Media Iklan

Iklan merupakan media informasi yang dibuat sedemikaian rupa agar

dapat menarik minat khalayak, original, serta memiliki karakteristik tertentu


dan persuasif sehingga para konsumen atau khalayak secara sukarela terdorong

untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan.

Banyaknya iklan rokok dimedia cetak, elektronik dan media luar ruang

telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Salah satu iklan

yang dianggap cukup berbahaya dan paling sering melanggar etika periklanan

adalah iklan rokok.

Penggambaran tokoh serta adegan-adegan menantang dalam iklan

membuat para masyarakat khususnya remaja dan anak-anak menirunya. Iklan-

iklan yang ada merangsang mereka untuk merokok dengan bujukan yang

berbeda. Meskipun dalam iklan rokok tidak digambarkan orang merokok akan

tetapi adegan-adegan yang identik dengan keperkasaan atau kebebasan

mempengaruhi mereka untuk mengkonsumsi rokok.

Remaja juga dikesankan lebih hebat bila merokok. Idola para remaja mulai

dari penyanyi, grup hingga bintang film dilibatkan sebagai model dalam iklan

rokok. Industri rokok paham betul bahwa remaja sedang berada pada tahap

mencari identitas. Melalui iklan televisi, biasanya para remaja meniru dan

mengikuti gaya hidup idolanya. Industri rokok juga sangat paham

mengkondisikan perasaan positif pada benda yang diiklankan di televisi. Tema

iklan rokok selalu menampilkan pesan positif seperti macho, bergaya, peduli,

dan setia kawan. Efek kultifasi memberikan kesan bahwa televisi mempunyai
dampak yang sangat kuat pada diri individu. Bahkan orang-orang yang terkena

efek ini menganggap bahwa lingkungan disekitar sama seperti yang tergambar

dalam media televisi.

Berdasarkan teori dari David, Osears (1995), PMI (1996), Darvil dan

Powell (2002), Perwitasari (2006) dan Ahyar (2009). Di dapat kan kerangka teori

sebagai berikut :

Bagan Kerangka teori

Faktor-faktor pengaruhi perilaku


merokok pada remaja :

1. Lingkungan
2. Orang tua/ keluarga
3. Teman-teman Perilaku merokok
4. Psikologis
5. Media / iklan
6. Genetik
7. Pengalaman
8. Pendidikan
9. Usia
10. Jenis kelamin

Dampak merokok :

1. Jantung koroner
2. Diabetes
3. Hipertensi
4. Astma
5. PPOK
6. AIDS
BAB III

KERANGKA PENELITIAN, HIPOTESIS PENELITIAN DAN

DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Penelitian

Faktor-faktor yang pengaruhi perilaku


merokok pada remaja

1. Lingkungan Perilaku merokok


2. Pendidikan
3. Usia
4. Media / iklan
B. Definisi Operasional.

No. Variable Definisi operasional Cara Hasil ukur Skala


ukur ukur
1. Faktor- faktor yang
mempengaruhi perilaku
merokok pada remaja :
1. Lingkungan Tempat remaja tinggal dan Kuisioner 1. Ya Nominal
bersosialisasi 2. Tidak

2. Pendidikan Jenjeang pendidikan yang sedang Kuisioner 1. SD Ordinal


dijalani remaja 2. SMP
3. SMA

3. Usia Jumlah umur dari lahir sampai saat Kuisioner 1. 10 – 15 thn Interval
ini 2. 15 - 20 thn
3. 20 – 25 thn

4. Media / iklan Alat untuk menyampaikan pesan Kuisioner 1. Koran Nominal


perdagangan 2. Televisi
3. Gadget
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Jakarta Timur, dengan

memfokuskan lokasi pada SMA Negeri 51 di Jakarta Timur. Peneliti mengambil

lokasi ini sebagai tempat penelitian, dengan pertimbangan bahwa SMA Negeri 51

adalah salah satu SMA di Jakarta Timur yang juga pada saat ini sedang dilanda

maraknya penggunaan rokok oleh generasi muda.

B. POPULASI DAN SAMPEL

Objek penelitian ini di fokuskan pada remaja yang ada di SMA Negeri 51

Jakarta Timur dalam kaitannya dengan perilaku merokok pada remaja di SMA

Negeri 51 Jakarta Timur, untuk itu penetapan populasi dalam penelitian ini

mencakup seluruh remaja laki-laki yang masih duduk di bangku SMA Negeri 51

Jakarta Timur dengan jumlah populasi yaitu kelas X sebanyak 224, kelas XI 423,

dan kelas XII sebanyak 181. Jadi jumlah populasi seluruhnya sebanyak 828 siswa

laki-laki.

Keseluruhan populasi tersebut tidak mungkin akan diambil datanya oleh

peneliti secara satu per satu. Karena cara demikian selain tidak efisien juga tidak

menghemat waktu dan biaya penelitian yang digunakan. Untuk itu, peneliti
menetapkan sampel penelitian yang dianggap dapat mewakili masing-masing

populasi yang telah ditetapkan yaitu 30 % atau di tambah 10 % dari jumlah

popilasi yang ada atau dengan rumus di bawah ini (Setiadi, 2013) adalah

sebagai berikut :

n= N

1 + N (d kuadrat)

Keterangan :

1. N = besarnya populasi

2. n = besarnya sampel

3. d = tingkat kepergayaan yang diinginkan.

Sehingga didapat sampel sebanyak 290 siswa SMA Negeri 51 Jakarta Timur.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan yang dilakukan dengan cara menelaah berbagai buku,

literatur, atau bahan tertulis lainnya yang erat kaitannya dengan objek

permasalahan yang diteliti.


2. Penelitian lapangan yaitu dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan

data secara langsung kepada sejumlah responden dengan teknik :

a. Wawancara langsung terhadap sejumlah informan dengan materi

wawancara yang menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

merokok pada remaja.

b. Observasi, yaitu pengamatan langsung dilokasi penelitian terhadap

sasaran penelitian, yaitu remaja atau siswa SMA Negeri 51 Jakarta

Timur yang merokok. Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data

tentang frekuensi perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 51

Jakarta Timur.

c. Angket (kuesioner)

3. Sebagai instrumen utama dalam penelitian yang dibuat suatu daftar yang

berisikan rangkaian pertanyaan tertulis mengenai suatu masalah atau bidang

yang diteliti guna memperoleh data dari responden tentang objek yang akan

diteliti.

D. Teknik penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel diambil

secara acak dengan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap sample
yang terpilih . untuk mengambil sample secara acak dapat menggunakan nomor

acak sesuai dengan nomor siswa pendidikan.

E. Intstrumen Penelitian

Saryono (2011) mengungkapkan instrumen penelitian merupakan alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen

penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian karena

menentukan keakuratan data yang diperoleh.

F. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut Hidayat (2007), terdiri dari 4 macam yaitu:
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden,

dengan bentuk lembar persetujuan. Lembar persetujuan diberikan sebelum

penelitian kepada responden yang akan diteliti. Lembar ini dilengkapi dengan

judul penelitian dan manfaat penelitian, sehingga subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa dan

harus tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Anonomity
Anonimity digunakan untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak

akan mencantumkan nama responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan


kode pengganti nama responden.

3. Confidentiality
Informasi yang telah dikumpulkan dari responden akan dijamin kerahasiaanya

oleh peneliti, dan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu.

4. Asas Keadilan (Justice)


Prinsip ini bertujuan untuk menjunjung tinggi keadilan responden dengan
menghargai hak-hak dalam memberikan informasi, dan hak menjaga privasi
responden.

G. Validitas Dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitasi

Menurut Suharsimi, (2006) dan Ristian, (2010) menyatakan validitas


adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan suatu
instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan dan apabila dapat mengungkap data dari variable yang
di teliti secara tepat (Arikunto, 2002).

Selanjutnya untuk menghasilkan hasil uji validitas akan digunakan


rumus korelasi product moment.

𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
rxy=
√[𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 ][𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 ]

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi product moment

X : nilai
Y : jumlah nilai

∑ 𝑋𝑌 : jumlah hasil nilai X dan Y

∑𝑋 : jumlah hasil nilai X

∑𝑌 : jumlah hasil nilai Y

N : banyaknya responden (Suharsini Arikunto, 2002)

Keterangan :

r : Koefisien korelasi ntara x dan y, kemudian r dikonsultasika dengan


table r product moment menggunakan taraf signifikansi 0,05 dikatakan
valid jika r hitung > r table.

Hasil rumus tersebut kemudian dianalisa kembali dan bila perhitungan


(r11) lebih besar dari r table maka instrument dinyatakan valid
(Nursalam,2003).

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen


cukup dipercaya atau diandalkan untuk digunakan sebagai alat instrument.
Hal ini berarti rmenunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu konsisten
atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat yang sama
(Notoatmodjo, 2012).

Uji reliabilitas dapat menggunakan tehnik komputerisasi


menggunakan program statistic SPSS 12.0 dengan menggunakan rumus
Alpha cronbach:
𝐾 ∑ 𝜎2𝑏
r11 = [(𝐾−1) ] [1 −
𝜎2𝑡
]

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrument

K = banyaknya butir pertanyaan / pernyataan

∑ 𝜎 2𝑏 = jumlah varians butir

𝜎2𝑡 = varians total

Keterangan :

Harga r11 hitung > N table dinyatakan realibel,sedangkan jika

r11hitungannya < dari table maka perangkat tersebut tidak memenuhi syarat
sebagai alat pengumpul data dan uji ini akan dilakukan dengan
menggunakan computer program SPSS versi 12.0.

Suatu instrument dikatakan reliable jika alpha lebih dari 0,6 sampai
mendekati 1, semakin mendekati 1kuisioner dikatakan reliable
(Arikunto,2006). Taraf signifikan pada penelitian ini 5% jika p value <
0,05 maka kuisioner dikatakan reliaabel.

H. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada siswa laki-laki di Sekolah Menengah Atas Negeri 51
di Jakarta Timur Tahun 2015 dengan prosedur sebagai berikut :

1. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada pihak Sekolah


Menengah Atas Negeri 51 di Jakarta Timur Tahun 2015. Setelah proposal
penelitian disetujui oleh pembimbing dan koordinator mata ajar.
2. Menyerahkan surat pengantar izin penelitian untuk melakukan penelitian di
Sekolah Menengah Atas Negeri 51 di Jakarta Timur Tahun 2015, serta
menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini.

3. Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian kemudian


meminta kesediaan responden dengan menandatangani surat pernyataan
bersedia menjadi responden.

4. Menyebarkan angket atau questioner kepada responden dan menjelaskan cara


mengisi questioner. Angket diberikan kepada seluruh siswa laki-laki di
Sekolah Menengah Atas Negeri 51 di Jakarta Timur Tahun 2015. Adapun isi
angket ini tentang variable indevenden dan dependen yang ada pada kerangka
konsep.

5. Menunggu responden mengisi questioner.

6. Setelah selesai peneliti mengakhiri pertemuan dengan responden.

7. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan computer


menggunakan program spss.

I. Analisa Data
Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun menggunakan
bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa di analisa dan analisa data
yang digunakan dalam penelituian ini adalah analisa univariat yaitu analisa suatu
variable yang di gunakan untuk melakukan analisa distribusi dan persentase dari
masing-masing variable (Notoatmodjo,2005), pada penelitian ini akan terlihat
distribusi responden. Adapun rumus yang digunakan untuk analisa tersebut
adalah:

Rumus analisa univariat :

𝐹
P= X 100%
(𝑁)𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

Keterangan:

P : persentas

F : Frekuensi/ skor yang didapat oleh responden

N : Skor total soal

a) Mean
Mean adalah teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas
nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Hasil mean ini didapatkan
dari menjumlahkan seluruh individu dalam kelompok itu lalu
dibagi dengan jumlah individu yang ada dalam kelompok tersebut
(Sugiono,1997).

∑𝑋
Mean=
𝑛

Keterangan :

M : Mean

X : nilai

n : jumlah subjek (responden)


J. Alat pengumpulan data

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah menggunakan


kuisioner. Dengan membagikan questioner kepada responden dan mengisi
pertanyaan yang ada di dalam questioner yang terdiri atas

Kuisioner A

Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui data faktor-faktor yang pengaruhi


perilaku merokok seperti Lingkungan, pendidikan, usia, dan media/iklan yang
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan menggunakan skala Guttman dengan skor 1
untuk jawaban YA dan skor 0 untuk jawaban TIDAK.
DAFTAR PUSTAKA

Afriani, L. (2009). Pengaruh Lingkungan Terhadap Pergaulan Remaja.jurnal remaja,


(on line),( http://afriyaniremaja.blogspot.com/) , Diakseses 2 juli 2015.
Alisjahbana, s. Takdir. (1986). Antropologi Baru, Nilai-Nilai Sebagai tenaga
Integrasi Dalam Pribadi Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta. PT. Dian
Rakyat.
Atkinson, 1999. Pengantar Psikologi. . Jakarta : Erlangga
Basyir, A, U. (2006). Mengapa Ragu Tinggalkan Rokok?. Jakarta : Pustaka AT-
Tazkia
Depkes. ( 2003). Konsumsi Tembakau dan Prevalensinya di Indonesia. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Tuwu, Alimudin.( 1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press)
Widianti, E.(2009). Remaja dan Permasalahannya: Bahaya Merokok, Penyimpangan
Seks Pada Remaja dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras/. (on line),
(http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploac/publikasi_dosen/1A%20ma
kalah.remaja&masalahnya.pdf), diakses 19 juni 2014.
Choirul, I. (2013). Tiga Alasan Utama Merokok.(http://sidomi.com/220346/tiga-
alasan-utama-remaja-merokok/), (on-line), diakses 21 Juni 2015.

Anda mungkin juga menyukai