adalah salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia. Jika di baca dari biografinya, sebagian besar masa hidup
Sisingamangaraja didedikasikan untuk melawan penjajah Belanda. Sisingamangaraja sebenarnya adalah
sebuah gelar yang disematkan padanya ketika dilantik menjadi Raja. Nama aslinya adalah Patuan Bosar Ompu
Boru. Beliau terkenal keras menentang Belanda, hal ini terlihat dari beberapa pertempuran sengit yang pernah
dihadapinya. Hingga akhirnya, disalah satu pertempuran, Sisingamangaraja wafat sebagai pahlawan bangsa.
Share biografi kali ini, akan menceritakan sejarah hidup dari Sisingamangaraja, selamat membaca.
Sisingamangaraja XII dalam biografi hidupnya, terlahir dengan nama Patuan Bosar Ompu Boru
Situmorang. Pada 1867, ayahnya meninggal akibat penyakit kolera. Kemudian, ia diangkat menggantikan
ayahnya menjadi raja dengan bergelar Sisingamangaraja XII. Pada awal masa pemerintahannya, kegiatan
pengembangan agama Kristen yang dipimpin oleh Nommensen dari Jerman sedang berlangsung di Tapanuli.
Belanda ikut masuk dengan berlindung di balik kegiatan tersebut. Namun, lambat laun Belanda mulai
menunjukkan itikad tidak baik dan bermaksud ingin menguasai wilayah kekuasaan Sisingamangaraja XII.
Sisingamangaraja XII kemudian mengadakan musyawarah bersama raja-raja dan panglima daerah Humbang,
Toba, Samosir, dan Pakpak. Kemudian, ketegangan antara Belanda dan Sisingamangaraja meningkat hingga
menimbulkan konflik. Upaya jalan damai sudah tidak dapat lagi ditempuh.
Pada 19 Februari 1878, Sisingamangaraja XII bersama rakyat Tapanuli mulai melancarkan serangan terhadap
pos pasukan Belanda di Bahal Batu, dekat Tarutung. Pertempuran yang tak seimbang membuat
Sisingamangaraja dan pasukannya kalah dan terpaksa mundur dari Bahal Batu. Namun, perlawanan pasukan
Sisingamangaraja masih tetap tinggi, terutama di desa-desa yang belum tunduk pada Belanda, seperti Butar,
Lobu Siregar, Tangga Bantu, dan Balige. Sebaliknya, Belanda semakin gencar mengejar Sisingamangaraja XII
sampai ke desa-desa dan melakukan pembakaran serta menawan raja-raja desa. Akibatnya pertempuran
meluas hingga ke beberapa daerah seperti Sipintu-pintu, Tangga Batu, Balige, dan Bakkara. Namun,
Sisingamangaraja tetap gigih melakukan perang gerilya.
Pada Mei 1883, pos Belanda di Uluan dan Balige kembali diserang oleh Sisingamangaraja. Setahun kemudian
(1884), kekuatan Belanda di Tangga Batu berhasil dilumpuhkan. Belanda melakukan upaya pendekatan dan
menawarkan penobatan Sisingamangaraja sebagai Sultan Batak dengan berbagai hak istimewa. Namun, beliau
menolaknya dengan tegas. Pada 1904, Belanda melakukan pengepungan ketat. Pada 1907 Sisingamangaraja
berhasil lolos. Namun, upaya keras Belanda akhirnya membuahkan hasil dengan mengetahui tempat
persembunyian Sisingamangaraja di Hutan Simsim. 17 Juni 1907, markas Sisingamangaraja dikepung Belanda.
Dalam suatu pertempuran jarak dekat, komandan pasukan Belanda kembali memintanya menyerah dan
menjanjikan akan menobatkan Sisingamangaraja menjadi Sultan Batak. Namun, Sisingamangaraja tetap tidak
mau tunduk dan memilih lebih baik mati.
Terjadilan pertempuran sengit yang menewaskan hampir seluruh keluarga dan pasukannya. Akhirnya, Patuan
Bosar Ompu Pulo alias Raja Sisingamangaraja XII bersama dua putra dan satu putrinya, serta beberapa
panglimanya yang berasal dari Aceh gugur sebagai kusuma bangsa.