Anda di halaman 1dari 9

Chem. Prog. Vol. 3, No. 1.

Mei 2010

ANALISIS FITOKIMIA ENCENG GONDOK (Eichhornia crassipes) DAN


EFEKNYA SEBAGAI AGEN PHOTOREDUKSI Fe3+

Johnly A. Rorong1 dan Edi Suryanto1


1
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sam Ratulangi, Manado
Diterima 25-01-2010; Diterima setelah direvisi 17-02-2010; Disetujui 25-02-2010

ABSTRACT
3+
Rorong et al., 2010. Phytochemical Analyzes of Enceng Gondok (Eichhornia crassipes) and Its Effect as Fe
Photoreduction Agen.

Eichhornia crassipes is a weeds to people. The objectives of this research were to analyze phytochemical
content and photoreduction activity. Phytochemical content that analyzed were total phenolic, total flavonoid
3+ 2+
and condenced tannin. Photoreduction activity were done using reduction of Fe to Fe . The highest total
phenolic, flavonoid and condenced tannin were extracted with water in leaves, 26.327, 3.191, 25.300 mg/kg
3+
respectively. Photoreduction activity of enceng gondok decreases Fe concentration from 9,111 to 1,500 ppm.
Enceng gondok posses photoreduction activity because it has phenolic, flavonoid and condenced tannin
content.

Keywords : Enceng gondok (Eichhornia crassipes), phytochemical, photoreduction

PENDAHULUAN
Negara Indonesia berlimpah dengan kekayaan isolator logam-logam berat, (5) sebagai penghasil gas
akan hayati, hutan yang terbentang pada ribuan pulau bio dan bahan kerajinan (Sukman dan Yakup, 2002).
mengandung berbagai jenis flora. Salah satu dari Tanah merupakan campuran dari berbagai
sekian banyak keanekaragaman flora di di wilayah mineral, bahan organik dan air yang dapat mendukung
perairan yang hidup terapung pada air yang dapat kehidupan tanaman. Tanah umumnya mempunyai
mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air struktur yang lepas dan mendukung bahan-bahan padat
yang dangkal, serta memiliki kandungan senyawa- dan rongga-rongga udara. Warna tanah dipengaruhi
senyawa kimia adalah tanaman eceng gondok oleh adanya unsur Mn dan Fe, kandungan Mn pada
(Eichhornia crassipes). tanah membuat tanaman berwarna coklat kehitaman
Eceng gondok merupakan tumbuhan yang sedangkan tanah berwarna merah kecoklatan
mengambang di permukaan air (gulma), memiliki daun merupakan tanah yang mengandung Fe atau basi.
yang tebal dan “gelembung” yang membuatnya Bagian-bagian mineral dari tanah dibentuk dari batuan
mengapung. Gangguan yang diakibatkan oleh tanaman induk oleh proses-proses pelapukan fisik, kimia dan
eceng gondok ini antara lain adalah eceng gondok biologis. Susunan bahan organik tanah terdiri dari sisa-
dapat menyebar di area yang luas dan menutupi sisa biomas tanaman dari berbagai tingkat penguraian
permukaan air, dapat mengurangi cahaya yang masuk atau pembusukan (Achmad, 2004).
ke dalam badan air, yang mengakibatkan berkurangnya Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh
kandungan oksigen terlarut yang dalam air. Gangguan tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat
lain berupa pendangkalan akibat eceng gondok yang mempengaruhi tingkat produksi suatu tanaman. Selain
mati dan mengendap di dasar badan air, meningkatkan karbon, hidrogen, dan oksigen yang disuplai dari air
persaingan dengan tumbuhan lain. Selain itu juga dan udara merupakan unsur esensial bagi pertumbuhan
mengurangi keindahan (Muladi, 2001). Di samping tanaman, ada tiga belas unsur lainnya yang dibutuhkan
eceng gondok merugikan, juga memberikan manfaat yang dikenal dengan unsur hara, yang dibagi atas 2
bagi manusia, terutama bila kepentingan manusia kelompok, yaitu 6 unsur hara makro yang meliputi
terhadap tumbuhan tersebut bersifat subyektif. Adapun nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium dan
manfaat tanaman eceng gondok adalah sebagai berikut belerang; serta 7 unsur sebagai unsur hara mikro yang
(1) dapat menambah kesuburan tanah terutama dalam meliputi boron, tembaga, seng, molibdenum, klor,
hal bahan organik, (2) sebagai bahan industri kertas, mangan dan besi (Foth, 1984). Ketersedian unsur hara
(3) sebagai medium penanaman jamur merang, (4) dalam tanah yang dimanfaatkan tumbuhan bergantung
pada senyawa faktor atau humus dan pH tanah. Nilai

Korespondensi dialamatkan kepada yang bersangkutan : 33


1
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi, Manado
Jl. Kampus Kleak UNSRAT, Manado 95115. Phone : 081340017609, E-mail : -
Rorong : Stabilitas Panas dan Cahaya …

pH (keasaman) tanah merupakan faktor yang penting BAHAN DAN METODE


dalam mempengaruhi kelarutan unsur dalam tanah
yang cenderung setimbang dengan fase padat. Bahan dan Alat
Keasaman tanah yang tinggi akan berpengaruh Sampel yang digunakan adalah eceng gondok
terhadap ketersediaan beberapa unsur hara. Hal ini yang diperoleh dari Tondano Minahasa Utara. Bahan
disebabkan tingginya kelarutan aluminium pada tanah kimia yang digunakan dalam penelitian ini produksi E.
asam, akan bersifat toksik bagi tanaman. Kadar Merck meliputi :
nitrogen, fosfor dan kalium daun kedelai sangat 1. Pelarut untuk ekstraksi senyawa fenolik yaitu :
berkurang dengan meningkatnya kejenuhan Al. akuades, metanol (20%, 40%, 60%, dan 80%)
Keracunan Al akan mengurangi penyerapan unsur 2. Pereaksi untuk penentuan kandungan total fenolik
hara, salah satunya adalah unsur besi. Besi memegang yaitu : reagen Folin Ciocalteu 50%, natrium
peranan dalam sistem enzim dan diperlukan untuk karbonat 2%
sintesis klorofil. Defisiensi Fe menimbulkan gejala 3. Pereaksi untuk penentuan kandungan total
daun tanaman berwarna kuning terang, yang lebih flavonoid yaitu : aluminium klorida 2% yang
nyata terlihat pada daun yang lebih muda. Area di dilarutkan dalam metanol
antara urat daun sebagian besar terpengaruh dan urat 4. Pereaksi untuk penentuan kandungan total tanin
daun tetap berwarna gelap, kondisi ini disebut klorosis yaitu : vanillin 4%, metanol, asam klorida pekat
(Foth, 1984).
Secara umum tanaman mengambil ion Fe3+, Bahan untuk larutan standar logam :
tetapi ion tersebut harus direduksi menjadi Fe2+, paling NH4Fe(SO4)2. 12H2O 25 mg/L dan 2,2 bipiridin
tidak bila berasosiasi dengan suatu bahan faktor. 0,07%, bahan untuk kurva standar
Reaksi reduksi dan oksidasi terjadi pada hampir semua (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O.
tanah, yang biasanya dikenal sebagai kondisi reaksi 1. Ruang penyinaran berukuran 70 x 50 x 60 cm, yang
redoks tanah. Kondisi reaksi redoks tanah biasanya dilengkapi dengan sumber cahaya fluoresen 80 watt
mempengaruhi stabilitas senyawa-senyawa mangan 2. Peralatan penentuan kandungan total senyawa
dan besi. Menurut Aiken dkk. (1985) bahan faktor fenolik, flavonoid dan tanin yaitu : alat penggiling
dalam tanah dapat diklasifikasikan menjadi 3 fraksi (blender), ayakan 40 mesh, vorteks, rotary
yaitu: (1) humin, fraksi yang tidak larut dalam larutan evaporator
asam maupun basa, (2) asam humat, fraksi yang larut 3. Peralatan analisis meliputi spektrofotometer UV-
dalam basa dan mengendap dengan pengasaman (3) tampak
asam fulvat, fraksi yang larut dalam larutan asam
Peralatan penunjang seperti neraca analitik, alat-
maupun dalam larutan basa.
alat gelas meliputi : labutakar, tabung reaksi, batang
Aiken dkk. (1985), mengindikasikan bahwa
pengaduk, Erlenmeyer, gelas ukur, pipet volume, pipet
bahan faktor atau senyawa humat memiliki
mikro, corong gelas, gelas arloji, botol sampel, dan
kemampuan untuk mereduksi beberapa ion logam
kertas saring.
teroksidasi. Dalam senyawa humat banyak terdapat
gugus yang dapat dijadikan sebagai donor elektron,
seperti gugus OH fenol dan gugus yang dapat berlaku Pengambilan dan Persiapan Sampel
sebagai akseptor elektron, yaitu gugus kuinon. Tumbuhan eceng gondok diperoleh dari
Sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini Tondano Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi
yaitu agar dapat memahami hubungan antara tanah Sulawesi Utara. Tumbuhan eceng gondok yang
yang berperan sebagai medium reaksi kimia tanah dan digunakan sebagai sampel adalah daun, batang dan
faktor-faktor yang berkaitan dengan kandungan akar yang telah dikeringkan. Sampel kemudian digiling
fenolik, flavonoid dan tanin pada tumbuhan eceng sampai berukuran 40 mesh kemudian disimpan pada
gondok. suhu kamar.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk
Menganalisis kandungan total fenolik, flavonoid dan Ekstraksi Senyawa Fenolik, Flavonoid dan
tanin dalam tumbuhan eceng gondok. Memperoleh Tanin dari Tumbuhan Eceng Gondok
informasi tentang ekstrak fenolik, flavonoid dan tanin
dari tumbuhan eceng gondok dan kemampunnya Sebanyak 5 gram serbuk eceng gondok
berperan sebagai sensitizer alami dalam fotoreduksi diekstraksi secara maserasi dengan beberapa pelarut :
Fe3+ menjadi Fe2+. 100 ml akuades panas, 100 ml metanol 20%, 40%,
60% dan 80% dalam erlenmeyer selama 24 jam,
kemudian disaring. Setelah itu dilakukan evaporasi
untuk memisahkan ekstrak dari pelarut. Filtrat yang

34
Chem. Prog. Vol. 3, No. 1. Mei 2010

diperoleh dituangkan dalam wadah gelas arloji untuk Fotoreduksi Fe(III) Dengan Ekstrak Eceng
menguapkan pelarut. Ekstrak pekat kemudian Gondok
ditimbang dan dilarutkan kembali dengan metanol.
Selanjutnya ekstrak disimpan pada suhu kamar Pengaruh ekstrak eceng gondok terhadap
sebelum dilakukan analisis dan pengujian aktivitas. fotoreduksi Fe(III) menggunakan metode Saragih
Hasilnya dinyatakan dalam % rendemen per 5 g. (2002) yang dimodifikasi. Ekstrak eceng gondok 200
ppm diinteraksikan dengan 20 mL larutan logam
rendemen (g) NH4Fe(SO4)2. 12H2O pada konsentrasi 25 ppm yang
% rendemen = ×100%
berat ekstrak aw al (g) dilarutkan di dalam akuades (larutan infus). Sampel
diambil sebanyak 20 mL dan dimasukkan ke dalam
Penentuan Kandungan Total Fenolik botol serum berukuran 25 mL kemudian botol ditutup
dengan sumbat karet. Sampel tersebut diletakkan ke
Penentuan kandungan total fenol ekstrak dalam kotak cahaya fluoresen berdaya 80 watt selama
ditentukan melalui uji Folin Ciocalteu (Conde, et al., 4 kali iluminasi yaitu 0, 1, 3, dan 5 jam. Setelah selesai
1997 ). Larutan ekstrak sebanyak 0,1 mL dimasukan ke penyinaran, dilakukan analisis kadar besi tereduksi.
dalam tabung reaksi, lalu ditambah 0,1 mL reagen Eksperimen yang sama dilakukan tanpa ekstrak fenolik
Folin Ciocalteu 50%. Campuran tersebut divorteks dan kemudian pada kondisi tanpa cahaya.
selama 3 menit, lalu ditambah 2 mL larutan Na2CO3
2%. Selanjutnya campuran diinkubasi dalam gelap
Penentuan Kandungan Besi Tereduksi
selama 30 menit. Absorbansinya dibaca pada 750 nm
dengan spektrofotometer. Hasilnya diplotkan terhadap Interaksi ekstrak eceng gondok dengan besi
kurva standar asam galat yang dipersiapkan dengan dievaluasi efeknya terhadap fotoreduksi ion Fe3+.
cara sama. Kandungan total fenol dinyatakan sebagai Sampel 2 mL dicampur dengan 0,5 mL 2,2 bipiridin
mg ekuivalen asam galat/kg ekstrak. Digunakan kurva 0,07% dan divortex selama 2 menit dan absorbansi
standar asam galat dengan persamaan regresi : y = sampel dibaca pada panjang λ 520 nm dengan
0,0049x + 0,0605. menggunakan spektroskopi UV-vis pada suhu kamar.
Kandungan besi yang tereduksi dinyatakan sebagai
Penetuan Kandungan Total Flavonoid mg/kg dengan kurva kalibrasi dipersiapkan dengan
cara yang sama menggunakan (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
Prosedur penentuan kandungan flavonoid sebagai standar dengan persamaan regresi : y = 0,009x
menggunakan metode Meda et al. (2005). 2 mL + 0,012.
sampel ditambahkan dengan 2 mL aluminium klorida
2% yang telah dilarutkan dalam etanol, kemudian
divorteks dan ditera pada λ 415 nm. Kandungan total
HASIL DAN PEMBAHASAN
flavonoid dinyatakan sebagai ekuivalen kuersetin Ekstraksi Tumbuhan Eceng Gondok
dalam mg/kg ekstrak. Kurva kalibrasi dipersiapkan
pada cara yang sama menggunakan kuersetin sebagai Rendemen dari hasil ekstraksi sampel 5 g daun,
standar dengan persamaan regresi : y = 0,0278x – batang dan akar tumbuhan eceng gondok, dengan 5
0,0022. jenis pelarut yang berbeda sebanyak 100 ml dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Penentuan Kandungan Total Tanin
Tabel 1. Hasil ekstrak pekat tumbuhan eceng gondok
Kandungan tanin sampel ditentukan menurut
Rendemen (%)
metode Julkunen-Titto (1985). Sebanyak 0,1 mL ekstrak eceng gondok
larutan sampel dimasukkan dalam tabung reaksi yang Perlakuan Warna
dibungkus aluminium foil, lalu ditambahkan 2 mL Daun Batang Akar
larutan vanillin 4% (b/v) dalam metanol dan divorteks. A 8.352 7.320 3.692 Coklat
Setelah itu ditambahkan 1 mL HCl pekat dan divorteks M.20 8.136 6.720 2.264 Coklat
M.40 6.846 4.774 2.106 Coklat
lagi. Absorbansi sampel dibaca pada panjang λ 500 nm
M.60 6.478 4.120 2.074 Coklat
setelah campuran diinkubasi selama 20 menit pada M.80 1.850 2.958 1.992 Coklat
suhu kamar. Kandungan tanin terkondensasi
dinyatakan sebagai ekuivalen katekin dalam mg/kg Keterangan :
A = ekstrak eceng gondok dari pelarut akuades; M.20 = ekstrak
ekstrak. Kurva kalibrasi dipersiapkan pada cara yang eceng gondok dari pelarut metanol 20%; M.40 = ekstrak eceng
sama menggunakan katekin sebagai standar dengan gondok dari pelarut metanol 40%; M.60 = ekstrak eceng gondok
persamaan regresi : y = 0,001x + 0,0037. dari pelarut metanol 60%; M.80 = ekstrak eceng gondok dari
pelarut metanol 80%.

35
Rorong : Stabilitas Panas dan Cahaya …

Dalam penelitian ini menggunakan metode = ekstrak eceng gondok dari pelarut metanol
ekstraksi maserasi yang umum terhadap tumbuhan. 40%; M.60 = ekstrak eceng gondok dari
Sampel yang digunakan adalah daun, batang dan akar pelarut metanol 60%; M.80 = ekstrak eceng
tumbuhan eceng gondok yang telah dikeringkan.
dikeringk gondok dari pelarut metanol 80%).
80%)
Sampel tersebut digiling hingga halus dengan blender,
Dari Gambar 1 dapat dilihat dari 3 sampel
dan diayak dengan ayakan ukuran 40 mesh. Bubuk
ekstrak tumbuhan eceng gondok dengan 5 jenis pelarut
halus yang diperoleh ditimbang sebanyak 5 g dan
berbeda
rbeda kandungan total fenolik terbanyak terdapat
dimaserasi dengan 5 jenis pelarut polar yaitu akuades,
pada ekstrak daun dan akar tumbuhan eceng gondok
metanol 20%, 40%, 60% dan 80% untuk mengetahui
dengan pelarut akuades masing--masing mempunyai
pelarut yang efektif menghasilkan jumlah tertinggi
nilai rataan yaitu 26,327 mg/kg untuk daun dan 11,429
rendemen ekstrak dan kandungan total fenolik,
mg/kg untuk akar. Hal ini kemungkinan bisa
flavonoid dan tanin. Maserasi dilakukan selama 24
disebabkan karena
rena senyawa fenolik yang terdapat pada
jam, kemudian dilakukan penyaringan dengan kertas
daun dan akar eceng gondok memiliki kepolaran yang
saring dan filtrat yang diperoleh dievaporasi untuk
lebih mendekati air. Jika dikaitkan dengan penerapan
menguapkan pelarut dari ekstrak.
penelitian ini akan lebih bermanfaat karena air sangat
Rendemen terbanyak dihasilkan dari pelarut
baik untuk lingkungan dibandingkan dengan metanol.
akuades pada daun tumbuhan eceng gondok. Dari hasil
Sedangkankan untuk batang eceng gondok memiliki
penelitian ini diketahui bahwa pelarut akuades yang
kandungan fenolik jauh lebih rendah, dapat dilihat
dipanaskan adalah pelarut terbaik untuk mendapatkan
pada pelarut akuades memiliki angka 5,408 yang
hasil ekstrak terbanyak. Hal inii disebabkan senyawa
diikuti metanol. Kemungkinan disebabkan adanya
fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumya
faktor-faktor
faktor yang dapat menurunkan komponen
komponen-komponen
komponen aktif secara biologis dari bahan
fenolik untuk mendonorkan atom tom hidrogennya.
organik berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan
Penentuan kandungan total fenolik ini bertujuan
biasanya terdapat dalam vakuola sel dan kelarutannya
untuk mengetahui potensi senyawa fenolik dari
dalam air akan bertambah jika gugus hidroksil makin
tumbuhan eceng gondok untuk mereduksi Fe3+ menjadi
banyak (Achmad, 2004).
Fe2+ dalam 3 sampel. Dalam penelitian ini, kandungan
total fenolik dalam sampel ekstrak eceng gondok
Penentuan Kandungan Total Fenolik, diukur dengan standar asam galat (mg/kg).
Flavonoid dan Tanin Penggunaan asam galat sebagai standar dikarenakan
Penentuan Kandungan Total Fenolik senyawa ini mempunyai gugus hidroksil dan ikatan
rangkap yang terkonjugasi pada masing-masing
masing cincin
Kandungan total fenolik dari ekstrak tumbuhan benzene yang menyebabkan senyawa ini sangat efektif
eceng gondok yang dihasilkan dari 5 jenis pelarut yang untuk
uk membentuk senyawa kompleks dengan reagen
berbeda pada konsentrasi
nsentrasi 100 ppm dapat dilihat pada folin-Ciocalteu,
Ciocalteu, sehingga reaksi yang terjadi lebih
Gambar 1 di bawah ini : sensitif dan intensif (Julkunen-Titto,
Titto, 1985).
Kandungan total fenolik dalam sampel
ditentukan berdasarkan kemampuan senyawa fenolik
30 dalam ekstrak tumbuhan eceng ecen gondok bereaksi
A M.20
dengan asam fosfomolibdat-fosfotungstat
fosfotungstat dalam reagen
25
M.40 M.60 Folin-Ciocalteu
Ciocalteu (kuning) yang mengalami perubahan
20 M.80 warna menjadi biru, semakin tua intensitas warna
larutan menunjukan kadar total fenol dalam sampel
15 semakin besar (Shahidi, 1995 dalam Tombiling, 2009).
10
Tinggi rendahnya kandungan total fenolik dalam
sampel ekstrak eceng gondok berhubungan langsung
5 dengan aktivitasnya sebagai penyumbang elektron
dalam fotoreduksi Fe3+. Aiken dkk. (1985),
0
mengindikasikan bahwa senyawa fenolik memiliki
Daun Batang Akar kemampuan untuk mereduksi beberapa ion logam
Ekstrak teroksidasi. Dalam senyawa fenolik banyak terdapat
gugus yang dapat dijadikan sebagai donor elektron,
Gambar 1. Kandungan total fenolik dari 5 ekstrak seperti gugus OH fenol.
tumbuhan eceng gondok (A A = ekstrak eceng
gondok dari pelarut akuades; M.20 = ekstrak
eceng gondok dari pelarut metanol 20%; M.40

36
Chem. Prog. Vol. 3, No. 1. Mei 2010

Penentuan Kandungan Total Flavonoid agen pengkhelat Fe karena adanya satu gugus kaboksil
dan satu gugus fenolik atau dua gugus karboksil yang
Kandungan total flavonoid dari ekstrak
berdekatan bereaksi dengan ion Fe membentuk suatu
tumbuhan eceng gondok yang dihasilkan dari 5 jenis
kompleks yang stabil.
pelarut yang berbeda pada konsentrasi 100 ppm dapat
dilihat pada Gambar 2 berikut.
Penentuan Kandungan Total Tanin
Kandungan total tanin dari ekstrak tumbuhan
3.5 A M.20 eceng gondok yang dihasilkan dari 5 jenis pelarut yang
M.40 M.60 berbeda pada konsentrasi 100 ppm dapat dilihat pada
3.0 M.80 gambar 3 di bawah ini :
2.5

2.0

1.5 30 A M.20
M.40 M.60
1.0 25 M.80
0.5
20
0.0
Daun Batang Akar 15
Ekstrak
10

Gambar 2. Kandungan total flavonoid dari 5 ekstrak


5
tumbuhan eceng gondok (A = ekstrak eceng
gondok dari pelarut akuades; M.20 = ekstrak
0
eceng gondok dari pelarut metanol 20%; M.40
= ekstrak eceng gondok dari pelarut metanol Daun Batang Akar
-5
40%; M.60 = ekstrak eceng gondok dari Ekstrak
pelarut metanol 60%; M.80 = ekstrak eceng
gondok dari pelarut metanol
metano 80%).
Gambar 3. Kandungan total tanin dari 5 ekstrak
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat tumbuhan eceng gondok (A = ekstrak eceng
kandungan total flavonoid terbanyak terdapat pada gondok dari pelarut akuades; M.20 = ekstrak
sampel daun A (ekstrak dari pelarut akuades). Hasil ini eceng gondok dari pelarut metanol 20%; M.40
menunjukan adanya hubungan yang positif antara = ekstrak eceng gondok dari pelarut metanol
40%; M.60 = ekstrak eceng gondok dari
kandungan flavonoid dengan kandungan fenolik dari pelarut metanol 60%; M.80 = ekstrak eceng
kelima ekstrak daun tumbuhan eceng gondok. Dari gondok dari pelarut metanol
meta 80%).
hasil pengujian sampel barwarna kuning-orange
kuning yang
menunjukan adanya senyawa flavonoid dalam sampel. Penentuan kandungan total tanin dinyatakan
Menurut Yen dan Duh (1994), makin cepat nilai sebagai milligram katekin per kilogram ekstrak. Hasil
absorbansi turun, makin potensial flavonoid tersebut yang didapatkan sejalan dengan uji fenolik dan
dalam mendonorkan hirdogen. flavonoid, di mana sampel yang mengandung total
Namun lain halnya pada batang eceng gondok tanin paling tinggi terdapat pada sampel daun (pelarut
(pelaru
mengalami peningkatan tidak begitu besar pada akuades) yaitu 25,300 diikuti sampel M.20 yaitu
akuades seiring bertambahnya pelarut metanol. 23,800 mg/kg. Hal ini dikarenakan pada daun terdapat
Sedangkan pada akar eceng gondok memiliki nilai dinding sel yang banyak mengandung selulosa yang
tertinggi pada M.40 jika dibandingkan dengan pelarut merupakan senyawa karbohidrat, yang dapat
akuades
kuades dan pelarut metanol lainnya ternyata memiliki dihirdolisis menjadi glukosa oleh asam. Grafik terlihat
kesamaan aktivitas yaitu sama-sama
sama meningkat dengan menurunn pada M.40, M.60 sedangkan M.80
tingkat selisih yang tidak signifikan. Dalam penelitian mengalami kenaikan dengan selisih 0,5%. Senyawa
ini, kandungan total flavonoid dalam sampel ekstrak tanin merupakan metabolit sekunder yang memiliki
eceng gondok diukur dengan standar kuersetin kuerseti karakteristik rasa sepat dan berwarna coklat serta
(mg/kg). secara alamiah larut dalam air membentuk kompleks
Flavonoid dapat mengamankan sel dari senyawa polifenol sehingga ekstrak
ekstra daun eceng gondok dengan
oksigen reaktif (ROS) dan mampu mengkhelat Fe. pelarut akuades dan M.20 mengandung tanin yang
Komponen organik tersebut dapat berfungsi sebagai lebih banyak dibandingkan dengan 3 pelarut lainnya
37
Rorong : Stabilitas Panas dan Cahaya …

yang mengandung methanol ≥ 40%. Namun lain 10


halnya pada batang eceng gondok dengan M.60 tidak 9
menunjukan adanya kandungan tanin yang terdeteksi,

Konsentrasi Fe 2+ (ppm)
8
TEG
ini dilihat dari hasil yang didapat yaitu -0.196, 7
sehingga untuk batang eceng gondok hanya memiliki 6 TET
kandungan tanin yang rendah. Dan berbanding terbalik 5 A
pada akar eceng gondok memiliki kandungan tanin 4
M.20
yang paling tinggi dimulai dari M.80 hingga grafik 3
2 M.40
terlihat mulai menurun pada M.60, M40, M.20 hingga
1 M.60
akuades.
0
M.80
0 1 3 5
Efek Ekstrak Tumbuhan Eceng Gondok Terhadap
Fotoreduksi Fe3+ Yang Diinduksi Sumber Cahaya Waktu (jam)
Fluoresen
Pengaruh ekstrak eceng gondok terhadap Gambar 4. Efek ekstrak daun tumbuhan eceng gondok
fotoreduksi Fe(III) dapat dilihat dari pembentukan dengan konsentrasi 200 ppm terhadap
Fe(II) sebagai hasil reduksi. Fotoreduksi dilakukan fotoreduksi Fe3+ setelah disinari lampu
fluorescent (A = ekstrak eceng gondok dari
untuk mempercepat reaksi reduksi yang diinginkan.
pelarut akuades; M.20 = ekstrak eceng
Dalam penelitian ini digunakan sumber cahaya dari gondok dari pelarut metanol 20%; M.40 =
fluoresen yang berdaya 80 watt untuk mempercepat ekstrak eceng gondok dari pelarut metanol
reduksi Fe(III) dengan konsentrasi ekstrak eceng 40%; M.60 = ekstrak eceng gondok dari
gondok 200 ppm. pelarut metanol 60%; M.80 = ekstrak eceng
gondok dari pelarut metanol 80%)
Cahaya Fluoresen
Jika hasil fotoreduksi dengan adanya
Fotoreduksi Fe3+ Yang Diinduksi Pada Sampel
penambahan ekstrak dibandingkan dengan TEG
Daun Tumbuhan Eceng Gondok
terlihat perbedaan yang sangat signifikan. Hasil ini
Dari hasil kandungan total senyawa fenolik, mengisyaratkan bahwa dengan adanya cahaya akan
flavonoid dan tanin pada daun tumbuhan eceng gondok meningkatkan karakter ekstrak daun tumbuhan eceng
kandungan senyawa fenolik terbanyak adalah ekstrak gondok sebagai sensitizer dalam mereduksi Fe3+.
dengan pelarut akuades. Hal ini memungkinkan Reduksi Fe(III) menjadi Fe(II) dengan adanya
ekstrak pada pelarut akuades adalah ekstrak yang senyawa fenolik dari ekstrak daun tumbuhan eceng
memiliki kemampuan terbesar dalam eksperimen gondok dapat digambarkan dalam reaksi di bawah ini
fotoreduksi yang dilakukan. Gambar 4 menunjukan (Saragih 2002) :
konsentrasi Fe2+ yang terbentuk setelah dilakukan
Fe3+ + SF SF-Fe3+
penambahan ekstrak tumbuhan daun eceng gondok
hv
terlabih setelah dilakukan pencahayaan dengan waktu 3+
SF-Fe Fe3+-SF•
tertentu. Dari gambar terlihat ekstrak daripelarut
Fe3+-SF• + e Fe2+-SFoks
akuades memiliki kemampuan untuk mereduksi Fe3+
Fe2+-SFoks SFoks + Fe2+
menjadi Fe2+ dengan konsentrasi Fe2+ yang terbentuk
setelah 5 jam dicahayai dengan sumber cahaya
fluoresen berturut-turut adalah 9,111; 8,556; 9,278;
Setelah dicahayai cuplikan sebanyak 2 ml
8,167; 8,889; 2,944 dan 1,500 ppm.
diambil kemudian direaksikan dengan 2,2 bipiridin
Ion Fe3+ dari larutan senyawa ammonium besi
0,07% membentuk kompleks warna orange-pink
(III) sulfat (bening kekuningan) telah mengalami
sehingga dapat dibaca oleh spektrofotometer UV-Vis
reduksi menjadi Fe2+ setelah penambahan ekstrak daun
pada panjang gelombang 520nm.
tumbuhan eceng gondok (kuning terang), hal ini
Hasil ini memberikan masukan yang positif
ditunjukan dengan adanya perubahan warna larutan
dalam pemanfaatan senyawa fenolik, flavonoid dan
menjadi kuning agak gelap. Perubahan warna menjadi
tanin dari daun tumbuhan eceng gondok sebagai
lebih gelap. Perubahan warna menjadi lebih gelap
pereduksi Fe3+. Dimana Fe2+ fenolik merupakan kelat
(sekilas terlihat seperti ungu) semakin terlihat setelah
yang mantap sehingga besi terlindungi dari reaksi
larutan dicahayai.
tanah dan akan mudah bermobolisasi dan diserap oleh
tanaman (Buckman, 1982).

38
Chem. Prog. Vol. 3, No. 1. Mei 2010

Dari grafik yang didapat tren Fe2+ terlihat naik 12


tajam pada sampel M.20 dan air. Ini dikarenakan air di TEG
TET

Konsentrasi Fe2+ (ppm)


dalam sel-sel tanaman diperngaruhi oleh gaya serapan 10
A
osmotik. Sel tanaman terdiri atas (1) dinding sel, M.20
8
memiliki kemampuan mengembang secara elastis, (2) M.40
protoplasma, berperan selaput yang semipermeabel 6 M.60
sehingga air dapat melaluinya dengan bebas, M.80
sedangkan bahan-bahan terlarut serta bahan-bahan 4
kolodial lainnya tertahan,dan dan (3) vakuola, berisi
2
cairan sel dan beberapa bahan koloid. Kepekatan
bahan-bahan terlarut dan bahan-bahan koloid dapat 0
mereduksi aktivitas air di dalam sel (Soil Science 0 1 3 5
Network, 1991). Waktu (jam)
Sampel dengan konsentrasi ekstrak 200 ppm
yang dicahayai dengan lampu fluorescent yang
mendapatkan konsentrasi Fe2+ tereduksi terbanyak. Hal Gambar 5. Efek ekstrak batang tumbuhan eceng gondok
ini mungkin disebabkan oleh pengaruh panas yang dengan konsentrasi 200 ppm terhadap
dihasilkan oleh lampu tersebut lebih tinggi. Panas yang fotoreduksi Fe3+ setelah disinari lampu
dihasilkan oleh sumber cahaya ini lebih banyak fluorescent (A = ekstrak eceng gondok dari
mengeksitasi elektron yang akan digunakan untuk pelarut akuades; M.20 = ekstrak eceng
gondok dari pelarut metanol 20%; M.40 =
mereduksi Fe3+ sehingga Fe2+ yang terbentuk lebih
ekstrak eceng gondok dari pelarut metanol
banyak. 40%; M.60 = ekstrak eceng gondok dari
Menrut Fessenden danu Fessenden (1997), pelarut metanol 60%; M.80 = ekstrak eceng
panjang gelombang UV atau tampak bergantung pada gondok dari pelarut metanol 80%.
mudahnya eksistasi elektron. Molekul-molekul yang
memerlukan lebih banyak energi untuk promosi
elektronya akan menyerap pada panjang gelombang Aktivitas dari fotoreduksi Fe3+ menjadi Fe2+
yang pendek. molekul yang memerlukan energi yang yang diinduksi cahaya 4000 lux mengalami
lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang peningkatan yang tidak begitu besar. Untuk pelarut air
yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya sendiri mengalami penurunan yang setara dengan
dalam daerah tampak (yakni senyawa berwarna) larutan besi tanpa ekstrak tumbuhan eceng gondok
mempunyai elektron yang lebih mdah dipromosikan keadaan terang (TET), sedangkan larutan tanpa ekstrak
dari pada senyawa yang menyerap pangjang tumbuhan eceng gondok keadaan gelap (TEG) adalah
gelombang UV yang lebih pendek. Mekenisme yang paling rendah. Hal ini mungkin disebabkan adanya
mungkin terjadi diyakini karena adanya spesies perubahan kandungan fenolik yang diakibatkan adanya
Fe(OH)2+ dalam larutan (Saragih, 2002). cahaya sehingga dapat menurunkan kemampuan
kandungan fenolik dari ekstrak batang tumbuhan eceng
Fotoreduksi Fe3+ Yang Diinduksi Pada Batang gondok untuk mengeksitasi elektronnya.
Tumbuhan Eceng Gondok
Fotoreduksi Fe3+ Yang Diinduksi Pada Akar
Gambar 5 menunjukkan fotoreduksi Fe3+ pada
Tumbuhan Eceng Gondok
batang eceng gondok pada konsentrasi 200 ppm. Hasil
yang ditunjukan pada gambar 7, berturut-turut 9,667; Fotoreduksi Fe3+ pada akar tumbuhan eceng
8,889; 8,833; 3,000; 1,889; 2,944 dan 1,500 ppm. Hasil gondok pada konsentrasi 200 ppm. Konsentrasi Fe2+
konsentrasi Fe2+ tertinggi yaitu dari ekstrak batang yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan sampel
tumbuhan eceng gondok yang paling tinggi adalah ekstrak daun dan batang tumbuhan eceng gondok pada
pelarut M.20 dan diikuti M.40, M.60 M.80. Diketahui pembahasan sebelumnya, untuk pencahayaan pada
bahwa metanol juga merupakan pelarut yang bersifat ekstrak akar tumbuhan eceng gondok juga
protik (dalam hal ini dapat berperan sebagai pemberi memperlihatkan hasil yang positif yaitu penambahan
proton). Lakitan (1995), kandungan logam Fe2+ pada konsentrasi Fe2+ yang tereduksi seiring dengan
batang juga tinggi, hal ini disebabkan karena batang meningkatnya waktu diinduksi terlihat pada Gambar
menyerap unsur hara beserta logam yang berasal dari 6..
xilem akar yang diangkut melalui daerah gabungan
xilem akar dan batang.

39
Rorong : Stabilitas Panas dan Cahaya …

10 Dari perbedaan perlakuan fotoreduksi dengan


9 dan tanpa penambahan ekstrak akar tumbuhan eceng
Konsentrasi Fe2+ (ppm)

8 TEG gondok menunjukan bahwa keberadaan ekstrak dalam


7 larutan Fe(III) akan memperbesar efisiensi reduksi
TET
6 Fe(III) secara signifikan.
Aquades
5
4 M.20%
KESIMPULAN
3 M.40%
2
M.60%
Berdasarkan data yang diperoleh dapat
1 disimpulkan, hasil kandungan fenolik ekstrak ekivalen
M.80%
0 dengan asam galat, kandungan total flavonoid ekstrak
0 1 3 5 ekivalen dengan kuersetin serta kandungan total tanin
Waktu (jam) menunjukan daun, batang dan akar tumbuhan eceng
gondok yang diekstrak dengan pelarut akuades
Gambar 6. Efek ekstrak akar tumbuhan eceng gondok memiliki kandungan fenolik, flavonid dan tanin
dengan konsentrasi 200 ppm terhadap tertinggi dibandingkan dengan pelarut metanol. Dari
fotoreduksi Fe3+ setelah disinari lampu hasil tersebut dapat diketahui bahwa pelarut akuades
fluorescent (A = ekstrak eceng gondok dari merupakan pelarut paling tepat untuk mengekstrak.
pelarut akuades; M.20 = ekstrak eceng Dari data fotoreduksi yang ada, didapatkan informasi
gondok dari pelarut metanol 20%; M.40 =
bahwa tumbuhan eceng gondok memiliki potensi dan
ekstrak eceng gondok dari pelarut metanol
40%; M.60 = ekstrak eceng gondok dari
mampu berperan sebagai sensitizer alami dalam
pelarut metanol 60%; M.80 = ekstrak eceng fotoreduksi Fe3+ menjadi Fe2+.
gondok dari pelarut metanol 80%.)
DAFTAR PUSTAKA
3+
Pengujian aktivitas fenolik terhadap Fe yang Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Universitas Negeri
telah dicahayai adalah melihat pengaruh ekstrak dari Jakarta. Jogyakarta.
tumbuhan eceng gondok terhadap kemampuan Aiken, G. R., D. M. McKnight, R. L. Wershaw., and P.
aktivitas Fe2+. Tren angka naik juga terlihat berturut- MacCarthy, 1985. “Humic Substances in Soil
turut adalah (M.40) 9,167; (M.60) 9,111; (M.80) Sediment and Water : Geochemistry, Isolation, and
7,889; (M.20) 4,056; (A) 3,611; (TET) 2,944 dan Characterization”, John Willey & Sons, New York.
(TEG) 1,500 ppm. Ini didasarkan pada hukum Hughes- Buckman, H.O., and N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah.
Ingold dimana pengaruh pelarut prinsipnya Terjemahan Soegiman. Bhrata Karya Aksara. Jakarta.
Conde, E., E. Cadahia, M.C. Garcia-Vallejo, B.F.D. Simon,
membutuhkan waktu yang cepat kontribusi paling
and J. R. G. Adradros.1997. Low Molecular Weight
penting untuk solvasi, dan interaksi polar. Polyphenol in Cork of Qoercus suber. J. Agric Food
Hal ini mengindikasikan hanya dengan cahaya, Chem. (45): 2695-2700.
Fe3+ mampu direduksi menjadi Fe2+. Menurut Foth Fessenden, R.J., dan J.S Fessenden. 1997. Kimia organik.
(1984), penyerapan ion di akar ini terjadi secara aktif Ilid 2, ed.ketiga. Erlangga, Jakarta.
dimana ion-ion masuk dari epidermis dan selanjutnya Foth, H.D., 1984, “Fundamental of Soil Science”, Jhon
ditransportasikan ke sitoplasma atau sel-sel jaringan Willey & Sons, New York.
akar melewati epidermis masuk ke protoplas antar sel- Julkunen-Tiitto, R. 1985. Phenolics Constituens in the
sel jaringan akar yaitu kortek, endodermis, perisikel Leaves of Northern Willows: Methods for the
dan xilem. Analysis of Certain Phenolics. J. Agric. Food Chem.
33: 213-217.
Mekanisme yang mungkin terjadi menurut
Lakitan. 1995. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja
(Saragih, 2002), diyakini karena adanya spesies Grafindo Persada. Jakarta.
Fe(OH)2+ dalam larutan. Ion ferri hidroksida ini sensitif Meda, A.,Lamien, C. E., Romito, M., Millogo, J., Nacoulma,
terhadap sinar dan mampu menyerap cahaya O. G. 2005. Determination of the Total Phenolic,
ultraviolet. Rendahnya efesiensi besi tereduksi pada Flavonoid, and Proline Contents in Burkina Fasan
radiasi larutan yang mengandung ferri hidroksida Money, as well as their Radical Scavenging Activity.
karena adanya reaksi balik antara produk Fe2+ cahaya Food Chem. 91: 571-577.
dan radikal hidroksida. Reaksi yang dapat terjadi Muladi, S. 2001. Kajian Eceng Gondok sebagai Bahan Baku
sebagai berikut : Industri dan Penyelamat Lingkungan Hidup di
hv Perairan. Prosiding Seminar Nasional IV Masyarakat
2+ Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI). Samarinda.
Fe(OH) Fe2+ + •OH

40
Chem. Prog. Vol. 3, No. 1. Mei 2010

Saragih, B.C. 2002. Isolasi asam humat dan aplikasinya Tombiling, R. A, 2009. Aktivitas Antioksidan dari Sarang
sebagai sensitizer dalam fotoreduksi Fe(III), Program Semut (Myrmecodia sp) Yang Diperoleh Dari
Pasca Sarjana, UGM, Yogyakarta. Beberapa Lokasi di Papua, Farmasi-UKIT, Manado.
Soil Science Network (1991).”Kimia Tanah”. DIKTI, (tidak Yen, G.C. dan P. Duh. 1994. Antioxidative properties of
dipublikasikan) Methanolic Extracts from Peanut Hulls. J. Agric. Oil
Chem. Soc.70:383-386.

41

Anda mungkin juga menyukai