ION EXCHANGE
KELOMPOK 9
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
BAB II...................................................................................................................................... 15
2.2 Demineralisasi................................................................................................................ 16
2
BAB I
ION EXCHANGER
3
Konsentrasi asam keseluruhan yang dihasilkan oleh reaksi diatas disebut Free Mineral
Acid (FMA). Jika nilai FMA turun, berarti kemampuan resin mendekati titik-habis dan
regenerasi harus dilakukan. Reaksi pada tahap regenerasi adalah sebagai berikut :
Larutan regenerasi dan reaksi yang terjadi pada tahap regenerasi identik dengan resin
penukar kation asam kuat
c) Resin Penukar Anion Basa Kuat
Resin penukar kation asam kuat siklus hidrogen akan mengubah garam-garam terlarut
menjadi asam (reaksi tahap regenerasi), dan resin penukar anion basa kuat akan
menghilangkan asam-asam tersebut, termasuk asam silikat dan asam karbonat. Reaksi reaksi
yang terjadi pada tahap dan regenerasi adalah sebagai berikut:
4
Terdapat dua tipe penukar anion basa kuat. Tipe I dan tipe II. Keduanya memiliki
kelompok ammonium kuartener sebagai bagian aktif penukar. Dalam tipe I, kelompok
melekat pada nitrogen biasanya kelompok alkil, sementara pada tipe II, salah satu dari
kelompok adalah alkanol.
Biasanya resin tipe II digunakan dalam pemurnian air,karena murah. Namun, mereka
tidak secara efektif menghilangkan silika, dan juga rentan terhadap pencemar organik.
d) Resin Penukar Anion Basa Lemah
Resin penukar anion basa lemah hanya dapat memisahkan asam kuat seperti HCl dan
H2SO4, tetapi tidak dapat menghilangkan asam lemah seperti asam silikat dan asam karbonat,
oleh sebab itu resin penukar anion basa lemah acap kali disebut sebagai acid adsorbers.
Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Resin penukar anion basa lemah dapat diregenerasi dengan NaOH, NH4OH atau
N2CO3 seperti ditunjukkan oleh reaksi di bawah ini:
5
Tabel I.1 Selektivitas Resin
6
pengaruh osmotik, baik saat pembebanan maupun regenerasi, juga terkait jenis
monomernya.
7
memiliki kapasitas yang terbatas dalam kemampuan menukar ion yang disebut kapasitas
tukar. Karena ini, penukar ion atau resin akhirnya menjadi jenuh. Untuk membuat agar resin
yang akan digunakan tidak lagi jenuh maka resin tersebut dibackwash dengan larutan
regenerasi yang kuat dan berisi senyawa yang diinginkan ion, dan ini digunakan untuk
menggantikan akumulasi ion yang tidak diinginkan.
9
a. Regenerasi kation
Regenerasi kation dilakukan dengan cara mengganti kembali ion H+ yang telah jenuh
dengan merekasikannya dengan H2SO4.
b. Regenerasi anion
Regenerasi resin penukar anion sama dengan regenerasi kation, jika sudah jenuh
maka dapat dikembalikan ke keadaan dengan menggunakan alkali. Soda kaustik dipakai
sebagai penukar anion dari basa kuat.
Sama dengan regenerasi pada kation, pada anion juga terdapat beberapa tahapan.
Tahap-tahap yang dilakukan pada proses regenerasi anion :
1. Backwash adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuang/menghilangkan deposit
kotoran yang menempel di resin.
2. Preheat bed
3. Caustic injection yaitu penambahan kaustik dengan cara menginjeksian NaOH 4%.
10
4. Slow rinse dimaksudkan untuk pembilasan dan pengangkatan kotoran yang telah di
proses.
5. Fast rince sama dengan slow rinse hanya saja melakukannya dengan debit air yang besar.
Selama proses regenerasi, limbah air yang dihasilkan ditampung pada bak penampung
regenerasi (neutral basin) untuk dinetralkan sebelum akhirnya dibuang ke sungai.
Biasanya regenerasi dilakukan dengan melewatkan regeneran melalui bed resin
penukar ion pada arah yang sama dengan air baku yang diolah; proses ini disebut regenerasi
co-current. Jika regenerasi co-current (aliran ke bawah) terjadi, lapisan bawah kolom
diregenerasi dengan buruk, kecuali jika digunakan regeneran asam atau basa dalam jumlah
yang sangat besar. Di sisi lain, jika regenerasi dilakukan counter-current (dengan arah yang
berlawanan), lapisan bawah resin yang jenuh lebih efektif diregenerasi. Proses ini terjadi pada
pengurangan kebocoran natrium (pada penukar kation) dan silika (pada penukar anion)
hingga tingkat pengurangannya sangat rendah selama siklus pertukaran.
Pada studi lebih lanjut, teknik fluidisasi telah digunakan untuk demineralisasi. Pada
proses ini, air mentah diolah dengan mengalirkan ke atas dan regenerasi dilakukan oleh
regeneran (zat peregenerasi) melalui aliran ke bawah .
11
Gambar I.4 Diagaram Skematis Bed Bertingkat
Dibandingkan dengan penukar tunggal (lemah atau kuat), regenerasi dengan aliran
counter-current, bed bertingkat memiliki kapasitas pemasangan operasi per liter lebih besar.
Resin kurang, karena itu diperlukan pengolahan volume air yang sama, dan efisiensi proses
ditingkatkan dalam pengurangan konsumsi regeneran.
Rasio volume resin asam lemah (karboksilat) dengan volume bed total (pada Bed
Bertingkat) akan lebih besar, waktu siklus yang lebih singkat dan semakin tinggi
alkalinitas/zat padat terlarut dan rasio kesadahan total. Kinerja Bed Bertingkat juga
bergantung pada pemisahan yang baik antara dua penukar. Ini berarti bahwa pola aliran
dalam kolom harus optimum agar pemisahan antara dua resin selama regenerasi terlihat jelas,
yang mana ukuran partikel dari dua resin dipilih dengan hati-hati.
Beberapa kasus khusus ditemui di mekanisme demineralisasi. Pada unit aliran
counter-current, hal yang sangat penting untuk menjaga kekompakan resin sepanjang waktu
selama regenerasi dan lebih baik juga selama proses . Pengganggu lainnya dari kation bed
selalu mengarah ke kebocoran natrium. Unit aliran counter-current harus dioperasikan
sedemikian rupa sehingga titik akhir natrium dan silika untuk unit kation dan anion tidak
berlebih. Hal ini penting karena umpan untuk pabrik demineralisasi setelah pengolahan awal
harus bebas dari berbagai residu klorin.
12
2. tingkat laju alir tinggi untuk menghilangkan sisa ion.
Limbah pembilasan tingkat laju alir rendah digabungkan dengan larutan garam dandibuang,
sedangkan limbah pembilasan tingkat laju alir tinggi disimpan dan digunakansebagai pelarut
senyawa untuk regenerasi.
Gambar I.5 Penghilangan gas dengan menggunakan blower (Forced Draft Aerator)
13
Gambar I.6 Deaerator secara vakum
14
BAB II
APLIKASI
Berikut ini adalah beberapa contoh tersebut dan penjelasan aplikasi dari Ion Exchange
anion atau resin penukar anion.
2.1 Desalinasi
Desalinasi, desalination atau desalinization adalah proses yang menghilangkan kadar
garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman
dan manusia. Proses desalinasi ini juga dilakukan menggunakan penukar-anion. Secara
aplikatif dari proses ini biasanya dilakukan oleh industri yang berlokasi di sekitar laut atau di
peisir pantai, sehingga untuk pemenuhan kebutuhan air industri baik untuk air proses,
maupun air untuk semua keperluan di industri dapat dipenuhi dengan melakukan pemurnian
air laut secara desalinasi.
Salah satu jenis alat ion exchange yang bernama resin penukar-anion Relite MG 1/P
mampu memisahkan sulfat dalam air laut guna mencegah pembentukan kerak kalsium sulfat
pada heat exchanger. Resin tersebut menunjukkan selektivitas sulfat yang tinggi dalam air
laut sintetis. Resin yang telah dipakai dapat diregenerasi menggunakan air asin yang
dipekatkan dengan asam hingga mencapai pH 4. Untuk waktu pemakaian dan regenerasi
yang sama, faktor konsentrasi desalinasi (misalnya 2 hingga 4) menaikkan konsentrasi
15
klorida dalam air asin yang diblowdown. Dengan faktor konsentrasi yang tetap, kenaikan laju
alir (pengurangan waktu pemakaian dan regenerasi) memperendah efisiensi regenerasi dan
menaikkan pemisahan sulfat. Akibat kelarutan kalsium sulfat yang bersifat terbalik tersebut,
temperatur air asin yang tinggi memerlukan pemisahan sulfat yang lebih banyak, yang dapat
dicapai dengan mengurangi laju alir air laut. Pengurangan laju alir tersebut membutuhkan
peralatan yang lebih besar dan resin yang lebih banyak, sehingga biaya modal bertambah.
Untuk pabrik desalinasi dengan kapasitas produksi 1 juta gallon per hari dan faktor
konsentrasi sebesar 2, biaya pemisahan sulfat meliputi biaya resin dan biaya peralatan. Biaya
tersebut bervariasi dari $0.246 hingga $0.356/kgalon (per-ribu galon air yang diproduksi)
karena temperatur maksimum air asin berubah dari 140°C menjadi 180°C.
2.2 Demineralisasi
Demineralisasi atau deionisasi adalah suatu sistem pengolahan air dengan pertukaran
ion (ion exchange) melalui media ion exhange resin. Sistem ini mampu menghasilkan air
dengan tingkat kemurnian yang sangat tinggi (Ultra Pure Water) dengan jumlah kandungan
zat-ionic dan an-ionic mendekati nol sehingga mencapai batas yang hampir tidak dapat
dideteksi lagi. Demineralisasi ini hampir serupa dengan desalinasi, karena sama-sama
menukar ion garam, namun pada proses demineralisasi ini ion yang ditukar bukan hanya ion
garam saja, tapi juga berbagai macam ion logam yang hendak dihilangkan dari suatu senyawa
yang dilewatkan ke dalam resin.
Salah satu aplikatifnya adalah resin penukar ion pada sistem air bebas mineral (GCA
01) RSG-GAS. Resin penukar ion pada proses pembuatan air bebas mineral berfungsi untuk
mengambil pengotor air dengan cara pertukaran ion yang bermuatan sama. Kation yang ada
dalam air akan dipertukarkan/diambil dengan kation resin sedangkan anion dalam air akan
16
dipertukarkan dengan anion resin. Di dalam kolom resin penukar kation, garam-garam yang
terlarut di dalam air dikonversi menjadi asam-asam mineral masingmasing melalui
pertukaran kation-kationnya dengan ion H+. Dari sini terbentuk asam karbonat dari
kesadahan karbonat (carbonat hardness). Asam karbonat pecah menjadi air dan karbon
dioksida bebas. Mekanisme reaksi yang terjadi dalam kolom resin penukar kation adalah
sebagai berikut :
Lewatit-2H+ +Ca(HCO3)2 → Lewatit-Ca + 2H2CO3
H2CO3 → H2O + CO2↑
Lewatit-2H+ + MgSO4 → Lewatit-Mg + H2SO4
Lewatit-2H+ + CaCl2 → Lewatit-Ca + 2HCl
Di dalam kolom resin penukar anion, anion pengotor air seperti SO4-2, Cl- yang ada
dalam air dipertukan dengan OH- dari resin penukar anion. Mekanisme reaksi yang terjadi
dalam kolom resin penukar anion adalah sebagai berikut:
Lewatit-2OH + H2SO4 → Lewatit-SO4 + 2H2O
Lewatit-OH + HCl → Lewatit-Cl + H2O
2.3 Dekolorasi
Dekolorisasi atau deodoriasi adalah suatu proses untuk menghilangkan warna pada
suatu senyawa. Contoh aplikatifnya adalah dekolorisasi gula cair dengan resin penukar ion
basa kuat dan karbon aktif. Untuk dekolorisasi ini biasanya digunakan pula karbon aktif,
sehingga produktivitasnya lebih besar karena karbon aktif juga memiliki sifat yang mampu
menghilangkan warna dari suatu senyawa. Dan gabungan penukar ion dan karbon aktif ini
digunakan pada proses dokolorisiasi gula cair.
17
Penukar ion basa kuat dan karbon aktif dilakukan proses dekolorisasi terhadap gula
cair hasil fraksinasi dengan perlakuan 2 jenis resin masing-masing dengan kapasitas 1,4 meq
per mL (IRA 400) dan 1,0 meq per mL (IRA 900). Kedua jenis resin tersebut memiliki ion
-
aktif dalam bentuk Cl . Proses dekolorisasi dilakukan dengan memasukkan resin kedalam
kolom gelas stinggi 60 cm dengan diameter 1,128 cm. Volume resin sebanyak 50 ml. Laju
alir yang digunakan sebesar 6 BV (Bed Volume) per jam dan jumlah umpan sebesar 6 BV.
o
Proses dekolorisasi dilakukkan pada suhu 65 C. Larutan gula cair hasil dekolorisasi resin ini
selanjutnya akan digunakan sebagai bahan perlakuan karbon aktif.
18
2.5 Aplikasi Industri di Indonesia
Salah satu contoh aplikasi ion exchange di industri di Indonesia yaitu penyisihan Pb
dalam Air Limbah dengan Teknik Pertukaran Ion (Studi Kasus Air Limbah Pabrik Aki PT.
GS Battery, Inc., Sunter-Jakarta Utara)
Industri aki merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah Pb dalam
jumiah yang paling banyak. Pb sebagai salah satu unsur yang termasuk dalam kelompok
logam berat dalam konsentrasi tertentu sangat berbahaya terhadap manusia dan lingkungan
hidup. Salah satu upaya yang saat ini telah dilakukan untuk menyisihkan Pb dalam air limbah
pabrik aki adalah dengan cara kimiawi (chemical treatment). Namun hasil penyisihan dengan
proses ini masih kurang memuaskan khususnya terhadap upaya pelestarian lingkungan. Oleh
sebab itu dilakukan upaya lain sebagai alternatif yakni dengan memanfaatkan potensi zeolit
alam sebagai media penukar kation guna menyisihkan Pb yang berada dalam air limbah
pabrik aki, yakni melalui proses pertukaran ion.. Proses pertukaran ion adalah proses di mana
suatu material atau bahan tidak iarut menangkap ion-ion bermuatan baik positif maupun
negatif dari suatu larutan dan melepaskan ion-ion bermuatan sejenis ke dalam larutan dalam
jumlah yang setara. Bila proses pertukaran telah mencapai titik jenuh, maka dilakukan proses
regenerasi dengan tujuan agar kapasitas penukaran material penukar ion dapat kembali
seperti semula.
Sebagai studi awal/studi kelayakan teknik dan lingkungan proses pertukaran ion untuk
menyisihkan Pb dalam air limbah pabrik aki mempunyai tujuan untuk menentukan faktor
yang paling berpengaruh dalam menyisihkan Pb dari keempat faktor percobaan yang
divariasikan (konsentrasi iniluen, debit influen, keaktifan zeolit, dan ukuran diameter partikel
zeolit); untuk mengetahui besar kapasitas operasi tukar kation tertinggi dari zeolit Bayah;
untuk menentukan besar penyisihan Pb dalam air limbah setelah diolah dengan teknik
pertukaran ion dalam kolom yang berisi zeolit Bayah sebagai media penukar kation; untuk
menentukan besarnya efisiensi regenerasi dari larutan regenerant alum sulfat Al2(SO)3 yang
digunakan; untuk menentukan efisiensi dari proses pertukaran ion; dan untuk mengetahui
kelayakan lingkungan dari pelaksanaan proses pertukaran ion. Berdasarkan reaksi pertukaran
ion yang terjadi antara air limbah aki yang mengandung unsur Pb dengan kation yang berada
di dalam zeolit asal Bayah, maka hipotesis kerja yang dibuat dalam penelitian ini adalah:
1. Pb yang terdapat di dalam air limbah pabrik aki dapat disisihkan dengan cara
pertukaran ion dengan memanfaatkan zeolit sebagai media penukar kation, hingga
mencapai konsentrasi di bawah konsentrasi baku mutu yang telah ditetapkan;
19
2. besar penyisihan Pb dalam air limbah aki dengan proses pertukaran ion bergantung
pada besarnya konsentrasi limbah yang akan diolah (konsentrasi influen), debit
influen, keaktifan zeolit, serta ukuran diameter partikel zeolit;
3. pemanfaatan proses pertukaran ion untuk mengolah air limbah pabrik aki lebih efisien
jika dibandingkan dengan cara pengolahan yang menggunakan bahan-bahan kimia.
Berdasarkan analisis yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor yang paling berpengaruh terhadap besarnya penyisihan Pb dengan teknik
pertukaran ion adalah ukuran diameter partikel zeolit yang digunakan dan debit
influen.
2. Kapasitas operasi tukar kation Pb tertinggi yang dapat dicapai pada proses pertukaran
ion denganmemanfaatkan zeolit Bayah sebagai media penukar kation (Pb) adalah
pada kondisi percobaan dengankonsentrasi influen terbesar yaitu 5,923 mg/L, debit
terkecil yaitu 10 mL/menit, zeolit diaktivasi, dan ukurandiameter partikel lebih halus
yaitu (-18+48#). Besar kapasitas operasi tukar kation tertinggi tersebut adalah 0,769
mg/L.
3. Pb dalam air Iimbah pabrik aid PT. GS Battery, Inc Sunter yang diolah dengan teknik
pertukaran ionsecara kontinu dalam waktu 8 jam dapat melakukan penyisihan Pb
sebesar 99,02 %.
4. Efisiensi regenerasi yang dapat dicapai dengan kadar larutan regeneran1 aluminium
sulfat (Al2(SO4)3) sebesar 2%, untuk zeolit diaktivasi sebesar 0,30I %, dan efisiensi
regenerasi zeolit tidak diaktivasi adalah0,294%.
5. Pengolahan air limbah dengan proses pertukaran ion, bila dibandingkan dengan
kondisi pengolahan airlimbah yang sama di WWTP ternyata iebih efisien baik dalam
hal efisiensi operasi penyisihan Pb, waktu,biaya maupun luas penggunaan lahan.
Besarnya efisiensi operasi adalah 10%, efisiensi waktu sekitar 51%,efisiensi biaya
sekitar 65.48%, dan efisiensi luas penggunaan lahan sekitar 36,13%.
6. Besarnya kontribusi beban pencemaran Pb melalui proses pertukaran ion (jika Pb
masuk ke dalam badanair penerima) adalah sebesar 1,67.10-6 kg/hari, dengan
konsentrasi Pb pada efluen sebesar 0,058 mg/L.Sementara itu melalui pengolahan
dengan WWTP maka kontribusi beban pencemaran Pb adalah sebesar0,325 kg/hari
dengan konsentrasi Pb pada efluen WWTP adalah sebesar 0,65 mg/L.
20
2.6 Keuntungan dan Kerugian Ion Exchange
Keuntungan:
1. Salah satu cara yang paling efektif untuk memisahkan ion anorganik terlarut
2. Resin bisa diregenerasikan kembali
3. Jenis resin yang bervariasi, setiap jenis resin dapat digunakan untuk menghilangkan
unsur/kontaminan tertentu.
Kerugian:
1. Tidak efektif untuk memisahkan bakteri
2. Mahalnya operation cost jangka panjang
3. Proses regenerasi resin dalam ion exchange bed membuang air garam ke lingkungan
Setelah Degasser Tower, loading anion bicarbonat akan direduksi ke < 5 mg/l CO2 sebagai
CaCO3
Jadi anion load dari feed akan menjadi:
Anions:
Sulphate (SO4) 50 mg/l
Chloride (Cl) 75 mg/l
Nitrate (NO3) 25 mg/l
Reactive Silica 5 mg/l
Carbon Dioxide 5 mg/l
21
Dari resin engineering bulletin memberikan dasar kapasitas kerja sebesar 0.75 eq/l. Ini
memberikan 37.5 g/l as CaCO3 (0.75 x 50)
4. Anion Design – Anion Capacity Adjustment
Persentase sulfat dalam load anion :
50 mg/l / 160 mg/l x 100 = 31.25%. Dari grafik correction factor = 0.95
5 mg/l / 160 mg/l x 100 = 3.125%. Dari grafik correction factor = 1.00
22
5. Anion Design Capacity (Theoretical)
Persentase silica adalah 3.1% of Anion load. Jika diasumsi suhu regenerant 10 C,
maka dari grafik correction factor = 0.965
Theoretical Working capacity = 37.5 g/l x 0.95 x 0.965 = 34.37 g/l as CaCO3
6. Anion Design – Rinse Correction
Untuk regenerasi resin anion co-flow dapat diasumsi 6 BV untuk final rinse, jadi
rinse correction dalam g/l as CaCO3 is:
jadi working capacity yang sudah dikoreksi adalah 34.37 – 0.96 = 33.41 g/l
Biasanya diambi 10% margin desain, jadi anion working capacity = 33.41 x 0.9 =
30.07 g/l.
23
Volume resin yang dibutuhkan dalam Liter adalah load ion/ working capacity resin x
1000:
Level Anion regen adalah 60 g/l. Jadi anion regen yang digunakan 60 x 2675 / 1000 = 160.5
Kg as 100% NaOH.
24
BAB III
KESIMPULAN
Ion Exchange adalah proses penyerapan ion – ion oleh resin dengan cara Ion-ion
dalam fasa cair (biasanya dengan pelarut air) diserap lewat ikatan kimiawi karena
bereaksi dengan padatan resin. Resin sendiri melepaskan ion lain sebagai ganti ion yang
diserap. Selama operasi berlangsung setiap ion akan dipertukarkan dengan ion
penggantinya hingga seluruh resin jenuh dengan ion yang diserap.
Resin penukar ion adalah suatu struktur polimer yang mengandung suatu gugus aktif
yang terikat pada kerangka organic. Proses pembentukan resin terdiri dari dua tahap yaitu
pembentukan kerangka dan pembentukan gugus aktif. Pada pembentukan kerangka
digunakan cros linked polystyrene yang dibentuk dari tetesan cairan monomer yang
disuspensikan dalam air. Dari proses tersebut diperoleh butiran yang keras,transparan,tidak
berwarna dan kedap air. Pada resin penukar ion ada 2 jenis yaitu resin penukar anion dan
resin penukar kation.
Pada resin penukar kation misalnya RSO3H, gugus aktif SO3memiliki daya afinitas
yang lebih besar terhadap kation-kation lain bila dibandingkan H+. Tetapi sebaliknya dapat
pula terjadi pada regenerasi. Hal ini dapat terjadi kalau konsentrasi H+ dalam larutan sangat
tinggi.Apabila H+, RSO3H telah digantikan semua oleh kation-kation atau resin itu sudah
jenuh, maka resin itu tidak aktif lagi. Sehingga harus diaktifkan lagi dengan cara regenerasi.
Setelah tahap regenerasi maka perlu dilakukan pembilasan terhadap resin. Pembilasan yang
dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu pembilasan awal untuk menghilangkan sisa-sisa
regenerasi yang masih menempel pada resin dan pembilasan akhir untuk menghilangkan
kemungkinan garam yang terbentuk.
25
DAFTAR PUSTAKA
Booth, Nick. 2005. Water Treatment for Fossil Fuel Power Generation. Nottingham:
Crown
Chang, Li-Yang. 1993. Hazardous Waste Source –Reduction Study With Treated
Groundwater Recycling. California:Departement of Chemical Engineering
University of California
Lakraimi, M., Legrouri, A., Barroug, A., de Roy, A., and Besse, J. P., 2000. Preparation of a
new stablehybrid material by chloride/2.4-dichlorophenoxyacetate ion exchange into the
zinc-aluminiumchloridelayered double hydroxide, Journal of Materials Chemistry, 10,
1007-1011
Lee, Sunggyu. 2006. Encyclopedia of Chemical Processing. New York : Taylor and
Francis
Lestari, Diyah Erlina. 2007. Karakteristik Kinerja Resin Penukar Ion pada Sistem Air
Bebas Mineral (GCA 01) RSG-GAS. Tangerang: Pusat Reaktor Serba Guna-
BATAN
Martono, M. Ikhsan. 2009. Prinsip Penentuan Kapasitas Resin Sistem Demineralisasi
Air. Jakarta Utara: CV. Formasi Tangguh
Setiadi, Tjandra. 2007. Pengolahan dan Penyediaan Air. Bandung: Institut
Teknologi Bandung
Sundstrom, Donald William. 1979. Wastewater Treatement. New York : Prentice-
Hall.
Venkateswarlu, K.S. 1996. Industrial and Power Station Water Treatment. New
Delhi: New Age International
26