Anda di halaman 1dari 244

Dr. James Thimoty, Sp.A(K), M.

Kes

Divisi Neonatologi - Departemen Ilmu Kesehatan Anak


FKUNCEN – RSUD JAYAPURA

1
Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia

Mortality profiles. Geneva, World Health Organization,


2007
2
Setiap enam menit
dua bayi Indonesia
meninggal

Setiap hari 500 bayi


meninggal
3
Cerebral palsy Chronic lung disease ROP

4
Intraventricular Hemorrhage (IVH)
 Insidens perdarahan matriks germinal dan IVH
meningkat dengan menurunnya usia gestasi dan
berat lahir
 Insidens tertinggi terjadi pada bayi dengan BL < 1 kg
 Waktu yang tepat terjadinya IVH tidak diketahui,
50% terjadi pada hari pertama kehidupan
 Terjadinya IVH dikaitkan dengan hipoksia, distres
napas, penggunaan ventilasi mekanik, fluktuasi
tekanan darah, pemberian surfaktan, transfusi
darah/bolus cairan, stres dingin, posisi kepala, dan
nyeri
5
Chronic Lung Disease (CLD)
 Napas pertama yang diberikan di kamar bersalin
mempunyai efek bermakna terhadap
berkembangnya CLD.
 Rekomendasi perawatan neonatus untuk
menurunkan CLD : permissive hypercapnia,
pemberian surfaktan dini, penggunaan T-piece
resuscitator, titrasi oksigen.

6
Retinopathy of Prematurity (ROP)
 Faktor risiko : prematuritas, berat lahir rendah,
hiperoksia.
 Insidens ROP menurun dengan merubah praktek
pemberian oksigen dan monitoring :
 Pulse oximetry harus tersedia di kamar bersalin
 saturasi 88-92%, FiO2 disesuaikan dengan
perubahan yang kecil.

7
The First Golden Hour
Perawatan neonatus dalam 1 jam pertama  dampak
bermakna bagi keluaran bayi terutama pada bayi prematur

Perawatan neonatus dalam 1 jam pertama harus


memfokuskan untuk mencegah kematian dan menurunkan
komplikasi : hipotermi, IVH, CLD dan ROP

Kerja tim, perawatan konsisten dan aplikasi sesuai praktek


berbasis bukti akan meningkatkan kualitas pelayanan
neonatus

8
Periode Awal
Bayi Baru Lahir Lahir

(BBL)
Adaptasi

Gagal
Berhasil
STABLE
Resusitasi
IMD

Warm Transport

Rawat Pink Sweet Rawat


Gabung NICU/SCN 9
Tujuan Resusitasi dan Transportasi BBL
Resusitasi Upayakan Bayi  STABLE

Thermoregulasi

Warm
Airway

Breathing
Sweet Pink
Circulation

Drugs

10
Transisi Neonatus

Transisi adalah proses perubahan fisiologis pada bayi


baru lahir yang dimulai di dalam rahim saat bayi
mempersiapkan transisi dari dukungan plasenta
intrauterin ke perawatan ekstrauterin.

Tali plasenta dipotong  bayi baru lahir harus


beralih dengan cepat dari mekanisme intrauterin ke
fisiologi orang dewasa.

11
Perubahan Fisiologis saat Lahir

Perubahan Waktu
 Pernapasan Detik
 Sirkulasi darah Detik
 Homeostasis Glukosa Menit
 Regulasi Suhu Menit
Jam - Hari
 Ginjal
Jam - Hari
 Saluran Cerna

12
Kejadian Saat Lahir
 First breath
 70-110 cmH2O vs. 5-10 cmH2O for normal
breathing
 Removal of fluid from the lungs
 Closure of ductus arteriosus
 Functional and later anatomic closure
 Initialy systemic and pulmonary pressures are
equal

13
FASE TRANSISI BBL : RESPIRASI

14
Kondisi Paru Intrauterin

15
Pulmonary transition
Basic requirements for gas exchange

 Ventilation
 Fluid clearance
 Establishing an air-filled FRC
 Spontaneous breathing
 Perfusion
 Rapid reduction in PVR
 Adequate cardiac output with pulmonary perfusion

16
Pulmonary transition
Clearance of lung fluid

17
Pulmonary transition
The first spontaneous breath

18
Fase Transisi : Respirasi

Cairan di alveoli  diserap jaringan paru 


diganti udara  O2 udara berdifusi ke
pembuluh darah sekeliling alveoli
(Dilatasi pembuluh darah)
19
Pulmonary transition – summary
In case of uncomplicated (physiological) delivery
at term pulmonary transition is a spontaneous
unasissted event!!
20
Circulatory Adaptation
Fetal circulation
 Fetus
 From 8 weeks until birth
 Organs mature to support external life
 Circulation
 Umbilical-placental circuit via umbilical cord
 Circulatory shunts bypass
 Liver
 Ductus venosus to inferior vena cava
 Lungs
 Foramen ovale, between right & left atria
 Ductus arteriosus connects pulmonary artery to aorta
21
22
Circulatory shunts bypass
By pass 1 : DUCTUS VENOSUS By pass 2 : Foramen ovale

23
Circulatory shunts bypass

By pass 3 : DUCTUS ARTERIOSUS

24
Circulatory Adaptation
FETAL CIRCULATION
High pulmonary resistance
Low resistance in systemic blood flow

RIGHT to LEFT shunt


Foramen Ovale
(Left atrial pressure low because returned lung blood is low and
right atrial pressure high due to large volume of blood from
placenta)
Ductus arteriosus
(High pulmonary resistance, Low fetal systemic blood and
prostaglandin function)
25
Circulatory Adaptation

NEONATAL
CIRCULATION

FETAL
CIRCULATION

26
Circulatory Adaptation
NEONATAL CIRCULATION
• Profound changes of circulation at birth
• Increased pulmonary blood flow due to the drop of
pulmonary resistance  lung expansion.
• Venous return from lung increase.
• Left atrial press. is raised; Right atrial press. decrease 
foramen ovale closed.
• Systemic resistance higher than pulmonary resistance (24
hours)  Prostaglandin function  Ductus arteriosus close
• Umbilical arteries constrict and placental blood flow stops.
27
Transition to Extra-uterine Life
begins when the cord is CUT.
 Placenta no longer works as lungs
 Lungs begin to exchange gases
 First breath inflates lungs and causes circulatory
changes
 Lungs inflate -  resistance to blood flow through
lungs &  blood flow from pulmonary arteries
 This results in Newborn Circulation.

28
Barrier in Transitional Period

The baby may not breath sufficiently to force fluid


from the alveoli

The lungs will not be filled with air

Oxygen will not be available for circulating blood through the lungs

29
Barrier in Transitional Period

Excessive blood loss or hypoxia/ischemia resulting poor


cardiac contractility and bradycardia

Failure in increasing systemic blood pressure

Systemic hypotension

30
Barrier in Transitional Period

Low oxygen concentration

Sustained constriction of the pulmonary arterioles

Persistent pulmonary hypertension

31
Consequences of interrupted transition
1. Tachypnea
2. Cyanosis
3. Resp depression (apnea / gasping)
4. Bradycardia
5. Hypotension
6. Low muscle tone

32
NEONATAL TRANSITION
 Changes in respiratory and circulation is the
key component of transitional period in
newborn.
 Barrier of transitional period in newborn
include delayed removal of lung liquid,
failure of systemic blood pressure increase,
and failure of lung arterioles dilatation

33
RESUSITASI BBL
100% bayi lahir perlu
didampingi oleh
seseorang/tim ahli resusitasi

10% bayi baru lahir butuh


intervensi setingkat Bag &
Mask ventilation untuk
dapat bernapas saat lahir

1% bayi lahir butuh intubasi


sampai bantuan obat-obatan

Barkemeyer BM. Critical Concepts NICU. [diakses pada: 24 Januari 2012]. Diunduh dari : URL: www.medschool.lsuhsc.edu.
34
BAYI BUGAR 90 % BAYI Sesak /Merintih 9 % BAYI Apnea 1 %

IMD CPAP VTP


35
PERSIAPAN RESUSITASI
Edukasi dan Persetujuan Keluarga
Pembentukan dan Pengarahan Tim Resusitasi
Persiapan Alat Resusitasi
Tindakan pencegahan infeksi
Persiapan tranportasi dan ruang perawatan BBL

36
TIM RESUSITASI NEONATUS

PEMBAGIAN TUGAS MENGURANGI


KOMUNIKASI
YANG JELAS KESALAHAN
EFEKTIF
DALAM RESUSITASI

INFORMASI MATERNAL: INFORMASI BAYI:


• Riwayat Kehamilan • Taksiran Usia Gestasi
• Jumlah bayi (satu, kembar, triplet)
Sebelumnya • Neonatus Risiko tinggi
• USG antenatal • Ketuban Hijau Kental
• Riw Penyulit dalam antenatal • Variasi dari denyut jantung janin
• Risiko Infeksi Kehamilan • Kelainan Kongenital
• Riwayat obat yang dikonsumsi
ibu
37
Tentukan Usia Gestasi
Prenatal Assessment
1. Anamnesis HPHT (Hari pertama haid terakhir),
tentukan tanggal persalinan dengan rumus Naegele’s
( Hari + 7, Bulan – 3 / + 9, Tahun + 1 /0) = usia
kehamilan 40 minggu, kemudian hitung selisih
dengan tanggal lahir bayi saat ini.
2. Pemeriksaan USG
Postnatal Assessment
1. Rapid Assesment
2. New Ballard Score
38
39
Thermoregulasi

 Ruangan dan alat yang


optimal
 Suhu ruangan yang hangat : 260C.
 AC jangan di atas tempat tidur
bayi, angin tidak kencang.
 Nyalakan infant warmer sebelum
bayi lahir  hangatkan matras
bayi, bila perlu selimut/alas
penghangat
 Siapkan kain hangat dan kering
 Gunakan plastik pembungkus bayi
BB < 1500 g
 Topi bayi
 Incubator transport yang sudah
dihangatkan
 Metoda Kangguru bila tidak
tersedia inkubator 40
Airway

• Bulb Syringe/ penghisap balon


• Kateter pengisap, ukuran 5 (atau 6), 8, 10 Fr
• Aspirator mekonium
• Pengisapan mekanik
• Selang pemberian makan ukuran 8 Fr dan spuit 20 cc
• Kain Pengganjal Bahu
Peralatan intubasi
• Laringoskop dengan daun lurus, No. O (prematur) dan No.
1 (neonatus cukup bulan)
• Lampu dan baterai cadangan untuk laringoskop
• Pipa ET: 2, 2,5, 3, 3,5, 4,0 mm
• Gunting
• Sarung tangan
• Plester Hipafix
• Tali Benang Kasur
• OGT 5 Fr, 8 Fr
41
Breathing

• Oral airway, neonatus cukup bulan dan prematur


• Balon resusitasi neonatus dengan katup pelepas tekanan
• Reservoar oksigen untuk memberikan O2 90-100%
• Oksigen dengan pengukur aliran (flowmeter) dan pipa
oksigen
• Sungkup wajah dengan bantalan pinggir, ukuran untuk
neonatus cukup bulan dan prematur
• Kanul hidung atau kateter hidung
• T-Piece Resusitator
• Pulse Oxymetri
• Blender Oksigen
• Oksigen transpor
• Surfactan (usia < 28 minggu)

42
JENIS PERALATAN VTP

Balon Tidak
Mengembang Sendiri
(BTMS)

Balon Mengembang
Sendiri (BMS)
T-piece resuscitator

43
Circulation Drugs

Infus Set , Umbilikal Set


OGT 5 Fr
Epinefrin 1:10.000 dlm spuit 1 cc (
Cairan pengganti volume/plasma expander, satu atau
lebih dari bahan di bawah ini:
Salin normal
Larutan Ringer laktat
Darah utuh (whole blood) golongan darah O
positif
Natrium bikarbonat 4,2%
Dekstrosa 10%
Nalokson 44
Hand hygiene

45
46
47
The 5 moments for Hand Hygiene

48
PENGERTIAN HAND RUB
 Hand rub adalah menggosokkan kedua belah tangan
dengan menggunakan cairan antiseptik berbahan dasar
alkohol(alkohol based) untuk membunuh M.O

49
Bahan Cuci Tangan Antiseptik
Aktivitas terhadap bakteri
N M Aktivitas Efek
Kelompok Dampak
o Gm+ Gm- Tuberc Viruses Awal Residu
ulosi

I. Alcohol Baik Baik Baik Baik Cepat Buruk Kulit Kering

Chlorhexidine
II. Baik Baik Sedang Baik Sedang Baik Otoksin, keratitis
gluconate (CHG)

II Tidak
Hexachlorophene Baik Buruk Buruk Lambat Baik
I. ada

Penyerapan oleh kulit


IV
Iodine/Iodophors Baik Baik Baik Baik Cepat Buruk menyebabkan iritasi
.
atau keracunan

PCMX
V. Baik Sedang Sedang Sedang Baik Baik
(chloroxylenol)

VI
Triclosan Baik Baik Sedang Buruk Lambat Baik
.

50
Kapan Kita Pakai Handrubs?
 Keadaan emergency dimana fasilitas cuci tangan sulit
dijangkau
 Fasilitas cuci tangan in adekuat
 Pengganti cuci tangan “Hand Wash Basin”
 Saat rounde di ruangan yang memerlukan disinfektan
 Diantara tindakan keperawatan
 Bukan pengganti cuci tangan

51
52
ALGORITMA
RESUSITASI
NEONATUS IDAI
2013

53
54
Langkah Awal Bayi Bugar

55
Kegiatan-kegiatan yang Menunjang
Pemberian ASI
Pada Bayi Normal
1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
2. Rawat Gabung
3. 24 jam pertama menyusu 8-12 kali, selanjutnya ASI ad lib

56
57
PASTIKAN BAYI TETAP HANGAT

58
Hipotermi
• Termoregulasi  hal utama pada perawatan bayi
• Berbahaya bagi bayi prematur
 Gangguan vasomotor paru  Hipoksia
 Gangguan aliran darah ke  Ketidakseimbangan
otak asam basa
 Hipoglikemi  Hipotensi
 Penumpukan asam laktat  Hipovolemi
 menyebabkan kerusakan
jaringan dan otak
permanen, bahkan
kematian
59
hyperthermia

Moderate hypothermia

60
 Metode kehilangan panas :
1. Evaporasi : Kehilangan panas ke udara di dalam
ruangan melalui kulit atau selaput mukosa (kulit
basah
karena cairan amnion)
2. Konduksi : Terjadi jika BBL diletakkan pada
permukaan
yang dingin dan padat (alas bayi)
3. Radiasi : panas berpindah dari BBL ke benda padat
lainnya tanpa melalui kontak langsung (lemari
besi)
4. Konveksi : Kehilangan panas dari kulit BBL ke
udara yang bergerak (dekat jendela,AC)
61
Mekanisme hilangnya panas

62
MELETAKKAN PADA POSISI YANG BENAR

63
 Posisikan, bersihkan jalan napas  Hanya jika
ada sumbatan jalan nafas yang nyata  Tidak
rutin

Then nose

Penghisapan mulut dan hidung: Mulut - Hidung 64


 Keringkan, merangsang pernapasan dan
meletakkan pada posisi yang benar

65
LANGKAH AWAL BAYI PREMATUR / BERAT
LAHIR < 1500 g  Dibungkus Plastik Transparan
Segera setelah lahir:
• Bayi diletakkan di bawah
radiant warmer dan Kepala
dikeringkan dengan
handuk hangat
• Kepala ditutup dengan
topi, badan langsung
dibungkus dengan plasti

66
67
68
69
Balon dan sungkup resusitasi
Sebelum melakukan resusitasi :
 Pilih sungkup dengan ukuran yang sesuai
 Pastikan jalan napas terbuka
 Posisikan kepala bayi
 Posisikan diri penolong di sisi meja
resusitasi
 Meletakkan posisi sungkup tepat pada
wajah, memantapkan lekatan antara
sungkup dan wajah

70
Bagaimana Cara Memberikan Ventilasi
Tekanan Positif (VTP)

PEEP

71
Dengan Apa Kita Memberikan VTP ??
Balon Mengembang Balon Tidak T-piece resuscitator
Sendiri (BMS) Mengembang Sendiri
(BTMS)

72
73
Breathing

 Frekuensi meremas balon : 40 – 60 x/menit


Pompa … Dua ... Tiga … Pompa … Dua … Tiga
(remas) (lepas……..) (remas) (lepas)

 VTP dihentikan bila :


 Frekuensi jantung meningkat
 Perbaikan warna kulit
 Adanya napas spontan
74
VTP dengan
T Piece resusitator
Lakukan VTP dengan Tekanan puncak
inspirasi 25 sd 30 cmH20
Tekanan akhir ekspirasi 5 CmH2O

75
Bila Dada Tidak Mengembang Saat Ventilasi
Tekanan Positif....
 Perlekatan Sungkup Tidak TepatBocor
 Sumbatan jalan nafas lendir/Darah
 Posisi leher terlalu menunduk / menengadah
 Tekanan Kurang

76
Evaluation-Decision-
Action cycle
Evaluation

Action Decision

77
MENILAI SKOR APGAR
0 1 2

1. Detik jantung - < 100 / mnt  100/mnt

2. Usaha - tangisan lemah tangisan kuat


pernafasan tak teratur

3. Tonus otot lunglai sedang pergerakan


aktif

4. Reflex, atas - menyeringai menangis,


pembersihan batuk, bersin
jalan nafas

5. Warna kulit pucat biru tubuh merah seluruh tubuh


seluruh tubuh extrimitas biru merah

Penilaian pada menit 1, 5, 10, 15, setelah menit 5 distop setelah skor ≥ 7 78
ASFIKSIA PERINATAL:
The term “asphyxia” is derived from
the Greek and means “stopping of the pulse”.

Perinatal asphyxia is a condition characterized by


an impairment of exchange of the respiratory
gases
(oxygen and carbon dioxide) resulting in
hypoxemia
and hypercapnia  Hypoxic-ischemic
encephalopathy
AS 5 minute : ≤ 3
79
Pathophysiology
Secondary energy failure
(maximal 48 hours)
Perinatal Cellular hypoxia
Asphyxia Hyperaemia
Primary energy Cytotoxic oedema
failure Mitochondrial failure
Accumulation of excitotoxins
Primary Apoptosis
neuronal death Nitric oxide synthesis
Free radical damage
Latent Period of 6 hours Cytotoxic actions of activated
microglia
Window of opportunity
 Secondary neuronal death

Encephalopathy and seizures


80
Sarnat staging
Stage 1 (mild) : hyperalertness, hyper-reflexia,
dilated pupils, tachycardia, abscence of seizures
Stage 2 (moderate) : lethargy, hyper-reflexia, miosis,
bradycardia, seizures, hypotonia with weak suck and
Moro
Stage 3 (severe) : stupor, flaccidity, small to
midposition pupils which react poorly to light,
decreased stretch reflexes, hypothermia and absent
Moro

Page  81
82
BAYI SESAK / MERINTIH

83
Evaluasi distres napas
Skor Downe
0 1 2
Frekuensi < 60x/menit 60-80 x/menit >80x/menit
Napas
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis
dengan O2 menetap
walaupun diberi
O2
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu
84
Evaluasi distres napas
Skor Downe

Skor < 4 Gangguan pernapasan ringan


(nasal kanul)
Skor 4 – 5 gangguan pernapasan sedang
(pakai CPAP)
Skor > 6 gangguan pernapasan berat
(pemeriksaan gas darah harus
dilakukan) pakai ventilator

85
PASANG CPAP DENGAN PEEP 7 CM H2O

Face mask

Single nasal prong

86
TAHAP PEMASANGAN NASAL PRONG UNTUK
PEMBERIAN CPAP

87
Tanpa PEEP

Dengan PEEP

88
89
TIMBUL KARENA SEL DARAH MERAH TIDAK TERIKAT CUKUP OKSIGEN 
SATURASI OKSIGEN DALAM DARAH KURANG
90
Oksigen ? Perlukah?
Berapa Banyak? Kapan?

TARGET SATURASI  88 % sd 92 %
BUKAN 100 %!!!!!!
91
NEC RETINOPATI
BPD

TOKSISITAS OKSIGEN TERJADI BILA SATURASI OKSIGEN


DALAM DARAH 100%!!!

SELALU MULAI RESUSITASI NEONATUS DENGAN UDARA


HIRUP FIO2 21%

92
Free Flow Oxygen
Bayi yang dapat bernapas tetapi mengalami sianosis sentral
 free flow oxygen

Resusitasi Selang oksigen di Balon Mengembang Sendiri


mengunakan Neopuff antara telapak Laerdal (dekat, tidak rapat)
(1 cm di atas wajah) tangan seperti Tidak diremas dengan oksigen
≥ 96% (termasuk PEEP) bentuk sungkup 100% dan kecepatan aliran 5
≥ 93% (tidak termasuk (1 cm di atas wajah) L/min (1 cm di atas wajah )
PEEP) ≥ 90% 39-56% 93
Alat yang diperlukan untuk
terapi oksigen secara optimal
Blender oksigen/Pencampuran Oksigen

Oksigen 21%
(udara tekan)

Oksigen 100 %
(oksigen Murni)

94
CAMPURAN UDARA DAN OKSIGEN  INGAT RUMUS 8!!!

95
96
97
Circulation

98
KOMPRESI DADA : DIPERLUKAN 2 ORANG

99
Penekanan : ± 1/3 diameter anterior-posterior dada
100
101
102
103
104
60

105
106
107
Drugs

Berikan epineprin sambil terus melanjutkan


kompresi dada dan ventilasi.
A. Epinefrin :
  kontraksi jantung
 Fase konstriksi perifer   aliran darah ke
arteri koronaria dan ke otak.
 Jalur : melalui endotrakeal atau IV (Vena
Umbilicalis
 Dosis : 0,1 – 0,3 mL/kg larutan 1 : 10.000

(0,01 – 0,03 mg/kg)


 Kecepatan : secepat – cepatnya 108
Drugs

B. NaCl 0,9%
Solusio plasenta
Plasenta previa
Kehilangan darah tali pusat

Syok hipovolemik  pucat, nadi lemah  beri


garam fisiologis 10 mL/kg IV selama 5 – 10
menit.
109
PEMASANGAN KATETER VENA UMBILIKAL…

11

Potong tali pusat menggunakan pisau bedah no. 11

Saat tali pusat dipotong, berikan tekanan ringan pada puntung umbilikal

untuk mengontrol perdarahan 110


PEMASANGAN VENA UMBILICALIS EMERGENSI

• MASUKKAN KATETER 2-4 CM KEDALAM VENA DAN LAKUKAN PENJAHITAN


MELINGKAR DENGAN SILK 3-0
• LEPASKAN IKATAN UMBILIKAL SEGERA SETELAH PROSEDUR SELESAI 
OBSERVASI PERDARAHAN
• CATAT ALIRAN DARAH SAAT MEMBUKA STOPCOCK & SEMPRIT DIASPIRASI
• PADA PREMATUR, KEDALAMAN KATETER <<<
• BILA KATETER DIMASUKKAN TERLALU DALAM DAPAT MERUSAK HEPAR 111
60 Detik ketiga.....!!!

112
… intubasi endotrakeal
Valekula

Trakea Bronkus
utama

Posisi
setengah
tengadah

Epiglotis Esofagus

Potongan saluran napas saat intubasi


113
INTUBASI ENDOTRAKEA…

Cara Pengenceran Dosis


Konsentrasi
Nama Obat Volume Konsentrasi
sediaan
Volume obat pengencer
(NaCl 0,9%)

Morfin 10 mg/mL 0,1 mL 0,9 mL 1 mg/mL 0,1-0,2 mg/kg 0,1-0,2 mL/kg

Sulfas Atropin 250 mcg/mL 0,40 mL 0,60 mL 100 mcg/mL 20 mcg/kg 0,2 mL/kg

Midazolam 1 mg/mL - - 1 mg/mL 0,15-0,3 0,15-0,3


(Dormicum) mg/kg mg/kg
Suxamethonium 50 mg/mL 0,2 mL 0,8 mL 10 mg/mL 3 mg/kg 0,3 mL/kg

Berikan morfin lebih dahulu,tunggu 3-5 menit, lalu berikan sulfas atropin.
1 menit kemudian berikan midazolam/suxamethonium.
114
UKURAN DAUN LARINGOSKOP
Ukuran Usia Gestasi

1 CUKUP BULAN

0 KURANG BULAN

00 BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. 1

No. 0

No. 00
115
UKURAN PIPA ENDOTRAKEA
Berat Badan (g) Usia Gestasi (mgg) Ukuran ETT (mm)

< 1000 < 28 2.5

1000 – 2000 28 - 34 3.0

2000 - 3000 34 - 38 3.5

3000 - 4000 > 38 3.5 – 4.0

116
INTUBASI ENDOTRAKEA…
 Kedalaman pipa endotrakea (intubasi dari mulut)

Jarak ujung bawah pipa endotrakea ke bibir = berat lahir (kg) + 6

Berat Badan (g) Kedalaman ETT (cm)

< 1000 6.5 – 7

1000 – 2000 7–8

2000 - 3000 8–9

3000 - 4000 >9

117
KESALAHAN SAAT INTUBASI ENDOTRAKEA
Masalah Petunjuk Tindakan koreksi

Laringoskop Lidah di sekitar Masukkan daun


kurang dalam daun laringoskop lebih
dalam
118
KESALAHAN SAAT INTUBASI ENDOTRAKEA…
Masalah Petunjuk Tindakan koreksi

Laringoskop terlalu Dinding esofagus di Tarik daun laringoskop


dalam sekitar daun perlahan sampai terlihat
epiglotis dan glotis
119
KESALAHAN SAAT INTUBASI ENDOTRAKEA…
Masalah Petunjuk Tindakan koreksi

Geser daun laringoskop ke


Laringoskop miring ke Bagian glotis terletak tengah dengan perlahan.
satu sisi miring di satu sisi Kemudian masukkan atau
daun cabut, tergantung pada
petunjuk yang terlihat
120
FIKSASI PIPA
ENDOTRAKEA…
Rekatkan plester dimulai
dari sudut bibir sebelah
kanan, melingkari pipa
endotrakea dengan ujung
satunya berada di sudut
bibir sebelah kiri

121
FIKSASI PIPA ENDOTRAKEA…

▫ Ulangi fiksasi dengan cara yang sama pada bibir bawah


122
.... pipa endotrakea
 Tekan pipa endotrakea ke arah langit-langit untuk mencegah
terekstubasi, cek berapa cm kedalaman pipa di bibir

 Cek suara napas di kedua lapang paru dan perhatikan


kembang dada

 Potong pipa endotrakea  4 cm di atas bibir kemudian


dihubungkan ke connector

 Pasang pipa orogastrik untuk dekompresi lambung

123
BILA TIDAK BISA / KOMPETEN INTUBASI  PASANG
LARYNGEAL MASK (LMA)

124
VTP Dilakukan Lebih dari 2 Menit
- Pasang Sonde Lambung
• Ukuran sonde 5 Fr – BB < 2000 g
Ukuran sonde 8 Fr – BB > 2000 g
 Mengukur jarak dari
nasal bridge – ujung
bawah daun telinga – titik
pertengahan antara
processus xyphoideus dan
umbilikus.

125
Resusitasi Upayakan Bayi

Temperature

Airway Warm

Breathing

Sweet Pink
Circulation

Drugs
126
PENANGANAN NEONATUS

ABCD STABLE

Resusitasi Stabilisasi

127
• Target gula darah: 50-110 mg/dL
Sugar • Skrining gula darah dilakukan sebelum usia 1 jam terutama pada
bayi berisiko (KMK, premature, bayi sakit, ibu DM)

• Target suhu tubuh: 36.5-37.50C (Aksila)


Temperature • Khusus untuk bayi <1500 g, gunakan pembungkus plastic
transparan

• Target SpO2 88-92% dan tidak ada peningkatan usaha napas


Airway • Gunakan CPAP / Intubasi (jika perlu)

• Pastikan sirkulasi baik (frekuensi nadi 120-160 x/menit, capillary


Blood pressure refill time ≤ 3 detik, pulsasi radialis kuat) dan ukur tekanan darah
jika diperlukan (MAP: usia gestasi ± 5 mmHg)

Laboratory work • Darah perifer lengkap, analisis gas darah, septic work up (jika perlu)

Emotional • Jelaskan kondisi bayi dan tata laksana yang dilakukan kepada orang
tua, beri dukungan emosi jika perlu
support 128
Transportasi bayi
 Transportasi bayi yang
membutuhkan CPAP
dini di kamar bersalin
 menggunakan ETT
yang dimasukkan ke
lubang hidung sebatas
garis hitam (± 2 cm),
dipotong ± 5 cm dan
dihubungkan ke T-
piece resuscitator
129
CPAP dengan single nasal prong

130
131
Profilaksis Perdarahan Bayi Baru
Lahir & Pemberian Imunisasi
Hepatitis B

 Segera diberikan setelah bayi STABLE


 Vitamin K1 injeksi 1 mg IM (paha kiri)
(dalam 6 jam pertama)
 Vaksin Hepatitis B 0,5 ml IM (paha
kanan)

132
Pencegahan Infeksi Pada Mata
(Neonatal Conjunctivitis)
Setiap Bayi lahir perVaginam:
 Bersihkan kedua kelopak mata dengan kapas /
kassa steril
 Berikan dlm waktu 1 jam pertama lahir: salep
mata tetracycline 1% atau erythromycin 0.5%
atau tetes mata Silver nitrate 1%. (Single dose)
 Pastikan salep merata di konjungtiva.

133
Ibu dengan HBsAg +
 Berikan Hepatitis B immune globulin (HBIG) 0.5 mL
I.M dan vaksin Hepatitis B dalam 12 jam pertama.
Kemudian vaksin HB usia 1 bulan, dan 6 bulan. Pada
bayi premature < 2 kg diberikan lagi 3 dosis tambahan
vaksin HB mulai usia 1 bulan.
 Pemberian ASI dapat dilakukan.
 Periksa HBsAg dan anti HBc-IgM usia 6 bulan.

134
Ibu dengan HIV +
 Berikan Zidovudin dalam 12 jam pertama, lanjutkan
selama 6 minggu
 Berikan ASI Eksklusif 6 bulan (WHO) atau diberikan
susu formula sesuai AFASS (affordable/terjangkau,
feasible/mampu laksana, acceptable/dapat diterima,
sustainable/berkesinambungan dan safe/aman)

135
136
PEMERIKSAAN FISIK BBL
 Neonatus dalam keadaan stabil
 Dilakukan dalam 24 jam pertama
 Lakukan pemeriksaan auskultasi (jantung dan Paru)
lebih dulu.  Hangatkan lebih dulu stetoskop.
 Keadaan Umum
 Keaktifan / kesadaran:
 Aktif, sehat : ekstremitas fleksi, tungkai &
lengan aktif simetris
 Lethargis , Koma.
 Tangisan bayi : kuat, lemah, merintih, melengking
 Warna kulit: Plethora, jaundice, pallor, cyanosis
 Kelainan kongenital
137
Tanda Vital
Suhu
 Dilakukan pada Aksila (0,5 - 10C < oral)
 Normal core temperature 36,5 – 37,5oC
 Hipotermi ringan 36 – 36,4oC
 Hipotermi sedang 32 – 360 C
 Hipotermi berat < 32oC
 Hipertermi > 37,50C

138
• Respirasi
 Frekuensi pernapasan: 40 – 60 x/mnt
 Hitung 1 menit penuh
 Apnea (henti napas): > 20 detik atau
berhenti nafas > 10 detik disertai
desaturasi oksigen atau bradikardia
(<100x/m)
 Periodic breathing (≥ 3 episode apnea > 3
detik dalam 20 detik periode respirasi
normal) 139
• Denyut nadi/ jantung
 Normal: 100-180 x/m
 120 – 160 x/mnt  bangun
 70-80 x/m  tidur
 Dalam penanganan resusitasi BBL :
 Hitung dalam 6 detik  hasil di x 10 =
…. x/mnt

140
141
Tekanan Darah
 Sesuai usia gestasi, usia kronologis, dan berat lahir.
 MAP: usia gestasi ± 5 mmHg

142
Pulse Oximetry (Saturasi Oksigen)
 Normal: 88-92%
 Skrining kelainan jantung kongenital

143
BL, PL, LK, Usia kehamilan
 Berat Lahir
N: 2500 - 4000 gram
 Panjang Lahir
N: 48-52 cm
 Lingkar Kepala
Fronto-oksipital N: 32-37 cm
 Usia Kehamilan (New Ballard Score)
144
Kulit …….Pemeriksaan Fisik

– Warna (Pletora, jaundice, pallor, excessive


pigmentation, cyanosis, ecchymoses,
harlequin sign, cutis marmorata /mottling,
lanugo, vernix caseosa, dll)
– Rashes (Milia, sebaceous hyperplasia,
erythema toxicum, candida albicans rash,
dll)
– Nevi (nevus simplex, port-wine stain,
Mongolian spots, strawberry hemangioma,
dll)
145
Ikterus

146
IKTERUS KLINIS …….Pemeriksaan Fisik
 60% dari neonatus
 Ikterus yang nyata: Bilirubin serum > 5 mg/ dl
Kramer I : Muka – dada
Kramer II:Dada – pusat
Kramer III: Lengan atas – siku,
pusat – lutut
Kramer IV : siku –pergelangan
tgn,lutut-pergela
ngan kaki
Kramer V : sampai telapak tgn
dan kaki

Perkiraan klinis  David Morley :


- Kepala : 5% - Paha : 18%
- Dada : 10% - Telapak kaki : 20%
- Perut : 15%
147
Lanugo

148
Kulit terkelupas (normal)

149
Eritema toksikum

150
Milia

151
Petechiae

152
Mongolian spot

153
…….Pemeriksaan Fisik
Gizi

– Dinilai dari BB, PB, kerut kulit, ketegangan


kulit
– Menentukan umur kehamilan (New Ballard
score) : KB, CB, LB
– BMK, SMK, KMK

154
155
New Ballard Score

156
BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Bayi Kurang Bulan Bayi Cukup Bulan

Bayi Lebih Bulan

157
Kehamilan 32 minggu: Kehamilan 36 minggu-matur:
peningkatan kartilago daun telinga kaku, lengkung
lengkung luar daun telinga terbentuk baik

158
Payudara

Kehamilan 28 minggu :
Tdk ada jaringan payudara
Areola samar

Kehamilan 32 minggu:
areola terlihat,
jaringan payudara kecil

36 weeks gestation
Kehamilan 36 minggu: :
well-defined
areola terlihatareola,
baik,
breastpayudara
nodul nodule

159
Genitalia perempuan
Kehamilan 32 minggu: Kehamilan 36 minggu-matur:
Deposit lemak pada labia mayora hampir menutupi
labia mayora meningkat labia minora

Prematur Matur

160
Genitalia – Laki-laki

Kehamilan 28 minggu : Kehamilan 36 minggu-matur:


Testis masih tinggi di testis sudah turun, pigmentasi
scrotum skrotum meningkat

161
Garis telapak kaki
Kehamilan 36 minggu-matur:
Kehamilan 32 minggu : rajah pada hampir seluruh telapak
Rajah < 1/3 anterior kaki

162
163
Kepala …….Pemeriksaan Fisik
– Bentuk Kepala: Moulage : tulang parietal berhimpitan
dengan tulang oksipital dan frontal  normal,
Plagiocephaly, Brachycephaly, Anencephaly, acrocephaly,
Dolichocephaly/scaphocephaly.
– LK : normal 32 – 37 cm
Makrosefali, Mikrosefali
– UU anterior dan posterior: anterior: datar / cekung /
cembung. Diameter (anterior: 0,6-3,6 cm; post 0.5 cm),
anterior: menutup usia 2 tahun(rata2: 13 bulan), posterior:
menutup usia 2 bulan.
– Trauma kepala :
 laserasi – fraktur, perdarahan intra kranial

 Caput susedaneum

 Sefal hematom 164


Lingkar kepala

165
Trauma Kepala
Kaput Suksedaneum Hematoma sefal

Perdarahan subgaleal dengan fraktur tengkorak

166
Caput succedaneum

167
Caput
succedaneum

24 - 48 jam

168
168
Cephal Hematom

169
Subgaleal hematom

170
170
Perbedaan caput, cephal, subgaleal
Caput Cephal Subgaleal
Definisi Edema kulit Peradarahan Perdarahan
kepala subperiosteal subaponeurosis
Konsistensi Lunak Lunak Lunak
Fluktuasi – + +
Batas Tidak tegas Tegas Tidak tegas
Menyeberangi + - +
sutura
Timbul pada Hari 1st Hari 2nd Persalinan dgn
Hilang pada Beberapa hari 2-3 minggu alat
Anemia, Syok, anemia,
ikterus ikterus 171
171
Lesi Pembengkak ↑ setelah Melintasi ↑↑↑ke-
an eksternal lahir garis hilangan
sutura darah
akut

Caput Lunak tidak ya tidak


succedaneum

Hematoma Padat, ya tidak tidak


sefal tegang
Hematoma Padat, berair ya ya ya
subgaleal
172
Kulit Caput Hematoma sefal
Epicranial
aponeuroses Perdarahan subgaleal
Perdarahan
extradural
Periosteum

Tengkorak

Dura

173
Overlapping sutura &
Molding

174
174
175
Bentuk kepala

Skaposefali Brakisefali Trigonosefali

176
Transiluminasi

177
Transiluminasi positif
 Hidrosefalus
 Hidranensefali
 Cairan subdural
 Efusi subdural
 Atrofi otak
 Kista porensefali

178
…….Pemeriksaan Fisik

Wajah
– Low set ears (melotia)
– Micrognathia
– hypertelorism
– Mongoloid face
– Kelumpuhan n. cranialis (trauma
persalinan)

179
Mata …….Pemeriksaan Fisik
– Pemeriksaan sulit
– Leukocoria: Katarak Kongenital, Glaucoma,
retinoblastoma, retinal detachment, peter
anomaly
– Sekret mata : pus – darah (Gonoblenorrhoe)
– Trauma persalinan : perdarahan
subkonjungtiva
– Ikterus
– Anemia

180
Red reflex, katarak, blue sclera, subconjunctival
hemorrhage, konjungtivitis

181
181
Perdarahan
subkonjungtiva

Injeksi
konjungtiva

182
182
Leher
 Short neck
 Webbed neck
 Brachial cleft cysts
 Cystic hygroma
 Goiter
 Thyroglossal duct cyst
 Torticollis

183
Telinga …….Pemeriksaan Fisik

Cukup bulan : bentuk tulang rawan cukup


Kelainan kongenital : sinus (lubang kecil di depan
telinga)
Telinga bernanah ?

 Low set ears (Treacher Collins, triploidi,


trisomi 9, trisomi 18, trisomi 21)
 Preaurikular skin tag
 Hairy ears
 Anotia, Microtia, Macrotia, Lop ear, Satyr
ear 184
Skin tag

Low set ears


185
185
…….Pemeriksaan Fisik
Hidung
– Pernapasan cuping hidung
– Sekret hidung
– Atresia koanae
– Dislocated nasal
septum

186

186
Mulut
 Labiopalatoskizis
 Tongue-tie
 Ranula, Epstein’s pearls
 Mucocele
 Natal teeth
 Makroglosia
 Oral thrush
 Hipersalivasi/saliva berbuih
187
Labiopalatoskizis

188
Ankiloglosia/tongue-tie

Setelah frenotomi

189
189
Makroglosia
Epstein’s pearls

190
Natal teeth

191
…….Pemeriksaan Fisik
Dada
Inspeksi
–Bentuk: simetri/asimetris: pectus
excavatum, pectus carinatum, barrel
chest, prominence or the xiphoid
process
–Retraksi
–Areola mama, jaringan mama  umur
kehamilan
–Supernumary nipples : puting susu >>
192
…….Pemeriksaan Fisik

Palpasi
– Klavikula  Fraktur
– Iktus Kordis  kiri
– Dextrocardia  kanan

Perkusi
– Biasanya tidak dilakukan

193
…….Pemeriksaan Fisik
Auskultasi
– Bising jantung +/-
– Grunting, stridor, horseness, weak cry,
Hiccups
– Suara pernapasan bronkovesikuler
Ronchi  aspirasi mekoneum
- / unequal  pneumothoraks, atelectasis
Bising usus di daerah dada  Hernia
diafragmatika

194
Asimetris dada

Pneumotoraks kiri Fraktur klavikula kiri


195
Pektus ekskavatum

196
Retraksi

197
Supernumary nipple

198
Abdomen …….Pemeriksaan Fisik
– Perut datar /cekung (scaphoid abdomen) : Hernia
diafragmatika
 Buncit :
–Hepatosplenomegali
–Tumor
–Cairan
 Kembung : ileus, NEC
– Defek: omfalokel, Gastroskisis, exstrophy bladder
– Diastasis rectus abdominis; Prune belly syndrome
– Bising usus : +/-
– Palpasi: distention, tenderness, or masses
H : 1-2 cm bac L : S1
– Tanda-tanda infeksi tali pusat
199
Omphalocele

200
Gastroschisis

201
Perbedaan omfalokel & gastroschizis
Omfalokel Gastroschizis

Definisi Herniasi isi abdomen Defek muskulus


pada umbilikus rektus abdominis

Lokasi Di tengah umbilikus Di samping umbilikus

Selaput / + -
peritoneum

202
Umbilikus normal

203
Meconium staining
204
Hernia umbilikalis

205
Genetalia Eksterna…….Pemeriksaan Fisik

Perempuan
– NCB : labium minora tertutup labium mayora
– Lubang uretra
– Lubang vagina
– Kadang sekret + darah dari vagina
(withdrawal bleeding)

206
Laki-laki …….Pemeriksaan Fisik
– Penis panjang 3-4cm, lebar 1-1,3cm,
< : mikropenis
– Fimosis
– Hipospadia/Epispadia
– Testis
 NCB : sudah turun ke skrotum

 Kriptorkismus : testis belum turun ke


skrotum
 Undescensus testis, testis –

– Skrotum : Hidrokel, Hernia


– Hermaprodit
207
Normal

Hipospadias Epispadias

208
208
Torsi testis akut

209
Hidrokel

210
Normal

211
Genitalia ambigus

212
…….Pemeriksaan Fisik

Anus
– Mekoneum keluar 24 jam
Bila >
 Meconeum plug syndrome

 Megacolon

 Hirschprung dis

 Obstruksi sal. cerna

– Atresia ani
– Fistula rektovaginal
– Mekoneum keluar in utero, pada bayi letak kepala 
salah satu tanda gawat janin
213
Atresia ani

214
…….Pemeriksaan Fisik

Tulang Belakang
– Posisi tengkurap
– Raba sepanjang tulang belakang
– Kelainan
 Meningokel

 Spinabifida

215
Myelomeningokel

216
Myelomeningokel

217
Ekstremitas …….Pemeriksaan Fisik
– Normal : posisi fleksi simetris
– Asimetris
 Erb’s paralyse (sungsang, besar, macet bahu)
 Fraktur klavikula
– Congenital Talipes Equinovarus/Valgus (CTEV)
– Polidaktili
– Sindaktili
– Rajah tangan : simean line (Mongoloid)
– Rajah kaki
 NCB  penuh
 NKB  <
– Kuku : serotinus (lebih bln) kuku panjang-panjang
218
Deformitas Kaki (posisi intra uteri)

219
219
CTEV

220
Klinodaktili

221
Polidaktili

222
Simian crease

223
…….Pemeriksaan Fisik

Refleks
 Refleks oral :
– Reflex hisap
– Reflex menelan
– Rooting reflex : mencari benda yang diletakkan
di sekitar mulut kemudian menghisapnya
 Refleks moro
 Refleks tonic neck
 Refleks withdrawl
 Refleks plantar grasp
224
Refleks tonik

memutar kepala ke satu sisi dan disertai gerakan


lengan memegang pada sisi yang sama

225
Sistem saraf
 Tonus otot: hipo/hipertoni
 Refleks: rooting, glabellar, grasp, neck-righting, moro
 N. Kranialis
 Pergerakan
 N.perifer: Erb-Duchene paralisis, Klumpke’s paralisis
 Kejang

226
Parese N.VII

227
Erb’s paralisis

228
Perbedaan Erb’s & Klumpke paralisis

Erb’s Klumpke
Etiologi Kelumpuhan C5-6 Kelumpuhan C7-T1
Klinis Lengan atas Lengan bawah
aduksi, rotasi paralisis,
internal, refleks pergelangan tangan
Moro asimetris, tidak dapat
refleks digerakkan, refleks
mengenggam + menggenggam -

229
Rooting reflex :
bila disentuh pipi
nya akan menoleh
kearah akan
diberikan minum
dan siap untuk
menghisap

230
Sucking reflex :
Refleks menghisap :
bila diletakkan
sebuah benda di
mulut bayi, secara
alami sudah siap
untuk menghisap

231
Moro Reflex
(Refleks terkejut) :
menggerakkan
tangan dan kakinya
tiba tiba bila ia
terkejut, biasanya
disertai dengan
menangis

232
Grasping Reflex
Refleks memegang :
memegang dengan
erat sesuatu benda
yang diletakkan
pada telapak
tangannya

233
Stepping Reflex
Refleks melangkah :
kaki bayi mencoba
melangkah bila
ditegakkan atau bila
kakinya disentuhkan
pada permukaan
yang keras

234
Bayi normal, kepala terangkat hampir paralel dengan
badan yang terangkat, & semua anggota gerak fleksi

235
Horizontal
suspension

236
Suspensi horisontal pada bayi normal, kepala diangkat
bergantian dengan fleksi anggota gerak utk menahan
gaya berat

237
Suspensi vertikal pd bayi normal,
kepala tetap berada di garis tengah,
fleksi pada semua anggota gerak
untuk menahan gaya berat

238
Vertical suspension

239
Erb’s Paralyse

240
241
Pemeriksaan waktu pulang
 Yakinkan tidak ada kelainan kongenital yg belum
diketahui
 Keadaan umum baik
 Minum baik, pemberian ASI baik dan benar
 Tidak ada kelainan

242
KESIMPULAN

Penanganan bayi baru lahir dengan


cepat dan benar

menurunkan angka kematian bayi


mencapai tumbuh kembang optimal

243
244

Anda mungkin juga menyukai