Anda di halaman 1dari 10

JOURNAL OF MARINE RESEARCH

Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 216-225


Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING


DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU
*)
Oscar Leonard J , Ibnu Pratikto, Munasik

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Dipenogoro
Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698

email: Journalmarineresearch@gmail.com

Abstrak

Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu merupakan kawasan yang memiliki potensi untuk wisata
selam dan snorkeling, sehingga perlu dilakukan studi kesesuaian dan daya dukung kawasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekosistem terumbukarang dan tingkat kesesuaian
untuk wisata selam dan snorkeling. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Hasil studi
menunjukkan lokasi yang berpotensi untuk wisata selam adalah stasiun 1 (S2), 3 (S2), 5 (S1) dan 7
(S1). Hasil studi untuk wisata snorkeling menunjukkan terdapat tiga stasiun yang sangat sesuai (S1)
yaitu stasiun 2, 6 dan 8, sedangkan stasiun 4 termasuk kategori cukup sesuai (S2). Daya Dukung
Kawasan untuk wisata selam mendapatkan hasil seluas ±18.499 m2 sebanyak 74 orang/hari dengan
daya dukung pemanfaatan ±7 orang/hari. Daya Dukung Kawasan untuk wisata snorkeling didapatkan
luas area sebesar ±228.811 m2 sebanyak 915 orang/hari dengan Daya Dukung Pemanfaatan ±91
orang/hari.

Kata Kunci : Kesesuaian, Wisata Selam dan Snorkeling, Pulau Biawak.

Abstrac

Biawak Island, Indramayu district is an area that has the potential to dive and snorkel tour, so
it is necessary to study the suitability and carrying capacity of the region. This study aims to
determine the potential of coral reef ecosystems and the suitability for diving and snorkeling tour. The
method used is descriptive quantitative. Results of a study showing the location of potentially for
diving trips is station 1st (S2), 3hd (S2), 5th (S1) and 7th (S1). The study results showed there to
snorkel tour that fits three stations (S1) is station 2nd, 6th and 8th, 4th stations are quite appropriate
category (S2). Capability Area to get the diving tourism of ±18.499 m2 by 74 persons / day with a
carrying capacity utilization ±7 person / day. Capability area for snorkeling tours available area of
±228.811 m2 as many as 915 people / day with Utilization Capability ±91 people / day.

Keywords : Suitability, Diving and Snorkeling tourisme, Biawak Island.

*) Penulis penanggung jawab

216
Journal Of Marine Research.
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 216-225
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

PENDAHULUAN wisata selam dan snorkeling, sehingga


perlu adanya penelitian untuk menganalisis
Kawasan ekosistem pesisir dan laut sumber daya pesisir dan laut di Pulau
merupakan sumber kehidupan yang dapat Biawak khususnya ekosistem terumbu
dimanfaatkan untuk pembangunan sosial karang, dan kondisi perairan. Data tersebut
dan ekonomi di Indonesia. Indonesia yang akan berguna untuk penentuan lokasi yang
memiliki luas lautan sebesar 2/3 dari sesuai untuk dijadikan kawasan wisata, dan
keseluruhan wilayahnya, seharusnya diharapkan dapat memberikan informasi
mampu menghasilkan dan memanfaatkan dan masukkan sebagai pertimbangan untuk
potensi di bidang kelautan yang jauh lebih pengembangan dan pengelolaan wisata
besar dibandingkan dengan potensi bahari khususnya selam dan snorkeling di
daratnya. Pulau Biawak.
Pengembangan dan pemanfaatan Penelitian ini bertujuan untuk
potensi sumberdaya pesisir dan lautan mengetahui potensi ekosistem terumbu
dapat memberikan kontribusi dalam karang yang terdapat di Pulau Biawak dan
peningkatan pendapatan negara. Salah mengetahui tingkat kesesuaian untuk
satu bentuk pengembangan dan wisata selam dan snorkeling di Pulau
pemanfaatan yang dapat meningkatkan Biawak.
pendapatan negara adalah wisata bahari
khususnya selam dan snorkeling. MATERI DAN METODE
Kegiatan wisata selam dan snorkeling
yang mulai berkembang di Indonesia pada 1. Lokasi dan Waktu Penelitian
tahun 1980-an mendorong lahirnya klub- Penelitian ini dilaksanakan pada
klub pecinta selam, pusat pelatihan selam bulan Februari-April 2013. Lokasi penelitian
dan resort wisata dengan layanan jasa bertempat dikawasan Perairan Pulau
operator selam dan snorkeling yang Biawak, Kabupaten Indramayu, Provinsi
menawarkan obyek-obyek penyelaman yang Jawa Barat (Gambar 1).
indah seperti keanekaragaman terumbu
karang dan jenis ikan karang (BAPPENAS, 2. Penentuan Stasiun Penelitian
2010). Penetuan titik lokasi penelitian
Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu menggunakan sampling purposive method
merupakan salah satu pulau kecil di yaitu metode pengambilan data yang
Indonesia yang memiliki potensi ekosistem memiliki pertimbangan atau alasan tertentu
terumbu karang. Bentuk pemanfaatan dengan melihat kondisi di lokasi
perairan sampai saat ini hanya sebatas pengambilan data (Suryabrata, 2003).
tempat mencari ikan bagi nelayan
setempat, hal ini dirasakan kurang 3. Jenis Data
masksimal dalam memanfaatkan sumber Data yang digunakan dalam
daya alam yang sudah ada. Potensi penelitian ini meliputi kecerahan perairan,
ekosistem terumbu karang yang terdapat di tutupan karang hidup, lifeform karang,
Perairan Pulau Biawak, seharusnya mampu jumlah ikan karang, kecepatan arus,
menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk kedalaman terumbu karang dan lebar
berkunjung. Pemanfaatannya yaitu hamparan karang.
menjadikan Pulau Biawak sebagai tempat

217
Journal Of Marine Research.
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 216-225
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Analisis Data Keterangan :


IKW : Indeks Kesesuaian Lahan
1. Analisis kesesuaian wisata Wisata
Analisa kesesuaian peruntukan Ni : Nilai Parameter ke-i (Bobot
perairan yang dilakukan dalam penelitian x Skor)
ini difokuskan untuk kesesuaian wisata Nmaks : Nilai Maksimum dari suatu
selam dan snorkeling. Tahapan proses kategori wisata
analisis kesesuaian lahan perairan Pulau • Penetapan parameter, kriteria,
Biawak meliputi: pembobotan dan skoring
• Perhitungan nilai kesesuaian wisata Berdasarkan matriks kesesuaian yang
selam dan snorkeling berisi beberapa parameter kesesuaian,
Pengelolaan data pada kesesuaian kemudian disusun kelas kesesuaian
perairan untuk wisata selam dan untuk kegiatan wisata selam dan
snorkeling menggunakan metode indeks snorkeling. Kelas kesesuaian pada
kesesuaian wisata berdasarkan Yulianda matriks ini menggambarkan tingkat
(2007). Analisa kesesuaian wisata selam kecocokan dari kawasan perairan Pulau
dan snorkeling ini dilakukan untuk Biawak untuk peruntukan kegiatan
mengetahui apakah lokasi ini sesuai bagi wisata dengan konsep ekowisata. Dalam
kawasan wisata selam dan snorkeling. penelitian ini, kelas keseuaian perairan
Rumus yang digunakan yaitu: dibagi dalam 4 kelas yaitu; sangat
IKW = ∑ [ Ni/ Nmaks] x 100% ... (1) sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai

218
Journal Of Marine Research.
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 216-225
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

bersyarat (S3) dan tidak sesuai (N). dan DO. Hasil dari pengukuran ini
Defenisi masing-masing kelas dibandingkan dengan baku mutu kualitas
kesesuaian tersebut adalah: air laut untuk wisata bahari berdasarkan
Setiap parameter mempunyai bobot Bakorsurtanal (1996) dan Keputusan
dan skor di mana pemberian bobot Kementerian Lingkungan Hidup No.51
berdasarkan tingkat kepentingan suatu Tahun 2004.
parameter terhadap kawasan wisata.
Kriteria pemberian bobot menurut Yulianda 3. Kondisi terumbu karang
(2007) dibagi menjadi:
a. Pemberian bobot 5: hal ini didasarakan Metode pemantuan kondisi terumbu
pada pemikiran bahwa unsur parameter karang dilakukan dengan metode Line
sangat diperlukan atau sebagai Intercept Transect (LIT). Metode LIT dipilih
parameter kunci; karena metode ini memiliki beberapa
b. Pemberian bobot 3: hal ini didasarkan kelebihan (Johan O., 2003), di antaranya:
pada pemikiran bahwa unsur paramater 1. Pengelompokkan biota kedalam
sedikit diperlukan atau parameter yang beberapa kategori mempermudah
cukup penting; beberapa peneliti atau orang dengan
c. Pemberian bobot 1: hal ini didasarkan kemampuan terbatas untuk identifikasi
pada pemikiran bahwa unsur parameter terumbu karang;
dalam unsur penilaian tidak begitu 2. Metode ini merupakan metode sampling
diperlukan atau tanpa parameter ini untuk menghitung prosentase tutupan
masih bisa berjalan. biota yang sangat efisien;
Sesuai dengan faktor pembatas dan 3. Struktur komunitas biota yang
tingkat keberhasilan yang dimiliki oleh berasosiasi dengan terumbu karang
masing-masing perairan, maka pemberian dapat diperoleh dengan baik; serta
bobot berdasarkan tingkat kepentingan 4. Hanya memerlukan sedikit peralatan dan
suatu parameter, sedangkan pemberian relatif sederhana penerapannya.
skor berdasarkan kualitas setiap parameter
kesesuaian. Penentuan nilai bobot dan skor Data tutupan karang hidup yang
akan menghasilkan nilai indeks kesesuaian diperoleh dari pengukuran lifeform karang
wisata (IKW) yang dihitung berdasarkan dihitung dengan rumus (English et al.,
total perkalian bobot dan skor semua 1997) :
parameter untuk tiap jenis kegiatan wisata, ... (2)
kategori lahan S1 dinilai sebesar ≥75 - 100
%; S2 dinilai sebesar 50 - <75 %, S3 Di mana :
dinilai 25 - <50 % dan N dinilai sebesar < L: prosentase penutupan karang (%)
25 %. Li :panjang life form jenis kategori ke-1
Berdasarkan perhitungan indeks N : panjang transek (100 m)
kesesuaian wisata tersebut maka diperoleh
kelas-kelas kesesuaian perairan untuk Kondisi terumbu karang diperoleh dari
wisata selam dan snorkeling. jumlah prosentase tutupan karang hidup
yang didapat dengan kategori sebagai
2. Analisis data kualitas air berikut (Gomez, 1988) :
Sangat baik = 75 - 100 %
Analisa dalam kualitas sampel air ini Baik = 50 - 74,9 %
dilakukan secara langsung yaitu mengukur Sedang = 25 - 49,9 %
kedalaman, kecerahan, pH, salinitas, suhu, Buruk = 0 - 24,9 %
219
Journal Of Marine Research.
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 216-225
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

4. Analisis daya dukung kawasan HASIL DAN PEMBAHASAN


perairan
Kondisi fisik perairan
Analisis daya dukung kawasan a. Kecerahan
perairan pada penelitian ini ditujukan pada Kecerahan perairan sangat
pengembangan wisata selam dan mempengaruhi tingkatan kenyaman dalam
snorkeling yang memanfaatkan potensi berwisata dan mendukung perkembangan
peraiaran Pulau Biawak. Mengingat kegiatan wisata selam dan snorkeling di
pengembangan wisata tidak bersifat Pulau Biawak. Hasil pengukuran kecerahan
merusak dan adanya pembatasan ruang perairan untuk wisata selam dan snorkeling
pengunjung, maka perlu penetuan daya pada Pulau Biawak mencapai 100 % dan
dukung. Metode perhitungan yang dikatakan sangat sesuai. Menurut Yulianda
digunakan dalam daya dukung kawasan (2007) dalam tabel indeks kesesuaian
perairan menurut Yulianda (2007) dalam wisata baik selam maupun snorkeling,
bentuk rumus: keadaan ini masih mempunyai potensi
untuk melakukan kegiatan wisata selam
dan snorkeling
... (3)

Keterangan : b. Arus
DDK = Daya Dukung Kawasan Arus laut pada Pulau Biawak
(orang/hari) berkisar antara 0.099 – 0.303 m/s.
K = Potensi ekologis pengunjung per Berdasarkan data yang didapat dari Dinas
satuan unit area (orang) Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Lp = Luas area atau panjang area Indramayu tahun 2013. Pulau Biawak pada
yang dapat dimanfaatkan bulan April memiliki nilai kecepatan arus
Lt = Unit area untuk kategori yang rendah yaitu 0.099 m/s dimana pada
tertentu bulan ini arus dipengaruhi oleh angin
Wt = Waktu yang disediakan oleh muson timur. Hasil pengumpulan data arus
kawasan untuk kegiatan wisata dari DKP Indramayu dapat dilihat pada
dalam satu hari (jam) (Tabel 1.). Arus laut berpengaruh terhadap
Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pelayaran dan kegiatan wisata. Kecepatan
pengunjung untuk setiap arus memepengaruhi tingkat keamanan
kegiatan tertentu (jam). dan kenyamanan bagi kegiatan wisata
selam dan snorkeling (Dahuri, 2004).
Berdasarkan PP No. 18 Tahun 1994
areal yang dizinikan untuk pengembangan Tabel 1. Kecepatan dan arah arus Pulau
adalah 10 % dari luas zona pemanfaatan, Biawak
sehingga daya dukung kawasan wisata Bulan Arah (0) Kecepatan (m/s)
selam dan snorkeling ditentukan dengan Januari 45 (N-E) 0,225
perkalian hasil DDK dikalikan dengan 0.1 Febuari 45 (N-E) 0,265
maka akan mendapatkan nilai daya dukung Maret 100 (S-E) 0,074
pemanfaatan (DPP) ditentukan dengan April 350 (N) 0,099
rumus : Mei 135 (S-E) 0,236
Juni 140 (S-E) 0,303
... (4) Juli 85 (N-E) 0,197

Keterangan :
DDP : Daya Dukung Pemanfaatan
DDK : Daya Dukung Kawasan
0.1 : 10 % dari luas zona pemanfaatan
220
Journal Of Marine Research.
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 216-225
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Kondisi terumbu karang Pembagian 8 stasiun ini terdapat pada 4


sisi lokasi penelitian (selatan, barat, timur
Berdasarkan hasil penelitian data dan utara), dimana setiap sisi memiliki 2
lapangan mendapatkan nilai tutupan stasiun dengan kedalaman yang berbeda,
karang hidup yang sangat beragam antara masing-masing untuk mewakili kegiatan
28 – 67 % yang terbagi atas 8 stasiun. wisata selam dan snorkeling. Dapat dilihat
pada Gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Prosentate Tutupan Karang Untuk Wisata Selam

Lifeform karang
Gambar 3. Prosentate Tutupan Karang Untuk Wisata Snorkeling

221
Journal Of Marine Research.
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 216-225
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Beragamnya bentuk pertumbuhan Indeks kesesuaian wisata snorkeling


karang menunjukkan semakin baiknya
keindahan alam bawah laut yang dapat Kesesuaian wisata snorkeling hasil
dinikmati wisatawan. Keanekaragaman IKW pada stasiun 2, 6 dan 8 termasuk
bentuk pertumbuhan karang ini mempunyai dalam kategori sangat sesuai (S1). Nilai
nilai daya tarik wisata, karena mempunyai masing-masing adalah stasiun 2 sebesar
variasi morfologi dan warna yang menarik 87.72 %, stasiun 6 sebesar 82.46 % dan
perhatian para wisatawan. Hasil stasiun 8 sebesar 87.72 %. Untuk stasiun 4
pengamatan secara keseluruhan ditemukan berdasarkan indeks kesesuaian wisata
berbagai jenis lifeform, dimana lifeform snorkeling maka stasiun ini termasuk dalam
dibagi menjadi 2 tutupan yaitu tutupan kategori cukup sesuai (S2) dengan nilai
biotik dan abiotik. Pada tutupan lifeform IKW sebesar 64.91 %.
biotik yang terbagi dalam Acropora, Non-
Acropora, Soft Coral, Dead Coral with Algae Daya dukung kawasan wisata selam
dimana Acropora dan Non-Acropora
memiliki beberapa pembagian jenis Daya dukung kawasan wisata
lifeform. Pada tutupan lifeform abiotik peruntukan selam disesuaikan berdasarkan
terbagi dalam Sand, Rock, Dead Coral dan sebaran dan kondisi terumbu karang. Luas
Water. area yang dapat dimanfaatkan pada wisata
selam adalah 18.499 m2, maka hasil DDK
Komposisi dan kelimpahan genus ikan yang didapatkan adalah ± 74 orang/hari.
karang Dari perhitungan Daya dukung kawasan
tersebut, maka jumlah pengunjung yang
Ikan karang memiliki daya tarik sesuai dengan DDP pada Perairan Pulau
tersendiri selain terumbu karang. Biawak adalah sebanyak ± 7 orang/hari.
Kelimpahan keindahannya bertambah
seiring dengan jumlah genus yang terdapat Daya dukung kawasan wisata
pada perairan tersebut. Hasil perhitungan snorkeling
komposisi dan kelimpahan pada perairan
Pulau Biawak sendiri terdapat 12 – 32 Pada perhitungan daya dukung
genus ikan karang dan untuk kawasan untuk wisata snorkeling
kelimpahannya berkisar 42 – 197 mendapatkan luas area pemanfaatan
individu/500m2. sebesar 228.811 m2, maka hasil DDK
adalah ± 915 orang/hari. Pada konsep
Indeks Kesesuaian wisata selam daya dukung pemanfaatan maka jumlah
(diving) pengunjung yang dianjurkan adalah ± 91
orang/hari.
Perhitungan indeks kesesuaian wisata
dengan menggunakan metode dari Kesesuain wisata selam
(Yulianda, 2007). Pada perairan Pulau
Biawak yang termasuk kategori sangat Lokasi perairan yang dapat
sesuai (S1) adalah stasiun 5 dan 7 dengan dimanfaatkan untuk wisata selam adalah
IKW sebesar 75.93 %. Pada stasiun 1 IKW stasiun 1, 3, 5 dan 7 yang tertera pada
yang didapatkan adalah 64.81 % dan (Gambar 4).
stasiun 3 sebesar 66.67 %, kedua stasiun Kategori cukup sesuai (S2) pada
ini termasuk dalam kategori cukup sesuai Perairan Pulau Biawak terdapat pada
(S2) untuk kegiatan wisata selam. stasiun 1 dan 3, karena prosentase
222
Journal Of Marine Research.
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 216-225
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

kesesuaiannya berkisar antara 50 - <75 % 3 yaitu sebesar 66.67 %. Pada stasiun 5


(Yulianda, 2007). dan 7 termasuk dalam kategori sangat
sesuai (S1) dengan nilai prosentase 75.93
%.

Gambar 4. Peta perairan potensi wisata selam

Gambar 5. Peta perairan potensi wisata snorkeling


Prosentase kesesuaian pada stasiun
1 adalah 64.81 %, sedangkan pada stasiun

223
Journal Of Marine Research.
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 216-225
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Kesesuain wisata snorkeling dianjurkan sesuai dengan DDP adalah ± 91


orang/hari.
Perhitungan Indeks Kesesuaian
Wisata (IKW) untuk kegiatan snorkeling KESIMPULAN
pada setiap stasiunnya (2, 6 dan 8)
mencapai prosentase kesesuaian sebesar Tutupan karang hidup yang terdapat
80 % keatas, dimana terdapat salah satu di Pulau Biawak terbaik terdapat pada
stasiun yang prosentasenya dibawah 80 % stasiun 2, 6 dan 8. Terburuk terdapat pada
yaitu pada stasiun 4. Hal ini menunjukkan stasiun 3 dan 4. Stasiun penelitian yang
bahwa rata-rata wilayah Perairan Pulau sangat sesuai untuk melakukan kegiatan
Biawak tergolong sangat sesuai untuk wisata selam adalah pada staiun 5 dan 7.
kegiatan wisata snorkeling. Wilayah Stasiun penelitian yang sangat sesuai untuk
perairan tersebut dapat dilihat pada kegiatan wisata snorkeling adalah pada
Gambar 5. stasiun 2, 6 dan 8. Hal ini berarti daya
dukung pada perairan Pulau Biawak untuk
Daya dukung kegiatan selam dan snorkeling dengan
tetap menjaga kelestarian sumberdaya
Pada penelitian di Pulau Biawak alam dan lingkungan maka dianjurkan
keempat stasiun berpotensi untuk kegiatan untuk kegiatan wisata selama ± 7
wisata selam, sehingga didapatkan luasan orang/hari sedangkan untuk kegiatan
area pemanfaatan sebesar 18.499 m2. Luas snorkeling ± 91 orang/hari.
area yang cukup besar ini ditujukan dalam
analisis daya dukung dalam pengembangan UCAPAN TERIMAKASIH
wisata selam dan didapatkan hasil DDK =
74 orang/hari yang merupakan jumlah Penulis menyampaikan terimakasih
maksimum pengunjung secara fisik yang kepada Dinas Kelautan dan Perikanan
dapat ditampung dikawasan yang Indramayu, Dinas Pariwisata Indramayu
disediakan pada waktu tertentu. Dengan dan Tim Ekspedisi Dwipantara I 2013 yang
tetap menjaga kenyamanan dan kelestarian telah membantu dalam penyelesaian dan
kawasan perairan maka jumlah pengunjung penyusunan artikel ini.
yang dianjurkan ± 7 orang/hari (Yulianda,
2007). DAFTAR PUSTAKA
Konsep daya dukung dikembangkan
untuk mencegah kerusakan atau [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan.
2005. Ditjen Kelautan Pesisir dan
penurunan sumberdaya alam dan
Pulau – Pulau Kecil 2007.
lingkungan, sehingga kelestarian, Pendoman Daya Dukung Pulau
keberadaan dan fungsinya tetap terjaga Kecil. DKP. Jakarta.
(Yulianda, 2007).
Perairan Pulau Biawak untuk kegiatan Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu.
wisata snorkeling memiliki luas area yang 2005. Naskah Akademik
Pengelolaan Kawasan Konservasi
dapat dimanfaatkan seluas 228.811 m2.
Laut Daerah (KKLD) Pulau
Dari hasil luasan area tersebut maka Biawak, Kabupaten Indramayu.
didapatkan hasil DDK = 915 orang/hari, PT Pratiwi Adhiguna.
dengan tetap memperhatikan kenyaman
dan kelestarian kawasan Perairan Pulau English S, C Wilkinson and V Baker. 1994.
Survey Manual for Tropical Marine
Biawak, maka jumlah pengunjung yang
Resources. ASEAN-Australian

224
Journal Of Marine Research.
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 216-225
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Marina Science Project: Living Peraturan Daerah, Kabupaten Indramayu


Coastal Resources. Australian No. 14 Tahun 2006 tentang
Institut of Marine Science. Pengelolaan Kawasan Konservasi
Laut Daerah dan Penataan Fungsi
Gomez ED dan HT Yap. 1998. Monitoring Pulau Biawak, Gosong dan Pulau
Reef Condition. Page: 187-195 in Candikian.
R. A. Kenchington dan B. E. T.
Hudson (eds.), Coral Reef Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi
Management Hand Book. UNESCO Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo
Regional Office for Science and Persada.
Technology for South East Asia.
Jakarta. Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari
Sebagai Alternatif Pemanfaatan
Sumberdaya Pesisir Berbasis
Konservasi. Makalah. Departemen
MSP. FPIK. IPB.

225

Anda mungkin juga menyukai