Anda di halaman 1dari 9

FOTOREDUKSI BESI Fe 3+ MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN KAYU MANIS

(Cinnamomum burmanii)

Meizy Vaneza Tan1), Johnly A. Rorong 1), Meiske S. Sangi1)

1)
Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail: tanmeizy@gmail.com; rorongjohnly@yahoo.co.id; meiskesangi@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang fotoreduksi besi Fe3+ menggunakan ekstrak daun kayu manis
(Cinnamomum burmanii) dengan bantuan cahaya fluorescent 65 watt. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Juli – September 2017, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia;
Laboratorium Penelitian Jurusan Farmasi; dan Laboratorium UPT Terpadu Universitas Sam
Ratulangi, Manado. Serbuk daun kayu manis diekstraksi secara refluks dengan metanol: 40; 60;
dan 80%. Kandungan total fenolik; flavonoid; dan tanin ditentukan dengan reagen Folin-
Ciocalteu; AlCl3; dan vanilin-HCl. Untuk kandungan besi tereduksi diukur dengan pembentukan
kompleks besi(II)bipiridin. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak metanol: 40; 60;
dan 80% memiliki kemampuan dalam mereduksi besi. Untuk ekstrak metanol 60% mempunyai
efek fotoreduksi besi yang baik dimana kandungan besi(II) yang terbentuk sebesar 63,833 mg/L
dengan waktu penyinaran selama 2 jam, dibandingkan ekstrak dengan konsentrasi pelarut metanol
lainnya
Kata Kunci: Daun Kayu Manis, Fenolik, Flavonoid, Tanin, Fotoreduksi Besi

Fe3+ IRON PHOTOREDUCTION USING CINNAMON LEAF EXTRACT


(Cinnamomum burmanii)

ABSTRACT
3+
A study of Fe iron photoreduction has been done using cinnamon leaf extract (Cinnamomum
burmanii) with the aid of 65 watt fluorescent light. This research was conducted in July -
September 2017, held at Biochemistry Laboratory of Chemistry Department; Research Laboratory
of Pharmaceutical Department; and the Integrated UPT Laboratory of Sam Ratulangi University,
Manado. The cinnamon leaf powder is extracted by reflux with methanol: 40; 60; and 80%. Total
phenolic content; flavonoids; and tannins are determined by Folin-Ciocalteu reagents; AlCl3; and
vanilin-HCl. For reduced iron content is measured by the formation of iron(II)bipyridine complex.
The result showed that methanol extracts: 40, 60: and 80% had ability in reducing iron. Methanol
extract 60% had good iron photoreduction effect in which the iron(II) content was formed at
63.833 mg/L with irradiation time for 2 hours, compared to extract with other methanol solvent
concentration.
Keywords: Cinnamon Leaf, Phenolic, Flavonoid, Tannin, Iron Photoreduction

PENDAHULUAN Sulawesi Utara yang biasanya diambil kulit


batangnya sebagai bahan baku rempah dan
Indonesia terkenal dengan kekayaan
menghasilkan limbah berupa daun yang
flora dan fauna yang melimpah. Di Sulawesi
belum diolah secara optimal, hanya
Utara, produk-produk alami sebagai sisa atau
dibiarkan, dibuang bahkan dibakar sehingga
bagian akhir dari proses kehidupan flora,
terjadi pencemaran udara.
yang merupakan produk-produk dan bagian
Tanaman kayu manis dimanfaatkan
dari suatu ekosistem, seperti batang kayu dan
sebagai obat tradisional untuk sariawan,
daun-daunan belum diolah dan dimanfaatkan.
batuk, sesak napas, nyeri lambung, diare,
Tanaman kayu manis (Cinnamomum
perut kembung, rematik, menghangatkan
burmanii) adalah salah satu flora yang ada di
2 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 18 No. 1, April 2018

lambung, dan juga sebagai antikanker mengenai Fotoreduksi Besi Fe3+


(Vangalapati et al., 2012). Handayani (2014) menggunakan Ekstrak Daun Kayu Manis
mengatakan kayu manis mengandung (Cinnamomum burmanii). Penelitian ini
senyawa metabolit sekunder berupa dilaksanakan pada bulan Juli – September
flavonoid, saponin, fenol, tanin, dan sterol/ 2017, bertempat di Laboratorium Biokimia
triterpenoid. Jurusan Kimia; Laboratorium Penelitian
Senyawa fenolik, flavonoid, dan tanin Jurusan Farmasi; dan Laboratorium UPT
merupakan bahan organik yang diekstrak dari Terpadu Universitas Sam Ratulangi, Manado.
limbah pertanian, seperti daun cengkih, eceng
gondok, dan jerami padi, apabila ekstrak BAHAN DAN METODE
dikenai cahaya matahari, bahan organik
tersebut dapat bertindak sebagai bahan Alat dan Bahan
sensitizer alami (biosensitizer) pada proses Alat yang digunakan yaitu alat-alat gelas,
fotoreduksi besi (Rorong dan Suryanto, sudip, neraca analitik (Shimadzu), botol
2014). Bahan sensitizer adalah suatu bahan serum 25 mL, blender, aluminium voil, kertas
organik yang mengandung komponen fenolik saring, ayakan 65 mesh, vorteks, rotary
yang bersifat sangat peka/ sensitif terhadap vacuum evaporator (STRIKE 300–
cahaya sinar ultra violet (UV) dari matahari Steroglass), oven (Memmert),
sehingga dapat bertindak sebagai donor spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-
elektron (Rorong, 2012). Ekstrak fenolik, 1800), ruang penyinaran yang dilengkapi
flavonoid, dan tanin pada limbah pertanian, dengan cahaya fluorescent 65 Watt berukuran
seperti daun, kulit, dan cangkang biji pala 70 x 50 x 60 cm, seperangkat alat refluks.
yang diekstraksi dengan cara refluks Bahan yang digunakan adalah daun kayu
memiliki kemampuan sebagai sensitizer
manis, akuades, metanol (CH3OH) pro
alami pada proses fotoreduksi besi dengan
analis/p.a, etanol (C2H5OH) p.a, reagen Folin
bantuan cahaya fluorescent, incandescent,
Ciocalteu, natrium karbonat (Na2CO3),
dan UV (Tempomona et al., 2015). aluminium klorida (AlCl3), vanilin, asam
Tanaman memerlukan makanan yang klorida pekat (HCl), larutan logam
disebut unsur hara tanaman. Tanaman yang ammonium besi(III) sulfat dodekahidrat
kekurangan atau ketiadaan unsur hara akan (NH4Fe(SO4)2∙12H2O), larutan logam
menampakkan gejala pada suatu organ
ammonium besi(II)sulfat heksahidrat
tertentu yang spesifik yang disebut gejala
((NH4)2Fe(SO4)2∙6H2O, dan 2,2’ bipiridin
kekahatan, dan gejala ini akan hilang apabila
0.07%.
unsur hara pada tanaman ditambahkan ke
dalam tanah atau melalui daun (Rosmarkam Preparasi Sampel
dan Yuwono, 2002). Salah satu unsur hara Sampel daun kayu manis yang diperoleh
yang dibutuhkan tanaman adalah zat besi. terlebih dahulu dibersihkan dan
Secara umum, tanaman mengambil besi dikeringanginkan pada suhu ruang (250C)
dalam bentuk ion Fe2+, tetapi ketersediaan selama 14 hari, selanjutnya diblender dan
besi di alam dalam bentuk ion Fe3+. Oleh disaring dengan ayakan 65 mesh sehingga
karena itu ion Fe3+ harus direduksi lebih diperoleh serbuk daun kayu manis.
dahulu menjadi ion Fe2+ (Rorong, 2012).
Limbah daun kayu manis mengandung Ekstraksi
bahan organik yang dapat diolah menjadi Sebanyak 25 g serbuk daun kayu manis
bahan sensitizer alami (biosensitizer) untuk diekstraksi dengan refluks menggunakan 500
fotoreduksi besi yang bermanfaat bagi mL metanol: 40; 60; dan 80% selama 2 jam.
pertumbuhan tanaman dan meningkatkan Selanjutnya disaring menggunakan kertas
kesuburan tanah. Namun sampai saat ini, saring dan diperoleh filtrat serta endapan,
belum ada penelitian yang mengungkapkan ekstraksi dilakukan secara duplet. Filtrat
tentang peran komponen fenolik, flavonoid, dipekatkan menggunakan rotary vacuum
dan tanin dari ekstrak daun kayu manis evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental
sebagai donor elektron yang dapat masing-masing konsentrasi pelarut. Ekstrak
menghasilkan bahan sensitizer alami untuk kental kemudian dioven 4x24 jam pada suhu
proses fotoreduksi besi. Oleh karena itu 40oC sehingga diperoleh ekstrak kering
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian masing-masing konsentrasi pelarut.
Tan, Rorong dan Sangi: Fotoreduksi Besi Fe3+ …………… 3

Kandungan Total Fenolik suhu ruang. Absorbansi ekstrak dibaca pada


Pengujian kandungan total fenolik spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
ekstrak dengan metode Jeong et al. (2004). gelombang 500 nm. Hasilnya diplotkan
Sebanyak 0,1 mL larutan ekstrak 1000 terhadap kurva standar katekin yang
µg/mL dari masing-masing-masing dipersiapkan dengan cara yang sama.
konsentrasi pelarut dimasukkan ke dalam Kandungan total tanin terkondensasi
tabung reaksi dan ditambahkan 0,1 mL dinyatakan sebagai mg ekuivalen katekin/g
reagen Folin Ciocalteu 50%. Kemudian sampel.
divorteks kurang lebih selama 3 menit dan
ditambahkan 2 mL larutan Na2CO3 2% lalu Fotoreduksi Ion Fe 3+ dari Ekstrak Daun
divorteks kembali. Selanjutnya campuran Kayu Manis
diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang. Pengaruh ekstrak terhadap fotoreduksi
Absorbansi ekstrak dibaca pada ion Fe3+ menggunakan metode Saragih
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang (2002) yang dimodifikasi. Ekstrak daun kayu
gelombang 750 nm. Hasilnya diplotkan manis 1000 ppm diinteraksikan dengan
terhadap kurva standar asam galat yang larutan logam NH4Fe(SO4)2∙12H2O pada
dipersiapkan dengan cara yang sama. konsentrasi 25 ppm yang dilarutkan di dalam
Kandungan total fenolik dinyatakan sebagai akuades. Sampel diambil sebanyak 20 mL
mg ekuivalen asam galat/g sampel dengan dan dimasukkan ke dalam botol serum
metode Abdelhady et al. (2011) berukuran 25 mL kemudian botol ditutup
menggunakan persamaan rumus yaitu : dengan sumbat karet. Sampel tersebut
𝑉 diletakkan ke dalam kotak cahaya fluorescent
𝑇=𝐶𝑥 65 Watt selama 5 jam. Sampel diambil
𝑚
Keterangan: sebanyak 5 kali, yaitu 0, 1, 2, 3, dan 5 jam.
T :Kandungan total fenolik (mg/g) Setelah selesai penyinaran dilakukan analisis
dariekstrak sebagai ekuivalen asam galat kadar besi tereduksi. Hal yang sama
C :Konsentrasi asam galat yang dilakukan pada kondisi tanpa cahaya.
terbentukdari kurva kalibrasi (mg/mL)
V :Volume Larutan ekstrak (mL) Kandungan Besi Tereduksi
m :Berat ekstrak (g) Interaksi ekstrak daun Kayu Manis
dengan besi dievaluasi efeknya terhadap
Kandungan Flavonoid fotoreduksi ion Fe3+. Sampel sebanyak 2 mL
Penentuan kandungan flavonoid ekstrak dicampur dengan 0,5 mL 2,2’-bipiridin
ditentukan menurut metode Meda et al. 0,07% dan divorteks selama 2 menit dan
(2005). Sebanyak 2 mL larutan ekstrak absorbansi sampel dibaca pada
ditambahkan dengan 2 mL AlCl3 2% yang spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
telah dilarutkan dalam metanol, kemudian gelombang 520 nm pada suhu ruang.
divorteks dan dibaca absorbansinya pada Hasilnya diplotkan terhadap kurva standar
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang (NH4)2Fe(SO4)2∙6H2O yang dipersiapkan
gelombang 415 nm. Hasilnya diplotkan dengan cara yang sama. Kandungan besi
terhadap kurva standar kuersetin yang yang tereduksi dinyatakan sebagai mg
dipersiapkan dengan cara yang sama. ekuivalen (NH4)2Fe(SO4)2∙6H2O/ liter
Kandungan total flavonoid dinyatakan sampel.
sebagai mg ekuivalen kuersetin/g sampel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Tanin Ekstraksi
Penentuan kandungan tanin ekstrak
ditentukan menurut metode Julkunen-Titto Dari proses ekstraksi refluks serbuk
(1985). Sebanyak 0,1 mL larutan ekstrak daun kayu manis masing-masing konsentrasi
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang pelarut, diperoleh berat ekstrak metanol 40;
dibungkus aluminium foil, lalu ditambahkan 60; dan 80% secara berturut-turut 4; 5,3; dan
2 mL vanilin 4% dalam metanol (b/v) dan 5 g dengan warna coklat kehitaman.
divorteks. Setelah itu ditambahkan 1 mL HCl Pemilihan metode ekstraksi dengan cara
pekat dan divorteks lagi. Selanjutnya refluks ini dilakukan karena berdasarkan
campuran diinkubasi selama 20 menit pada penelitian dari Utami et al. (2015), metode
4 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 18 No. 1, April 2018

ekstraksi dengan cara refluks dari ekstrak galat digunakan sebagai larutan standar
metanol daun sukun (Artocarpus altilis dikarenakan asam galat mempunyai gugus
(Parkonsin) Fosberg) menghasilkan hidroksil dan ikatan rangkap terkonjugasi
kandungan fenolik, flavonoid dan tanin yang pada masing-masing cincin benzena sehingga
tinggi dibandingkan dengan metode maserasi sangat efektif untuk membentuk senyawa
bertingkat. kompleks dengan reagen Folin-Ciocalteu
Metanol digunakan sebagai pelarut (Julkunen-Titto, 1985).
dalam ekstraksi daun kayu manis karena Kandungan total fenolik dilakukan
metanol merupakan pelarut universal yang dengan membuat kurva standar asam galat
dapat melarutkan hampir semua senyawa dari konsentrasi dengan absorbansi sehingga
metabolit sekunder yang bersifat polar dan diperoleh persamaan regresi yaitu y =
non polar (Firdausi et al., 2015). Penentuan 0,0063x + 0,0578 (x = kandungan total
rendemen berfungsi untuk mengetahui kadar fenolik (mg/g); dan y = absorbansi) dengan
metabolit sekunder yang terbawa oleh pelarut R² = 0,9967. Larutan standar asam galat
tersebut namun tidak dapat menentukan jenis dibuat dengan konsentrasi 0; 10; 20; 30; 40;
senyawa yang terbawa tersebut (Ukieyanna, dan 50 µg/mL. Nilai R2 atau koefisien
2012). Rendemen ekstrak daun kayu manis determinasi merupakan angka yang nilainya
masing-masing konsentrasi pelarut dapat berkisar 0 sampai 1 yang menunjukkan
dilihat pada Tabel 1. seberapa dekat nilai perkiraan untuk analisis
regresi yang mewakili data yang sebenarnya.
Tabel 1. Rendemen Ekstrak Daun Kayu Analisis regresi dapat dipercaya jika nilai R 2-
Manis pada Masing-masing nya sama dengan atau mendekati 1 (Siagian
Konsentrasi Pelarut dan Sugiarto, 2006).
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa persen Menurut Agbor et al. (2014) reaksi kimia
rendemen tertinggi ditunjukkan oleh ekstrak yang terjadi dengan reagen folin ciocalteu
metanol 60% diikuti dengan metanol 80% sebagai berikut.
dan metanol 40% berturut-turut 21,2; 20; dan Na2WO4/Na2MoO4(Kuning) + Fenol (Fenol-MoW11O40)-4(Biru)
Berat Berat Mo6+(Kuning) + e -
Mo5+(Biru)
Rendemen
Ekstrak Sampel Ekstrak
(%) Kandungan total fenolik dalam ekstrak
(g) (g)
Metanol daun kayu manis ditentukan dengan
25 4 16 menggunakan metode Folin-Ciocalteu
40%
Metanol berdasarkan kemampuan senyawa fenolik
25 5.3 21.2 dalam ekstrak daun kayu manis bereaksi
60%
Metanol dengan asam fosfomolibdat-fosfotungstat
25 5 20
80% dalam reagen Folin-Ciocalteu (kuning) yang
16%. Tingginya rendemen ekstrak metanol akan mengalami perubahan warna menjadi
60% dibandingkan metanol 80% dan 40% biru, semakin tua intensitas warna yang
mungkin disebabkan sebagian senyawa dihasilkan maka total kandungan senyawa
fenolik dalam daun kayu manis lebih banyak fenolik dalam esktrak semakin besar (Shahidi
larut dalam sistem tersebut. Menurut dan Naczk, 1995). Dalam penentuan
Harborne (1987) pelarut metanol diduga kandungan total fenolik ini digunakan
mempunyai sifat yang dapat melarutkan Na2CO3 yang bertujuan untuk membentuk
semua jenis komponen yang berupa senyawa suasana basa agar terjadi reaksi reduksi
polar, non polar, dan semi polar. Folin-Ciocalteu oleh gugus hidroksil dari
fenolik di dalam sampel (Nely, 2007).
Kandungan Total Fenolik Kandungan total fenolik ekstrak masing-
Pembuatan larutan ekstrak untuk masing konsentrasi pelarut dapat dilihat pada
pengujian fenolik dilakukan dengan cara Gambar 1.
ditimbang 0,01 gram ekstrak dari masing-
masing konsentrasi pelarut dan dilarutkan
dalam etanol p.a sebanyak 10 mL sehingga
menghasilkan larutan ekstrak 1000 µg/mL.
Kandungan total fenolik dinyatakan sebagai
mg ekuivalen asam galat/g ekstrak. Asam
Tan, Rorong dan Sangi: Fotoreduksi Besi Fe3+ …………… 5

80 71.540 bertetangga dengan flavon dan flavonol

Fenolik (mg/g)
55.270

Kandungan
60 (Cahyanta, 2016).Kandungan flavonoid
42.016
40 ekstrak dari masing-masing konsentrasi
20 pelarut dapat dilihat pada Gambar 2.
0
Metanol 40% Metanol 60% Metanol 80%
40
30.583

Flavonoid (mg/g)
Ekstrak dengan Konsentrasi Pelarut 26.521
30 22.823

Kandungan
Gambar 1. Kandungan total fenolik (mg/g) 20
masing-masing konsentrasi 10
pelarut
0
Metanol 40% Metanol 60% Metanol 80%
Dari Gambar 1 terlihat bahwa kandungan
fenolik yang tertinggi terdapat pada ekstrak Ekstrak dengan Konsentrasi Pelarut
metanol 80% yaitu 71,540 mg/g, diikuti
Gambar 2. Kandungan total flavonoid
metanol 60% (55,270 mg/g), dan metanol
(mg/g) masing-masing
40% (42,016 mg/g). Fenol merupakan
konsentrasi pelarut
senyawa yang bersifat polar sehingga
kelarutannya paling tinggi dalam pelarut Dari Gambar 2 menunjukkan bahwa
polar. Pelarut yang bersifat polar mampu ekstrak metanol 80% memiliki kandungan
melarutkan fenol lebih baik sehingga flavonoid yang tertinggi yaitu 30,583 mg/g,
kadarnya dalam ekstrak menjadi tinggi diikuti oleh ekstrak metanol 60% (26,521
(Moein dan Mahmood, 2010). Tinggi mg/g), dan ekstrak metanol 40% (22,823
rendahnya kandungan fenolik pada masing- mg/g). Hasil ini menunjukkan bahwa ada
masing konsentrasi pelarut karena senyawa hubungan yang positif antara kandungan
yang terekstrak dalam metanol 80% bersifat flavonoid dengan kandungan fenolik dari
polar dengan polaritas yang lebih rendah ketiga jenis pelarut yang digunakan untuk
dibandingkan metanol 60% dan metanol mengekstraksi daun kayu manis. Menurut
40%. Larson (1988), komponen fenolik seperti
Menurut Aiken et al. (1985), senyawa flavonoid yang dikenal sebagai antioksidan
fenolik memiliki kemampuan untuk primer dari tanaman bersifat polar sehingga
mereduksi beberapa ion logam teroksidasi dapat larut pada pelarut metanol.
karena senyawa fenolik banyak terdapat Menurut Azizah et al. (2014) reaksi
gugus yang dapat dijadikan sebagai donor kimia yang terjadi antara flavonoid
elektron, seperti gugus –OH fenol namun hal (kuersetin) dengan AlCl3 sebagai berikut.
ini juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya OH
OH
konsentrasi fenolik dalam suatu ekstrak yang OH OH
berhubungan dengan aktivitas penyumbang HO O HO O
+ HCl
elektron dalam fotoreduksi besi. + AlCl3
OH OH
OH O O AlO
Cl Cl
Kandungan Flavonoid Kuersetin
Kandungan flavonoid dinyatakan sebagai
mg ekuivalen kuersetin/ g ekstrak. Menurut Rorong dan Suryanto (2014),
Kandungan flavonoid dihitung dengan flavonoid merupakan komponen oganik yang
menggunakan persamaan garis linear kurva dapat melindungi sel dari senyawa oksigen
standar kuersetin (mg/g) yaitu y = 0,0096x – reaktif (ROS) dan berfungsi juga sebagai
0,0251 (x = kandungan flavonoid (mg/g); dan agen pengkhelat besi (Fe) hal ini dikarenakan
y = absorbansi) dengan R2 = 0,9894 (Tulung flavonoid mempunyai gugus karboksil dan
et al., 2017). Penentuan kandungan flavonoid satu gugus fenolik atau dua gugus hidroksil
dilakukan dengan kompleks AlCl3 yang berdekatan yang dapat bereaksi dengan
berdasarkan pembentukan warna (kuning). ion Fe menghasilkan kompleks yang stabil.
Prinsip penetapan flavonoid dengan metode Kandungan Tanin
AlCl3 adalah terbentuknya senyawa
kompleks antara AlCl3 dengan gugus keto Kandungan tanin dinyatakan sebagai mg
pada atom C-4 dan juga dengan gugus ekuivalen katekin/ g ekstrak. Kandungan
hidroksi pada atom C-3 atau C-4 yang tanin dihitung dengan menggunakan
6 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 18 No. 1, April 2018

persamaan garis linear kurva standar katekin terdiri dari polimer flavonoid. Senyawa
(mg/g) yaitu y = 0,0141x – 0,221 (x = antara yang dihasilkan mengalami reaksi
kandungan tanin (𝜇g/ml); dan y = absorbansi) dehidrasi dan menghasilkan senyawa
dengan R2 = 0,9836 (Tulung et al., 2017). berwarna ungu atau merah, reaksinya dapat
Penentuan kandungan tanin dilakukan dengan dilihat pada Gambar 4 (Salunkhe et al.,
uji vanilin-HCl, dimana vanilin terprotonasi 1990). Kandungan tanin ekstrak dari masing-
dalam asam yang dapat dilihat pada Gambar masing konsentrasi pelarut dapat dilihat pada
3, membentuk karbokation dan bereaksi Gambar 5.
dengan flavonoid, dimana tanin terkondensasi

H3CO H3CO H3CO


O+H
HO CHO + H+ HO CH HO C+H
OH
Vanilin

Gambar 3. Reaksi protonasi vanilin dalam larutan asam (Salunkhe et al. 1990)

OH senyawa dengan golongan fenolik selain


H3CO HO O tanin yaitu steroid, triterpenoid.
B OH
+ A
HO C+H
OH
OH
OH OH
Leukosianidin 30.5 30.106
Kandungan Tanin

30 29.468
29.5
(mg/g)

28.617
29
OH
28.5
HO O
OH
28
H3CO B
A 27.5
+ Metanol 40% Metanol 60% Metanol 80%
O CH OH
H O H OH OH

Gambar 5. Kandungan Tanin (mg/g)


- H2O
masing-masing konsentrasi
OH pelarut
HO O
H3CO B OH
A Kandungan Besi Tereduksi
O CH OH
OH OH
Kandungan besi tereduksi dinyatakan
sebagai miligram ekuivalen
(NH4)2Fe(SO4)2∙6H2O/liter ekstrak.
Kandungan besi tereduksi dihitung dengan
Gambar 4. Reaksi pembentukan senyawa menggunakan persamaan garis linear kurva
kompleks Vanilin-Flavonoid standar (NH4)2Fe(SO4)2∙6H2O (mg/L) yaitu y
(Salunkhe et al., 1990) = 0,006x + 0,021 dan R 2 = 0,987. Kurva
standar (NH4)2Fe(SO4)2∙6H2O (mg/L) dibuat
Gambar 5 terlihat bahwa kandungan dengan cara serbuk
tanin yang tertinggi terdapat pada ekstrak (NH4)2Fe(SO4)2∙6H2O ditimbang sebanyak
metanol 40% yaitu 30,106 mg/g, diikuti 0,1 g dan dilarutkan dalam 100 mL aquades
dengan metanol 60% (29,468 mg/g), dan (infus), sehingga menghasilkan larutan
metanol 80% (28,617 mg/g). Hasil standar 1000 ppm. Selanjutnya dibuat
kandungan tanin tidak sejalan dengan konsentrasi 0; 10; 20; 30; 40; dan 50 ppm
kandungan fenolik, hal ini diduga dalam dari larutan standar 1000 ppm dan
ekstrak metanol 80% yang kandungan dimasukkan ke dalam kotak cahaya
fenoliknya tinggi tetapi kandungan taninnya fluorescent 65 watt selama 5 jam. Larutan
rendah karena yang terekstrak adalah dikeluarkan dari kotak cahaya dan diambil
sebanyak 2 mL kemudian dicampur 0,5 mL
Tan, Rorong dan Sangi: Fotoreduksi Besi Fe3+ …………… 7

2,2’-bipiridin 0,07% dan divorteks. menggunakan program Microsoft Excel.


Selanjutnya dibaca absorbansi pada panjang Kemampuan masing-masing ekstrak dalam
gelombang 520 nm menggunakan mereduksi besi dapat dilihat pada Gambar 6.
spektrofotometer UV-Vis. Hasilnya
kemudian diplotkan pada grafik

80
Konsentrasi Fe2+ (mg/l)

70
60 MeOH
50 40%
MeOH
40
60%
30 MeOH
20 80%
10 KC
0
-10 0 1 2 3 4 5
Waktu (Jam)

Gambar 6. Konsentrasi Fe2+ pada penyinaran dengan lampu fluorescent selama 5 jam
menggunakan ekstrak daun kayu manis masing-masing konsentrasi pelarut.

Pada Gambar 6 terlihat bahwa 65 watt, elektron ini kemudian didonorkan


kemampuan ekstrak daun kayu manis dalam pada senyawa NH4Fe(SO4)2∙12H2O sehingga
fotoreduksi besi Fe3+ → Fe2+ ditunjukkan besi yang tadinya dalam keadaan ion Fe3+
oleh ekstrak metanol: 40; 60; dan 80%. tereduksi menjadi ion Fe2+.
Konsentrasi Fe2+ yang tertinggi ditunjukkan Kemampuan terbesar pada ekstrak
oleh ekstrak metanol 60% dengan waktu metanol 60% dalam mereduksi besi yang
penyinaran selama 2 jam yaitu sebanyak dicahayai dengan lampu fluorescent,
63,833 mg/L, diikuti ekstrak metanol 80% disebabkan karena molekul yang menyusun
sebanyak 44,833 mg/L dengan waktu senyawa fenolik pada ekstrak metanol 60%
penyinaran selama 5 jam, dan yang terendah memerlukan energi yang lebih sedikit dalam
pada ekstrak metanol 40% yaitu 40,083 mg/L mengeksitasi elektronnya dibandingkan
dengan waktu penyinaran selama 3 jam. dengan ekstrak lain sehingga menyerap
Konsentrasi Fe2+ (mg/L) yang terbentuk dari energi yang panjang gelombangnya lebih
masing-masing ekstrak dan kontrol dapat panjang, dan energi yang dihasilkan oleh
dilihat pada Tabel 2. Hasil ini sejalan dengan sumber cahaya fluorescent sebanding dengan
data rendemen ekstrak dari masing-masing energi yang dibutuhkan untuk
konsentrasi pelarut metanol. Dalam hal ini mempromosikan elektronnya (Dunkley,
tanpa cahaya (KTC) dan cahaya (KC) 1982). Waktu yang diperlukan senyawa
merupakan kontrol karena konsentrasi yang fenolik dari ekstrak metanol 60% untuk
diperoleh kecil, hal ini disebabkan tidak mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ lebih sedikit
terdapat ekstrak melainkan hanya larutan dibandingkan dengan senyawa fenolik yang
ammonium besi sulfat saja. Kontrol dengan terdapat pada ekstrak metanol 40 dan 80%.
cahaya menunjukkan kenaikan absorbansi Hal ini diduga karena senyawa fenolik yang
pada jam ke-3 dan ke-5 yang terekstrak dalam metanol 60% lebih reaktif
mengindikasikan bahwa hanya dengan terhadap cahaya sehingga membutuhkan
cahaya, besi Fe3+ mampu direduksi menjadi waktu yang lebih cepat dibandingkan ekstrak
Fe2+, dan dengan adanya penambahan ekstrak dengan konsentrasi pelarut metanol lain
fenolik, flavonoid, dan tanin dari daun kayu untuk mendonorkan elektronnya. Fe2+-fenolik
manis membuat proses reduksi besi menjadi merupakan khelat yang mantap sehingga besi
lebih cepat terjadi. Hal ini dikarenakan terlindungi dari reaksi tanah dan akan mudah
elektron yang terdapat pada komponen bermobolisasi dan diserap oleh tanaman
fenolik dalam daun kayu manis tereksitasi (Buckman, 1982).
ketika terkena cahaya dari lampu fluorescent
8 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 18 No. 1, April 2018

Tabel 2. Konsentrasi Fe2+ (mg/L) masing-masing ekstrak dengan konsentrasi pelarut metanol
(MeOH) dan kontrol
Konsentrasi Fe 2+ per Jam
Ekstrak
0 1 2 3 5
MeOH 40% 0,500 29,250 32,667 40,083 39,583
MeOH 60% 2,167 31,333 63,833 38,250 44,083
MeOH 80% 0,417 22,167 23,833 38,333 44,833
KC -1,583 -1,167 -1,667 -1,333 -1
KTC -1,416 -1,25 -1,583 -1,583 -2

KESIMPULAN Aiken, G. R., D. M. McKnight, R. L.


Kandungan total fenolik dan flavonoid Wershaw, dan P. MacCarthy. 1985.
yang tertinggi terdapat pada ekstrak metanol Humic Substances in Soil Sediment
80%, diikuti ekstrak metanol 60%, dan and Water: Geochemistry, Isolation,
terendah pada ekstrak metanol 40%. and Characterization. John Willey and
Kandungan tanin berbanding terbalik dengan Sons, New York.
kandungan total fenolik dan flavonoid Buckman, H. O., dan N. C. Brady. 1982.
dimana yang tertinggi terdapat pada ekstrak Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman.
metanol 40%, diikuti dengan ekstrak metanol Bhrata Karya Aksara, Jakarta.
60%, dan terendah pada ekstrak metanol Cahyanta, A. N., 2016. Penetapan Kadar
80%. Ekstrak fenolik, flavonoid, dan tanin Flavonoid Total Ekstrak Daun Pare
dari daun kayu manis menggunakan pelarut Metode Kompleks Kolorimetri dengan
metanol: 40; 60; dan 80% menunjukkan Pengukuran Absorbansi Secara
kemampuan mereduksi besi Fe3+ menjadi Spektrofotometri. Jurnal Ilmiah
Fe2+ dan kemampuan yang tertinggi Farmasi: Jurnal Parapemikir. 5: 58-
ditunjukkan oleh ekstrak metanol 60% 61.
dengan waktu penyinaran yang dibutuhkan
Dunkley, L. F. 1982. Effects of fluorescent
adalah 2 jam.
Light On Flavor, Absobic Acid and
Riboflavin In Milk. Universitas Of
DAFTAR PUSTAKA Calivornis.
Abdelhady, M.I.S.,Motaal, A.A.,dan Firdausi, I., Retnowati, R. dan Sutrisno. 2015.
Beerhues, L. 2011. Total Phenolic Fraksinasi Ekstrak Metanol Daun
Content and Antioxidant Activity of Mangga Kasturi (Mangifera casturi
Standardized Extracts from Leaves and Kosterm) dengan Pelarut n-Butanol.
Cell Cultures of Three Callistemon Kimia Student Journal. 1: 785-790.
Species. American Journal of Plant Handayani, R. 2014. Formulasi Sediaan
Sciences. 2: 847-850. Tablet Hisap dari Ekstrak Etanol Kulit
Agbor, G.A., Vinson, J.A.dan Donnelly, P.E. Kayu Manis (Cinnamomum burmanni,
2014. Folin-Ciocalteau Reagent for Blume) sebagai Antioksidan. Jurnal
Polyphenolic Assay. International Ilmiah Farmako Bahari. 5: 5-30.
Journal of Food Science, Nutrition and Harborne, J.B. 1987. Uji Fitokimia. Institut
Dietetics. 3: 147-156. Teknologi Bandung, Bandung.
Azizah, D. N., E. Kumolowati, dan F. Jeong, S. M., S. Y. Kim, D. R. Kim, S. C. Jo,
Faramayuda. 2014. Penetapan Kadar K. C. Nam, D. U. Ahn, dan S. C. Lee.,
Flavonoid Metode AlCl3 pada Ekstrak 2004. Effect of Heat Treatment on the
Metanol Kulit Buah Kakao Antioxidant Activity of Extracts from
(Theobroma cacao L). Kartika Jurnal Citrus Peels. Journal of Agricultural
Ilmiah Farmasi. 2: 45-49. and Food Chemistry. 52: 3389-3393.
Tan, Rorong dan Sangi: Fotoreduksi Besi Fe3+ …………… 9

Julkunen-Titto, R. 1985. Phenolic Shahidi, F., dan Naczk, M. 1995. Food


Constituents in the Leave of Northern Phenolics. Technomicpub.Co. Inc.
Willows: Methods for the Analysis of Lancester-Basel.
Certain Phenolics. Journal of Siagian, D., dan Sugiarto. 2006. Metode
Agricultural and Food Chemistry. 33: Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi.
213-217. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Larson, R. A. 1988. The Antioxidants of Tempomona, Y., J. A. Rorong, dan A. D.
Hinghest Plants. Phytochemistry. 27: Wuntu. 2015. Fotoreduksi Besi Fe3+
969-977. Menggunakan Ekstrak Limbah Daun,
Meda, A., C. E. Lamein, M. Romito, J. Kulit, dan Cangkang Biji Pala
Milliogo, dan O. G. Nacoulina. 2005. (Myristica fragrans). Jurnal MIPA
Determination of the Total Phenolic, UNSRAT Online. 4: 46-50.
Flavonoid and Proline Content in Tulung, P. C., J. A. Rorong, dan J. Pontoh.
Burkina Fasan Honey, as well as Their 2017. Analisis Fitokimia dan Uji
Radical Scavenging Activity. Journal Toksisitas dari Kulit Batang Kersen
of Food Chemistry. 91: 571-577. (Muntingia calabura). Chemistry
Moein, S., dan R. M. Mahmood. 2010. Progress. 10: 15-19.
Relationship between antioxidant Ukieyanna, E. 2012. Aktivitas Antioksidan,
properties and phenolics in Zhumeria kadar fenolik, dan flavonoid Total
majdae. Journal of Medicinal Plants Tumbuhan Suruhan (Peperomia
Research. 7: 517-521. pellucid L. Kunth). Fakultas Teknologi
Nely, F. 2007. Aktivitas Antioksidan Rempah Pertanian Institut Pertanian Bogor,
Pasar dan Bubuk Rempah Pabrik Bogor.
dengan Metode Polifenol danUji Aom Utami, R. D, K. M. Yuliawati, dan L.
(Active Oxygen Method). [Skripsi]. Syafnir. 2015. Pengaruh Metode
Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Ekstraksi terhadap Aktivitas
Bogor. Antioksidan Daun Sukun (Artocarpus
Rorong, J. A., 2012. Fitokimia Limbah altillis (Parkinson) Fosberg). Prosiding
Pertanian Sebagai Sensitizer Alami Penelitian SPeSIA Unisba. ISSN:
Untuk Fotoreduksi Besi [Disertasi]. 2460-6472.
Program Doktor. Universitas Vangalapati, M., S. Satya, S. Prakash, dan S.
Brawijaya, Malang. Avanigadda. 2012. A Review on
Rorong, J. A., dan E. Suryanto. 2014. Potensi Pharmacological Activities and
Daun Cengkih Sebagai Biosensitizer Clinical Effects of Cinnamon Species.
Untuk Fotoreduksi Besi Pada Lahan Research Journal of Pharmaceutical,
Pertanian Hortikultura. Prosiding Biological and Chemical Sciences. 3:
Seminar Nasional Lahan Suboptimal; 653-663.
Palembang 26-27 September 2014.
ISBN: 979-587-529-9.Hlm 1-12.
Rosmarkam dan Yuwono. 2002. Ilmu
Kesuburan Tanah. Kanisius,
Yogyakarta.
Salunkhe, D. K., J. K. Chavan, S. S. Kadam.
1990. Dietary Tannins Consequences
and Remedies. CRC Press, Boca
Raton.
Saragih, B. C. 2002. Isolasi Asam Humat dan
Aplikasinya Sebagai Sensitizer Dalam
Fotoreduksi Fe(III) [Thesis]. Program
Pasca Sarjana. UGM, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai