Anda di halaman 1dari 19

Seminar Perpajakan

Perusahaan Manufaktur
(PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk.)

Disusun Oleh:

Pengky Sandika 125130464


Lukas Gunawan 125140140
Ridho Ramadhani 125140022
Hans Arnoldi 125140606
Kelas: AY
PENDAHULUAN
Seiring dengan semakin berkembangnya tingkat perekonomian di Indonesia, semakin
banyak pula berbagai jenis dan ukuran perusahaan yang didirikan untuk menunjang
perekonomian tersebut. Salah satu contoh perusahaan yang telah banyak didirikan di
Indonesia yaitu perusahaan manufaktur.

Secara umum, perusahaan manufaktur adalah suatu cabang industri yang


mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk
mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual.

Istilah ini bisa digunakan untuk aktivitas manusia, dari kerajinan tangan sampai ke
produksi dengan teknologi tinggi, namun demikian istilah ini lebih sering digunakan untuk
dunia industri, di mana bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar.

Manufaktur ada dalam segala bidang sistem ekonomi. Dalam ekonomi pasar bebas,
manufakturing biasanya selalu berarti produksi secara masal untuk dijual ke pelanggan untuk
mendapatkan keuntungan.

Karakteristik Perusahaan Manufaktur


Perusahaan dagang dibedakan dari jenis lain dengan melihat ciri khusus yang melekat
dalam perusahaan dagang. Ciri-ciri perusahaan dagang adalah sebagai berikut:
1. Bentuk Produk yang Diperjuabelikan,
Dalam perusahaan manufaktur, produk yang diperjualbelikan adalah barang yang
nilainya sudah ditambahkan yaitu barang mentah yang diproses menjadi barang jadi.
Contohnya adalah sabun, baju, dan sebagianya
2. Adanya Perubahan Bentuk atau Nilai dari Produk Yang Diperdagangkan
Aktivitas utama perusahaan manufaktur adalah membeli, memproses, dan menjual
barang dagang yang sudah menjadi finished goods dengan mengubah bentuk dan
menambah nilainya.
3. Akun-Akun Khusus
Terdapat akun-akun khusus yang didapati perusahaan manufaktur, misalnya material
terbagi atas direct material dan indirect material, akun labor terbagi atas direct labor dan
indirect labor, kemudian ada work in process, finished goods dan sebagainya.
4. Penghitungan Laba/Rugi
Pola penghitungan laba/rugi perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan jasa,
karena terdapat akun-akun khusus. Dalam perusahaan jasa, laba didapatkan dengan cara
mengurangi pendapatan dengan beban. Tetapi, dalam perusahaan manufaktur, laba yang
diperoleh dengan cara berikut:
Secara khusus, dalam makalah ini akan dibahas mengenai PT. Unilever Indonesia, Tbk.
yang merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang cukup terkenal di Indonesia..
PT. Unilever Indonesia adalah perusahaan multinasional yang berkantor pusat
di Rotterdam, Belanda (dengan nama Unilever N.V.) dan London, Inggris (dengan nama
Unilever plc.) . Unilever memproduksi produk berupa makanan, minuman, pembersih, dan
juga perawatan tubuh. Unilever adalah salah satu perusahaan paling tua di dunia yang masih
beroperasi, dan saat ini menjual produknya ke lebih dari 190 negara. Unilever memiliki lebih
dari 400 merek dagang. Unilever dibagi menjadi empat divisi utama, yakni Makanan,
Minuman dan Es Krim, serta Perawatan Rumah Tangga, dan Perawatan Tubuh. Unilever
memiliki pusat riset dan pengembangan di Inggris, Belanda, Tiongkok, India, dan Amerika
Serikat.

Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Lever Zeepfabrieken


N.V. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia dan
pada 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk.

Unilever Indonesia melepas 15% sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya pada tahun 1981. Unilever Indonesia mempunyai lebih dari 1.000 distributor di
seluruh Indonesia.

Unilever memiliki beberapa anak perusahaan di Indonesia, yakni :

 PT Anugrah Lever
 PT Technopia Lever
 PT Knorr Indonesia
 PT Sara Lee
DASAR HUKUM
Sebagai operator supermarket, hipermarket, minimarket, dan gerai kesehatan dan
kecantikan, kegiatan usaha Perseroan dipengaruhi oleh beberapa peraturan di Indonesia,
termasuk namun tidak terbatas pada:

1. PERATURAN PENTING DI BIDANG RETAIL


 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
SIUP wajib dimiliki oleh perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan.
Jenis SIUP yang diwajibkan tergantung pada jenis perusahaan yang terdiri dari SIUP
kecil, SIUP menengah dan SIUP besar. Perusahaan perdagangan didefinisikan sebagai
setiap bentuk usaha yang menjalankan kegiatan usaha di sektor perdagangan yang
bersifat tetap, berkelanjutan, didirikan, bekerja dan berkedudukan dalam wilayah
negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. SIUP
berlaku sepanjang perusahaan masih melakukan kegiatannya meskipun ada kewajiban
untuk melakukan daftar ulang setiap lima tahun.

 Izin Usaha Toko Modern (IUTM)


Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai
jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department
store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Untuk melakukan
kegiatan usaha yang termasuk dalam kategori toko modern tersebut diatas, suatu
perusahaan wajib memiliki IUTM. IUTM tersebut diterbitkan oleh pemerintah daerah
setempat dalam hal ini Bupati/Walikota dan Gubernur (untuk wilayah Provinsi DKI
Jakarta). Bupati/Walikota atau Gubernur dapat mendelegasikan kewenangan mereka
untuk menerbitkan IUTM kepada Kepala Dinas Perdagangan atau pejabat lain yang
bertanggung jawab dalam bidang perdagangan atau pelaksanaan jasa satu pintu. Suatu
perusahaan yang telah memperoleh IUTM tidak diwajibkan memperoleh SIUP,
sedangkan apabila perusahaan tersebut telah memperoleh SIUP, perusahaan tersebut
harus memperoleh IUTM. IUTM berlaku untuk 1 lokasi usaha dan harus didaftarkan
ulang setiap 5 tahun.
 Peraturan Presiden No. 112 tahun 2007
Toko modern harus tunduk pada Peraturan Presiden No. 112 tahun 2007
tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern (Perpres No. 112) dan peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Menteri
Perdagangan No. 53/M-Dag/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern (“Peraturan No. 53/2008”).
Toko modern termasuk minimarket, supermarket dan hypermarket. Toko modern juga
diwajibkan untuk bekerja sama dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (“UMKM”).
Kerjasama ini dapat dilakukan dalam bentuk pemasaran produk UMKM yang
dikemas atau dikemas ulang dengan merek pemilik produk atau merek lain yang
disetujui untuk meningkatkan nilai jual barang atau pemasaran produk-produk
UMKM pada etalase atau outlet toko modern.

 Peraturan Pelaksanaan
Sebagaimana telah disebutkan di atas, IUTM diterbitkan oleh Bupati/Walikota
atau, untuk wilayah DKI Jakarta, oleh Gubernur. Dengan demikian, untuk
menerbitkan IUTM, pemerintah daerah perlu mengeluarkan peraturan daerah yang
mengatur, antara lain, tata cara untuk memperoleh IUTM. Sebelum berlakunya
Perpres No. 112/2007 dan Peraturan No. 53/2008, beberapa pemerintah daerah di
Indonesia (contohnya pemerintah daerah DKI Jakarta) telah menerbitkan peraturan-
peraturan daerah mengenai toko modern. Berkaitan dengan hal ini, Perpres No.
112/2007 dan Peraturan No. 53/2008 mengisyaratkan pemerintah-pemerintah daerah
di Indonesia untuk :
1) Menerbitkan peraturan daerah baru mengenai IUTM; atau
2) Menyesuaikan peraturan-peraturan daerah yang sudah ada tentang toko modern
agar sesuai dengan Perpres No. 112/2007 dan Peraturan No. 53/2008. Banyak
pemerintah daerah belum menerbitkan peraturan-peraturan daerah sebagai
peraturan pelaksanaan dari Perpres No. 112/2007 dan Peraturan No. 53/2008.

2. PERATURAN MENGENAI FARMASI


 Izin Pedagang Eceran Obat
Pedagang Eceran Obat adalah orang atau badan hukum Indonesia yang
memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat bebas terbatas untuk dijual
secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat izin. Pedagang
Eceran Obat menjual secara eceran obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas
dalam bungkusan dari pabrik yang membuatnya. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 167/Kab/B.VII/1972 TAHUN 1972 sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1331/MENKES/SK/X/2002 TAHUN 2002 tentang
Pedagang Eceran Obat (Permenkes No. 167/1972), untuk mendirikan usaha sebagai
Pedagang Eceran Obat, permohonan Ijin Pedagang Eceran Obat atau Toko Obat harus
diajukan kepada Dinas Kesehatan Daerah setempat. Pemegang Ijin Pedagang Eceran
Obat atau Toko Obat dapat terdiri dari perusahaan negara, perusahaan swasta atau
perorangan. b. Izin Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
922/MENKES/PER/X/1993 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotik (“Permenkes No. 922”), apotek adalah suatu tempat tertentu,
tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (“Permenkes No. 1027”), sebuah
apotik harus dipimpin oleh seorang apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang
telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia
sebagai apoteker. Berdasarkan Permenkes No. 922, untuk mendapatkan Surat Izin
Apotik (“SIA”), apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana
yang telah memenuhi persyaratan, harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk
sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik
pihak lain. Apotek dapat juga melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar
sediaan farmasi.

3. PERATURAN PENTING DI BIDANG WARALABA

Menteri Perdagangan mengeluarkan Peraturan No. 53/M-DAG/PER/8/2012


tanggal 24 Agustus 2012 tentang Penyelenggaraan Waralaba (Peraturan No. 53/2012).
Peraturan No. 53/2012 mewajibkan pemberi waralaba dan penerima waralaba untuk
menggunakan bahan baku, peralatan usaha serta menjual barang dagangan paling sedikit
80% barang dan/atau jasa produksi dalam negeri ("Kewajiban Penyediaan Konten
Lokal"). Berdasarkan ketentuan Peraturan No. 53/2012, Kementerian Perdagangan dapat
memberikan pengecualian terhadap Kewajiban Penyediaan Konten Lokal setelah adanya
rekomendasi yang diberikan oleh tim penilai yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal
Perdagangan Dalam Negeri. Kegiatan usaha waralaba wajib dijalankan sesuai dengan
perijinan teknis yang diberikan dan hanya diijinkan untuk menjual barang atau produk
lain yang berjumlah tidak lebih dari 10% dari total jumlah jenis barang yang dijual untuk
mendukung kegiatan usaha utama waralaba. 95 Group Selain Peraturan No. 53/2012,
Menteri Perdagangan juga mengeluarkan Peraturan No. 68/M-DAG/PER/10/2012 tanggal
29 Oktober 2012 tentang Waralaba untuk Jenis Toko Modern (“Peraturan No. 68/2012”).
Salah satu ketentuan penting dalam Peraturan No. 68/2012 adalah bahwa pemberi
waralaba dan penerima waralaba hanya dapat memiliki outlet sampai dengan 150 outlet,
dan 40% dari outlet-outlet yang tersisa untuk diwaralabakan. Peraturan ini memiliki masa
tenggang 5 tahun untuk transisi.

TINJAUAN TEORITIS

Dilihat dari jenis usahanya, PT. Hero Supermarket, Tbk. termasuk dalam kategori
perusahaan dagang pengecer (retailer). PT. Hero Supermarket, Tbk. telah mengoperasikan
lima merk ritel dengan format yang berbeda, yaitu Hero Supermarket, Guardian, Starmart,
Giant Hypermarket, dan Giant Supermarket. Pada Maret 2012, Perseroan ini menandatangani
Franchise Development Agreement dengan IKEA System yang akan memperkenalkan merek
IKEA ke Indonesia. Dikarenakan perseroan ini telah resmi menandatangani perjanjian
waralaba untuk membuka IKEA di Indonesia. Berbagai macam peraturan dapat disesuaikan
dengan karakteristik perseroan ini sendiri dan harus dilaksanakan sebagaimana yang telah
tercantum di dalam peraturan-peraturan yang telah dibahas sebelumnya dalam makalah ini.
Berdasarkan jenis usaha serta bentuk usaha dari PT. Hero Supermarket, Tbk. maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa tinjauan teoritis yang terkandung didalam jenis
dan bentuk usaha yang dimiliki PT. Hero Supermarket, Tbk. adalah sebagai berikut:

1. PPh 21

Dalam PT. Hero Supermarket, Tbk. dikenakan pajak PPh 21 karena PT. Hero
Supermarket, Tbk. mempunyai pegawai dimana setiap pegawai tersebut harus dipotong PPh
21 yang merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi yang merupakan subjek pajak
dalam negeri.
Perhitungan PPh 21 terbaru selalu disesuaikan dengan tarif PTKP (Penghasilan Tidak
Kena Pajak) terakhir yang ditetapkan DJP. PTKP 2016 (PTKP terbaru) yang tercantum
pada Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 adalah sebagai
berikut:

 Rp 54.000.000,- per tahun atau setara dengan Rp 4.500.000,- per bulan untuk wajib
pajak orang pribadi.
 Rp 4.500.000,- per tahun atau setara dengan Rp 375.000,- per bulan tambahan untuk
wajib pajak yang kawin (tanpa tanggungan).
 Rp 4.500.000,- per tahun atau setara dengan Rp 375.000,- per bulan tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus
atau anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (orang)
untuk setiap keluarga.
2. PPh 22

PT. Hero Supermarket, Tbk. dikenakan pajak PPh 22 dikarenakan PT. Hero
Supermarket, Tbk. mempunyai barang-barang atau produk-produk yang diimpor seperti
produk impor dari Korea yang berupa mie instan, kimchi, makanan ringan maupun bumbu
masak. Selain dari negara Korea, PT. Hero Supermarket, Tbk. juga megimpor produk-produk
dari negara lain.

3. PPh 23

PT. Hero Supermarket, Tbk. dikenakan pajak PPh 23 karena PT. Hero Supermarket,
Tbk. menggunakan jasa instalasi yang merupakan bagian dari pajak PPh 23, jasa instalasi itu
berupa pemasangan listrik maupun pemasangan perabotan yang ada dalam perusahaan
tersebut, selain itu bisa juga karena PT. Hero Supermarket Tbk. menggunakan jasa konsultan
ataupun jasa profesi lainnya yang termasuk dalam objek pajak PPh 23, termasuk juga
dividend, bunga, dsb.

4. PPh 25
Beban dan hutang pajak PT. Hero Supermarket, Tbk. yang ada selama satu tahun
dibayar dengan cara diangsur untuk meringakan beban PT. Hero Supermarket, Tbk. dalam
membayar hutang pajak tersebut.

5. PPh 26

Hutang PPh 26 dikenakan terhadap PT. Hero Supermarket, Tbk. karena


memungkinkan Direktur ataupun Supervisor dari PT. Hero Supermarket, Tbk. merupakan
orang asing atau warga negara asing ataupun PT. Hero Supermarket, Tbk. menggunakan jasa
konsultan yang berasal dari luar negeri.

6. PPh Final (4 ayat 2)

PPh final ini dikenakan pada PT. Hero Supermarket, Tbk. karena PT. Hero
Supermarket, Tbk. banyak membuka gerai di mall dimana PT. Hero Supermarket, Tbk. harus
membayar biaya sewa tempat dimana gerai supermarketnya beroperasi. Atau misalnya PT.
Hero Supermarket, Tbk. membagikan hadiah undian, maka hadiah undian tersebut dikenakan
pajak final.

7. PPh 28 / 29

Untuk PPh lebih / kurang bayar setelah PPh terutang dikurangi dengan PPh pasal 25
dan kredit pajak (bila ada)

8. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Setiap produk yang dijual di PT. Hero Supermarket, Tbk. merupakan objek PPN.

ASPEK PERPAJAKAN

Aspek Perpajakan terkait PT. Hero Supermarket, Tbk. akan dibahas dalam bentuk
contoh soal berikut:

1. PPh 21
David, seorang buruh pabrik di perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk. dengan
status belum menikah, memperoleh upah per hari Rp 225.000. David bekerja pada
perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk selama 21 hari.

Perhitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2016 adalah sebagai berikut :


Hari Upah PTKP PKP
1 225.000 450.000 0
2 225.000 450.000 0
… 225.000 450.000 0
21 225.000 450.000 0
Kumulatif 4.725.000 4.500.000 225.000

Sampai dengan hari ke-20, karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi
Rp4.500.000,00 maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong. Pada hari ke-21 jumlah
kumulatif upah yang diterima melebihi Rp4.500.000,00, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung
berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya.

Upah s.d hari ke-21 Rp 4.725.000,-


( 21 x Rp225.000,00 )
PTKP sebenarnya (Rp 3.150.000,-)
{ 21 x (Rp54.000.000,00/ 360)}
Penghasilan Kena Pajak s.d hari ke-21 Rp 1.575.000,-

PPh Pasal 21 terutang s.d hari ke-21 Rp 78.750,-


(5% x Rp1.575.000,-)
PPh Pasal 21 terutang per hari Rp 3.750,-
(Rp 78.750,- / 21 hari)

2. PPh 22
PT. Unilever Indonesia, Tbk. mengimpor bahan baku dari China dengan harga CNY
140.000. Asuransi yang dibayar diluar negeri sebesar 10% dari harga dan biaya angkut
sebesar 5% dari harga. Bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing 10%.
(Berdasarkan kurs pajak CNY1 = Rp 2.000). PT. Hero Supermarket, Tbk. telah memiliki
API.

Perhitungan PPh Pasal 22 nya adalah sebagai berikut :


Harga faktur CNY 140.000
Biaya asuransi CNY 14.000
Biaya angkut CNY 7.000
CIF CNY 161.000

CIF dalam rupiah CNY 161.000 x Rp 2.000 = Rp 322.000.000


Bea masuk 10% x Rp 322.000.000 = Rp 32.200.000
Bea masuk tambahan 10% x Rp 322.000.000 = Rp 32.200.000
Nilai Impor = Rp 386.400.000

PPh pasal 22 = 2,5% X Rp 386.400.000 = Rp 9.660.000

3. PPh 23

PT. Unilever Indonesia, Tbk. Membagikan dividen sebesar Rp 50.000.000 dengan


rincian, sbb :
1. PT. Sumerlindo, menerima dividen sebesar Rp 35.000.000 dengan kepemilikkan yaitu
35%
2. PT. Sinar Jaya, menerima dividen sebesar Rp 15.000.000 dengan kepemilikkan yaitu
20%

Perhitungan PPh Pasal 23 nya adalah sebagai berikut : (memotong)


1. PT. Sumerlindo
TIDAK DIPOTONG pajak PPh Pasal 23 maupun pajak lainnya karena tidak termasuk
dalam OBJEK PAJAK
2. PT. Sinar Jaya
15% x Rp 15.000.000 = Rp 2.250.000

4. PPh 26
PT. Unilever Indonesia, Tbk. membayar honor Mr. Patrick yang bekerja sebagai
konsultan sebesar USD 10.000, dimana Mr. Patrick merupakan warga negara Amerika yang
bekerja mulai dari tanggal 15 Juli 2015 s.d 25 November 2015. Kurs yang berlaku pada bulan
November yaitu USD1 = Rp 13.000

Perhitungan PPh Pasal 26 nya adalah sebagai berikut :


15 Juli 2015 s.d 25 November 2015 = 139 hari < 183 hari
Karena Mr. Patrick tinggal dan bekerja di Indonesia < 183 hari, makan Mr. Patrick
merupakan Subjek Pajak Luar Negeri.
PPh 26 = 20% x ( USD 10.000 x Rp 13.000 )
= Rp 26.000.000

5. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Selama tahun 2016, PT. Unilever Indonesia, Tbk. telah melakukan penjualan kepada
konsumen sebanyak Rp 50.000.000.000.

Perhitungan PPN nya adalah sebagai berikut:


PPN keluaran = 10% x 50.000.000.000 = Rp 5.000.000.000

6. PPh final (4 ayat 2)

Pada tanggal 1 September 2015, PT. Unilever Indonesia, Tbk. mengadakan event
undian bagi konsumennya, dimana hadiah undian yang diberikan berupa 1 unit motor dengan
harga sebesar Rp 18.000.000

Perhitungan PPh Final nya adalah sebagai berikut :


PPh Final 4(2) = Rp 18.000.000 x 25%
= Rp 4.500.000
7. PPh 25 dan 28 / 29

PT. Hero Supermarket, Tbk. menyatakan dalam SPT Tahunan PPh Badan tahun 2014 bahwa
angsuran PPh Pasal 25 untuk setiap bulan mulai April 2015 adalah sebesar Rp 115.000.000
per bulan, sedangkan angsuran PPh Pasal 25 Januari-Maret 2015 mengikuti angsuran bulan
Desember 2015, yaitu sebesar Rp 135.000.000. Pada bulan April 2016, PT. Hero
Supermarket, Tbk. sudah menghitung bahwa besarnya PPh yang terutang untuk satu tahun
pajak adalah sebesar Rp1.000.000.000. Kredit pajak yang dimiliki diantaranya adalah PPh
Pasal 23 sebesar Rp 4.000 dan PPh Pasal 22 sebesar Rp 19.987.500.

Perhitungan PPh pasal 25 nya adalah sebagai berikut :


Januari – Maret 2016 = 3 x Rp 2.000.000 = Rp 6.000.000
April – Desember 2016 = 9 x Rp 2.500.000 = Rp 22.500.000
PPh pasal 25 yang telah dibayarkan = Rp 28.500.000

Perhitungan PPh pasal 29 nya adalah sebagai berikut :


PPh Terutang = Rp 50.000.000
Dikurangi:
Angsuran PPh pasal 25 = (Rp 28.500.000)
Kredit pajak PPh pasal 23 = (Rp 4.000)
Kredit pajak PPh pasal 22 = (Rp 19.987.500)
PPh pasal 29: = Rp 1.508.500

JURNAL AKUNTANSI

Berdasarkan contoh soal terkait PT. Hero Supermarket, Tbk. yang telah dibahas
dalam aspek perpajakan, maka jurnal akuntansi dari setiap perhitungan adalah sebagai
berikut:

Jurnal untuk PPh 21


Jurnal saat pembayaran gaji :
Beban Gaji 12.000.000 -
Utang PPh Pasal 21 - 547.983
Iuran JHT - 240.000
Iuran pensiun - 50.000
Kas - 11.162.017
Jurnal saat penyetoran PPh 21 :
Utang PPh Pasal 21 547.983 -
Kas - 547.983

Jurnal untuk PPh 22


Jurnal saat pembelian (impor) dan pembayaran PPh pasal 22 :
Pembelian 386.400.000 -
PPh Pasal 22 9.660.000 -
Kas - 396.060.000

Jurnal untuk PPh 23


Jurnal saat pembagian Dividen :
Dividen 15.000.000 -
Utang PPh 23 - 2.250.000
Kas - 12.750.000
Jurnal saat penyetoran PPh pasal 23 :
Utang PPh 23 2.250.000 -
Kas - 2.250.000
Jurnal untuk PPh 26
Jurnal saat pembayaran jasa konsultan :
Beban Jasa Konsultan 130.000.000 -
Utang PPh pasal 26 - 26.000.000
Kas - 104.000.000
Jurnal saat penyetoran PPh pasal 26 :
Utang PPh pasal 26 26.000.000 -
Kas - 26.000.000

Jurnal untuk PPN


Jurnal saat penjualan
Piutang dagang/kas 55.000.000.000 -
PPN Keluaran - 5.000.000.000
Penjualan - 50.000.000.000
Jurnal saat penyetoran PPN (asumsi tidak terdapat pajak masukan) :
PPN Keluaran 5.000.000.000 -
Kas - 5.000.000.000

Jurnal untuk PPh Final (4 ayat 2)


Jurnal saat pembagian hadiah undian
Beban Undian 150.000.000 -
PPh Final 4(2) - 4.500.000
Kas - 145.500.000
Jurnal saat penyetoran PPh Final :
PPh Final 4(2) 4.500.000 -
Kas - 4.500.000

Jurnal untuk PPh 25 dan 29


Jurnal untuk mencatat angsuran PPh pasal 25 (Jan-Mar 2016) :
PPh pasal 25 2.000.000 -
Kas - 2.000.000

Jurnal untuk mencatat angsuran PPh pasal 25 (Apr-Des 2016) :


PPh pasal 25 2.500.000 -
Kas - 2.500.000

Jurnal saat penyetoran pajak tahunan :


Beban PPh Tahunan 50.000.000 -
PPh pasal 25 - 28.500.000
Uang muka PPh pasal 23 - 4.000
Uang Muka PPh pasal 22 - 19.987.500
Kas - 1.508.500
PT UNILEVER INDONESIA Tbk
LAPORAN KEUANGAN
31 DESEMBER 2016 dan 2015

Anda mungkin juga menyukai