Anda di halaman 1dari 13

KEWIRAUSAHAAN

KAJIAN / ANALISIS ASPEK PRODUKSI PADA SEKTOR

PERDAGANGAN ATAU PERNIAGAAN

NAMA ANGGOTA :

Aura Vionalita (PO7233319 690)

Dea Yulianti (PO7233319 732)

Reza Widya Febrianti (PO7233319 716)

2A SANITASI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG

PRODI DIII SANITASI

TA 2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul KAJIAN / ANALISIS ASPEK
PRODUKSI PADA SEKTOR PERDAGANGAN ATAU PERNIAGAAN ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Kewirausahaan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
aspek produksi pada sector perdagangan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu dosen yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tanjungpinang, 18 Februari 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi dalam
masyarakat maupun antarbangsa. Perdagangan sangat vital perannya oleh negara-negara
berkembang seperti Indonesia untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan ekonomi secara
berkesinambungan, meningkatkan pelaksanaan pembangunan nasional guna mewujudkan
pemerataan pembangunan beserta hasil-hasilnya serta untuk memelihara kemantapan stabilitas
nasional.Dalam rangka menuju era globalisasi ekonomi atau sering disebut era perdagangan
bebas tingkat dunia, maka Indonesia harus membuka pasar bebas dalam negeri agar produk
barang dan/atau jasa dari luar negeri dapat masuk dan bersaing dengan barang dan/atau jasa
dalam negeri. Begitu pula sebaliknya bahwa produk Indonesia dapat masuk dan bersaing di pasar
luar negeri.

Kegiatan impor dan ekspor merupakan hal yang tak terelakkan dalam perdagangan
Internasional. Suatu negara melakukan perdagangan internasional berdasarkan atas teori
keunggulan komparatif. Sehingga apabila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara
akan terjadi perdagangan internasional. Misal Negara Indonesia yang memiliki keunggulan
dalam memproduksi komoditi kopi secara efisien, sedangkan Negara Malaysia mampu
memproduksi timah secara efisien, sehingga kedua negara sepakat quntuk melakukan pertukaran
kopi dan timah.

Teori keunggulan komparatif menunjukkan bahwa suatu negara yang sedang


menginginkan produk yang lebih berkualitas yang hanya dapat diproduksi di luar negeri, atau
juga menginginkan produk luar negeri yang biaya produksinya lebih murah tentu akan
melakukan kegiatan impor produk tersebut. Kegiatan impor ini dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi di dalam negeri.

Nilai impor di Indonesia sendiri pada kurun waktu Januari-Desember 2012 mencapai
US$191,67 Miliar atau meningkat 8,02% jika dibandingkan dengan impor periode yang sama
pada tahun sebelumnya yaitu US$177,14 Miliar. Nilai impor semua golongan penggunaan
barang selama Januari Desember 2012 dibanding impor periode yang sama tahun sebelumnya
mengalami peningkatan untuk golongan bahan baku/penolong sebesar 7,01 persen dan barang
modal sebesar 15,21 persen. Demikian juga dengan impor golongan barang konsumsi yang naik
0,17 persen. Ini membuktikan bahwa dalam beberapa kurun waktu terjadi peningkatan impor
barang serta tingkat konsumsi dalam negeri.
Nilai dan volume impor barang dari tiap tahun terjadi perbedaan, baik mengalami
peningkatan maupun penurunan pada suatu komoditi. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah
untuk memutuskan perlunya impor suatu barang atau komoditas tertentu membutuhkan
pertimbangan yang mendalam. Pertimbangan ini dilakukan agar pasokan komoditas tersebut
dapat terjaga, kebutuhan konsumen atau masyarakat terpenuhi, dan yang paling penting adalah
produsen lokal tidak akan dirugikan oleh kebijakan pemerintah ini. Inilah yang menyebabkan
kebijakan pemerintah mengenai impor berbeda antara masa lalu dan masa kini karena
pertimbangan-pertimbangan yang diambil pun berbeda.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka peneliti menyusun rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut
1. Apa pengertian perdagangan dan pembagian perdagangan?
2. Apa saja jenis usaha perdagangan di Indonesia?
3. Bagaimana ketegasan dalam produksi?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dan pembagian perdagangan.
2. Untuk mengetahui jenis usaha perdagangan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimana ketegasan dalam produksi.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perdagangan

Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), sektor perdagangan


besar dan eceran meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang perdagangan besar dan
eceran dari berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa dari penjualan barang-barang
tersebut. Yang dimaksud dengan perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang melakukan
kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali (tanpa perubahan bentuk), barang-barang baru
maupun bekas. Pedagang adalah perorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan
perniagaan / perdagangan secara terus menerus dengan tujuan mencari keuntungan.

Perdagangan terbagi dalam 2 (dua) jenis yaitu :

1) Perdagangan besar, dan

2) Perdagangan eceran (ritel).

Sementara menurut fungsi dan ruang lingkup usahanya, pedagang dibedakan atas :

a) Pedagang antar daerah,

b) Pedagang antar pulau,

c) Pedagang pengumpul adalah pengusaha yang berperan sebagai kolektor dan penyortir
komoditi dagangannya dari para petani, produsen atau perajin untuk disalurkan kepada
pengusaha yang lebih besar atau eksportir.

d) Pedagang kaki lima adalah perorangan yang melakukan penjualan barang-barang dengan
menggunakan bangunan jalan/trotoar dan tempat-tempat untuk kepentingan umum serta tempat
lain yang bukan miliknya

e) Pedagang lintas batas.

2.1.1. Perdagangan Besar

Perdagangan besar (wholesale) adalah kegiatan perdagangan dari tangan produsen atau
importir, pada umumnya dalam partai besar kepada pedagang eceran, perusahaan industri, rumah
sakit, usaha penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum, maupun kepada pedagang
besar lainnya. Perdagangan besar tidak menjual barang dagangan kepada konsumen rumah
tangga.
Pedagang besar adalah perorangan atau badan usaha yang bertindak atas nama sendiri,
dan atau nama pihak lain yang menunjuknya untuk menjalankan kegiatan dengan cara membeli,
menyimpan dan menjual barang dalam partai besar.

Pedagang besar (wholesaler) terdiri dari :

a) distributor utama adalah perantara yang melakukan fungsi dalam menyalurkan barang-barang
dari produsen ke konsumen

b) perkulakan/grosir,

c) subdistributor,

d) pemasok besar/main supplier adalah perusahaan yang secara teratur melengkapi perusahaan
lain dengan barang-barang, bahan baku, atau jasa-jasa. Usaha pemasok meliputi semua kegiatan
yang berkaitan dengan penjualan barang atau jasa kepada mereka yang membeli dengan tujuan
untuk menjualnya kembali atau digunakan dalam bisnis mereka. Sumber barang berasal dari
hasil produksi sendiri atau dari pabrik lain.

e) dealer besar,

f) agen tunggal pemegang merk adalah perorangan atau badan usaha yang ditunjuk untuk dan
atas nama pabrik pemilik merek barang tertentu untuk melakukan penjualan dalam partai besar
barang dari pabrik tersebut, termasuk agen pemegang lisensi

g) eksportir adalah perusahaan perdagangan yang melaksanakan kegiatan perdagangan ekspor.

h) importir adalah perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan dengan cara memasukkan
barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang
berlaku/perusahaan-perusahaan berbadan hukum, yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan
Departemen Perdagangan yaitu harus memiliki API (Angka Pengenal Impor) atau APIS (Angka
Pengenal Impor Sementara) atau APIT (Angka Pengenal Impor Terbatas).

2.1.2. Perdagangan Eceran

Perdagangan eceran (ritel) adalah kegiatan perdagangan yang umumnya melayani


konsumen rumah tangga atau konsumen perorangan. Perdagangan eceran dibagi 2 jenis yaitu:

(i) Swalayan, terbagi dalam :

a. Supermarket merupakan unit kegiatan perdagangan eceran berskala besar, biasanya menjual
makanan/minuman, bahan makanan/minuman dan tembakau dari berbagai merek yang bervariasi
dengan harga yang sudah tetap atau fixed price, dan harga yang relatif murah bila dibandingkan
dengan tempat perdagangan biasa
b. Department store/toserba merupakan usaha perdagangan yang berskala besar dan lengkap
dengan aneka barang dagangan, seperti barang-barang yang khusus yang utamanya adalah bukan
makanan/minuman, perlengkapan pakaian, barang pecah belah, perlengkapan rumah tangga dan
alat kantor.

(ii) Bukan swalayan, misalnya toko/kios adaah usaha perdagangan yang khusus
memperdagangkan komoditi yang sejenis, yang terdiri dari komoditi makanan, minuman dan
tembakau dari hasil industri pengolahan dan komoditi bukan makanan, minuman dan tembakau.

Pedagang pengecer adalah perorangan atau badan usaha yang kegiatan pokoknya
melakukan penjualan secara langsung kepada konsumen akhir dalam partai kecil.

2.2 Jenis Usaha Perdagangan di Indonesia

Terdapat banyak jenis usaha perdagangan yang mudah Anda temui sehari-hari. Jenis-jenis
usaha dagang ini dekat dengan keseharian, karena produknya yang memang dibutuhkan dan
peluangnya yang masih memiliki potensi keuntungan besar sampai saat ini.

A. Usaha Kuliner

Usaha ini bisa dilakukan dimana saja bahkan dari rumah Anda sendiri. Misalnya saja Anda
ingin menjual produk boba kekinian, maka Anda cukup membeli persediaan dan bahan-bahan
yang dibutuhkan dari pemasok, kemudian Anda berikan ke konsumen. Contoh lain misalnya
Anda berjualan produk ayam goreng. Stok daging serta bumbu sudah disediakan oleh pemasok,
Anda cukup menyajikannya untuk pembeli Anda.

B. Usaha Dagang Kebutuhan Fashion

Setelah pangan maka kebutuhan dasar manusia berikutnya adalah sandang. Sandang bisa
berarti pakaian atau yang dikenakan oleh seseorang mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Peluang usaha dagang fashion sangat luas karena pasar yang selalu ramai. Namun Anda juga
perlu memperhatikan resiko perang harga karena ramainya kondisi pasar untuk penjualan produk
fashion. Untuk memulai usaha dagang jenis ini, Anda bisa membeli produk dari penyedia atau
toko besar kemudian menjualnya kembali dalam bentuk satuan.

Sebagai contoh Anda ingin menjual sepatu, maka Anda bisa membeli satu lusin sepatu ke
pemasok kemudian Anda jual kembali per pasang sepatu tersebut kepada konsumen. Sedikit
berbeda dari usaha dagang kuliner, jika Anda menjual produk fashion maka dituntut kepekaan
mengenai perkembangan trend terbaru. Kelebihannya adalah produk ini awet dan tidak ada masa
expired.

C. Usaha Perdagangan Gadget


Saat ini siapa sih yang tidak memiliki smartphone? Hampir semua orang kini memilikinya
dengan berbagai jenis spesifikasi dan kelas. Mulai dari smartphone yang dibandrol dengan harga
terjangkau, sampai dengan harga puluhan juta. Semua tipe gadget tersedia untuk berbagai jenis
pasar. Bahkan gadget bertipe jadul sekalipun ada saja yang ingin membelinya.

Jika Anda ingin bergerak di bidang usaha ini, maka Anda perlu mencari agen atau pemasok
yang memiliki harga terbaik namun tetap aman. Karena regulasi yang ada saat ini menuntut
penjual untuk menyediakan produk yang resmi dan terdaftar. Tentu Anda tidak ingin jika produk
yang Anda jual mendatangkan masalah di kemudian hari bukan?

D. Usaha Pulsa dan Kuota

Setelah gadget maka kebutuhan berikutnya yang masih berhubungan dengan gadget adalah
pulsa dan kuota. Gadget tanpa kuota sama seperti mobil tanpa bensin. Keduanya tidak akan bisa
berjalan.Usaha dagang ini sangat mudah dilakukan. Karena modalnya terhitung sangat kecil,
bahkan kurang dari 1 juta rupiah Anda sudah bisa mulai menjalankan usaha ini. Tanpa membuka
kios pun Anda sudah bisa melakukannya.Tetapi disisi lain tidak bisa dipungkiri, persaingan yang
ada sangatlah ketat. Namun jika Anda mampu melihat peluang yang ada, Anda lambat laun bisa
menjadi salah satu agen pulsa andalan di daerah Anda.

E. Usaha Perdagangan Komoditi

Sedikit berbeda dari jenis-jenis usaha dagang sebelumnya, pada usaha dagang komoditi ini
artinya Anda menjual barang-barang kebutuhan yang berasal dari daerah lain untuk dijual
kembali di daerah Anda.

Contohnya misalkan Anda memiliki sumber ke produsen Kopi Gayo di Aceh sedangkan
Anda berada di Jawa. Disini Anda bisa melakukan pembelian dalam jumlah besar ke produsen
Kopi Gayo di Aceh kemudian Anda angkut komoditas tersebut ke pulau Jawa. Kopi yang sudah
sampai ke tanah Jawa kemudian Anda jual kembali ke coffee house yang saat ini banyak
tersebar.

Ini hanya salah satu contoh saja dari usaha dagang komoditas. Karena komoditas bisa
berbentuk apa saja. Mulai dari kopi, teh, gula, minyak kelapa sawit, cengkeh, pupuk dan lain
sebagainya. Jika dilihat mungkin terasa usaha perdagangan komoditas ini merupakan usaha
dagang dengan skala besar. Namun peluangnya masih sangat besar. Karena Indonesia adalah
negara kepulauan dimana saling terjadi pertukaran produk antar pulau. Sehingga pangsa pasar
komoditas masih terbuka lebar.

2.3 Ketegasan Dalam Aspek Produksi

A. Sistem Produksi
Assauri (1993) bahwa produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah
kegunaan barang atau jasa. Reksohadiprojo dan Gitosudarmo (2003) bahwa produksi adalah
kegiatan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa sesuai dengan kehendak konsumen
dalam hal jumlah, kualitas, harga serta waktu.

Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambahkan kegunaan suatu barang
atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja,mesin,bahan baku dan
dana,agar menghasilkan produk yang dibutuhkan dan sesuai dengan yang diharapkan oleh
konsumen. Sebelum melaksanakan proses produksi terlebih dahulu perlu dirancang kebutuhan
sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam menghasilkan produk, sarana dan prasarana
inilah yang sering disebut sebagai input produksi yang meliputi bahan, tenaga kerja,
mesin/peralatan, lokasi dan biaya (uang). sistem produksi terdapat 3 tahapan sebagi berikut :

1. Input

 Bahan

Dalam menyusun kebutuhan bahan baku untuk digunakan dalam proses produksi harus
mengacu pada karakteristik produk yang akan dihasilkan. Misalnya saja, jika berdasarkan
analisis yang telah dilakukan terhadap pasar produk yang akan dihasilkan, konsumen
menginginkan produk yang rasanya manis dan berwarna merah, tentunya bahan yang dibutuhkan
dalam proses produksi adalah gula dan pewarna merah.Agar produksi dapat berjalan lancar,
maka dalam pemilihan bahan baku yang akan digunakan setidaknya memenuhi syarat:

A. Kualitasnya Baik

B. Mudah Diperoleh

C. Mudah Diolah

D. Harga Relatif Murah

Sebelum mengambil keputusan untuk menghasilkan sendiri bahan baku yang dibutuhkan,
mungkin perlu dipertimbangkan berbagai aspek dengan mempertanyakan berbagai hal, sebagai
berikut:

1. Bahan-bahan apa saja yang merupakan bagian dari komponen terbesar produk yang
2. dihasilkan?
3. Sampai sejauh mana ketersediaan bahan tersebut di pasaran dalam setiap saat dan
bagaimana keterandalam pemasok dalam menyediakannya?
4. Bagaimana ketersediaan bahan tersebut di masa yang akan datang?
5. Apakah dengan menyediakan sendiri bahan yang dibutuhkan lebih efisien dibandingkan
dengan pengadaan bahan yang bersumber dari pemasok?
 Tenaga kerja

Tenaga kerja atau sumberdaya manusia merupakan asset penting perusahaan. Dalam proses
produksi, tenaga kerja merupakan penggerak berjalannya proses produksi. Meskipun bahan baku
yang digunakan telah memenuhi standar kualitas, peralatan yang digunakan telah memadai, jika
tenaga kerja yang menjalankan operasional produksi tidak sesuai dalam hal jumlah dan
kualifikasi yang diharapkan, maka mustahil perusahaan dapat menghasilkan produk yang
berkualitas sebagaimana yang diharapkan oleh konsumen dan perusahaan.

Jenis tenaga kerja yang digunakan pada perusahaan :

1. Tenaga kerja tetap,


2. Tenaga kerja tidak tetap
3. Tenaga kerja borongan
4. Tenaga kerja keluarga

 Peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan dalam suatu proses produksi memiliki peran yang
cukup besar di dalam keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produksi, baik dalam hal
kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya. Di ruangan produksi terdapat beberapa prinsip dasar
yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan, yaitu:

1. Prinsip integrasi, dalam artian bahwa penempatan mesin/peralatan produksi dapat


mengitegrasikan seluruh faktor produksi (bahan, tenaga kerja, mesin/peralatan,
dansebagainya) sehingga menghasilkan kerjasama yang harmonis.
2. Prinsip memperpendek gerak, dalam artian bahwa penempatan mesin/peralatan produksi
tidak membuat tenaga kerja lebih banyak bergerak dari satu mesin/peralatan ke
mesin/peralatan yang lain.
3. Prinsip memperlancar arus pekerjaan, dalam artian bahwa penempatan mesin/peralatan
produksi dapat menjamin kelancaran arus bahan dalam proses tanpa adanya hambatan.
4. Prinsip penggunaan ruangan produksi yang efisien dan efektif, dalam artian bahwa
penempatan mesin/peralatan produksi ditempatkan sesuai dengan luas ruangan produksi
yang dimiliki perusahaan.
5. Prinsip keselamatan dan kepuasan kerja, dalam artian bahwa penempatan mesin/peralatan
produksi pada ruangan produksi dapat menjamin keselamatan dan kenyamanan kerja dari
tenaga kerja.
6. Prinsip keluwesan, dalam artian penempatan mesin/peralatan produksi sewaktuwaktu
dapat disesuaikan jika sewaktu-waktu dibutuhkan adanya perubahan.
7. Prinsip proses produksi yang berkesinambungan, dalam artian bahwa penempatan
mesin/peralatan produksi tidak menghambat kesinambungan proses produksi.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam upaya pemeliharaan
mesin/peralatan produksi, yaitu:

1. Pemeliharaan breakdown, yakni pemeliharaan yang dilakukan setelah mesin/peralatan


produksi mengalami kerusakan.
2. Pemeliharaan terencana, yakni pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal.
3. Pemeliharaan pencegahan, yakni pemeliharaan yang dilakukan dengan
mempertimbangkan masa pakai dari komponen pada mesin/peralatan produksi.

 Biaya

Biaya produksi terdiri atas 2 (dua) bagian besar dengan penggolongan biayanya masing-
masing diuraikan, sebagai berikut:

1. Biaya menurut perilaku

Biaya menurut perilaku yang terdiri dari:

a) Biaya tetap, merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya
produksi dan dalam periode tertentu jumlahnya tetap. Misalnya biaya untuk gaji tenaga
kerja tetap, penyusutan alat, pajak lahan dan sebagainya.
b) Biaya tidak tetap, merupakan biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan
besarnya produksi atau dengan kata lain biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya
dapat berubah tergantung pada tingkat produksi yang dihasilkan.Misalnya biaya untuk
pembelian bahan baku, biaya upah tenaga kerja borongan, dan sebagainya.

2. Biaya menurut jenis yang terdiri dari:

a) Biaya langsung (pokok), merupakan biaya yang langsung terikat atau menjadi bagian
pokok dari produk yang dihasilkan. Biaya yang digolongkan dalam jenis ini adalah biaya
bahan langsung dan tenaga kerja langsung.
b) Biaya tidak langsung, merupakan biaya yang secara tidak digunakan untuk menghasilkan
produk atau biaya yang terikat bukan pada bagian pokok dari produk yang dihasilkan.
Biaya yang digolongkan dalam jenis ini adalah biaya bahan tidak langsung dan tenaga
kerja tidak langsung.
c) Biaya administrasi/umum, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
administrasi kantor perusahaan dan umum. Misalnya biaya untuk menggaji pimpinan dan
pegawai, sewa kantor, perlengkapan kantor dan sebagainya.

2. Proses Produksi

Dihasilkannya produk sesuai dengan jumlah dan mutu yang diharapkan oleh pasar dan
perusahaan, selain ditentukan oleh input sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, juga
sangat ditentukan oleh kegiatan yang dilaksanakan selama proses pembuatan produk berlangsung
yang dikenal dengan istilah proses produksi.

Proses produksi dapat dibedakan atas:

1. Proses produksi berdasarkan wujudnya, terdiri atas:

a) Proses kimiawi, yaitu proses pengolahan bahan menjadi produk dengan mendasarkan
pada sifat kimiawi bahan yang diolah.
b) Proses mengubah bentuk, yaitu proses pengolahan bahan menjadi produk jadi atau
setengah jadi dengan cara mengubah bentuk bahan menjadi bentuk yang lebih
bermanfaat.
c) Proses perakitan, yaitu proses menggabungkan komponen-komponen produk menjadi
produk yang lebih bermanfaat.
d) Proses transportasi, yaitu proses memindahkan sumber atau produk dari tempat asal ke
tempat dimana produk tersebut dibutuhkan.

2. Proses produksi berdasarkan tipenya, terdiri atas:

a) Proses berkesinambungan, dimana arus masukan berlangsung terus melalui sistem


produksi yang telah distandarisasi untuk menghasilkan produk yang homogen. Bentuk
produk yang dihasilkan bersifat standar dan tidak tergantung pada spesifikasi pemesan.
Tujuan produksi umumnya untuk persediaan kemudian dipasarkan.
b) Proses terputus-putus, proses yang biasanya menghasilkan produk yang berbeda beda,
prosedur yang berbeda-beda dan bahkan kadang dengan masukan yang berbeda-beda.
Bentuk produknya disesuaikan dengan pesanan konsumen. Tujuan produksi adalah untuk
melayani pesanan konsumen.

3. Output

Komponen-komponen dalam sistem produksi yang terdiri dari input, proses dan output.
Dengan demikian, dalam merancang sistem produksi perusahaan, ketiga komponen ini dijadikan
sebagai pedoman.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), sektor
perdagangan besar dan eceran meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang
perdagangan besar dan eceran dari berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa
dari penjualan barang-barang tersebut. Yang dimaksud dengan perdagangan adalah
kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali (tanpa
perubahan bentuk), barang-barang baru maupun bekas. Pedagang adalah perorangan atau
badan usaha yang melakukan kegiatan perniagaan / perdagangan secara terus menerus
dengan tujuan mencari keuntungan.
Perdagangan terbagi dalam 2 (dua) jenis yaitu :
1) Perdagangan besar, dan
2) Perdagangan eceran (ritel).
Usaha Dagang Kebutuhan Fashion. Setelah pangan maka kebutuhan dasar
manusia berikutnya adalah sandang. Sandang bisa berarti pakaian atau yang dikenakan
oleh seseorang mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Peluang usaha dagang
fashion sangat luas karena pasar yang selalu ramai. Namun Anda juga perlu
memperhatikan resiko perang harga karena ramainya kondisi pasar untuk penjualan
produk fashion. Untuk memulai usaha dagang jenis ini, Anda bisa membeli produk dari
penyedia atau toko besar kemudian menjualnya kembali dalam bentuk satuan.

Sebagai contoh Anda ingin menjual sepatu, maka Anda bisa membeli satu lusin
sepatu ke pemasok kemudian Anda jual kembali per pasang sepatu tersebut kepada
konsumen. Sedikit berbeda dari usaha dagang kuliner, jika Anda menjual produk fashion
maka dituntut kepekaan mengenai perkembangan trend terbaru. Kelebihannya adalah
produk ini awet dan tidak ada masa expired.

Anda mungkin juga menyukai