Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

ION EXCHANGE

KELOMPOK 9

STEVEN WELLINGTON CHANDRA 2314100003


DIMAS CAMEEO WICAKSONO 2314100129
NISRINA HUTTI 2314100154

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2

BAB I ......................................................................................................................................... 3

1.1 Resin Penukar Ion ............................................................................................................ 3

1.1.1 Pengertian ................................................................................................................. 3

1.1.2 Jenis-Jenis Resin Penukar Ion ................................................................................... 3

1.1.3 Sifat Resin Penukar Ion ............................................................................................ 6

1.2 Prinsip Ion Exchanger ...................................................................................................... 7

1.3 Proses pertukaran ion ....................................................................................................... 7

1.4 Operasi Sistem Pertukaran Ion......................................................................................... 8

1.4.1 Tahap Service ............................................................................................................ 8

1.4.2 Tahap Pencucian Balik (Backwash).......................................................................... 9

1.4.3 Tahap Regenerasi ...................................................................................................... 9

1.4.4 Tahap Pembilasan ................................................................................................... 12

1.4.5 Penghilangan Gas (Deaerator) ................................................................................ 13

BAB II...................................................................................................................................... 15

2.1 Desalinasi ....................................................................................................................... 15

2.2 Demineralisasi................................................................................................................ 16

2.3 Dekolorasi ...................................................................................................................... 17

2.4 Water Softening ............................................................................................................. 18

2.5 Aplikasi Industri di Indonesia ........................................................................................ 19

2.6 Keuntungan dan Kerugian Ion Exchange ...................................................................... 21

BAB III .................................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 26

2
BAB I
ION EXCHANGER

1.1 Resin Penukar Ion


1.1.1 Pengertian
Resin ion exchange atau resin penukar ion didefinisikan sebagai senyawa hidrokarbon
terpolimerisasi, yang mengandung ikatan silang (crosslinking) serta gugus-gugus fungsional
yang mempunyai ion-ion yang dapat dipertukarkan.
Sebagai media penukar ion, maka resin penukar ion harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Resin memiliki kapasitas pertukaran ion yang tinggi.
2. Kelarutan resin yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat digunakan berulang
kembali.
3. Resin bekerja dalam cairan yang mempunyai sifat melarutkan, karena itu resin harus
tahan terhadap air
4. Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada rentang pH yang
tinggi serta tahan terhadap asam dan basa. Serta terhadap oksidasi dan radiasi.
5. Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan mekanis, tekanan
hidrostatis cairan serta tekanan osmosis.

1.1.2 Jenis-Jenis Resin Penukar Ion


Resin penukar kation mengandung gugus fungsi seperti sulfonat (R-SO3H), phosphonat
(R-PO3H2), phenolat (R-OH), atau karboksilat (R-COOH), dengan R menyatakan resin.
Gugus fungsi pada resin penukar anion adalah senyawa amina (primer/R-NH2, sekunder/R-
N2H, tersier/R-R'2N) dan gugus ammonium kuartener (R-NR'3/tipe I, R-R'3N+OH/tipe II),
dengan R' menyatakan radikal organik seperti CH3. Resin anion yang mempunyai gugus
fungsi ammonium kuartener disebut resin penukar anion basa kuat dan resin penukar anion
basa lemah mempunyai gugus fungsi selain ammonium kuartener.
Berdasarkan jenis gugus fungsi yang digunakan, resin penukar ion dapat dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu :
a) Resin Penukar Kation Asam Kuat
Resin penukar kation asam kuat yang beroperasi dengan siklus H, regenerasi
dilakukan menggunakan asam HCl atau H2SO4. Reaksi pada tahap sebagai berikut:

3
Konsentrasi asam keseluruhan yang dihasilkan oleh reaksi diatas disebut Free Mineral
Acid (FMA). Jika nilai FMA turun, berarti kemampuan resin mendekati titik-habis dan
regenerasi harus dilakukan. Reaksi pada tahap regenerasi adalah sebagai berikut :

b) Resin Penukar Kation Asam Lemah


Gugus fungsi pada resin penukar kation asam lemah adalah karboksilat
(RCOOH).Jenis resin ini tidak dapat memisahkan garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat, tetapi dapat menghilangkan kation yang berasal dari garam bikarbonat untuk
membentuk asam karbonat, atau dengan kata lain resin ini hanya dapat menghasilkan asam
yang lebih lemah dari gugus fungsinya. Reaksi-reaksi yang terjadi pada tahap untuk resin
penukar kation asam lemah dengan siklus H, dinyatakan oleh reaksi-reaksi berikut ini :

Larutan regenerasi dan reaksi yang terjadi pada tahap regenerasi identik dengan resin
penukar kation asam kuat
c) Resin Penukar Anion Basa Kuat
Resin penukar kation asam kuat siklus hidrogen akan mengubah garam-garam terlarut
menjadi asam (reaksi tahap regenerasi), dan resin penukar anion basa kuat akan
menghilangkan asam-asam tersebut, termasuk asam silikat dan asam karbonat. Reaksi reaksi
yang terjadi pada tahap dan regenerasi adalah sebagai berikut:

4
Terdapat dua tipe penukar anion basa kuat. Tipe I dan tipe II. Keduanya memiliki
kelompok ammonium kuartener sebagai bagian aktif penukar. Dalam tipe I, kelompok
melekat pada nitrogen biasanya kelompok alkil, sementara pada tipe II, salah satu dari
kelompok adalah alkanol.

Biasanya resin tipe II digunakan dalam pemurnian air,karena murah. Namun, mereka
tidak secara efektif menghilangkan silika, dan juga rentan terhadap pencemar organik.
d) Resin Penukar Anion Basa Lemah
Resin penukar anion basa lemah hanya dapat memisahkan asam kuat seperti HCl dan
H2SO4, tetapi tidak dapat menghilangkan asam lemah seperti asam silikat dan asam karbonat,
oleh sebab itu resin penukar anion basa lemah acap kali disebut sebagai acid adsorbers.
Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Resin penukar anion basa lemah dapat diregenerasi dengan NaOH, NH4OH atau
N2CO3 seperti ditunjukkan oleh reaksi di bawah ini:

5
Tabel I.1 Selektivitas Resin

1.1.3 Sifat Resin Penukar Ion


Berikut ini merupakan beberapa poin sifat resin penukar ion:
1. Kapasitas penukar ion
Sifat ini menggambarkan ukuran kuantitatif jumlah ion-ion yang dapat dipertukarkan dan
dinyatakan dalam mek (milliekivalen) pergram resin kering dalam bentuk hidrogen
atau kloridanya atau dinyatakan dalam milliekivalen tiap milliliter resin (meq/ml).
2. Selektivitas
Secara umum selektivitas penukaran ion dipengaruhi oleh muatan ion dan jari-jari ion.
Selektivitas resin penukar ion akan menentukan dapat atau tidaknya suatu ion dilepaskan
dalam suatu larutan apabila dalam larutan tersebat terdapat ion-ion bermuatan sama,
demikian juga dapat atau tidaknya ion yang telah terikat tersebut dilepaskan
3. Derajat ikatan silang (crosslinking)
Derajat crosslinking tidak hanya mempengaruhi kelarutan tetapi juga kapasitas pertukaran,
perubahan volume, selektivitas, ketahanan kimia dan oksidasi.
4. Porositas
Nilai porositas menunjukan ukuran pori-pori dalam suatu bahan. Ukuran tersebut
biasanya tidak seragam antara satu dengan yang lainnya. Porositas berbanding langsung
dengan derajat crosslinking. Porositas mempengaruhi kapasitas dan selektivitas.
5. Kestabilan resin
Kestabilan penukar ion ditentukan juga oleh mutu produk sejak dibuat. Kestabilan fisik
dan mekanik terutama menyangkut kekuatan dan ketahanan gesekan. Ketahanan terhadap

6
pengaruh osmotik, baik saat pembebanan maupun regenerasi, juga terkait jenis
monomernya.

1.2 Prinsip Ion Exchanger


Pertukaran ion adalah sebuah proses fisika-kimia. Pada proses tersebut senyawa yang
tidak larut, dalam hal ini resin, menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan dan
melepaskan ion lain ke dalam larutan tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama. Jika ion
yang dipertukarkan berupa kation, maka resin tersebut dinamakan resinpenukar kation, dan
jika ion yang dipertukarkan berupa anion, maka resin tersebut dinamakan resin penukar
anion.
Contoh reaksi pertukaran kation dan reaksi pertukaran anion dijelaskan pada reaksi
berikut :

Reaksi pertukaran kation :


2NaR (s) + CaCl2 (aq) CaR(s) + 2 NaCl(aq)
Reaksi pertukaran anion :
2RCl (s) + Na2SO4 R2SO4(s) + 2 NaCl
Proses penukaran kation yang diikuti dengan penukaran anion untuk mendapatkan air
demin (demineralized water) diberikan pada Gambar I. 1.

Gambar I.1 Resin Ion Exchange

1.3 Proses pertukaran ion


Pertukaran ion ini bertujuan untuk menghilangkan ion yang tidak diinginkan dari air
baku dengan memindahkan ion-ion tersebut ke resin. Biasanya senyawa yang dihilangkan
adalah senyawa organik yang memiliki bau, warna, dan rasa dan logam. Penukar ion

7
memiliki kapasitas yang terbatas dalam kemampuan menukar ion yang disebut kapasitas
tukar. Karena ini, penukar ion atau resin akhirnya menjadi jenuh. Untuk membuat agar resin
yang akan digunakan tidak lagi jenuh maka resin tersebut dibackwash dengan larutan
regenerasi yang kuat dan berisi senyawa yang diinginkan ion, dan ini digunakan untuk
menggantikan akumulasi ion yang tidak diinginkan.

1.4 Operasi Sistem Pertukaran Ion


Operasi sistem pertukaran ion dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :
1. tahap (service)
2. tahap pencucian balik (backwash)
3. tahap regenerasi, dan
4. tahap pembilasan
Tahapan-tahapan tersebut dapat pula dilihat pada Gambar I. 2:

Gambar I.2 Tahapan – tahapan operasi dalam sistem pertukaran ion

1.4.1 Tahap Service


Tahap layanan adalah tahap dimana terjadi reaksi pertukaran ion, seperti ditunjukkan
oleh reaksi – reaksi berikut : (3), (5), (6), (7) dan (9) di atas. Sifat tahap service ini
ditentukan oleh konsentrasi ion yang dihilangkan terhadap waktu, atau volume air produk
8
yang dihasilkan. Hal yang penting pada tahap ini adalah kapasitas (teoritik dan operasi) dan
beban pertukaran ion (ion exchange load). Kapasitas pertukaran teoritik didefinisikan
sebagai jumlah ion secara teoritik yang dapat dipertukarkan
1.4.2 Tahap Pencucian Balik (Backwash)
Tahap (back wash) pencucian balik dilakukan jika kemampuan resin telah mencapai
titik habis. Pencucian balikmempunyai sasaran sebagai berikut :
1. pemecahan resin yang tergumpal
2. penghilangan partikel halus yang terperangkap dalam ruang antar resin
3. penghilangan kantong-kantong gas dalam reaktor, dan
4. pembentukann ulang lapisan resin
1.4.3 Tahap Regenerasi
Tahap regenerasi adalah operasi penggantian ion yang terserap dengan ion awal yang
semula berada dalam matriks resin dan pengembalian kapasitas ke tingkat awal atau ke
tingkat yang diinginkan. Larutan regenerasi harus dapat menghasilkan titik puncak
(mengembalikan waktu regenerasi dan jumlah larutan yang digunakan).
Jika sistem dapat dikembalikan ke kemampuan pertukaran awal, maka ekivalen ion
yang digantikan harus sama dengan ion yang dihilangkan selama tahap. Jadi secara teoritik,
jumlah larutanregenerasi (dalam ekivalen) harus sama dengan jumlah ion (dalam ekivalen)
yangdihilangkan (kebutuhan larutan regenerasi teoritik).
Pada umumnya asam-asam mineral digunakan untuk meregenerasi resin kation,
dan alkali digunakan untuk meregenerasi resin anion. Efisiensi regenerasi didefinisikan
sebagai rasio ekivalen total ion yang disisihkan dari resin dengan ekivalen total ion
dalam volume regeneran yangdigunakan.
Proses regenerasi dilakukan dengan menginjeksi regeneran pada masing-masing
unit.Regeneran untuk kation adalah HCl dan untuk anion NaOH.
Proses regenerasi :
 Backwash, yaitu mengalirkan air bersih ke arah berlawanan melalui tangki kation atau
anion sampai air keluarannya bersih
 Melakukan pencucian lambat (slow rinse) yaitu mengalirkan air pelan-pelan untuk
menghilangkan regeneran dalam resin
 Pencucian cepat (fast rinse), yaitu membilas unit dengan laju yang lebih cepat untuk
menghilangkan sisa regeneran sebelum operasi.

9
a. Regenerasi kation
Regenerasi kation dilakukan dengan cara mengganti kembali ion H+ yang telah jenuh
dengan merekasikannya dengan H2SO4.

Ada beberapa tahapan yang dilakukan pada proses regenerasi kation:


1. Backwash adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuang/menghilangkan
deposit kotoran yang menempel di resin.
2. Pemberian asam tahap 1 yaitu dengan menginjeksikan H2SO4 1,75%
3. Pemberianasam tahap 2 yaitu dengan menginjeksikan H2SO4 3,5%
4. Pemberian asam tahap 3 yaitu dengan menginjeksikan H2SO4 5,25%
5. Slow rinse dimaksudkan untuk pembilasan dan pengangkatan kotoran yang telah di
proses.
6. Fast rince sama dengan slow rinse hanya saja melakukannya dengan debit air yang
besar.

b. Regenerasi anion
Regenerasi resin penukar anion sama dengan regenerasi kation, jika sudah jenuh
maka dapat dikembalikan ke keadaan dengan menggunakan alkali. Soda kaustik dipakai
sebagai penukar anion dari basa kuat.

R- Cl- + NaOH R – OH + NaCl


SO4- Na2SO4

Sama dengan regenerasi pada kation, pada anion juga terdapat beberapa tahapan.
Tahap-tahap yang dilakukan pada proses regenerasi anion :
1. Backwash adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuang/menghilangkan deposit
kotoran yang menempel di resin.
2. Preheat bed
3. Caustic injection yaitu penambahan kaustik dengan cara menginjeksian NaOH 4%.

10
4. Slow rinse dimaksudkan untuk pembilasan dan pengangkatan kotoran yang telah di
proses.
5. Fast rince sama dengan slow rinse hanya saja melakukannya dengan debit air yang besar.

Selama proses regenerasi, limbah air yang dihasilkan ditampung pada bak penampung
regenerasi (neutral basin) untuk dinetralkan sebelum akhirnya dibuang ke sungai.
Biasanya regenerasi dilakukan dengan melewatkan regeneran melalui bed resin
penukar ion pada arah yang sama dengan air baku yang diolah; proses ini disebut regenerasi
co-current. Jika regenerasi co-current (aliran ke bawah) terjadi, lapisan bawah kolom
diregenerasi dengan buruk, kecuali jika digunakan regeneran asam atau basa dalam jumlah
yang sangat besar. Di sisi lain, jika regenerasi dilakukan counter-current (dengan arah yang
berlawanan), lapisan bawah resin yang jenuh lebih efektif diregenerasi. Proses ini terjadi pada
pengurangan kebocoran natrium (pada penukar kation) dan silika (pada penukar anion)
hingga tingkat pengurangannya sangat rendah selama siklus pertukaran.
Pada studi lebih lanjut, teknik fluidisasi telah digunakan untuk demineralisasi. Pada
proses ini, air mentah diolah dengan mengalirkan ke atas dan regenerasi dilakukan oleh
regeneran (zat peregenerasi) melalui aliran ke bawah .

Gambar I.3 Diagram Skematis Sisten 3 – Resin Mixed Bed


Dalam produksi air deionisasi dapat dicapai dengan menggunakan bed bertingkat
yang terdiri dari lapisan resin yang ditumpangkan dengan polaritas yang sama. Salah satu
diantaranya asam atau basa lemah, sementara lainnya asam atau basa kuat. Selama
regenerasi, resin asam lemah, yang lebih ringan dari resin asam kuat ditempatkan pada atas
bed (Gambar I.3). Aliran counter-current regeneran kemudian menuju ke atas melalui bed
dan bertemu pertama kali dengan resin asam kuat, diikuti resin asam lemah. Sehingga
regenerasi terjadi secara menyeluruh.

11
Gambar I.4 Diagaram Skematis Bed Bertingkat
Dibandingkan dengan penukar tunggal (lemah atau kuat), regenerasi dengan aliran
counter-current, bed bertingkat memiliki kapasitas pemasangan operasi per liter lebih besar.
Resin kurang, karena itu diperlukan pengolahan volume air yang sama, dan efisiensi proses
ditingkatkan dalam pengurangan konsumsi regeneran.
Rasio volume resin asam lemah (karboksilat) dengan volume bed total (pada Bed
Bertingkat) akan lebih besar, waktu siklus yang lebih singkat dan semakin tinggi
alkalinitas/zat padat terlarut dan rasio kesadahan total. Kinerja Bed Bertingkat juga
bergantung pada pemisahan yang baik antara dua penukar. Ini berarti bahwa pola aliran
dalam kolom harus optimum agar pemisahan antara dua resin selama regenerasi terlihat jelas,
yang mana ukuran partikel dari dua resin dipilih dengan hati-hati.
Beberapa kasus khusus ditemui di mekanisme demineralisasi. Pada unit aliran
counter-current, hal yang sangat penting untuk menjaga kekompakan resin sepanjang waktu
selama regenerasi dan lebih baik juga selama proses . Pengganggu lainnya dari kation bed
selalu mengarah ke kebocoran natrium. Unit aliran counter-current harus dioperasikan
sedemikian rupa sehingga titik akhir natrium dan silika untuk unit kation dan anion tidak
berlebih. Hal ini penting karena umpan untuk pabrik demineralisasi setelah pengolahan awal
harus bebas dari berbagai residu klorin.

1.4.4 Tahap Pembilasan


Tahap pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa larutan regenerasi
yangterperangkap oleh resin. Pembilasan dilakukan menggunakan air produk dengan
alirandown flow dan dilaksanakan dalam dua tingkat,yaitu:
1. tingkat laju alir rendah untuk menghilangkan larutan regenerasi, dan

12
2. tingkat laju alir tinggi untuk menghilangkan sisa ion.
Limbah pembilasan tingkat laju alir rendah digabungkan dengan larutan garam dandibuang,
sedangkan limbah pembilasan tingkat laju alir tinggi disimpan dan digunakansebagai pelarut
senyawa untuk regenerasi.

1.4.5 Penghilangan Gas (Deaerator)


Penghilangan gas dilakukan sebelum air keluaran kolom kation diolah di kolom resin
penukar anion dimaksudkan untuk mengurangi beban pertukaran pada kolom penukar anion,
yang berarti juga mengurangi penggunaan larutan regenerasi. Setelah tahap pertukaran kation
di resin penukar kation siklus hidrogen, alkalinitas bikarbonat yang dikandung dalam air
umpan akan dikonversi menjadi asam karbonat dan karbon dioksida, seperti disajikan pada
reaksi di bawah ini:
CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H+ + HCO3-
Dikarenakan air keluaran resin penukar kation bersifat asam, maka reaksi
kesetimbangan di atas akan bergeser ke kiri. Air yang diolah di kolom degasifier
mengandung karbon dioksida yang ekivalen dengan alkalinitas bikarbonat ditambah dengan
jumlah karbon dioksida yang larut dalam air tersebut.
Cara kerja kolom degasifier mengikuti teori-teori yang berlaku untuk proses stripping
(pelucutan). Kandungan CO2 dalam air dilucuti menggunakan udara yang dihembuskan oleh
blower (Gambar I.5) atau secara vakum (Gambar I.6). Pemakaian kolom degasified dapat
mengurangi kandungan karbon dioksida menjadi 5 mg/l.

Gambar I.5 Penghilangan gas dengan menggunakan blower (Forced Draft Aerator)

13
Gambar I.6 Deaerator secara vakum

14
BAB II
APLIKASI

Pada umumnya pertukaran ion digunakan untuk menghilangkan beberapa senyawa


organik, misalnya pada suatu proses kimia di industri akan dihilangkan senyawa organik
yang memiliki bau, warna, dan rasa.
 Pemurnian Air
 Produksi air kemurnian tinggi
 Pemisahan Logam
 Katalisis
 Gula Manufactur
 Farmasi
 Desalinasi
 Demineralisasi
 Deklorisasi

Berikut ini adalah beberapa contoh tersebut dan penjelasan aplikasi dari Ion Exchange
anion atau resin penukar anion.

2.1 Desalinasi
Desalinasi, desalination atau desalinization adalah proses yang menghilangkan kadar
garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman
dan manusia. Proses desalinasi ini juga dilakukan menggunakan penukar-anion. Secara
aplikatif dari proses ini biasanya dilakukan oleh industri yang berlokasi di sekitar laut atau di
peisir pantai, sehingga untuk pemenuhan kebutuhan air industri baik untuk air proses,
maupun air untuk semua keperluan di industri dapat dipenuhi dengan melakukan pemurnian
air laut secara desalinasi.
Salah satu jenis alat ion exchange yang bernama resin penukar-anion Relite MG 1/P
mampu memisahkan sulfat dalam air laut guna mencegah pembentukan kerak kalsium sulfat
pada heat exchanger. Resin tersebut menunjukkan selektivitas sulfat yang tinggi dalam air
laut sintetis. Resin yang telah dipakai dapat diregenerasi menggunakan air asin yang
dipekatkan dengan asam hingga mencapai pH 4. Untuk waktu pemakaian dan regenerasi
yang sama, faktor konsentrasi desalinasi (misalnya 2 hingga 4) menaikkan konsentrasi

15
klorida dalam air asin yang diblowdown. Dengan faktor konsentrasi yang tetap, kenaikan laju
alir (pengurangan waktu pemakaian dan regenerasi) memperendah efisiensi regenerasi dan
menaikkan pemisahan sulfat. Akibat kelarutan kalsium sulfat yang bersifat terbalik tersebut,
temperatur air asin yang tinggi memerlukan pemisahan sulfat yang lebih banyak, yang dapat
dicapai dengan mengurangi laju alir air laut. Pengurangan laju alir tersebut membutuhkan
peralatan yang lebih besar dan resin yang lebih banyak, sehingga biaya modal bertambah.
Untuk pabrik desalinasi dengan kapasitas produksi 1 juta gallon per hari dan faktor
konsentrasi sebesar 2, biaya pemisahan sulfat meliputi biaya resin dan biaya peralatan. Biaya
tersebut bervariasi dari $0.246 hingga $0.356/kgalon (per-ribu galon air yang diproduksi)
karena temperatur maksimum air asin berubah dari 140°C menjadi 180°C.

Gambar II.1 Proses Desalinasi

2.2 Demineralisasi
Demineralisasi atau deionisasi adalah suatu sistem pengolahan air dengan pertukaran
ion (ion exchange) melalui media ion exhange resin. Sistem ini mampu menghasilkan air
dengan tingkat kemurnian yang sangat tinggi (Ultra Pure Water) dengan jumlah kandungan
zat-ionic dan an-ionic mendekati nol sehingga mencapai batas yang hampir tidak dapat
dideteksi lagi. Demineralisasi ini hampir serupa dengan desalinasi, karena sama-sama
menukar ion garam, namun pada proses demineralisasi ini ion yang ditukar bukan hanya ion
garam saja, tapi juga berbagai macam ion logam yang hendak dihilangkan dari suatu senyawa
yang dilewatkan ke dalam resin.
Salah satu aplikatifnya adalah resin penukar ion pada sistem air bebas mineral (GCA
01) RSG-GAS. Resin penukar ion pada proses pembuatan air bebas mineral berfungsi untuk
mengambil pengotor air dengan cara pertukaran ion yang bermuatan sama. Kation yang ada
dalam air akan dipertukarkan/diambil dengan kation resin sedangkan anion dalam air akan

16
dipertukarkan dengan anion resin. Di dalam kolom resin penukar kation, garam-garam yang
terlarut di dalam air dikonversi menjadi asam-asam mineral masingmasing melalui
pertukaran kation-kationnya dengan ion H+. Dari sini terbentuk asam karbonat dari
kesadahan karbonat (carbonat hardness). Asam karbonat pecah menjadi air dan karbon
dioksida bebas. Mekanisme reaksi yang terjadi dalam kolom resin penukar kation adalah
sebagai berikut :
Lewatit-2H+ +Ca(HCO3)2 → Lewatit-Ca + 2H2CO3
H2CO3 → H2O + CO2↑
Lewatit-2H+ + MgSO4 → Lewatit-Mg + H2SO4
Lewatit-2H+ + CaCl2 → Lewatit-Ca + 2HCl
Di dalam kolom resin penukar anion, anion pengotor air seperti SO4-2, Cl- yang ada
dalam air dipertukan dengan OH- dari resin penukar anion. Mekanisme reaksi yang terjadi
dalam kolom resin penukar anion adalah sebagai berikut:
Lewatit-2OH + H2SO4 → Lewatit-SO4 + 2H2O
Lewatit-OH + HCl → Lewatit-Cl + H2O

Gambar II.2 Proses Demineralisasi

2.3 Dekolorasi
Dekolorisasi atau deodoriasi adalah suatu proses untuk menghilangkan warna pada
suatu senyawa. Contoh aplikatifnya adalah dekolorisasi gula cair dengan resin penukar ion
basa kuat dan karbon aktif. Untuk dekolorisasi ini biasanya digunakan pula karbon aktif,
sehingga produktivitasnya lebih besar karena karbon aktif juga memiliki sifat yang mampu
menghilangkan warna dari suatu senyawa. Dan gabungan penukar ion dan karbon aktif ini
digunakan pada proses dokolorisiasi gula cair.

17
Penukar ion basa kuat dan karbon aktif dilakukan proses dekolorisasi terhadap gula
cair hasil fraksinasi dengan perlakuan 2 jenis resin masing-masing dengan kapasitas 1,4 meq
per mL (IRA 400) dan 1,0 meq per mL (IRA 900). Kedua jenis resin tersebut memiliki ion
-
aktif dalam bentuk Cl . Proses dekolorisasi dilakukan dengan memasukkan resin kedalam
kolom gelas stinggi 60 cm dengan diameter 1,128 cm. Volume resin sebanyak 50 ml. Laju
alir yang digunakan sebesar 6 BV (Bed Volume) per jam dan jumlah umpan sebesar 6 BV.
o
Proses dekolorisasi dilakukkan pada suhu 65 C. Larutan gula cair hasil dekolorisasi resin ini
selanjutnya akan digunakan sebagai bahan perlakuan karbon aktif.

2.4 Water Softening


Water softening adalah proses pemisahan ion magnesium dan ion kalsium yang
terdapat dalam air sadah dengan ion natrium. Metode yang digunakan umumnya
mengandalkan pada cara penghapusan dari Ca2+ dan Mg2+ dari larutan atau penyerapan ion
ini, proses yang digunakan yaitu mengikat mereka untuk sebuah molekul yang
menghilangkan kemampuan mereka untuk membentuk skala atau mengganggu
deterjen. Penghapusan ini dicapai dengan pertukaran ion dan dengan metode presipitasi. Di
dalam saringan, dikenal sebagai pelunak (softener), kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) di
dalam air ditukar (exchanged) dengan natrium (Na+) dari resin granular (butiran-butiran
kecil). Air yang dihasilkan nantinya mempunyai kesadahan (hardness) 0 mg/L dan harus
dicampur dengan air sadah untuk mencegah terjadinya masalah kelunakan (softness).
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CaSO4 + 2 R – Na R2Ca + Na2SO4
MgSO4 + 2 R – Na R2Mg + Na2SO4

Gambar II.3 Proses Water Softening

18
2.5 Aplikasi Industri di Indonesia
Salah satu contoh aplikasi ion exchange di industri di Indonesia yaitu penyisihan Pb
dalam Air Limbah dengan Teknik Pertukaran Ion (Studi Kasus Air Limbah Pabrik Aki PT.
GS Battery, Inc., Sunter-Jakarta Utara)
Industri aki merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah Pb dalam
jumiah yang paling banyak. Pb sebagai salah satu unsur yang termasuk dalam kelompok
logam berat dalam konsentrasi tertentu sangat berbahaya terhadap manusia dan lingkungan
hidup. Salah satu upaya yang saat ini telah dilakukan untuk menyisihkan Pb dalam air limbah
pabrik aki adalah dengan cara kimiawi (chemical treatment). Namun hasil penyisihan dengan
proses ini masih kurang memuaskan khususnya terhadap upaya pelestarian lingkungan. Oleh
sebab itu dilakukan upaya lain sebagai alternatif yakni dengan memanfaatkan potensi zeolit
alam sebagai media penukar kation guna menyisihkan Pb yang berada dalam air limbah
pabrik aki, yakni melalui proses pertukaran ion.. Proses pertukaran ion adalah proses di mana
suatu material atau bahan tidak iarut menangkap ion-ion bermuatan baik positif maupun
negatif dari suatu larutan dan melepaskan ion-ion bermuatan sejenis ke dalam larutan dalam
jumlah yang setara. Bila proses pertukaran telah mencapai titik jenuh, maka dilakukan proses
regenerasi dengan tujuan agar kapasitas penukaran material penukar ion dapat kembali
seperti semula.
Sebagai studi awal/studi kelayakan teknik dan lingkungan proses pertukaran ion untuk
menyisihkan Pb dalam air limbah pabrik aki mempunyai tujuan untuk menentukan faktor
yang paling berpengaruh dalam menyisihkan Pb dari keempat faktor percobaan yang
divariasikan (konsentrasi iniluen, debit influen, keaktifan zeolit, dan ukuran diameter partikel
zeolit); untuk mengetahui besar kapasitas operasi tukar kation tertinggi dari zeolit Bayah;
untuk menentukan besar penyisihan Pb dalam air limbah setelah diolah dengan teknik
pertukaran ion dalam kolom yang berisi zeolit Bayah sebagai media penukar kation; untuk
menentukan besarnya efisiensi regenerasi dari larutan regenerant alum sulfat Al2(SO)3 yang
digunakan; untuk menentukan efisiensi dari proses pertukaran ion; dan untuk mengetahui
kelayakan lingkungan dari pelaksanaan proses pertukaran ion. Berdasarkan reaksi pertukaran
ion yang terjadi antara air limbah aki yang mengandung unsur Pb dengan kation yang berada
di dalam zeolit asal Bayah, maka hipotesis kerja yang dibuat dalam penelitian ini adalah:
1. Pb yang terdapat di dalam air limbah pabrik aki dapat disisihkan dengan cara
pertukaran ion dengan memanfaatkan zeolit sebagai media penukar kation, hingga
mencapai konsentrasi di bawah konsentrasi baku mutu yang telah ditetapkan;

19
2. besar penyisihan Pb dalam air limbah aki dengan proses pertukaran ion bergantung
pada besarnya konsentrasi limbah yang akan diolah (konsentrasi influen), debit
influen, keaktifan zeolit, serta ukuran diameter partikel zeolit;
3. pemanfaatan proses pertukaran ion untuk mengolah air limbah pabrik aki lebih efisien
jika dibandingkan dengan cara pengolahan yang menggunakan bahan-bahan kimia.
Berdasarkan analisis yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor yang paling berpengaruh terhadap besarnya penyisihan Pb dengan teknik
pertukaran ion adalah ukuran diameter partikel zeolit yang digunakan dan debit
influen.
2. Kapasitas operasi tukar kation Pb tertinggi yang dapat dicapai pada proses pertukaran
ion denganmemanfaatkan zeolit Bayah sebagai media penukar kation (Pb) adalah
pada kondisi percobaan dengankonsentrasi influen terbesar yaitu 5,923 mg/L, debit
terkecil yaitu 10 mL/menit, zeolit diaktivasi, dan ukurandiameter partikel lebih halus
yaitu (-18+48#). Besar kapasitas operasi tukar kation tertinggi tersebut adalah 0,769
mg/L.
3. Pb dalam air Iimbah pabrik aid PT. GS Battery, Inc Sunter yang diolah dengan teknik
pertukaran ionsecara kontinu dalam waktu 8 jam dapat melakukan penyisihan Pb
sebesar 99,02 %.
4. Efisiensi regenerasi yang dapat dicapai dengan kadar larutan regeneran1 aluminium
sulfat (Al2(SO4)3) sebesar 2%, untuk zeolit diaktivasi sebesar 0,30I %, dan efisiensi
regenerasi zeolit tidak diaktivasi adalah0,294%.
5. Pengolahan air limbah dengan proses pertukaran ion, bila dibandingkan dengan
kondisi pengolahan airlimbah yang sama di WWTP ternyata iebih efisien baik dalam
hal efisiensi operasi penyisihan Pb, waktu,biaya maupun luas penggunaan lahan.
Besarnya efisiensi operasi adalah 10%, efisiensi waktu sekitar 51%,efisiensi biaya
sekitar 65.48%, dan efisiensi luas penggunaan lahan sekitar 36,13%.
6. Besarnya kontribusi beban pencemaran Pb melalui proses pertukaran ion (jika Pb
masuk ke dalam badanair penerima) adalah sebesar 1,67.10-6 kg/hari, dengan
konsentrasi Pb pada efluen sebesar 0,058 mg/L.Sementara itu melalui pengolahan
dengan WWTP maka kontribusi beban pencemaran Pb adalah sebesar0,325 kg/hari
dengan konsentrasi Pb pada efluen WWTP adalah sebesar 0,65 mg/L.

20
2.6 Keuntungan dan Kerugian Ion Exchange
Keuntungan:
1. Salah satu cara yang paling efektif untuk memisahkan ion anorganik terlarut
2. Resin bisa diregenerasikan kembali
3. Jenis resin yang bervariasi, setiap jenis resin dapat digunakan untuk menghilangkan
unsur/kontaminan tertentu.
Kerugian:
1. Tidak efektif untuk memisahkan bakteri
2. Mahalnya operation cost jangka panjang
3. Proses regenerasi resin dalam ion exchange bed membuang air garam ke lingkungan

2.7 Contoh Perhitungan Ekivalen Resin dan Kapasitas


1. Anion Degasser Tower

Setelah Degasser Tower, loading anion bicarbonat akan direduksi ke < 5 mg/l CO2 sebagai
CaCO3
Jadi anion load dari feed akan menjadi:
Anions:
 Sulphate (SO4) 50 mg/l
 Chloride (Cl) 75 mg/l
 Nitrate (NO3) 25 mg/l
 Reactive Silica 5 mg/l
 Carbon Dioxide 5 mg/l

Jadi Anion Load = 160 mg/l as CaCO3


2. Anion Design
 Feed per cycle diasumsi 8 jam, jadi volume air per cycle adalah (8 jam X 60 menit) +
MB air regen (MB biasanya 12 sampai 20 Bed Volume air per regen).
 Asumsi 15 BV untuk perhitungan, jadi dengan asumsi per bed 1400 L resin, volume
totalnya adalah 15 x 1400 = 21000 litres (21 m3 )
 Jadi volume anion dari treated water = (8 x 60) + 21 m3 = 501 m3
 Load ion anion per cycle adalah: 501 m3 x 160 mg/l / 1000 = 80.160 Kg as CaCO3
3. Anion Design – Base Resin Capacity
 Untuk desain co-flow regen diasumsi level regenerasi sebesar 60 g/l NaOH.

21
 Dari resin engineering bulletin memberikan dasar kapasitas kerja sebesar 0.75 eq/l. Ini
memberikan 37.5 g/l as CaCO3 (0.75 x 50)
4. Anion Design – Anion Capacity Adjustment
 Persentase sulfat dalam load anion :

50 mg/l / 160 mg/l x 100 = 31.25%. Dari grafik correction factor = 0.95

 Persentase karbon dioksida dalam load anion :

5 mg/l / 160 mg/l x 100 = 3.125%. Dari grafik correction factor = 1.00

22
5. Anion Design Capacity (Theoretical)
 Persentase silica adalah 3.1% of Anion load. Jika diasumsi suhu regenerant 10 C,
maka dari grafik correction factor = 0.965

 Theoretical Working capacity = 37.5 g/l x 0.95 x 0.965 = 34.37 g/l as CaCO3
6. Anion Design – Rinse Correction
 Untuk regenerasi resin anion co-flow dapat diasumsi 6 BV untuk final rinse, jadi
rinse correction dalam g/l as CaCO3 is:

 6 (bed volumes) x 160 (mg/l anion load) / 1000 = 0.96 g/l

 jadi working capacity yang sudah dikoreksi adalah 34.37 – 0.96 = 33.41 g/l

 Biasanya diambi 10% margin desain, jadi anion working capacity = 33.41 x 0.9 =
30.07 g/l.

7. Anion Design – Resin Volume

 Anion load adalah 80.160 Kg as CaCO3

23
 Volume resin yang dibutuhkan dalam Liter adalah load ion/ working capacity resin x
1000:

 (80.160 / 30.07) / 1000 = 2665 litres

Level Anion regen adalah 60 g/l. Jadi anion regen yang digunakan 60 x 2675 / 1000 = 160.5
Kg as 100% NaOH.

24
BAB III
KESIMPULAN

Ion Exchange adalah proses penyerapan ion – ion oleh resin dengan cara Ion-ion
dalam fasa cair (biasanya dengan pelarut air) diserap lewat ikatan kimiawi karena
bereaksi dengan padatan resin. Resin sendiri melepaskan ion lain sebagai ganti ion yang
diserap. Selama operasi berlangsung setiap ion akan dipertukarkan dengan ion
penggantinya hingga seluruh resin jenuh dengan ion yang diserap.
Resin penukar ion adalah suatu struktur polimer yang mengandung suatu gugus aktif
yang terikat pada kerangka organic. Proses pembentukan resin terdiri dari dua tahap yaitu
pembentukan kerangka dan pembentukan gugus aktif. Pada pembentukan kerangka
digunakan cros linked polystyrene yang dibentuk dari tetesan cairan monomer yang
disuspensikan dalam air. Dari proses tersebut diperoleh butiran yang keras,transparan,tidak
berwarna dan kedap air. Pada resin penukar ion ada 2 jenis yaitu resin penukar anion dan
resin penukar kation.
Pada resin penukar kation misalnya RSO3H, gugus aktif SO3memiliki daya afinitas
yang lebih besar terhadap kation-kation lain bila dibandingkan H+. Tetapi sebaliknya dapat
pula terjadi pada regenerasi. Hal ini dapat terjadi kalau konsentrasi H+ dalam larutan sangat
tinggi.Apabila H+, RSO3H telah digantikan semua oleh kation-kation atau resin itu sudah
jenuh, maka resin itu tidak aktif lagi. Sehingga harus diaktifkan lagi dengan cara regenerasi.
Setelah tahap regenerasi maka perlu dilakukan pembilasan terhadap resin. Pembilasan yang
dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu pembilasan awal untuk menghilangkan sisa-sisa
regenerasi yang masih menempel pada resin dan pembilasan akhir untuk menghilangkan
kemungkinan garam yang terbentuk.

25
DAFTAR PUSTAKA

Booth, Nick. 2005. Water Treatment for Fossil Fuel Power Generation. Nottingham:
Crown
Chang, Li-Yang. 1993. Hazardous Waste Source –Reduction Study With Treated
Groundwater Recycling. California:Departement of Chemical Engineering
University of California
Lakraimi, M., Legrouri, A., Barroug, A., de Roy, A., and Besse, J. P., 2000. Preparation of a
new stablehybrid material by chloride/2.4-dichlorophenoxyacetate ion exchange into the
zinc-aluminiumchloridelayered double hydroxide, Journal of Materials Chemistry, 10,
1007-1011
Lee, Sunggyu. 2006. Encyclopedia of Chemical Processing. New York : Taylor and
Francis
Lestari, Diyah Erlina. 2007. Karakteristik Kinerja Resin Penukar Ion pada Sistem Air
Bebas Mineral (GCA 01) RSG-GAS. Tangerang: Pusat Reaktor Serba Guna-
BATAN
Martono, M. Ikhsan. 2009. Prinsip Penentuan Kapasitas Resin Sistem Demineralisasi
Air. Jakarta Utara: CV. Formasi Tangguh
Setiadi, Tjandra. 2007. Pengolahan dan Penyediaan Air. Bandung: Institut
Teknologi Bandung
Sundstrom, Donald William. 1979. Wastewater Treatement. New York : Prentice-
Hall.
Venkateswarlu, K.S. 1996. Industrial and Power Station Water Treatment. New
Delhi: New Age International

26

Anda mungkin juga menyukai