Anda di halaman 1dari 19

RESUME LOGIKA

DAN
SILOGISME PADA SURAT AN-NISA’(4) : 124 DAN SURAT AL-ISRA’(17) : 81

A. INFERENSI LANGSUNG
Inferensi adalah suatu proses penarikan konklusi dari satu atau lebih proposisi. Ada
dua cara yang biasa ditempuh dalam inferensi, yaitu inferensi deduktif dan inferensi
induktif. Inferensi ldeduktif terdiri dari atas inferensi lansung dan inferensi tidak
langsung (inferensi silogistik).
Inferensi langsung adalah penarikan konklusi hanya dari sebuah premis (proposisi
yang digunakan untuk penarikan konklusi). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas
dari premisnya. Ada lima jenis penalaran langsung yaitu: inversi, konversi, obverse,
kontraposisi, dan oposisi.
a. Inversi
Inversi adalah penalaran langsung dengan cara menegasikan subyek proposisi
premis dan menegasikan atau tidak menegasikan predikat proposisi premis. Inversi
lengkap yaitu menegasikan baik subjek maupun predikat proposisi premis.
Sedangkan inversi sebagian adalah menegasikan subjek proposisi premis, sedangkan
predikatnya tidak dinegasikan.
Ketentuan-ketentuannya:
Untuk memperoleh inversi lengkap negasikan subjek dan predikat invertend, lalu
ubah pembilang subjek dari universal menjadi partikuler.
Untuk memperoleh inverse sebagian, negasikan subjek invertend, sedangkan
predikatnya tetap dipertahankan, lalu ubahlah pembilang subjek dari universal
menjadi partikuler.
Contoh:
1. Inversi Proposisi A
Inversi lengkap :
Invertend : - Semua filsuf adalah manusia. (A)
- Semua ulama adalah manusia. (A)
Inverse : - Sebagian bukan-filsuf adalah bukan-manusia. (I)

1
- Sebagian bukan-ulama adalah bukan-manusia. (I)
Inverse sebagian :
Invertend : - Semua filsuf adalah manusia. (A)
- Semua ulama adalah manusia. (A)
Inversi : - Sebagian bukan-filsuf adalah manusia. (I)
- Sebagian bukan-ulama adalah manusia. (I)
2. Inversi Proposisi E
Inversi lengkap :
Invertend : - Semua filsuf bukan kera. (E)
- Semua ulama bukan kera. (E)
Inverse : - Sebagian bukan-filsuf bukan bukan-kera. (O)
- Sebagian bukan-ulama bukan bukan-kera. (O)
Inversi Sebagian :
Invertend : - Semua filsuf bukan kera. (E)
- Semua ulama bukan kera. (E)
Inverse : - Sebagian bukan-filsuf bukan kera. (O)
- Sebagian bukan-ulama bukan kera. (O)
b. Konversi
Konversi adalah jenis penarikan konklusi secara langsung dengan
membalikkan atau mempertukarkan term predikat menjadi term subjek, dan term
subjek menjadi term predikat.
Agar konklusi benar, perhatikan ketentuan-ketentuan berikut:
Jika proposisi A dikonversikan, maka hasilnya ialah proposisi I.
Jika proposisi E dikonversikan, maka hasilnya tetap proposisi E.
Jika proposisi I dikonversikan, maka hasilnya tetap proposisinya I.
Proposisi O tidak dapat dikonversikan.

Contoh:

2
1) Konversi Proposisi A
Premis : - Semua filsuf adalah manusia. (A)
- Semua nabi adalah manusia. (A)
Konklusi : - Sebagian manusia adalah filsuf. (I)
- Sebagian manusia adalah nabi. (I)
2) Konversi Proposisi E
Premis : - Tak seorang pun filsuf adalah kera. (E)
- Tak seorang pun nabi adalah kera. (E)
Konklusi : - Tak satu pun kera adalah filsuf. (E)
- Tak satu pun kera adalah nabi. (E)
3) Konversi Proposisi I
Premis : - Beberapa anggota ABRI adalah sarjana. (I)
- Beberapa kyai adalah lulusan PT. (I)
Konklusi : - Beberapa sarjana adalah anggota ABRI. (I)
- Beberapa lulusan PT adalah kyai. (I)
4) Konversi Proposisi O : Tidak dapat dikonversikan.

c. Obversi
Obversi adalah penalaran langsung yang konklusinya menunjukkan
perubahan kualitas proposisi walaupun maknanyatetap dan tidak boleh berubah.
Adapun kuantitas obvertend (proposisi yang menjadi premis) dan obverse (proposisi
yang menjadi konklusi) juga harus tetap sama. Proses yang harus ditempuh untuk
melakukan obversi sebagai berikut:
1) Jika proposisi premis afirmatif, ubah menjadi negative, dan jika proposisi premis
negative, ubah menjadi afirmatif.
2) Negasikan term predikatnya, dan ketentuan berikut:
Jika proposisi A diobversikan, hasilnya akan menjadi proposisi E;
Jika proposisi E diobversikan, hasilnya akan menjadi proposisi A;
Jika proposisi I diobversikan, hasilnya akan menjadi proposisi O;
Jika proposisi O dioversikan, hasilnya akan menjadi proposisi I.
Contoh:

3
1. Obversi Proposisi A
Premis : - Semua presiden adalah manusia. (A)
- Semua santri adalah manusia. (A)

Konklusi : - Semua presiden bukan bukan-manusia. (E)


- Semua santri bukan bukan-manusia. (E)
2. Obversi Proposisi E
Premis : - Semua serigala bukan manusia. (E)
- Semua kucing bukan ustadz. (E)
Koklusi : - Semua serigala adalah bukan-manusia. (A)
- Semua kucing adalah bukan-ustadz. (A)
3. Obversi Proposisi I
Premis : - Sebagian manusia adalah pemikir. (I)
- Sebagian kyai adalah artis. (I)
Konklusi : - Sebagian manusia bukan bukan-pemikir. (O)
- Sebagian kyai bukan bukan-artis. (O)
4. Obversi Proposisi O
Premis : - Sebagian manusia bukan pelawak. (O)
- Sebagian kyai bukan perokok. (O)
Konklusi : - Sebagian manusia adalah bukan-pelawak. (I)
- Sebagian kyai adalah bukan-perokok. (I)

d. Kontraposisi
Kontraposisi adalah penarikan konklusi secara langsung dengan jalan
menukar posisi sebjek dan predikat yang telah dinegasikan terlebih dahulu.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalah kontraposisi adalah
sebagai berikut:
1. Negasikanlah termsubjek dan term predikatnya.
2. Konversikanlah term subjek dan term predikat yang telah dinegasikan itu.
Dan berikut ketentuannya:
Proposisi A dapat dikontraposisikan.

4
Proposisi E tidak dapat dikontraposisikan.
Proposisi I tidak dapat dikontraposisikan.
Proposisi O dapat dikontraposisikan.

Contoh:
1. Kontraposisi Proposisi A
Premis : - Semua filsuf adalah manusia.
- Semua kyai adalah manusia.
Konklusi : - Semua bukan-manusia adalah bukan-filsuf.
- Semua bukan-manusia adalah bukan-filsuf.
2. Kontraposisi Proposisi E
Tidak dapat dikontraposisikan.
3. Kontraposisi Proposisi I
Tidak dapat dikontraposisikan.
4. Kontraposisi Proposisi O
Premis : - Sebagian demonstran bukan mahasiswa.
- Sebagian ahli hadis bukan guru.
Konklusi : - Sebagian bukan-mahasiswa bukan bukan-demonstran.
- Sebagian bukan-guru bukan bukan-ahli hadis.

e. Oposisi
Oposisi adalah penalaran langsung yang proposisi konklusinya merupakan
oposisi dari proposisi premis dengan term subjek dan predikat yang sama. Hubungan
antara proposisi A-E-I-O mengandung empat jenis oposisi:
Kontrari menunjukkan oposisi antar proposisi A dan E
Subkontrari menunjukkan oposisi antara proposisi I dan O
Subalternasi menunjukkan antara proposisi A dan I, dan antara proposisi
E dan O
Kotrdiktori menunjukkan oposisi antar proposisi A dan O, dan antara proposisi E
dan I.
Semua pendidik adalah guru Semua pendidik bukan guru
Kontrari

5
A E

Subalternasi Kontradiktori Subalternasi

I O
Subkontrari
Sebagian pendidik adalah guru Sebagian pendidik bukan guru

B. SILOGISME HIPOTETIS
Silogisme hipotetis adalah silogisme yang proposisi pertamanya merupakan
proposisi hipotetis. Proposisi hipotetis adalah proposisi yang terdiri atas bagian-bagian
yang satu sama lainnya memiliki hubungan yang bersifat saling bergantung,
bertentangan, atau, memiliki kesamaan; oleh karena itu, proposisi hipotetis tidak terdiri
dari atas subjek dan predikat yang dihubungkan oleh kopula.
Proposisi hipotetis dapat dibedakan menjadi aats tiga jenis, yaitu proposisi
kondisional, proposisi disjungtif, dan proposisi, konjungtif. Proposisi kondisonal adalah
proposisi yang terdiri dari dua bagian yang digandengkan dengan menggunakan kata-
kata:”Apabila …..maka….” boleh juga menggunakan kata-kata:”jikalau/jika….maka…”.
Proposisi yang diawali dengan kata “Jika/Jikalau/Apabila” disebut anteseden, sedangkan
yang diawali dengan kata “Maka” disebut konsekuen. Proposisi disjungtif adalah
proposisi yang subjekn atau predikatnya terdiri dari bagian-bagian yang saling
menyisihkan. Contoh “Anda atau saya yang benar.” Proposisi konjungtif adalah
proposisi yang memilki dua predikat yang biasanya dihubungkan oleh kata “dan” yang
tidak mungkin benar dalam waktu yang bersamaan jika dikenakan kepada subjek yang
sama.
Ketiga proposisi tadi membentuk silogisme hipotetis berikut ini:
a. Silogisme Kondisional
Silogisme kondisional adalah silogisme yang memiliki premis mayor
kondisional. Silogisme dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
1) Silogisme kondisional yang memiliki relasi kausal satu arah

6
2) Silogisme kondisional yang memiliki relasi kausal dua arah
3) Silogisme kondisional yang memiliki relasi kausal probabilitas.
b. Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang memiliki premis mayor dalam
bentuk proposisi disjungtif. Premis mayor silogisme disjungtif terdiri dari atas
anteseden dan konsekuen. Anteseden terletak di ddepan kata “atau”, sedang
konsekuen terletak di belakang kaata “atau”. Rumus p v q (dibaca: p atau q).
Contoh : John Brown adalah seorang professor matematika atau penerbang
pesawat terbang.
Anteseden : John Brown adalah seorang professor matematika.
Konsekuen : John Brown adalah seorang penerbang pesawat terbang.
Silogisme disjungtif dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Silogisme disjungtif eksklusif
2) Silogisme disjungtif noneksklusif
3) Silogisme disjungtif alternatif
c. Silogisme Konjungtif
Silogisme konjungtif adalah silogisme yang memilki premis mayor dalam
bentuk proposisi konjungtif. Rumus p Λ q (dibaca: p dan q).
Silogisme kojungtif dibagi menjadi dua yaitu :
1. Silogisme kojungtif- kontraris
2. Silogisme konjungtif-kontradiktif

CONTOH-CONTOH SLOGISME HIPOTETIS

A. Q.S. An Nisaa ayat 124

ْ‫ونْال َجنَّ ْةَْ َو َْل‬


َْ ُ‫تْ ِمنْْذَكَرْْأَوْْأُنثَىْ َو ُه َْوْ ُمؤ ِمنْْ ْفَأُولَئِْكَْْيَد ُخل‬
ِْ ‫صا ِل َحا‬ َْ ‫َو َمنْْيَع َملْْ ِم‬
َّ ‫نْال‬
ْ ْ)124(ْ‫يرا‬ َْ ‫يُظلَ ُم‬
ً ‫ونْنَ ِق‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia
orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya
walau sedikitpun.”
B. Q.S. Al Israa ayat 81

7
)81(ْ‫َانْ َْز ُهوقًا‬
َْ ‫اط َْلْك‬ َّْ ِ‫اط ُْلْإ‬
ِ َ‫نْالب‬ َْ ‫َوقُلْْ َجا َْءْال َحقْْ َو َز َه‬
ِ َ‫قْالب‬
“Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap." Sesungguhnya
yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.”

1. Silogisme Kondisional
a. Silogisme kondisional yang memiliki relasi kausal satu arah
Rumus = p q (dibaca : Jika p, maka q).
Contoh :
Modus I
pq
p
.. q
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Jika siapa pun yang mengerjakan amal-amal saleh dan beriman, maka
mereka akan masuk surga.
- Ternyata mereka mengerjakan amal-amal saleh dan beriman.
- Jadi, mereka akan masuk surga.

 Q.S. Al Israa ayat 81


- Jika kebenaran telah datang, maka kebatilan telah lenyap.
- Ternyata kebenaran telah datang.
- Jadi, kebatilan telah lenyap.
*Modus I ini sahih karena memenuhi ketentuan silogisme kondisional yang
memiliki relasi kausal satu arah.
Modus II
pq
q
.. -
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Jika siapa pun yang mengerjakan amal-amal saleh dan beriman, maka
mereka akan masuk surga.
- Ternyata mereka akan masuk surga.
 Q.S. Al Israa ayat 81

8
- Jika kebenaran telah datang, maka kebatilan telah lenyap.
- Ternyata kebatilan telah lenyap.
*Modus II ini tidak sahih karena walaupun konsekuennya benar, tidak mutlak
antesedennya benar sebab kebenaran konsekuen itu bisa terjadi oleh sebab-
sebab lainnya.
Modus III
pq
-p
.. -p
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Jika siapa pun yang mengerjakan amal-amal saleh dan beriman, maka
mereka akan masuk surga.
- Ternyata siapa pun tidak mengerjakan amal-amal saleh dan beriman.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Jika kebenaran telah datang, maka kebatilan telah lenyap.
- Ternyata kebenaran tidak datang.
*Modus III ini tidak sahih karena apabila antesedennya salah, tentu saja
konsekuennya pun salah.
Modus IV
pq
-q
.. -p
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Jika siapa pun yang mengerjakan amal-amal saleh dan beriman, maka
mereka akan masuk surga.
- Ternyata mereka tidak akan masuk surga.
- Jadi, siapa pun tidak mengerjakan amal-amal saleh dan beriman.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Jika kebenaran telah datang, maka kebatilan telah lenyap.
- Ternyata kebatilan tidak telah lenyap.
- Jadi, kebenaran tidak telah datang.
*Modus I ini sahih karena memenuhi ketentuan silogisme kondisional yang
memiliki relasi kausal satu arah.

9
b. Silogisme kondisional yang memiliki relasi kausal dua arah (timbal balik)
Rumus = p q (dibaca : Jika dan hanya jika p, maka q).
*Keempat modus pada silogisme ini sahih kerena memenuhi ketentuan berikut:
1. Apabila anteseden benar, konsekuen pun benar.
2. Apabila konsekuen benar, anteseden pun benar.
3. Apabila anteseden dinegasi, konsekuen pun dinegasi agar konklusi benar.
4. Apabila konsekuen dinegasi, anteseden pun dinegasi agar konklusi benar.
Contoh :
Modus I
pq
p
.. p
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Jika mereka masuk surga, maka mereka pun tidak dianiaya.
- Ternyata mereka masuk surga.
- Jadi, mereka pun tidak dianiaya.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Jika kebenaran telah datang, maka kebatilan pun telah lenyap.
- Ternyata kebenaran telah datang.
- Jadi, kebatilan pun telah lenyap.
Modus II
pq
q
.. p
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Jika mereka masuk surga, maka mereka pun tidak dianiaya.
- Ternyata mereka memang tidak dianiaya.
- Jadi, mereka masuk surga.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Jika kebenaran telah datang, maka kebatilan pun telah lenyap.
- Ternyata kebenaran memang telah datang.
- Jadi, kebenaran telah datang.
Modus III

10
pq
-p
.. -q
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Jika mereka masuk surga, maka mereka pun tidak dianiaya.
- Ternyata mereka tidak masuk surga.
- Jadi, mereka pun tidak tidak dianiaya. (dianiaya)
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Jika kebenaran telah datang, maka kebatilan pun telah lenyap.
- Ternyata kebenaran tidak telah datang.
- Jadi, kebatilan pun tidak telah lenyap.
Modus IV
pq
-q
.. -p
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Jika mereka masuk surga, maka mereka pun tidak dianiaya.
- Ternyata mereka tidak tidak dianiaya.
- Jadi, mereka tidak masuk surga.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Jika kebenaran telah datang, maka kebatilan pun telah lenyap.
- Ternyata kebatilan tidak telah lenyap.
- Jadi, kebenaran tidak telah datang.
2. Silogisme Disjungtif
Rumus = p v q (dibaca : p atau q)
a. Silogisme disjungtif eksklusif
Modus I
pvq
p
-q
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Mereka itu masuk surga atau dianiaya.
- Ternyata mereka masuk surga.
- Jadi, mereka itu tidak dianiaya.

11
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Kebenaran itu benar atau batil
- Ternyata kebenaran itu ada.
- Jadi, kebatilan itu tidak ada/lenyap.
Modus II
pvq
q
-p
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Mereka itu masuk surga atau dianiaya.
- Ternyata mereka dianiaya.
- Jadi, mereka itu tidak masuk surga.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Kebenaran itu ada atau kebatilan itu lenyap.
- Ternyata kebatilan itu lenyap.
- Jadi, kebenaran itu tidak lenyap.
Modus III
pvq
-p
-

 Q.S. An Nisaa ayat 124


- Mereka itu masuk surga atau dianiaya.
- Ternyata mereka itu tidak masuk surga.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Kebenaran itu ada atau kebatilan itu lenyap.
- Ternyata kebenaran itu tidak ada.
*Modus ini salah karena konklusinya tidak pasti.
Modus IV
pvq
-q
-
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Mereka itu masuk surga atau dianiaya.
- Ternyata mereka itu tidak dianiaya.

12
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Kebenaran itu ada atau kebatilan itu lenyap.
- Ternyata kebatilan tidak lenyap
*Modus ini salah karena konklusinya tidak pasti.
b. Silogisme disjungtif noneksklusif
*Modus I dan II yang benar karena telah memenuhi syarat disjungtif
noneksklusif.
Modus I
pvq
-p
q
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Mereka masuk surga atau dianiaya.
- Ternyata mereka itu tidak dianiaya.
- Jadi, mereka masuk surga.

 Q.S. Al Israa ayat 81


- Kebatilan akan lenyap atau eksis.
- Ternyata kebatilan tidak akan lenyap.
- Jadi, kebatilan eksis.
Modus II
pvq
-q
p
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Mereka masuk surga atau dianiaya.
- Ternyata mereka tidak dianiaya.
- Jadi, mereka masuk surga.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Kebatilan akan lenyap atau eksis.
- Ternyata kebatilan tidak eksis.
- Jadi, kebatilan akan lenyap.
Modus III

13
pvq
p
-
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Mereka masuk surga atau dianiaya.
- Ternyata mereka masuk surga.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Kebatilan akan lenyap atau eksis.
- Ternyata kebatilan akan lenyap.
*Modus ini salah karena konklusi tidak pasti.
Modus IV
pvq
q
-
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Mereka masuk surga atau dianiaya.
- Ternyata mereka dianiaya.

 Q.S. Al Israa ayat 81


- Kebatilan akan lenyap atau eksis.
- Ternyata kebatilan akan eksis.
*Modus ini salah karena konklusi tidak pasti.
c. Silogisme disjungtif alternatif
Modus I
pvq
-p
q
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Mereka masuk surga atau dianiaya.
- Ternyata mereka tidak masuk surga.
- Jadi, mereka dianiaya.

 Q.S. Al Israa ayat 81


- Kebatilan akan lenyap atau eksis.

14
- Ternyata kebatilan tidak akan lenyap.
- Jadi, kebatilan eksis.
Modus II
pvq
-q
p
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Mereka masuk surga atau dianiaya.
- Ternyata mereka tidak dianiaya.
- Jadi, mereka masuk surga.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Kebatilan akan lenyap atau eksis.
- Ternyata kebatilan tida eksis.
- Jadi, kebatilan akan lenyap.
Modus III
pvq
p
-q
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Mereka masuk surga atau dianiaya.
- Ternyata mereka masuk surga.
- Jadi, mereka tidak dianiaya.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Kebatilan akan lenyap atau eksis.
- Ternyata kebatilan akan lenyap.
- Jadi, kebatilan tidak eksis.
Modus IV
pvq
q
-p
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Mereka masuk surga atau dianiaya.
- Ternyata mereka dianiaya.
- Jadi, mereka tidak masuk surga.

15
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Kebatilan akan lenyap atau eksis.
- Ternyata kebatilan eksis.
- Jadi, kebatilan tidak akan lenyap.
3. Silogisme Konjungtif
Rumus = p Λ q (dibaca: p dan q)
a. Silogisme konjungtif – kontraris
Modus I
pΛq
p
-q
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Tidak mungkin mereka masuk surga dan sekaligus dianiaya.
- Ternyata mereka masuk surga.
- Jadi, mereka tiak dianiaya.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Tidak mungkin kebatilan akan lenyap dan sekaligus eksis.
- Ternyata kebatilan akan lenyap.
- Jadi, kebatilan tidak eksis.

Modus II
pΛq
q
-p
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Tidak mungkin mereka masuk surga dan sekaligus dianiaya.
- Ternyata mereka dianiaya.
- Jadi, mereka tidak masuk surga.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Tidak mungkin kebatilan akan lenyap dan sekaligus eksis.
- Ternyata kebatilan itu eksis.
- Jadi, kebatilan tidak akan lenyap.

16
Modus III
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Tidak mungkin mereka masuk surga dan sekaligus dianiaya.
- Ternyata mereka tidak masuk surga.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Tidak mungkin kebatilan akan lenyap dan sekaligus eksis.
- Ternyata kebatilan tidak akan lenyap.
*Modus ini salah karena konklusi tidak pasti.
Modus IV
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Tidak mungkin mereka masuk surga dan sekaligus dianiaya.
- Ternyata mereka tidak dianiaya.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Tidak mungkin kebatilan akan lenyap dan sekaligus eksis.
- Ternyata kebatilan tidak eksis.
*Mudos ini salah karena konklusi tidak pasti.
b. Silogisme konjungtif – kontradiktif
Modus I
pΛq
p
-q

 Q.S. An Nisaa ayat 124


- Tidak mungkin mereka masuk surga dan masuk neraka.
- Ternyata mereka masuk surga.
- Jadi, mereka bukan masuk neraka.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Tidak mungkin suatu hal itu batil dan sekaligus benar.
- Ternyata suatu hal itu batil.
- Jadi, suatu hal itu bukan benar.
Modus II
pΛq
q

17
-p
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Tidak mungkin mereka masuk surga dan masuk neraka.
- Ternyata mereka masuk neraka.
- Jadi, mereka bukan masuk surga.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Tidak mungkin suatu hal itu batil dan sekaligus benar.
- Ternyata suatu hal itu benar.
- Jadi, suatu hal itu bukan batil
Modus III
pΛq
-p
q
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Tidak mungkin mereka masuk surga dan masuk neraka.
- Ternyata mereka bukan masuk surga.
- Jadi, mereka masuk neraka.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Tidak mungkin suatu hal itu batil dan sekaligus benar.
- Ternyata suatu hal itu bukan batil.
- Jadi, suatu hal itu benar.

Modus IV
pΛq
-q
p
 Q.S. An Nisaa ayat 124
- Tidak mungkin mereka masuk surga dan masuk neraka.
- Ternyata mereka bukan masuk neraka.
- Jadi, mereka masuk surga.
 Q.S. Al Israa ayat 81
- Tidak mungkin suatu hal itu batil dan sekaligus benar.
- Ternyata suatu hal itu bukan benar.

18
- Jadi suatu haul itu batil.

19

Anda mungkin juga menyukai