Buku Kurikulum Ptbmmki 1 PDF
Buku Kurikulum Ptbmmki 1 PDF
2
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah berkenan memberikan nikmat
sehat dan nikmat iman sehingga kami staf Pendidikan dan Latihan PTBMMKI periode
2015/2016 diberikan kesempatan menyelesaikan buku materi kurikulum PTBMMKI
2015/2016 sehingga dapat terselesaikan dengan baik .
Buku materi kurikulum PTBMMKI 2015/2016 ini merupakan salah satu program
kerja dari staf Pendidikan dan Latihan PTBMMKI periode 2015/2016. Buku ini dibuat adalah
sebagai panduan bagi anggota maupun nonanggota PTBMMKI yang mengacu pada daftar
kompetensi kurikulum PTBMMKI 2015/2016. Buku ini berisi penjabaran materi dari
kompetensi utama dan kompetensi tambahan kurikulum PTBMMKI 2015/2016.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini secara terlampir. Mengingat kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, masih banyak perbaikan-perbaikan
yang harus dilakukan terhadap buku ini. Kami berharap buku ini dapat membawa banyak
manfaat terhadap peningkatan kualitas anggota PTBMMKI ke depannya.
Akhir kata, kami mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan
buku kurikulum PTBMMKI 2015/2016 ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun juga sangat diharapkan kedepannya demi kesempurnaan buku ini. Semoga segala
bentuk dukungan, ketulusan, dan do’a yang diberikan kepada kami mendapat limpahan pahala
dari Allah SWT, Amin.
Penyusun
3
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa begitu banyak pihak yang telah turut
membantu dalam penyelesaian buku ini. Melalui kesempatan ini, dengan segala
kerendahan hati, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Staf BPP PTBMMKI 2015/2016 yang telah membantu dan memberikan saran
yang membangun selama proses penyempurnaan buku ini.
4
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 6
KOMPETENSI UTAMA
MATRA MEDIS EMERGENSY
Initial Assessment ........................................................................................ 7
Basic Life Support ....................................................................................... 26
Advanced Trauma Life Support .................................................................. 38
Trauma Muskuloskeletal ............................................................................ 59
Resusitasi Cairan ........................................................................................ 78
Syok ............................................................................................................ 87
Trauma Lingkugan ..................................................................................... 93
Envenomasi ................................................................................................ 112
Intoksikasi ................................................................................................... 126
Basic Surgical Skill ..................................................................................... 132
MATRA MEDIS NON EMERGENSY
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik ............................................................. 156
Farmakologi Praktis .................................................................................... 177
Kasus-Kasus Medis Non Emergency .......................................................... 190
KOMPETENSI TAMBAHAN
MATRA PENUNJANG
Navigasi Darat ............................................................................................ 209
Komunikasi Lapangan ................................................................................ 234
Evakuasi Medis Darat ................................................................................. 249
Evakuasi Medis Perairan ............................................................................ 258
Teknik Survival .......................................................................................... 270
E-SAR.......................................................................................................... 286
MATRA MANAJEMEN
Disaster Management ................................................................................. 298
Manajemen Operasional Lapangan ............................................................ 334
Team Building ............................................................................................ 340
MATRA ORGANISASI
Kepemimpinan dan Kedipimpinan ............................................................. 349
Pendidikan Organisasi Nasional ................................................................. 364
6
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KOMPETENSI UTAMA
INITIAL ASSESSMENT
1. SCENE SURVEY
Langkah pertama dalam prinsip penatalaksanaan kegawatdaruratan adalah dengan
meninjau kondisi medan penyelamatan atau lokasi kejadian. Keselamatan diri, partner
kerja, dan orang lain di sekitar lokasi kejadian selalu menjadi prioritas utama. Sebelum
menjangkau korban, periksa kemungkingan adanya bahaya bagi penolong. Jangan
memaksakan jika kondisi tidak memungkinkan. Tahapan scene survey, antara lain:
7
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. TRIASE
Triase adalah cara pemilahan pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya
yang tersedia serta mengatur prioritas pengelolaan korban dalam jumlah yang banyak.
Tindakan ini berdasarkan prioritas ABC (Airway dengan kontrol servikal, Breathing dan
Circulation dengan kontrol perdarahan) yang merupakan proses yang bersinambungan
sepanjang pengelolaan medik gawat darurat. Proses triase inisial harus dilakukan oleh
petugas pertama yang tiba atau berada ditempat dan tindakan ini harus dinilai ulang terus
menerus karena status triase pasien dapat berubah. Bila kondisi memburuk atau membaik,
lakukan retriase.
2.1 Prinsip-prinsip triase sebagai berikut:
2.1.1 Derajat ancaman jiwa
Pasien yang terancam jalan pernapasannya, lebih diprioritaskan dari pada pasien
yang terganggu sirkulasi atau neurologinya
2.1.2 Beratnya cedera
Sebagai contoh, fraktur pada satu tulang prioritas lebih rendah dibandingkan bisa
fraktur tersebut disertai dengan perdarahan
2.1.3 Kemungkinan terselamatkan
Pasien dengan cedera hebat tidak selalu menduduki prioritas utama, harus
dipertimbangkan kemungkinan pasien akan bertahan hidup atau tidak.
8
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
9
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
10
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. PRIMARY SURVEY
Proses ini merupakan ABCDE-nya trauma dan berusaha untuk mengenali keadaan
yang mengancam nyawa terlebih dahulu, dengan berpatokan pada urutan berikut:
A airway : menjaga jalan napas dengan kontrol servikal
B breathing : menjaga pernapasan dengan ventilasi
C circulation : bantuan sirkulasi dengan kontrol perdarahan
D disability : status neurologis
E exposure : buka baju pasien, tetapi cegah hipotermia
11
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
12
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.1.3 Ingat
Selama memeriksa dan memperbaiki airway, harus diperhatikan bahwa tidak boleh
dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi pada leher bila dicurigai adanya kelainan
vertebra servikalis. Jika ada, maka harus dipakai alat imobilisasi
Gambar 1.4. Penolong menstabilkan kepala dan leher penderita, pelindung leher
terpasang
13
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
oksigen yang dapat diberikan hanya 16 - 17%. Penolong juga harus memperhatikan
respon dari korban/pasien setelah diberikan bantuan napas.
Cara memberikan bantuan pernapasan :
1. Mulut ke mulut
Pemakaian alat pelindung dan masker tetap merupakan pilihan utama.
Keputusan untuk melakukan pernapasan buatan dari mulut ke mulut bersifat
personal. Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang
tepat dan efektif untuk memberikan udara ke paru-paru korban/pasien.
Pada saat dilakukan hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus
mengambil napas dalam terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup
seluruhnya mulut korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat
mengghembuskan napas dan juga penolong harus menutup lubang hidung
korban/pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar
kembali dari hidung.
Volume udara yang diberikan pada kebanyakkan orang dewasa adalah 700 -
1000 ml (10 ml/kg). Volume udara yang berlebihan dan laju inpirasi yang terlalu
cepat dapat menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi
lambung. Selain itu terdapat bahaya bagi penolong yaitu penyebaran penyakit,
kontaminasi bahan kimia dan muntah penderita.
14
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2 . Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak
memungkinkan, misalnya pada trismus atau dimana mulut korban mengalami luka
yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup
mulut korban/pasien.
3. Mulut ke Stoma
Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma) yang
menghubungkan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien mengalami kesulitan
pernapasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.
3.3 C (CIRCULATION)
3.3.1 Terdiri atas 3 penemuan klinis
1. Tingkat kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang yang akan
mengakibatkan penurunan kesadaran.
2. Warna kulit
Warna kulit dapat memberikan diagnosis hipovolemia. Pasien trauma dengan
warna kulit kemerahan terutama pada wajah dan ekstrimitas jarang dalam keadaan
hipovolemia. Sebaliknya, jika wajah pucat keabu-abuan dan kulit ekstrimitas pucat
merupakan tanda hipovolemia.
15
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Nadi
Periksalah pada nadi yang besar seperti a.femoralis atau a.karotis. Nadi yang
tidak cepat, teratur dan kuat menandakan normo-volemia, biasanya nadi yang tidak
teratur merupakan tanda gangguan jantung dan tidak ditemukan pulsasi pada arteri
besar yang merupakan pertanda diperlukannya resusitasi segera untuk memperbaiki
volume dan cardiac output.
Cara pemeriksaan a.carotis dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis di
daerah leher korban/ pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan
tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea,
kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1 - 2 cm raba
dengan lembut selama 5 - 10 detik. Jika teraba denyutan nadi, penolong harus
kembali memeriksa pernapasan korban dengan melakukan manuver tengadah
kepala topang dagu untuk menilai pernapasan korban/pasien. Jika tidak bernapas
lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas
3.3.2 RJP (Resusitasi Jantung Paru)
Jika tidak teraba nadi dalam 10 detik, mulai lakukan kompresi dada (LIHAT
BAB 2).
16
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
17
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
C. Nilai 2
Mata membuka sebagai responterhadap nyeri sentral, misalnya penekanan
trapezium, tekanan suborbital (direkomendasikan), sternal rub (menekan
dan memutar diatas sternum. Stimulus nyeri hanya dilakukan jika pasien
gagal merespon terhadap perintah yang jelas dan keras.
D. Nilai 1
Mata tidak membuka walaupun dengan stimulus verbal dan nyeri sentral.
Cara melakukan stimulus nyeri sentral meliputi :
i. Cubitan trapezium
Dengan cara menggunakan cubitan ibu jari dan jari telunjuk pada
sekitar 5cm otot trapezius (diantara kepala dan bahu dan diputar).
ii. Tekanan suborbital
Teknik pelaksanaannya letakkan satu jari disepanjang margin
supraorbital (pada tepi tulang disepanjang puncak mata) sampai
mmenemukan takik atau lekukan. Tekanan pada daerah ini akan
menyebabkan nyeri yang menyerupai jenis nyeri kepala. Kadang-kadang
hal ini dapat membuat pasien meringis yang menyebabkan penutupan
dan bukan pembukaan mata. Catatan : tidak boleh dilakukan jika pasien
mengalami fraktur wajah.
iii. Sternal rub teknik
Pelaksanaannya tekan dengan kuat sternum menggunakan kuku-kuku
jari. Catatan dapat dilakukan dengan metode lain karena pada metode ini
dapat meninggalkan bekas pada kulit.
2. Respon verbal
Penilaian respons verbal mencakup evaluasi kewaspadaan, aspek kedua dari
kesadaran. Pada respons ini dilakukan penilaian secara komprehensif dari apa
yang dilakukan oleh praktisi dan dilakukan evaluasi terhadap area yang berfungsi
pada pusat yang lebih tinggi serta kemampuan untuk mengatakan dan
mengekspresikan jawaban Disfasia atau ketidak mampuan berbicara dapat
disebabkan oleh kerusakan pada pusat bicara di otak,misalnya setelah
pembadahan intrakranial atau cedera kepala.
Memastikan ketajaman pendengaran pasien dan pemahaman bahasa sebelum
menilai respons ini merupakan hal yang penting. Ketidakmampuan berbicara
18
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
19
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
20
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
F. Nilai 1
Tidak ada respons, tidak ada respons terhadap stimulus nyeri yang
internal. Glasgow coma scale berguna/bermanfaat untuk evaluasi dan
penatalaksanaan pasien dengan gangguan kesadaran pasca trauma, juga
untuk menentukan prognosis perawatan suatu penyakit. Penilaian GCS pada
penderita dengan cedera kepala disamping untuk melakukan observasi juga
untuk mengetahui faktor-faktor penyebab gangguan kesadaran.
Selanjutnya nilai tiap – tiap pemeriksaan dijumlahkan, nilai GCS yang tertinggi adalah
15 yaitu E4 V5 M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1 V1 M1. Biasanya, pasien dengan nilai
GCS dibawah 5 ialah pasien emergensi yang sulit dipertahankan keselamatannya.
Berdasarkan buku Advanced Trauma Life Support, GCS berguna untuk menentukan derajat
trauma/cedera kepala (trauma capitis).
4. SECONDARY SURVEY
Secondary survey baru dapat dilakukan setelah primary survey selesai, RJP dilakukan
dan ABC-nya pasien dipastikan membaik. Secondary survey adalah pemeriksaan kepala
sampai kaki (head to toe examination) termasuk reevaluasi pemeriksaan tanda vital. Pada
tahap ini dilakukan pemeriksaan neurologis lengkap, foto ronsen dan pemeriksaan lab
termasuk GCS bisa di primary survey belum dilakukan.
21
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4.1 Anamnesis
Setiap pemeriksaan lengkap memerlukan anamnesis mengenai riwayat perlukaan.
Biasanya data ini tidak bias didapat dari penderita sendiri dan harus didapat dari keluarga
tau petugas lapangan.
Patut ditanyakan riwayat SAMPLE:
S : Simptom
A : Alergi
M : Medikasi (obat yang diminum saat ini)
P : Past Illness (penyakitpenyerta) / Pregnancy
L : Last meal
E : Even / Environment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan
Mekanisme perlukaan sangat menentukan keadaan penderita. Jenis perlukaan dapat
diramalkan dari mekanisme kejadian perlukaan itu.
4.1.1 Trauma biasanya dibagi menjadi beberapa jenis:
1. Trauma tumpul
Dapat disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, terjatuh dan kegiatan rekreasi
atau pekerjaan. Keterangan yang penting yang dibutuhkan kecelakaan lalu lintas
mobil adalah pemakaian sabuk pengaman, deformasi kemudi, arah tabrakan,
kerusakan kendaraan baik kerusakan major dalam bentuk luar atau hal – hal yang
berhubungan dengan perlengkapan penumpang, dan terlemparnya keluar
penumpang. Pola perlukaan pada penderita dapat diramalkan dari mekanisme
traumanya. Trauma perlukaan juga sangat dipengaruhi usia dan aktivitas.
2. Trauma tajam
Trauma akibat pisau atau benda tajam dan senjata api semakin sering
ditemukan. Faktor yang menentukan jenis dan berat perlukaan adalah daerah
tubuh yang terluka, organ yang terkena dan velositas (kecepatan). Dengan
demikian maka velositas, kaliber, arah dan jarak dari senjata merupakan informasi
yang sangat penting diketahui.
3. Trauma termal
Luka bakar dapat terjadi sendiri atau dalam kombinasi dengan trauma tumpul
atau trauma tajam akibat mobilter bakar, ledakan, benda yang terjatuh, usaha
penyelamatan diri ataupun serangan pisau dan senjata api.
22
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Cedera dan keracunan monoksida dapat menyertai luka bakar. Secara khusus
perlu ditanyakan tempat terjadinya kejadian perlukaan (ruang tertutup / terbakar)
atau bahan yang ikut terbakar (bahan kimia, plastik, dsb) dan perlukaan lain yang
menyertai.
Hipotermia akut atau kronik dapat menyebabkan kehilangan panas umum atau
lokal. Kehilangan panas dalam jumlah besar dapat terjadi walaupun tidak dalam
suhu yang terlalu dingin (15-20OC) yaitu bila penderita memakai pakaian yang
basah, tidak bergerak aktif atau minum alkohol, sehingga tubuh tidak bias
menyimpan panas.
4. Trauma akibat bahan berbahaya (Hazardous Material)
Kontak dengan bahan kimia, toksin atau radiasi perlu diketahui karena dua
sebab. Pertama, disebabkan karena bahan – bahan ini dapat mengakibatkan
berbagai macam kelainan pada jantung, paru atau organ tubuh lainnya. Kedua,
bahan ini dapat berbahaya bagi tenaga kesehatan yang merawat penderita tersebut.
23
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
24
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Colquhoun MC, Handley AJ, Evans TR. 2004. ABC of Resuscitation 5th ed. BMJ
Publishing Group
2. Fildes, John. 2008. Advanced Trauma Life Support for Doctors eight edition.
Amerika : American College of Surgeons Committe on Trauma.
3. Materi Calcaneus On Respirology Emegency 2011. Airway Management oleh
dr.Syafri K Arief,Sp.An.
4. Materi pertolongan pertama Palang Merah Indonesia
5. Seri PPGD. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat / General Emergency Life
Support (GELS). Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Cetakan
Ketiga. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I. 2006.
25
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Jika semua digabungkan maka hal ini disebut dengan istilah Resusitasi Jantung Paru
(RJP).
1.1 Tujuan Bantuan Hidup Dasar
Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ
vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru
dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal.
1.2 Indikasi Bantuan Hidup Dasar
Tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang terkandung di dalam bantuan hidup
dasar sangat penting terutama pada pasien dengan cardiac arrest dan atau respiratory
arrest.
1.2.1 Henti napas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan dari korban/pasien. Henti napas dapat terjadi pada keadaan:
1. Tenggelam
2. Stroke
3. Obstruksi jalan napas
4. Epiglotitis
26
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. Overdosis obat-obatan
6. Tersengat listrik
7. Infark miokard
8. Tersambar petir
9. Koma akibat berbagai macam kasus.
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ
vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat
agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
1.2.2 Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi.
Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital
kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan
tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik
yang bertujuan:
1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari
korban yang mengalami henti jantung atau henti napas melalui
Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Resusitasi jantung Paru terdiri dari 2 tahap, yaitu :
1. Survei Primer (Primary Survey), yang dapat dilakukan oleh setiap
Orang
2. Survei Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat dilakukan
oleh tenaga medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan
dari survei primer.
27
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Benda asing tersebut dapat menyebabkan obstruksi jalan napas sebagian (parsial) atau
komplit (total). Pada obstruksi jalan napas parsial korban mungkin masih mampu
melakukan pernapasan, namun kualitas pernapasan dapat baik atau buruk. Pada korban
dengan pernapasan yang masih baik, korban biasanya masih dapat melakukan tindakan
batuk dengan kuat, usahakan agar korban tetap bisa melakukan batuk dengan kuat sampai
benda asing tersebut dapat keluar.
Bila sumbatan jalan napas parsial menetap, maka aktifkan sistem pelayanan medik
darurat. Obstruksi jalan napas parsial dengan pernapasan yang buruk harus diperlakukan
sebagai obstruksi jalan napas komplit. Obstruksi jalan napas komplit (total), korban
biasanya tidak dapat berbicara (afoni), sukar bernapas (dispnea sampai apnea), tidak lama
kemudian wajah menjadi biru (sianosis). Biasanya korban memegang lehernya diantara
ibu jari dan jari lainnya (v-sign).
Bila sumbatan total berlangsung lebih dari 5 menit pada orang dewasa/ 8 menit pada
anak, maka akan terjadi kerusakan pada otak dan jantung berhenti. Oleh karena itu,
diperlukan ketepatan dalam menegakkan diagnosis dan kecepatan dalam melakukan
tindakan pertolongan.
28
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
kepalan tangan dengan tangan lainnya, Tekan kepalan ke perut dengan hentakan yang
cepat ke arah atas. Setiap hentakan harus terpisah dan dengan gerakan yang jelas.
29
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
30
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
31
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
32
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
curah jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah jantung normal. Selang
waktu mulai dari menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai
dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi
30 detik.
3.4 Airway
3.4.1 Periksa jalan napas dalam keadaan terbuka/bersih
1. Adakah cairan (muntahan dll)
2. Adakah benda asing (makanan, gigi palsu dll)
3.4.2 Bila jalan nafas terhambat BEBASKAN!
Gunakan teknik head tilt chin lift pada korban tidak cedera leher atau jaw
thrust pada korban cedera leher (Lihat Bab 1).
34
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.5 Breathing
Periksa korban apakah bernapas atau tidak yang dapat dikenali tanda-tanda objektif
yaitu sebagai berikut:
3.5.1 LIHAT (look)
Bila pasien mengalami penurunan kesadaran maka memberi kesan hipoksia,
hiperkarbia. Sianosis menunjukkan hipoksemia karena kurangnya oksigenasi dan
dapat dilihat dari kuku serta kulit sekitar mulut. Otot-otot pernapasan yang tidak
bergerak juga merupakan bukti adanya gangguan airway. Perhatikan naik turunnya
dada yang simetris dan pergerakan dinding dada yang adekuat.
3.5.2 DENGAR (listen)
Adanya suara-suara abnormal pernapasan menunjukkan jalur pernapasan yang
tersumbat.
3.5.3 RABA (feel)
Lokasi trakea dan dengan cepat ditentukan apakah trakea berada ditengah.
Pemberian napas buatan dilakukan setelah jalan napas terlihat aman. Tujuan utama
memberikan bantuan napas adalah untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dengan
metode mulut ke mulut, mulut ke hidung dan mulut ke stoma (Lihat Bab 1)
35
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
36
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
7. Diagnosis Banding
A. Penyebab henti jantung dapat diketahui dengan cara melakukan :
B. Pemeriksaan rontgen foto toraks
C. Anamnesis ulang
D. Pemeriksaan fisik
E. Perekaman EKG 12 lead
F. Pemeriksaan elektrolit darah.
G. Tindakan lain
H. Memasang nasogastric tube (NGT)
I. Memasang kateter urine
J. Mengatasi secara cepat gangguan keseimbangan elektrolit
REFERENSI
1. Fildes, John. 2008. Advanced Trauma Life Support for Doctors eight edition.
Amerika : American College of Surgeons Committe on Trauma.
2. Konsil Kedokteran Indonesia. 2002. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Jakarta
3. Materi pertolongan pertama Palang Merah Indonesia
4. Perhimpunanan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Buku Panduan Khusus
Bantuan Hidup Jantung Dasar. Edisi 2013. Jakarta
5. Ramadhian MR, Hanriko R, Oktaria D. 2011. Buku CSL Blok Neurobehaviour.
Bandar Lampung : FK UNILA
6. Schoolfield B. Highlights of the 2010 American Heart Association Guidlines for
CPR amd ECC
37
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1. INTUBASI
Merupakan prosedur medis dimana sebuah tabung dimasukkan ke dalam tenggorokan
(trakea) melalui mulut atau hidung. Bila keadaan darurat akan dimasukkan melalui mulut.
Walaupun pasien sadar atau tidak, pemberian obat untuk mempermudah prosedur ini
akan tetap dilakukan. Setelah prosedur ini dilakukan, bila pasien sadar dokter akan
memberi obat untuk mengurangi kecemasan atau ketidaknyamanan. Intubasi
endoktrakeal dilakukan untuk :
1. Membuka jalan napas untuk memberikan oksigen, obat – obatan atau anastesi
2. Bantuan pernapasan karena penyakit tertentu (pneumonia, emfisema, gagal
jantung, kolaps paru – paru)
3. Menghilangkan sumbatan pada jalan napas
4. Melindungi paru – paru pada pasien yang tidak bisa melindungi jalan napas
(overdosis, stroke, perdarahan masif dari esofagus atau perut)
1.1 Resiko :
1. Infeksi
2. Trauma pada laring, kelenjang tiroid, pita suara, dan trakea atau esofagus
3. Perforasi pada bagian rongga dada bisa menyebabkan kolaps paru – paru
38
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.3 Orotracheal
1.3.1 Indikasi
1. Pada keadaan yang memerlukan kontrol definitif jalan napas (pada yang
sedang mendapat anastesi umum)
2. Pasien sakit kritis dengan penyakit multisistem/ cedera
3. Keadaan darurat (masalah pada jantung/pernapasan, gagal melindungi jalan
napas dari aspirasi, oksigenasi tidak memadai, dan berkemungkinan obstruksi
saluran napas
1.3.2 Kontraindikasi
Laringoskopi pada pasien dengan transeksi parsial trakea
1.3.3 Prosedur
1. Posisikan diri penolong berada pada jarak yang pas sehingga mata penolong
cukup jauh dari pasien agar mempermudah penglihatan dengan binokular
2. Laringoskop berada di tangan kiri, buka mulut pasien dengan tangan kanan
3. Masukan laringoskop ke kanan lidah pasien
39
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
40
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
11. Masukkan terus tabung melalui pita suara sampai balon menghilang dari trakea.
12. Hilangkan stylet, dan majukan tabung samapi balon berada 3 – 4 cm dari pita
suara.
13. Kembangkan balon endotrakeal dengan udara tekanan kecil diperlukan untuk
menghindari kebocoran udara selama vntilasi tidal volume (biasanya butuh 10
ml udara).
14. Tahan tekanan pada krikoid sampai tabung dinyatakan berada di trakea.
1.4 Nasotracheal
1.4.1 Indikasi
Pasien dengan riwayat bedah kepala dan leher
1. Bedah intra-oral dan orofaringeal
2. Prosedur intra-oral kompleks melibatkan prosedur rekonstruksi mandibula
3. Laringoskop kaku dan operasi microlaryngeal
4. Operasi gigi
41
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Kontraindikasi relatif :
1. Pasien menggunakan Coumadin atau antikoagulan lain
2. Pasien memiliki gangguan pembekuan darah
1.4.3 Prosedur
1. Menjelaskan kepada pasien perihal seluruh prosedur yang akan dilakukan dan
jelaskan bahwa tabung akan tinggal selama beberapa hari atau lebih lama.
Mintalah agar pasien dapat bekerja sama dengan baik.
2. Periksa kedua lubang hidung dan pilih yang lebih besar (bisa dengan penlight
atau menutup salah satu lubang hidung yang rasakan aliran udara mana yang
lebih besar).
3. Semprotkan anastesi topikal pada bagian hidung dan belakang tenggorokan
serta vasokonstriktor (neosynephrine) untuk mati rasa mukosa dan
mengurangi perdarahan.
4. Pasangkan kanul pada mulut pasien untuk menjaga oksigen selama
melakukan prosedur.
5. Periksa ukuran balon pada tabung sudah tepat (ama tau 2 ukuran lebih kecil
dari endotracheal tube). Secara rapat di bagian belakang adaptor 15mm di
proksimal ujung tabung dan melumasi bagian distal (4cm) dengan xylocaine
jelly.
6. Bila memungkinkan, posisi kepala pasien berada di garis tengah posisi netral.
Pasien juga bisa duduk atau telentang.
7. Beri tahu pasien, mungkin akan merasa seperti tersedak atau batuk sat tabung
dimasukkan dan minta pasien agar tetap tenang.
8. Dengan lembut dan yakin, tekan dengan stabil, masukkan tabung dan
diarahkan ke oksipital yang ada tonjolan dibagian belakang tengkorak dan
ubah arah (dimiringkan) menuju septum hidung. Bila terdapat tahanan pindah
ke sisi satunya. Bila sudah mencapai nasofaring, putar tabung seperempat
putaran. Jangan dipaksa.
9. Saat tabung sudah mencapai orofaring dibagian belakang mulut, dengarkan
suara udara dari dalam tabung saat respirasi. Saat sudah mulai inhalasi, secara
lembut dan tegas dorong tabung lebih masuk ke lubang hidung dan dengarkan
42
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
sampai masuk trakea. Jangan memaksa tabung turun karena bisa merobek
laring. Bila posisi benar, tabung akan mudah masuk ke trakea.
10. Konfirmasi poisisi tabung dengan cara yang sama seperti prosedur
endotrakeal. Kontrol perdarahan dnegan mencubit secara lembut lubang
hidung disekitar tabung.
11. Masukan ET CO2 dengan tetap memantau tabung. Lihat ada atau tidaknya
perubahan warna. Bila tidak ada perubahan warna pada pasien dengan tekanan
menunjukkan letak tabung yang kurang pas. Keluarkan tabung dan lakukan
intubasi kembali bila memungkinkan.
12. Bila tabung tidak masuk dengan mudah dalam percobaan pertama, tarik
kembali ke orofaring dan mencoba reintergrasi selama inhalasi. Tindakan
yang terlalu lama akan memperburuk hipoksia. Setiap tindakan dilakukan
tidak lebih dari 30 detik.
13. Bila prosedur gagal, lepaskan alat – alat prosedur dan bantu napas pasien
dnegan pemberian oksigen aliran tinggi dengan masker dan rujuk.
2. Pemasangan Guedel
Oropharyngeal airway merupakan alat yang digunakan pada pasien dengan penurunan
kesadaran, diletakkan dalam mulut untuk menjaga saluran nafas (airway) tetap terbuka
dan mencegah lidah menutupi faring. Alat ini tidak dapat digunakan pada pasien yang
sadar (alert or semiconscious) karena menstimulasi refleks muntah dan tersedak.
2.1 Indikasi :
1. Nafas Spontan
2. Tidak ada refleks muntah
3. Pasien tidak sadar, tidak mampu manuver manual
43
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.2 Kontraindikasi
1. Pasien sadar
2.3 Komplikasi
1. Obstruksi jalan napas
2. Laringospasme (bila pemilihan ukuran OPA tidak tepat)
3. Muntah
4. Aspirasi
2.4 Prosedur
Peralatan
1. Oropaharingeal
2. Jelly
3. Sarung tangan
Prosedur
1. Bersihkan mulut dan faring dari sekresi, darah atau muntahan dengan menggunakan
ujung penyedot faring yang kaku bila memungkinkan.
2. Pilih ukuran OPA yang tepat, yaitu dengan menempatkan OPA di samping wajah,
dengan ujung OPA pada sudut mulut ujung yang lain pada sudut rahang bawah.
Bila OPA diukur dan dimasukkan dengan tepat, makan OPA akan tepat sejajar
dengan pangkal glotis.
3. Masukkan OPA sedemikian hingga ia berputar ke arah belakang ketika memasuki
mulut.
4. Ketika OPA sudah masuk rongga mulut dan mendekati dinding posterior faring,
putar lah OPA sejauh 180 derajat ke arah posisi yang tepat.
3. SUCTIONING
Saluran napas bagian atas menghangatkan, membersihkan, dan melembabkan udara
yang kita hirup. Dengan pemasangan tabung, udara yang bergerak melalui tabung lebih
dingin, lebih kering, dan tidak bersih. Dalam menghadapi perubahan ini, tubuh
memproduksi lendir lebih banyak. Penyedotan yang bisa dilakukan membersihkan lebidr
dari tabung trakeostomi dan sangat penting untuk pernapasan yang tepa. Serta sekresi
yang tersisa ditabung bisa jadi terkontaminasi dan infeksi dinding dada bisa terjadi.
Hindari penyedotan yang terlalu sering karena bisa menyebabkan sekresi lebih banyak
menumpuk.
44
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
45
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Penanganan
1. Cuci tangan
2. Nyalakan mesin penghisap dan hubungkan dengan pipa penghubung ke mesin.
Gunakan kateter penghisap bersih saat melakukan penyedotan. Kateter penyedut
dilakukan berulang, tempatkan kateter pada wadah yang disediakan berisi air steril
dan diamkan selama kurang lebih 30 detik untuk membersihkan skret didalamnya.
Lalu bilas kateter dengan air selama beberapa menit kemudian rendam dalam lartan
cuka dengan air steril (1:1) diamkan selama 15 menit. Sering – sering diaduk. Bilas
kateter dalam air dingin dan udara kering. Biarkan kateter kering didalam wadah yang
sudah disiapkan. Jangan gunakan kateter bila kaku atau retak.
3. Hubungkan kateter ke penghubung tabungan dan penghisap.
4. Pasien diminta berbaring dengan gulungan handuk/selimut kecil menyangga
punggungnya. Bisa juga dengan posisi duduk.
5. Basahi kateter dengan air steril untuk pelumasan dan untuk menguji mesin penghisap
dan dan saluran tabung.
6. Lepaskan kanula bagian dalam dari tabung (bila ada).
7. Ada beberapa jenis kanula bagian dalam, jadi hati hati saat meleapas kanula bagian
dalam ini.
8. Hati – hati agar tidak melepas tabung saat mengeluarkan kanula.
9. Letakan dan rendam kanula bagian dalam ke wadah yang disediakan.
10. Hati – hati saat memasukkan kateter ke dalam tabung. Memungkinkan kateter
mengikuti kelengkungan alami dari tabung treakeostomi. Jangan meninggalkan
kateter dalam tabung selama lebih dari 5 – 10 detik karena pasien tidak akan bisa
bernapas dengan baik bila kateter berada di dalam tabung.
11. Pasien kemungkinkan pulih dari penghisapan setidaknya tunggu 10 detik.
12. Hisap sedikit air steril dengan kateter untuk membersihkan sisa – sisa sekret.
13. Masukan kanula bagian dalam dari tabung tambahan (bila ada).
14. Matikan mesin dan buang kateter.
46
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. CRICOTHYROIDOTOMY
Langkah 1 : Posisikan tubuh pasien terlentang (supine) dengan posisi leher netral
Langkah 2 : Palpasi cekukan/takik tiroid, interval krikotiroid, dan letak sternum untk
menentukan orientasi
47
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
48
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. NEEDLE THORACOCENTESIS
Needle thoracocentesis merupakan intervensi awal yang dilakukan terhadap pasien
dengan pneumothorax spontan primer. Intervensi ini merupakan intervensi langsung yang
diterima dalam kasus – kasus tension pneumothorax. Intervensi ini akan dilanjutkan
dengan pemeriksaan X- ray pada dada dan drainase pada bagian yang diberi intervensi.
5.1 Indikasi
1. Pneumothorax spontan primer
2. Tension pneumothorax
5.2 Kontraindikasi
Thoracocentesis harus dipertimbangkan dengan berkonsultasi dengan dokter
emergensi :
1. Pneumothorax spontan pada pasien yang memiliki penyakit paru – paru
2. Penumothorax traumatis tanpa tension pneumothorax
5.3 Penanganan
1. Pantau terus keadaan jantung pasien dan pulse oximetry
2. Letakkan pasien trauma dengan kepala mengahdap ke atas dan posisi telentang
3. Bisa juga posisi pasien duduk dengan sudut 45 derajat
4. Palpasi bagian dada (batas atas costae ke 3 di midclavicular line)-intercostae ke 2 di
midclavicular line atau intercostae ke 5 pada midaxillary line- lalu asepsis area
tersebut dengan betadine (swab)
49
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. Siapkan spuit 5 cc
6. Tusukan jarum dari atas costae ke tiga untuk menghindari pembuluh interkostal dan
saraf
7. Hati – hati saat memasukkan jarum pada saat jarum sudah masuk ke dalam rongga
pleura sementara lakukan aspirasi
8. Setelah masuk rongga pleura penolong akan mendengar suara ‘pop’ dan melihat
gelembung memasuki jarum suntik. Pada keadaan tension penumothorax, penolong
akan merasakan perubahan resistensi.
9. Bila sudah, keluarkan jarum dengan lembut dan yakin dengan teknik withdrawl dan
biarkan kateter menetap pada area tusukan
10. Amankan kateter dengan memfiksasi untuk mencegah gagalnya tindakan dan
membuat satu jalur untuk pengeluaran gelembung
11. Lakukan pemantauan terus – menerus pada letak kateter
12. Bantu ventilasi bila memang masih diperlukan
13. Bersiaplah untuk melakukan intervensi ulang bila tension pneumothorax kembali
terjadi.
50
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
51
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6. TUBE THORACOTOMY
Tube Thoracotomy merupakan suatu tindakan/prosedur dalam menangani kondisi
patologis dalam rongga pleura (pneumonia atau kanker, yang menyebabkan cairan ekstra
untuk didalam rongga di sekitar paru – paru(efusi pleura). Tabung pada dada yang
mungkin bisa menyebabkn pendarahan di sekitar paru – paru (haematothoraks). Tube
thoracotomy yaitu menempatkan sebuah tabung plastik berongga antara tulang rusuk dan
dada untuk mengalirkan cairan atau udara dari sekitar paru – paru. Tabung ini juga sering
dihubungkan dengan mesin untuk membantu drainase. Tabung tetap di dada sampai
semua atau sebagian besar cairan/udara keluar, biasanya beberapa hari. Kadang obat –
obatan khusus juga diberikan melalui tabung ini.
6.1 Resiko
Resiko komplikasi serius jarang terjadi (perdarahan dan infeksi). Resiko yang
dirasakan biasanya nyeri saat pemasangan, perdarahan saat penyisipan tabung, dan
infeksi bakteri yang masuk melalui tabung.
6.2 Indikasi
1. Pneumothorax Spontaneous
2. Tension Pneumothorax
3. Penetrating Chest Trauma
4. Haemothorax
5. Parapneumonic effusion (bila sudah kompleks)
6. Empyema
7. Malignant leurl effusion
8. Pleurodiesis Recurrent Malignant
9. Pleurodiesis effusion
10. Chylothorax
11. Bronchopleural fistula
12. Haemodinamik pasien yang tidak stabil
6.3 Kontraindikasi
1. Paru – paru melekat pada dinding dada di seluruh hemithorax
2. Koagulopati
3. Peningkatan resiko perdarahan dan infeksi pada tempat penyisipan
52
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
7. BLOOD TRANFUSION
Merupakan transfusi darah yang aman, prosedur umum dimana darah akan diberikan
ke resipien melalui intravena (IV) pada salah satu pembuluh darah pasien. Transfusi
darah dilakukan untuk menggantikan darah yang hilang selama operasi atau karena
cedera serius. Tranfusi juga dilakukan bila tubuh tidak dapat memproduksi darah dengan
baik karena suatu penyakit tertentu. Selama tranfusi darah, jarum kecil yang digunakan
untuk memasukkan infus ke dalam pembuluh darah. Memalui jalur ini, pasien akan
menerima darah yang sehat. Prosedur ini biasanya memkna waktu sekita 1 – 4 jam,
tergantung jumlah darah yang dibutuhkan.
Setiap orang memiliki salah satu jenis darah (A, B, AB, atau O). Serta darah setiap
orang memiliki rhesus positif atau negatif. Darah yang digunakan dalam transfusi harus
bisa bekerja sama dengan golongan darah pasien/resipien. Bila tidak, antibodi (protein)
dalam darah yang baru ditransfusikan akan membuat resipien sakit.
Komponen – komponen darah meliputi :
7.1 Whole Blood (WB)
Darah simpan :
1. Berisi 250 – 350 cc
2. Kadar Hb 12 g/dL, hematokrit 35% - 45%
3. Trombosit tak berfungsi, F V dan F VIII nihil
4. Suhu simpan 2oC – 6oC, 30 menit keluar dari penyimpanan harus ditransfusikan
5. Tidak steril, bisa menularkan hepatitis B dan C, HIV, Sifilis, dan malaria.
6. Indikasi : perdarahan akut+hipovolemia, transfusi tukar
7. Kontraindikasi : anemia kronik, gagal jantung insipien
8. Dilarang memasukkan apapun kecuali saline
9. Batas waktu transfusi 4 jam
53
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
54
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Faktor pembekuan, albumin dan imunoglobulin stabil. Sekali mencair tidak bisa
disimpan lagi, disuhu kamar > 6 jam rusak.
3. Indikasi : perdarahan karena kurang faktor pembekuan multipel (penyakit liver/sirosis,
overdosis warfarin, transfusi warfarin, DIC, dan TTP)
4. Dosis 15ml/kgBB, golongan darah FFP dan resipien harus sama, tidak perlu
crossmatch
5. Setelah mencair dalam 30 menit harus sudah diinfuskan
6. Infus 1 kantong FFP selesai dalam 20 menit
55
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
56
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
57
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
11. British Journal of Hospital Medicine. 2006. Tube Thoracostomy How to Insert A
Chest Drain.
https://www.ucl.ac.uk/anaesthesia/StudentsandTrainees/Tube_Thoracostomy diakses
pada 1 Januari 2015
12. Hogg, Jeremy R, et al. 2011. Tube Thoracostomy A Review for The Interventional
Radiologist. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3140253/pdf/sir28039.pdf
diakses pada 1 Januari 2015
13. Hogg, Jeremy R, et al. 2011. Tube Thoracostomy A Review for The Interventional
Radiologist. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3140253/pdf/sir28039.pdf
diakses pada 1 Januari 2015
14. NIH (National Heart Lung and Blood Institute. 2012. Explore Blood Tranfussion.
https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/bt daikses pada 1 Jnuari 2015
15. Budiman. 2014. Tata Cara Transfusi. Workshop Transfusi Paramedik: Malang
16. Dorland, W.A Newman. 2012. DORLAND’S POCKET MEDICAL DICTIONARY, 28th
Ed. Singapore: Elsevier. ISBN 978-979-044-070-8. Pp 32-33; 265; 1141-1142.
17. ICRC. 2002. Emergency Medical Items Catalogue
18. FKUNISSULA. Buku Panduan Skill Lab Pengelolaan Bantuan Nafas Dasar dan
Lanjut
58
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
TRAUMA MUSKULOSKELETAL
1. LUKA
1.1 Pengertian
Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan. Menurut InETNA, luka
adalah sebuah injuri pada jaringan yang mengganggu proses selular normal, luka dapat
juga dijabarkan dengan adanya kerusakan pada kuntinuitas/kesatuan jaringan tubuh
yang biasanya disertai dengan kehilangan substansi jaringan.
3. Luka tercemar
A. Potensi terinfeksi: spillage dari traktus elimentarius, kandung empedu,
traktus genito urinarius, urine
B. Luka trauma baru : laserasi, fraktur terbuka, luka penetrasi.
4. Luka kotor
A. Akibat proses pembedahan yang sangat terkontaminasi
B. Perforasi visera, abses, trauma lama.
60
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
61
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Faktor Instrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam proses
penyembuhan meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan perfusi jaringan,
status imunologi, dan penyakit penyerta (hipertensi, DM, Arthereosclerosis).
Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang dapat
berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi : pengobatan, radiasi, stres
psikologis, infeksi, iskemia dan trauma jaringan.
62
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
63
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.7.6 Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya
rembesan darah yang menyebabkan hematom.
64
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association (InETNA) & Tim
Perawatan Luka dan Stoma Rumah Sakit Dharmais. 2004.Perawatan Luka.
Jakarta : Makalah Mandiri.
2. Mansjoer.Arif, dkk. Eds.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI.
3. Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda,
Alih bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC.
65
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. FRAKTUR
2.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Fraktur atau patah
tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Trauma yang menyebabkan tulang
patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung
menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan.
Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari
daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada
klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
1.2.Klasifikasi fraktur
Fraktur dibedakan atas beberapa klasifikasi, antara lain:
1.2.1 Klasifikasi etiologis
1. Fraktur traumatik. Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.
2. Fraktur patologis. Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan
patologis di dalam tulang.
3. Fraktur stres. Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu
tempat tertentu.
66
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
67
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
68
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. DISLOKASI
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
1. Mudah dikenal
2. Perubahan bentuk anatomi
3. Nyeri hebat
4. Tindakan emergency
5. Tidak mengancam jiwa
6. Periksa denyut nadi, persarafan distal lesi
7. Sanggah & luruskan extremitasi (posisi menyenangkan penderita)
8. Rujuk
3.1 Amputasi
1. Perdarahan
2. Mengancam jiwa
3. Tindakan balut tekan
4. Ambil bagian teramputasi
5. Simpan dalam kantong plastic
6. Diluarnya bungkus es
7. Bisa vabilitasnya > 4 jam
69
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.3 Penatalaksanaan
3.3.1 Hati-hati pada fraktur pelvis dan tulang besar & harus control perdarahan
3.3.2 Secondary survey :
1. Look : lihat, inspeksi : ada luka?
2. Feel : raba, palpasi : bagaimana nvd?
3. Move : gerakan, jangan lakukan bila ada fraktur.
4. Ukur apa ada perbedaan panjang extremitas
3.3.3 Periksa semua persendian dari sakit danpergerakan
3.3.4 Ukur dan catat denyut nadi, pergerakan & sensibilitas extremitas distal
3.3.5 Krepitasi adalah tanda fraktur
3.3.6 Krepitasi tulang diimobilisasi untuk melindungi jaringan lunak
3.3.7 Krepitasi ujung tulang yang patah saling bersinggungan satu sama lain &
menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut
3.4 Spalk
3.4.1 Tujuan spinting (spalk)
1. Untuk mencegah pergerakan tulang yang patah
2. Kapan digunakan splinting tidak ada aturan, kalau ragu-ragu lebih baik pasang
saja
3.4.2 Peraturan umum dalam splinting
1. Harus benar-benar melihat bagian-bagian dari yang luka
2. Periksa & catat sensasi distal sebelum & setelah splinting
3. Lakukan traksi jika pasien menunjukkan angulasi dan denyut nadi tidak teraba
4. Luka terbuka harus ditutup
5. Splint untuk imobilisasi persendian di atas dan di bawah
6. Luruskan spint dengan benar
7. Jangan lakukan penekanan di bawah kulit
8. Lakukan splint sebelum memindahkan pasien
9. Splint luka yang memungkinkan saja
3.4.3 Penatalaksanaan cidera yang spesifik
1. Tulang belakang : imobilisasi harus dilakukan untuk mencegah pasalise
seumur hidup
2. Pelvis : dimasukkan dalam trauma extremitas
70
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Femur : biasanya patah pada 1/3 tengah pangkal paha dan sendi
4. Dislokasi panggul adalah hal yang berbeda
5. Lutut : raktur sangat serius karena arteri berada diatas dan dibawah
6. Tibia dan fibula : terjadinya compartment syndrome
7. Bahu : disertai kerusakan parah dari dada dan leher
8. Siku : dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan saraf
9. Tangan dan pergelangan tangan : biasanya jatuh atau penarikan yang terlalu
kuat
10. Kaki dan tangan : fraktur multiple yang terbuka dan avulsi
3.4.4 Beberapa Hal Yang Penting Dalam Menangani Fraktur & Dislokasi
1. Harus mengetahui mekanisme fraktur dan komplikasinya
2. Mulai dengan primary survey
3. Lihat dan periksa bagian luka
4. Waspada pada patah tulang
5. Catat pembuluh darah dan sensasi sebelum dan sesudah pemasangan splinting
6. Luruskan persendian dengan hati-hati
7. Curiga fraktur!! Lakukan imobilisasi
8. Splint pasien pada waktu yang tepat
9. Ragu-ragu pada tulang belakang lakukan aplinting pada long spine board
10. Jangan sia-siakan golden hour
REFERENSI
71
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
72
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4.3 Penatalaksanaan
4.3.1 Prinsip terapinya adalah RICE:
1. R = rest/istirahat.
2. I = ice.
Ingat, es bukan kompres hangat! Saat cedera baru berlangsung, akan terjadi
robekan pembuluh darah, pembuluh darah sekitar tempat cedera akan melebar
(dilatasi) sebagai respon peradangan. Pemberian kompres dingin/es akan
menyempitkan (vasokonstriksi) pembuluh darah yg melebar sehingga
mengurangi bengkak. Kompres dingin bisa dilakukan 1-2 kali sehari, jangan
lebih dari 20 menit karena justru kan mengganggu sirkulasi darah. Sebaliknya,
saat cedera sudah kronik, tanda-tanda peradangan seperti bengkak, warna merah,
nyeri hebat sudah hilang, maka prinsip pemberian kompres hangat bisa
dilakukan.
3. C = compression. Kompres/penekanan pada bagian cedera, bisa dilakukan
dengan perban/dibalut. Jangan terlalu erat, tujuannya untuk mengurangi
pembengkakan.
4. E = elevation. Jika ankle kaki yg terkilir, sering-sering istirahat dengan kaki
diangkat atau dengan diganjal. Tujuannya untuk mengurangi pembengkakan.
Pemberian obat anti sakit dan anti radang bisa diberikan atas petunjuk dokter.
73
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
74
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Terapi :
1. R.I.C.E (rest ice compression elevation)
2. Meregangkan dengan lembut dan merilekskan area, konsultasi
dengan profesional
3. Jika nyeri maish terasa, segera konsul ke ahli kesehatan
75
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
76
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Anonim. 2002. Managing Your Sports Injury Article. Acc SportSmart
77
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
RESUSITASI CAIRAN
Cairan tubuh berada dalam dua kompartemen besar yaitu intraseluler dan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah sekitar 2/3 total cairan tubuh atau 40% berat
badan, sedangkan cairan ekstraseluler adalah sekitar 1/3 total cairan tubuh atau 20 %
berat badan. Untuk selanjutnya, cairan ekstraseluler dibagi lagi menjadi plasma dan
cairan interstisial. Elektrolit utama kompartemen intraseluler adalah kalium (K+),
sedangkan ekstraseluler adalah (Na+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-).
Kompartemen cairan ini bersifat dinamis yang dipisahkan oleh membran sel yang sangat
selektif.
Pergerakan cairan berlangsung mengikuti gradien difusi yang difasilitasi pula oleh
transporter atau pompa seluler. Perbedaan gradien ini membentuk tekanan osmotik yaitu
tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah perpindahan cairan melalui membran
semipermeabel ke cairan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Adapun tekanan osmotik
plasma adalah 285 ± 5 mOsm/L.
78
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Pergerakan antara cairan intraseluler dan ekstraseluler ini memenuhi hukum Starling
yaitu: Pergerakan cairan = Kx [(Pc-Pi) –(II c-II i)]
Saat cairan keluar dari kapiler, tekanan hidrostatik dalam kapiler akan menurun,
sedangkan tekanan onkotik akan meningkat. Peningkatan tekanan onkotik ini akan
menyebabkan reabsorpsi cairan ke dalam lumen kapiler. Oleh karena itu, 90% cairan
yang semulanya masuk ke interstisial akan kembali ke intravaskular, sisanya akan
kembali melalui sistem limfatik.
Volume sirkulasi cairan yang efektif dipengaruhi oleh:
1. saraf simpatis melalui baroreseptor,
2. katekolamin,
3. sistem renin-angiostensin-aldosteron,
4. ADH (anti diuretic hormone)
Kebutuhan harian air adalah 50 ml/kgBB, natrium 2 mEq/kgBB, kalium 1 mEq/
kgBB. Ekskresi air hampir selalu disertai dengan ekskresi natrium baik melalui urin,
tinja, atau keringat. Oleh karena itu, terapi kekurangan air (dehidrasi) selalu diberikan
cairan infuse yang mengandung natrium. Selanjutnya, kadar kalium dalam plasma hanya
2% dari total kalium di dalam tubuh.
79
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
80
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
81
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.3.2 Koloid
1. Albumin
Albumin 5% digunakan ketika kristaloid gagal mempertahankan volume
plasma untuk beberapa saat. Albumin digunakan ketika terdapat kebocoran
atau kekurangan protein dari celah vaskular, misalnya peritonitis atau luka
bakar ekstensif.
2. Produk darah
Terutama digunakan jika ada perdarahan.
3. Fraksi protein plasma
4. Koloid sintetik (dextran)
Dextran meningkatkan aliran darah melalui mikrosirkulasi, dengan menurukan
viskositas darah. Dextran juga memiliki efek antiplatelet.
Koloid Kristaloid
83
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
84
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Sebagai contoh, terapi penggantian cairan diberikan pula pada pasien syok yang
ditandai dengan hipoperfusi multi organ dan hipoksia jaringan. Adapun tanda-tanda syok
adalah mean arterial pressure yang menurun, takikardia, takipneu, perubahan status
mental, akral dingin, oliguri, dan asidosis laktat. Penyebab syok adalah penurunan curah
jantung (cardiac output), penurunan resistensi vaskular sistemik, atau keduanya. Untuk
selanjutnya, syok dikategorikan menjadi hipovolemik, kardiogenik, dan curah jantung
yang tinggi/ resistensi vaskular sistemik yang menurun seperti pada syok septik. Syok
hipovolemik sendiri ditandai dengan akral dingin dan capillary refill yang lambat.
5. MAINTENANCE FLUID
REFERENSI
1. Powel, jeremy. 2011. British Consensus Guidelines on Intravenous Fluid Therapy f
or Adult Surgical Patients. BAPEN.
86
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
SYOK
1. DEFINISI
Syok (renjatan) dapat diartikan sebagai keadaan terdapatnya pengurangan yang sangat
besar dan tersebar luas pada kemampuan pengangkutan oksigen serta unsur unsur gizi
lainya secara efektif ke berbagai jaringan sehingga timbul cedera seluler yang mula mula
reversible dan kemudian apabila syok berlangsung lama menjadi irreversible. Selain itu
syok merupakan suatu kelainan progresif yang menyebabkan kematian bila masalah-
masalh yang mendasarinya tidak dikoreksi. Yang menjadi masalah yang mendasari bias
seperti kehilangan banyak darah/exsanguinations, trauma atau luka bakar yang luas,
infark miokard, emboli paru, dan sepsis. Tanpa memandang sebabnya, syok ditandai oleh
hipoperfusi sistemik jaringan; yang bisa disebabkan oleh curah jantung yang berkurang
atau oleh berkurangnya volume darah efektif yang beredar. Akibatnya adalah menjadi
gangguan perfusi jaringan dan hipoksia.
2. KLASIFIKASI SYOK
Bentuk bentuk syok yang paling sering dijumpai dapat dikelompokkan menjadi tiga
golongan kelainan, berikut :
2.1 Syok kardiogenik, disebabkan oleh curah jantung yang rendah akibat kegagalan pompa
jantung. Penyebabnya bisa berupa karena :
1.Kerusakan otot jantung (infark), akibat dari depresi berat kinerja jantung sistolik.
Tekanan arteri sistolik <80 mmHg, indeks jantung berkurang dibawah 1,8L/menit/m2.
2. Aritmia ventrikel, dimana tekanan pengisian ventrikel kiri meningkat umumnya
diatas 18mmHg.
3. Tekanan dari luar (tamponade jantung).
4. Aliran darah yang tersumbat (misalnya, emboli paru). Dapat terlihat jelas atau tidak.
Gejala yang tampak pasien sering terlihat tak berdaya , pengeluaran urin berkurang
dari 20mL/jam, ekstremitas dingin dan sianotik.
2.2 Syok hipovolemik, disebabkan oleh curah jantung yang rendah akibat hilangnya
volume darah atau plasma (misalnya, akibat perdarahan atau kehilangan cairan pada
luka bakar luas.
2.3 Syok septik, termasuk dalam syok distributif disebabkan oleh vasodilatasi arteri dan
pengumpulan darah pada vena yang berpangkal dari respon imun sistemik terhadap
infeksi mikroba.
87
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Selain itu kadang kadang syok bias disebabkan oleh hilangnya tonus pembulu darah
yang berkaitan dengan anestesi atau trauma medulla spinalisa (syok neurogenik). Syok
anafilaktik disebabkan oleh vasodilatasi sistemik dan meningkatnya permeabilitas pembulu
darah yang dipicu oleh reaksi hipersensitivitas yang diperantarai oleh suatu immunoglobulin-
E. Syok neurogenik dan syok anafilaktik termasuk dalam golongan syok distributive bersama
dengan syok septic.
3. PATOGENESIS
Beberapa karakteristik pathogenesis syok sama tanpa memperhatikan penyebab yang
mendasari. Jalur akhir dari syok adalah kematian sel. Begitu sejumlah besar sel dari organ
vital telah mencapai stadium ini, syok menjadi irreversible, dan kematian terjadi
meskipun telah dilakukan koreksi terhadap penyebab/masalah yang mendasarinya.
Mekanisme pathogenesis yang menyebabkan kematian sel tidak sepenuhnya dipahami.
Syok umumnya cenderung berkembang melalui tiga tahap umum, kecuali bila
kelainan yang ada sangat massif dan mematikan dengan cepat (misalnya, hilangnya
darah/exsanguinations dari suatu aneurisme aorta yang ruptur). Tahap tahap ini telah
diketahi dengan lebih jelas pada syok hipovolemik namun juga dapat dipakai secara
umum pada syok bentuk lain :
1. Tahap awal non-progresif, yaitu saat mekanisme kompensasi reflex diaktifkan
dan perfusi organ organ vital dipertahankan. Pada tahap ini berbagai mekanisme
neurohumoral bekerja membantu mempertahankan curah jantung dan tekanan
darah. Mekanisme ini meliputi reflex baroreseptor , pelepasan katekolamin dan
hormone antidiuretik, pengaktifan jalur rennin-angiostensin-aldosteron, dan
rangsangan simpatis umum.
2. Tahap progresif, ditandai oleh hipoperfusi jaringan dan mulainya sirkulasi yang
memberuk dan gangguan metabolism, termasuk asidosis. Tahap ini terjadi karna
penyebab yang mendasari timbulnya syok tidak dikoreksi. Sejalan dengan hipoksia
jaringan yang meluas, organ organ vital terpengaruh dan mulai mengalami
kegagalan organ.
3. Tahap irreversible, yaitu saat jejas sel dan jaringan sangat berat sehingga
walaupun defek hemodinamik diperbaiki , tidak memungkinkan pasien selamat.
Jejas sel yang meluas tergambarkan dari kebocoran enzim lisosomal, yang
memperburuk keadaan syok. Fungsi kontraktil otot jantung memburuk , antara lain
oleh karena meningkatnya pembentukan nitrat oksida. Pada tahap ini dimana
88
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang timbul dibagi menjadi 2 yakni secara umum yang sama terjadi
pada semua syok dan secara khusus yang spesifik terhadap tipe syok.
1. Secara umum, Syok selalu ditandai oleh hipotensi yang pada orang dewasa pada
umumnya merujuk pada tekanan arteri rata-rata kurang dari 60 mmHg. Manifestasi
umum yang lain berupa takikardi, oligouria, sensorium berkabut dan dingin,
ekstremitas berburik menunjukan aliran darah ke kulit berkurang. Asidosis
metabolic, sering disebabkan karena kadar adam laktat darah meningkat,
menunjukan aliran darah kebanyak jaringan yang tidak adekuat berkepanjangan.
2. Secara khusus, pada pasien syok kardiogenik mempunyai gejala dan tanda
penyakit jantung, termasuk peningkatan tekanan pengisian katup , irama gallops,
dan tanda gagal jantung yang akut lainnya. Pada pasie syok hipovolemik sering
mempunyai riwayat pendarahan saluran makanan atau perdarahan dari tempat lain
atau tanda kehilangan volume besar jelas melalui diare dan/atau muntah. Pada
pasien syok septic keadaan tidak ada neutropenia berat, bias terdapat tanda infeksi
local (pneumonitis, pielonefritis atau abses abdomen) serta demam dan menggigil.
5. DIAGNOSIS
5.1 Syok membakat (Impending shock)
1. Penurunan atau perubahan kesadaran
2. Hipotensi, pada orang dewasa tekanan darah sistolik di bawah 90 mmHg. Bila
terdapat keraguan (pasien hipertensi), amati tanda vital ortostatik.
3. Tanda vital ortostatik (terutama pada syok hipovolemik), yaitu perbedaan
tekanan darah dan atau frekuensi nadi pada posisi telentang dengan posisi duduk
atau berdiri sebesar 10 mmHg dan atau di atas 15 kali/menit. Fenomena ini
merupakan indikasi kuat kekurangan volume cairan intra vaskular ringan sampai
sedang.
4. Hipotensi perifer. Kulit teraba dingin, lembab, dan isi nadi lemah.
89
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6. PENATALAKSANAAN
Secara umum , tujuan penanganan syok adalah :
1. Mempertahankan tekanan arterial rerata (mean) diatas 60 mmHg (pada orang
dewasa normal) untuk menjamin perfusi yang memadai pada organ-organ vital.
2. Mempertahankan aliran darah pada organ organ yang paling sering mengalami
kerusakan syok, misalnya ginjal, hepar, SSP dan paru paru.
3. Mempertahank kadar laktat darah arterial dibawah 22 mmol/L. (karena
pengukuran kadar laktat bisasanya tidak tersedia secara “on line”, tujuan ini harus
sering dinilai secara retrospektif.
Bentuk bentuk syok yang spesifik memerlukan terapi yang ditujukan kepada proses
yang mendasarinya.
90
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6.1.3 Pasang segera infus cairan kristaloid dengan kanul yang besar (18, 16)
6.1.4 Lakukan pemeriksaan fisik yang lengkap termasuk kepala dan punggung. Bila
tekanan darah dan kesadaran relatif normal pada posis telentang, coba periksa
dengan posisi duduk atau berdiri.
6.1.5 Keluarkan darah dari kanul intravena untuk pemeriksaan laboratorium : darah
lengkap, penentuan golongan darah, analisis gas darah elektrolit. Sampel darah
sebaiknya diambil sebelum terapi cairan dilakukan.
6.1.6 Pada syok hipovolemik, kanulasi dilakukan pada v.safena magna atau v.basilika
dengan kateter nomor 16 perkutaneus atau vena seksi. Dengan memakai kateter
yang panjang untuk kanulasi v.basilika dapat sekaligus untuk mengukur tekanan
vena sentral (TVS).
6.1.7 Pada kecurigaan syok kardiogenik, kanulasi vena perkutan pada salah satu vena
ekstrimitas atas atau vena besar leher dilakukan dengan kateter nomor 18-20.
6.1.8 Peubahan nilai PaCO2, PaO2, HCO3, dan PH oada analisis gas darah dapat
dipakai sebagai indikator beratnya gangguan fungsi kardiorespirasi, derajat
asidosis metabolik, dan hipoperfusi jaringan.
6.1.9 Beri oksigen sebanyak 5-10 L/menit dengan kanul nasal atau sungkup muka dan
sesuaikan kebutuhan oksigen PaO2. Pertahankan PaO2 tetap di atas 70 mmHg.
6.1.10 Beri natrium bikarbonat 1 atau 2 ampul bersama cairan infus elektrolit untuk
mempertahankan nilai Ph tetap di atas 7,1, walaupn koreksi asidosis metabolik
yang terbaik pada syok adalah memulihkan sirkulasi dan perfusi jaringan.
6.1.11 Terapi medikamentosa segera
1. Adrenalin dapat diberikan jika terdapat kolaps kardivaskuler berat (tensi/nadi
hampir tidak teraba) dengan dosis 0,5-1 mg larutan 1 : 1000 intra muskuler
atau 0,1-0,2 mg larutan 1 : 1000 dalam pengenceran denan 9 ml NaCl 0,9 %
intra vena. Adrenalin jangan dicampur dengan natrium bikarbonat karena
adrenalin dapat menyebabkan inaktivasi larutan basa.
2. Infus cepat dengan Ringer‟s laktat (50 ml/menit) terutama pada syok
hipovolemik. Dapat dikombinasi dengan cairan koloid (dextran L).
3. Vasopresor diberikan pada syok kardiogenik yang tidak menunjukkan
perbaikan dengan terapi cairan. Dopamin dapat diberikan dengan dosis 2,5
Ug/kg/menit (larutkan dopamin 200 mg dalam 500 ml cairan dekstrosa 5%.
Setiap ml larutan mengandung 400 Ug dopamin). Dosis dopamin secara
91
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Anderson SP, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-prose penyaki jlid 1, ed
4.1995. Jakarta: EGC.
3. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi. 7 nd ed , Vol. 1. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007 : 90-93
4. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 1, ed 3. 2001. Jakarta: Media
Aesculapius.
5. Muhiman, Muhardi, dkk. Anestesiologi. 2004. Jakarta: Bagian anestesiologi dan terapi
intensif FKUI.
6. Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, Ed 4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2007.
92
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
TRAUMA LINGKUNGAN
1. MOUNTAIN SICKNESS
Penyakit di daerah ketinggian dibagi menjadi 3 sindrom yaitu : acute mountain
sickness (AMS), high altitude cerebral edema (HACE), and high altitude pulmonary
edema (HAPE).
1.1 Akut Mountain Sickness (AMS)
AMS adalah bentuk paling umum dari penyakit daerah ketinggian yang paling
berpengaruh pada 25% dari semua pendaki yang berada di atas ketinggian 8000 kaki
atau (2500 m). Gejala utama dari AMS adalah
sakit kepala, disertai dengan kelelahan, napas
tersengal- sengal, pucat (kebiruan pada bibir
dan kuku), kehilangan nafsu makan, mual,
dan kadang- kadang muntah. Onset sakit
kepala biasanya 2- 12 jam setelah tiba di
ketinggian yang lebih tinggi.
1.1.1 Gejala :
Gejala yang timbul bergantng pada kecepatan
mendaki dan tenaga yang dikerahkan saat
mendaki. Gejala yang timbul mulai dari ringan
sampai mengancam jiwa. Keadaan ini bisa
berakibat pada sistem syaraf, paru – paru, otot,
dan jantung.
Gejalan ringan – sedang :
1. Sulit tidur
2. Pusing
3. Kelelahan
4. Sakit kepala
5. Kehilangan nafsu makan
6. Mual atau muntah
7. Denyut jantung cepat
8. Napas pendek dan sulit
93
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
94
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
95
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Hackett PH, Rennie D, Levine HD. 1976. The incidence, importance, and
prophylaxis of acute mountain sickness. Lancet.
(http://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/2014/chapter-2-the-pre-travel-
consultation/altitude-illness)
2. Heller, Jacob L. 2015. Acute Mountain Sickness.
(https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000133.htm diakses pada 20
Desember 2015)
3. J. Paralikar Dr. Swapnil. Department of Physiology, Medical College, Baroda,
India. Occupational Health Consultant, Baroda Textile Effects Limited, Baroda,
India. Dr. Swapnil J. Paralikar, 18, Taksh Bungalows, Near Shobhana Nagar,
Vasna Road, Baroda - 390 021, India. E-mail:drsparalikar@gmail.com
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2923424/)
96
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. HYPOTHERMIA
Terlalu lama kedinginan, khususnya dalam cuaca berangin dan hujan, dapat
menyebabkan mekanisme pemanasan tubuh terganggu sehingga menyebabkan
penyakit kronis. Hipotermia terjadi ketika suhu tubuh seseorang turun di bawah 35 ° C
(95 ° F). Suhu tubuh normal adalah sekitar 37 ° C (98,6 ° F). Hipotermia dapat dengan
cepat dan dapat mengancam jiwa sehingga harus diperlakukan sebagai darurat medis.
Kondisi hipotermia biasanya disebabkan oleh berada di lingkungan yang dingin dan
dapat dipicu oleh kombinasi dari hal –hal yang terjadi dilingkungan tersebut dalam
kondisi dingin untuk waktu yang lama. Orang yang sangat berisiko adalah mereka
yang sudah lanjut usia atau sakit dan tidak dapat bergerak dengan mudah untuk
menghasilkan panas. Bayi juga lebih rentan untuk terkena hipotermia karena
kemampuan tubuh mereka 'untuk mengatur suhu mereka belum sepenuhnya
dikembangkan. Orang-orang yang menghabiskan banyak waktu di luar dalam kondisi
cuaca dingin, seperti pendaki dan pemain ski, juga pada merupakan faktor risiko
terkena hipotermia.
2.1 Gejala dan Tanda
Tanda-tanda hipotermia bervariasi tergantung pada seberapa rendah suhu seseorang
telah menurun.
2.1.1 Hipotermia ringan
Jika seseorang memiliki hipotermia ringan (umumnya dengan suhu tubuh 32-
35 ˚ C), gejala tidak selalu jelas, tetapi mereka dapat mencakup:
1. Menggigil konstan
2. Kelelahan
3. Energi menurun
4. Kulit dingin atau pucat
5. Bernapas cepat (hiperventilasi)
2.1.2 Hipotermia moderat
Sedang kasus hipotermia (umumnya dengan suhu tubuh 28-32 ˚ C) dapat
mencakup gejala seperti:
1. Tidak mampu untuk berpikir atau memperhatikan
2. Kebingungan
3. Hilangnya pertimbangan dan penalaran (seseorang dengan hipotermia dapat
memutuskan untuk menghapus pakaian meskipun sangat dingin)
97
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.2 Penanganan
1. Tangani pasien dengan yakin
Batasi pergerakan pasien, hanya bila diperlukan untuk bergerak. Hindari pemijatan
dan penggosokan pasien. Pergerakkan yang terlalu banyak dan kuat akan memicu
terjadinya henti jantung.
2. Pindahkan korban ke tempat yang lebih hangat
Bila memungkinkan ke tempat yang kering juga. Bila tidak memungkinkan untuk
memindahkan pasien, hindari tubuh pasien dari dingin dan angin sebisa mungkin.
3. Lepaskan pakaian yang basah
4. Bungkus tubuh korban dengan selimut hangat
Gunakan selimut atau mantel yang hangat dan kering untuk menghangatkan
korban. Tutupi kepala dan seluruh tubuh korban kecuali muka, biarkan wajah korban
terbuka.
98
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
99
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Danzl DF. Hypothermia and frostbite. In: Fauci AS, Harrison TR. 2008 . Harrison's
Principles of Internal Medicine. 17th ed. McGraw Hill : New York, NY.
http://www.emergency.cdc.gov/disasters/winter/staysafe/hypothermia.asp
2. Hayward, J.S. et al. Accidental Hypothermia: An Experimental Study of Inhalation
Rewarming. Aviation Space Environmental Medicine. 46(10):1236-1240, and personal
communication. (http://www.hypothermia.org/hypothermia.htm)
3. Mayo Clinic. 2014. Hypothermia: Treatment.(http://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/hypothermia/basics/treatment/con-20020453 diakses 20 Desember 2015 jam
01.47 WIB)
4. Mayo Clinic. 2014. Hypothermia: Symptoms. (http://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/hypothermia/basics/symptoms/con-20020453 diakses pada 19 Desember 2015
DAN NHS.
5. Symptoms of Hypothermia.http://www.nhs.uk/Conditions/Hypothermia/Pages/
Symptoms.aspx diakses pada 19 Desember 2015.
100
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. HEAT STROKE
102
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.4 Penatalaksanaan
1. Memastikan korban mengalami heat stroke
2. Memindahkan korban ke tempat sejuk dan berventilasi baik , gunakan kipas angin
dan pakeannditanggalkan.
3. Mengguyur korban dengan air dingin di seluruh tubuh
4. Massage kulit untuk mengatasi efek vasokonstriksi dari air dingin dan
mempercepat aliran darah.
5. Memeriksa suhu rektal tiap 10 menit jangan sampai kurang dari 38,5oC (untuk
pertimbangan etis bisa dilakukan di sublingual). Axilla<sublingual<rektal. Berati
sublingual suhunya jangan sampai kurang 38oC.
6. Memperhatikan penderita jangan sampai relaps (kambuh).
7. Obat-obatan jika perlu : infus cairan. Sedatif hanya diberikan bila kejang terus-
menerus,misalnya Diazepam 10-20 mg iv. Dapat dilakukan 3x dengan selang
waktu 30-60 menit suntikan sebelumnya.Jangan berikan morfin atau epinefrin
REFERENSI
1. Casa Douglas J, PhD, ATC, FACSM et all . 2007. Validity of Devices That Assess
Body Temperature During Outdoor Exercise in the Heat. USA : National Athletic
Trainers‟ Association
2. Glazer James L. M.D. 2005. Management of Heatstroke and Heat Exhaustion.
Maine Medical Center: Portland, Maine Am Fam Physician
3. Mayo Clinic. 2014. Heatsrtoke: Treatment. (Online)
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/heat-stroke/basics diakses pada 19
Desember 2015)
4. www.journalofathletictraining.org
103
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. FROSTBITE
Frostbite terjadi ketika suhu jaringan turun di bawah jaringan (dibawah 0,55oC/ 31 F).
Ketika bagian dari tubuh, seperti lengan, tangan, kaki, atau kaki, memiliki kerusakan
jaringan akibat terkena cuaca dingin atau air, ini disebut frostbite. Frostbite merupakan
suatu kondisi darurat medis. Terjadi pembentukan kristal es kemudian mendistorsi dan
menghancurkan bentuk sel. Setelah endotelium pembuluh darah rusak, berlangsung cepat
trombosis mikrovaskular kemudian terjadi iskemia sehingga mulai kolaps, terjadi
peningkatan meningkatkan tekanan jaringan, dan edema terbentuk. Frostbite dapat
menyebabkan gangren dan hilangnya bagian tubuh yang terkena .
4.3 Penanganan
1. Pindahkan individu ke lingkungan yang hangat
2. Melepaskan pakaian yang basah dan menjaga supaya tetap kering
3. Berikan orang minuman hangat saat sadar
4. Lepaskan perhiasan dari daerah radang dingin
104
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. Jangan menggosok, pijat, atau merendam bagian tubuh yang membeku (karena
mungkin tidak mengenali seberapa besar cedera daerah sampai setelah itu telah
rewarmed).
6. Balut dengan perban kering dapat diterapkan pada daerah frostbite untuk
melindunginya.
4.4 Pencegahan
1. Batasi waktu anda di luar ketika cuaca dingin
2. Jika harus berada di luar ruangan, pastikan memakai lapisan pakaian hangat dan
kering. Disarankan untuk memakai sarung tangan, dan tutupan kepala karena
lebih dari 20 % dari panas tubuh hilang melalui kepala serta alas kaki yang tahan
air.
3. Lepaskan pakaian basah sesegera mungkin
4. Saat dalam dingin, jangan gunakan alkohol atau zat lain, karena alkohol dapat
meningkatkan kehilangan panas.
5. Jangan gunakan produk tembakau di lingkungan dingin karena tembakau dapat
meningkatkan kehilangan panas dari tubuh dan menurunkan sirkulasi
REFERENSI
1. Danzl DF. Hypothermia and frostbite. In: Fauci AS, Harrison TR. 2008 . Harrison's
Principles of Internal Medicine. 17th ed. McGraw Hill : New York, NY.
2. Janet M. Torpy, MD. 2011. Frostbite. American College of Emergency Physicians,
National Library of Medicine, National Institutes of Health, Arctic Health, University of
Maryland Medical Center : JAMA (Journal of the American Medical Association)
3. Medscape. 2015. Frostbite. (Online) http://emedicine.medscape.com/article/926249-
overview. diakses pada 19 Desember 2015 .
4. Stephen, Robert L. 2015. Hypothermia and Frostbite. (Online)
http://www.slremeducation.org/wp-content/uploads/2015/06/Chapter-131.-Hypothermia-
and-Frostbite.pdf diakses pada 19 Desember 2015.
105
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. LUKA BAKAR
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka
bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi.
Luka Bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda –
benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak langsung, pajanan
suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air dan lain – lain) atau zat – zat
yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. seluruh kulit beratnya 16%
berat tubuh. kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus, dan kulit bagian
medial lengan atas. sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,
punggung, bahu, dan bokong.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. pembuluh darah
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. sel darah yang ada di
dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. meningkatnya permeabilitas
menyebabkan oedem dan enimbulkan bula yang banyak elektrolit. hal itu menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler. bila luas luka bakar kurang dari 20%,
biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari
20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah, pucat,
dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin
berkurang. Pembengkakan terjadi pelan – pelan, maksimal teradi setelah delapan jam.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang menghisap. Oedem
laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. dapat
juga keracuman gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat
haemoglobin dengan kuat sehingga haemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen.
Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mula dan muntah. pada
keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% haemoglobin terikat CO,
penderita dapat meninggal. Setelah 12 – 24 jam, permeabiitas kapiler mulai membaik,
dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. ini ditandai
dengan meningkatnya diuresis.
106
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
107
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
108
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
109
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. Dinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam
pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.
5. Tapi pendinginan tidak dapat dilakukan bila luka bakar lebih luas karena bahay
terjadinya hipotermia. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar
apapun.
Beberapa pertimbangan lain dalam menangani pasien dengan luka bakar, yaitu:
1. Pembersihan dan perawatan luka (wound debridement) dan pemberian
antibiotik berspektrum luas untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder yang
dapat berakhir menjadi sepsis nantinya.
2. Pemberian tetanus toxoid (TT) dan serum anti-tetanus (ATS) untuk mencegah
infeksi tetanus.
3. Pemberian analgesik opioid yang dititrasi untuk menghindari timbulnya syok
neurogenik.
4. Pemasangan kateter urin untuk meninjau fungsi ginjal dan keberhasilan terapi
pengganti cairan (1 ml/ kgBB/ jam).
5. Terapi nutrisi, dalam hal ini diet tinggi kalori dan tinggi protein guna
mendukung kebutuhan kalori dan pembentukkan kembali jaringan yang telah
rusak sebelumnya.
6. Rehabilitasi dan fisioterapi yang ditujukkan untuk mengembalikan fungsi
sensorik, motorik dan mencegah terjadinya kontrakktur.
7. Pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan darah rutin, faal ginjal, faat
hati, pemeriksaan elektrolit dan analisa gas darah untuk mengevaluasi kembali
pasien.
110
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
6. Wim de Jong. 2005. Luka Bakar: Bukua Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC
111
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
ENVENOMASI
1. DEFINISI
Menurut arti bahasa, envenomasi adalah keracunan akibat bisa. Kasus envenomasi ini
merupakan kasus kegawatdaruratan yang perlu penanganan secara cepat dan tepat.
Envenomasi adalah proses dimana racun disuntikkan dengan gigitan (atau sengatan) dari
hewan berbisa. Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Kebanyakan racun ditransmisikan
melalui gigitan pada kulit korban, tetapi beberapa racun ada yang diterapkan secara
eksternal, terutama untuk jaringan yang sensitif seperti jaringan yang mengelilingi mata.
2. JENIS-JENIS ENVENOMASI
2.1 Mamalia Beracun
Gigitan mamalia ke manusia biasanya menimbulkan edema lokal, luka dengan nyeri
ringan, dan sedikit menimbulkan efek sistemik. Beberapa contohnya antara lain :
1. The short-tailed shrew, ditemukan di Amerika Utara
2. The solenodon, ditemukan di Amerika Tengah
3. The platypus, ditemukan di Australia dengan racun dihasilkan oleh kelenjar di
dasar kaki belakang.
2.3.2 Host : Canidae, termasuk anjing, rubah, anjing hutan, serigala, kucing,
sigung, raccoons, kelelawar vampire dan musang.
2.3.3 Patogenesis :
1. Penularan melalui luka gigitan dan lecet akibat cakaran hewan penderita
rabies.
2. Virus akan mengikatkan pada Ach-reseptor pada sel neuron sampai ke
daerah axon.
3. Terjadi perpindahan infeksi pasif asam inti virus seara centripetal di dalam
axon menuju ke central nervus system.
4. Replikasi virus ini akan menyebabkan depresi, coma bahkan kematian.
2.3.4 Terdapat dua bentuk epizootic rabies yaitu urban rabies yang terjadi pada jenis
mamalia pet animal dan sylvatic rabies yang terjadi pada jenis mamalia liar .
2.3.5 Klinis :
1. Masa inkubasi : 1 minggu hingga lebih, umumnya 1 bulan
2. Fase prodormal : malaise, anorexia,sakit kepala, nausea, vomit, sakit
tenggorokan dan demam.
3. Fase sensorik : sensasi abnormal di sekitar tempat infeksi
4. Fase eksitasi : ketegangan, ketakutan, hyperlacrimasi, dilatasi pupil,
keringat berlebihan, halusinasi, kaku otot, keinginan
melawan, dysphagia sehingga hypersalivasi dan
hydrophobia.
5. Fase kematian : akibat paralisa otot pernafasan.
113
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
114
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.3.8 Pencegahan
Pencegahan imunologis terhadap rabies pada manusia adalah dengan
memberikan Human Rabies Immunoglobulin (HRIG) secepat mungkin setelah
terpajan untuk menetralisir virus pada luka gigitan, dengan dosis tunggal 20IU/kg
BB, setengahnya diinjeksikan ke dalam dan di sekitar luka dan setengahnya
diberikan IM.
Selanjutnya diberikan vaksin pada tempat yang berbeda untuk mendapatkan
imunitas aktif dengan HDCV atau RVA dalam 5 dosis0,5 atau 1,0 cc IM pada
daerah deltoid. Dosis pertama diberikan segera setelah gigitan (pada saat yang
sama diberikan dosis tunggal HRIG) dan dosis selanjutnya pada hari ke 3, 7, 14
dan 28 setelah dosis pertama
Gambar 8.1. Perbedaan ular berbisa dengan ular yang tidak berbisa
115
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Gigitan Viperidae
a. Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah
beberapa jam berupa bengkak di dekat gigitan
yang menyebar ke seluruh anggota badan.
b. Gejala sistemik muncul setelah 5 menit atau
setelah beberapa jam.
c. Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan
di atas siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau
ditandai dengan perdarahan hebat.
116
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
117
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
118
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. PENATALAKSANAAN
3.1 Pertolongan pertama (First Aid)
3.1.1 Cek ABC (airway, brething, circulation)
3.1.2 Tenangkan korban yang cemas
3.1.3 Inspeksi area gigitan : cari tanda gigitan taring (fang marks), edema, eritema, nyeri
lokal, perdarahan, memar, dan nekrosis jaringan (terutama akibat gigitan ular dari
famili Viperidae)
3.1.4 Buka semua cincin, perhiasan, jam tangan dan benda apapun yang ketat yang
menghambat aliran darah
3.1.5 Lakukan Pressure Bandage Immobilisation (PBI)
1. tujuan : mencegah pergerakan dan kontraksi otot yang dapat meningkatkan
penyebaran bisa ke dalam aliran darah dan getah bening
2. Teknik :
A. Bersihkan area gigitan dengan cairan faal atau air steril
B. Gunakan perban kasar elastis (lebar ± 10-15 cm), lakukan
pembebatan di area gigitan mulai dari distal (jari kaki) ke bagian
proksimal sampai menutupi seluruh tungkai.
C. Periksa neurovaskularisasi pada bagian yang dibebat untuk
menghindari hambatan aliran darah.
D. Posisikan daerah yang tergigit tetap berada di bawah jantung untuk
mengurangi aliran bisa
E. Jangan lepas perban sebelum ke tempat pelayanan medis.
F. Jaga stabilitas jalan nafas, fungsi pernafasan, sirkulasi
3.1.6 Lakukan resusitasi bila ditemukan hipotensi berat dan shock, shock perdarahan,
kelumpuhan saraf pernafasan, nekrosis lokal, dan kondisi buruk lainnya
3.1.7 Segera bawa korban ke Rumah sakit secepatnya dengan aman
3.1.8 Yang harus dihindari :
1. NO suction dan NO incisions
2. NO ice directly on wound
3. NO tourniquets
4. NO alcohol on wound
5. NO electric shock or „folk remedies‟
6. NO antihistamin dan kortikosteroid
119
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
120
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.2.2 Antibisa
Jika didapatkan gejala sistemik atau lokal yang hebat (pembengkakan pada
lebih dari setengah ekstremitas atau nekrosis berat) berikan antibisa jika tersedia.
Siapkan epinefrin SK atau IM bila syok dan difenhidramin IM untuk
mengatasi reaksi alergi yang terjadi setelah pemberian antibisa ular (lihat di
bawah).Berikan antibisa polivalen. Ikuti langkah yang diberikan dalam brosur
antibisa. Dosis yang diberikan pada anak sama dengan dosis pada orang dewasa.
Larutkan antibisa 2-3 kali volume garam normal berikan secara intravena
selama 1 jam. Berikan lebih perlahan pada awalnya dan awasi kemung-kinan
terjadi reaksi anafilaksis atau efek samping yang seriusJika gatal atau timbul
urtikaria, gelisah, demam, batuk atau kesulitan bernapas, hentikan pemberian
antibisa dan berikan epinefrin 0.01 ml/kg larutan 1/1000 atau 0.1 ml/kg 1/10.000
SK. Difenhidramin 1.25 mg/kgBB/kali IM, bisa diberikan sampai 4 kali perhari
(maksimal 50 mg/kali atau 300 mg/hari).
Bila anak stabil, mulai kembali berikan antibisa perlahan melalui
infus.Tambahan antibisa harus diberikan setelah 6 jam jika terjadi gangguan
pembekuan darah berulang, atau setelah 1-2 jam, jika pasien terus mengalami
perdarahan atau menunjukkan tanda yang memburuk dari efek neurotoksik atau
kardiovaskular.
121
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
122
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. SENGATAN SERANGGA
123
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
124
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
125
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
INTOKSIKASI
Intoksikasi adalah kondisi yang terjadi akibat pemberian zat psikoaktif dan
menyebabkan gangguan pada tingkat kesadaran, kognisi, persepsi, penilaian, yang
berpengaruh pada fungsi lainnya. Intoksikasi merupakan salah salah satu kegawatdaruratan
medis yang sering terjadi dan dapat terjadi dimana saja. Baik itu di rumah, lingkungan kerja,
dan bahkan di pegunungan. Keracunan bukanlah hal yang dianggap remeh dikarenakan dapat
mengakibatkan kematian jika tidak ditangani dengan benar. Oleh karena itu, penanggulanan
keracunan harus diketahui oleh semua masyarakat. Khususnya pertolongan pertama dalam
mengatasi keracunan sebelum pertolongan lanjut dari dokter.
Gejala umum
Turunnya frekuensi nafas, pupil yang melebar (dilatasi), turunnya laju nafas, denyut
jantung menjadi lebih cepat atau lebih lambat, pusing, diare, cramp perut, keringat dingin,
halusinasi, air liur yang berlebihan (hipersalivasi), sianosis (kebiruan pada kulit), penurunan
kesadaran.
1. Intoksikasi Makanan
Keracunan pangan yang disebabkan oleh produk toksik bakteri patogen (baik itu toksin
maupun metabolit toksik) disebut intoksikasi. Bakteri tumbuh pada pangan dan
memproduksi toksin. Jika pangan ditelan, maka toksin tersebut yang akan menyebabkan
gejala, bukan bakterinya. Beberapa bakteri patogen yang dapat mengakibatkan keracunan
pangan melalui intoksikasi adalah:
1.1 Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang dan tergolong bakteri
Gram-positif, bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora. lalu bereproduksi dan
menimbulkan toksin dalam usus atau telah tertelan toksin tersebut. Ada dua tipe toksin
yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu toksin yang menyebabkan diare dan toksin
yang menyebabkan muntah (emesis)
1.1.1 Gejala :
1. Bila toksin penyebab diare (mencemari sayuran dan daging) : mula, nyeri
perut (seperti kram), diare berair, yang terjadi 8 – 16 jam setelah
mengkonsumsi makanan.
126
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
127
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
128
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Penatalaksanaan :
A. Bila muntah dan diare berlangsung kurang dari 24 jam bisa melakukan
perawatan dirumah
B. Mencegah dehidrasi (memberi minum)
C. Bila masih mual dan muntah sebaiknya tidak diberikan makanan padat
D. Hindari konsumsi alkohol, minuman berkafein, dan minuman gula
E. Penanganan lanjut bisa dibawa ke puskesmas atau rumah sakit
F. Bila diare dan tidak bisa minum, maka rehidrasi dilakukan secara
intarvena.
G. Bila yang keracunan adalah bayi, anak kecil, orang lanjut usia, wanita
hamil, dan orang yang mengalami gangguan sistem imun maka perlu
dibawa ke rumah sakit segera
H. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, atau norit.
I. Kosongkan lambung (racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :
i. Dimuntahkan : Bisa dilakukan dengan cara mekanik
(menekan reflek muntah di tenggorokan)
ii. Kontraindikasi : Cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan
zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah,
bensin), kesadaran menurun dan penderita
kejang.
J. Bilas lambung :
i. Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
ii. Bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %
, atau asam asetat 5 %.
iii. Pembilasan sampai 20 kali, rata-rata volume 250 cc.
iv. Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
K. Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, diuretik
129
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
130
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Aggarwal Praveen, Handa Rohini. Acute Poisoning – Management
Guidelines. New Delhi : India Institute of Medical Sciences, Ansari Nagar
2. Djoko, Widodo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta:
Interna Publishing
3. Hoving D.J Van. 2011. Emergency management of acute poisoning.
Tygerberg, South Africa : African Journal of Emergency Medicine
(http://www.afjem.org/article/S2211-419X(11)00042-5/fulltext)
4. Sentra Informasi Keracunan Nasional Badan POM RI. 2014. Keracunan
Pangan Akibat Bakteri Patogen. (Online)
http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/Keracunan-Pangan-Akibat-Bakteri-
Patogen3.pdf. diakses pada 19 Desember 2015
131
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1. PENGERTIAN
Merupakan ilmu dasar bedah untuk menangani pasien yang mengalami trauma
minor atau lesi minor. Ilmu ini bisa diperoleh melalui pelatihan medical personnel,
termasuk kegawatdaruratan medis guna memperlengkapi tenaga medis
2. ALAT DAN BAHAN
Dalam pembedahan sering diperlukan alat medis atau peralatan pembantu yang
harus masuk ke daerah sekitar lapangan pembedahan. Alat - alat ini harus mengalami
desinfeksi terlebih dahulu sebelum dibawa ke kawasan pembedahan. Alat yang akan
langsung dipakai untuk pembedahan dan bersinggungan dengan lapangan pembedahan
harus disterilkan dengan cara yang telah dijelaskan di atas. Alat - alat bedah ini harus
tetap berada dalam daerah ruang pembedahan agar tidak terjadi infeksi silang, dan pada
setiap akhir dari pembedahan, harus selalu didesinfeksi atau disterilkan segera setelah
dipakai dan sesuai dengan pemakaiannya. Alat yang bergerak bebas keluar masuk karena
harus dipakai bersama dibatasi hanya sampai daerah di luar kawasan kain steril, yaitu
sekitar meja bedah dan di tempat ahli anastesi bekerja.
Peralatan bedah adalah alat- alat yang dirancang untuk digunakan pada kegiatan
pembedahan. Dari semua peralatan bedah yang dibutuhkan untuk suatu tindakan
pembedahan, yang paling terpenting adalah peralatan bedah yang steril dan benang.
Masing - masing dari peralatan tersebut memiliki fungsi tersendiri.
2.1 Jenis - Jenis Peralatan Bedah Minor
2.1.1 Nald vooder/Needle Holder/Nald Heacting
Gunanya adalah untuk memegang jarum jahit (nald heacting) dan sebagai
penyimpul benang.
132
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.1.2 Gunting
1. Gunting Diseksi (disecting scissor) dua jenis yaitu, lurus dan bengkok.
Ujungnya biasanga runcing. Terdapat dua tipe yang sering digunakan yaitu
tipe Moyo dan tipe Metzenbaum.
2. Gunting Benang ada dua macam gunting benang yaitu bengkok dan lurus,
kegunaannya adalah memotong benang operasi, merapikan luka.
3. Gunting Pembalut/Perban kegunaannya adalah untuk menggunting plester
dan pembalut.
133
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Klem Kocher
Ada dua jenis bengkok dan lurus. Sifatnya mempunyai gigi pada ujungnya
seperti pinset sirugis. Kegunaannya adalah untuk menjepit jaringan agar tidk
meleset dari klem, dan hal ini dimungkinkan dengan adanya gigi ada ujung
klem. Tidak ditujukan untuk hemostasis
3. Klem Allis
Penggunaan klem ini adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan
menjepit tumor kecil.
134
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. Klem Babcock
Penggunaanya adalah menjepit dock atau kain operasi serta tumor yang
agak besar dan rapuh.
135
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.1.6 Pinset
1. Pinset Sirugis
Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan
penjahitan luka, memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi.
2. Pinset Anatomis
Penggunaannya adalah untuk menjepit kassa sewaktu menekan luka,
menjepit jaringan yang tipis dan lunak.
3. Pinset Splinter
Penggunaannya adalah untuk mengadaptasi tepi-tepi luka ( mencegah
overlapping).
136
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
137
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.1.10 Korentang
Penggunaannya adalah untuk mengambil instrumen steril, mengambil kassa, jas
operasi, doek, dan laken steril.
138
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Blunt. blunt point dan batang gepeng cocok digunakan untuk menjahit daerah
usus besar, ginjal, limpa, hati
139
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Triangular. Ujung segitiga dengan batang gepeng atau empat persegi. Bisa
dipakai untuk menjahit daerah kulit, fascia, ligamen, dan tendon.
4. Tapercut. Ujung jarum berbentuk segitiga yang lebih kecil dengan batang
gepeng, bisa digunakan untuk menjahit fascia, ligaments, uterus, rongga
mulut, dan sebagainya.
campuran dan catgat kromik yang bahannya bercampur larutan asam kromat.
Catgut murni diserap cepat, kira kira dalam waktu satu minggu sedangkan catgut
kromik diserap lebih lama kira kira 2-3 minggu. Disamping itu ada benang yang
terbuat dari bahan sintetik, baik dari asam poliglikolik maupun dari poliglaktin-
910 yang inert dan memiliki daya tegang yang besar.
Benang ini dalam dipakai pada semua jaringan termasuk kulit. Benang yang
dapat diserap menimbulkan reaksi jaringan setempat yang dapat menyebabkan
fistel benang atau infiltrate jaringan yang mungkin ditandai adanya indurasi.
Benang yang tidak dapat diserap oleh tubuh terbuat umumnya dari bahan yang
tidak menimbulkan reasksi jaringan karena bukan merupakan bahan biologik.
Benang ini dapat berasal dari sutera yang sangat kuat dan liat, dari kapas yang
kurang kuat dan mudah terurai, dan dari polyester yang merupkan bahan sintetik
yang kuat dan biasanya dilapisi teflon. Selain itu terdapat juga benang nailon yang
berdaya tegang besar, yang terbuat dari polipropilen yang terdiri atas bahan yang
sangat inert dan baja yang terbuat dari baja tahan karat. Karena tidak dapat diserap
maka benang akan tetap berada di jaringan tubuh. Benang jenis ini biasanya di
gunakan pada jaringan yang sukar sembuh. Bila terjadi infeksi akan terbentuk
fistel yang baru dapat sembuh setelah benang yang bersifat benda asing
dikeluarkan.
Benang alami terbuat dari sutera atau kapas. Kedua bahan alami ini dapat
bereaksi dengan jaringan tubuh meskipun minimal karena mengandung juga
bahan kimia alami. Daya tegangnya cukup dan dapat diperkuat bila dibasahi
terlebih dahulu dengan larutan garam sebelum digunakan. Bahan sintetik terbuat
dari polyester, nailon atau polipropilen yang umumnya dilapisi oleh bahan pelapis
Teflon atau Dacron.
Dengan lapisan ini, permukaannya lebih mulus sehingga tidak mudah
bergulung atau terurai. Benang mempunyai daya tegang yang besar dan dipakai
untuk jaringan yang memerlukan kekuatan penyatuan yang besar. Menurut bentuk
untaian seratnya, benang dapat berupa monofilament bila hanya terdiri dari satu
serat saja, dan polifilamen bila terdiri atas banyak serat yang diuntai menjadi satu.
Cara menguntainya dapat sejajar dibantu bahan pelapis atau di untai bersilang
sehingga penampangnya lebih bulat, lebih lentur dan tidak mudah bergulung.
141
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Benang baja dapat berbentuk monofilament atau polifilamen, sering dipakai pada
sternum setelah torakotomi, jika terkontaminasi mudah terjadi infeksi.
2.1.13 Seide (silk/sutera)
Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan
perekat, tidak diserap tubuh. Pada penggunaan disebelah luar maka benang harus
dibuka kembali.
Warna : hitam dan putih
Ukuran : 5,0-3
Kegunaan : menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (arteri besar) dan
sebagai teugel (kendali)
2.1.14 Plain catgut
Diserap tubuh dalam waktu 7-10 hari
Warna : putih dan kekuningan
Ukuran : 5,0-3
Kegunaan : untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan
dapat pula dipergunakan untuk menjahit kulit terutama daerah longgar
(perut, wajah) yang tak banyak bergerak dan luas lukanya kecil. Plain catgut
harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan mengembang.
2.1.15 Chromic catgut
Berbeda dengan plain catgut, sebelum dipintal ditambahkan krom, sehinggan
menjadi lebih keras dan diserap lebih lama 20-40 hari.
Warna : coklat dan kebiruan
Ukuran : 3,0-3
Kegunaan : penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu
10 hari, untuk menjahit tendo untuk penderita yang tidak kooperatif dan
bila mobilisasi harus segera dilakukan.
2.1.16 Ethilon
Benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan
jarum jahit) dan terbuat dari nilon lebih kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap
tubuh, tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan jaringan tubuh lain
Warna : biru dan hitam
Ukuran : 10,0-1,0
142
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
143
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1. Ukuran benang
Ukuran benang dinyatakan dalam satuan baku eropa atau dalam satuan metric.
Ukuran terkecil standar eropa adalah 11,0 dan terbesar adalah ukuran 7. Ukuran
benang merupakan salah satu factor yang menentukan kekuatan jahitan. Oleh
karena itu pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka bedah bergantung pada
jaringan apa yang dijahit dan dengan pertimbangan factor kosmetik. Sedangkan
kekuatan jahitan ditentukan oleh jumlah jahitan, jarak jahitan, dan jenis
benangnya. Pada wajah digunakan ukuran yang kecil (5,0 atau 6,0).
Spesifikasi material benang bedah :
A. Steril, harus steril sewaktu digunakan.
B. Diketahui kekuatan untuk memegang jaringan ( tensil strength ) yang
sesuai jenis material benang.
C. Diketahui massa penyerapan ( absorption rate ) yaitu lamanya benang
habis diserap tubuh.
D. Simpul aman, diketahui jumlah minimal tali simpul yang aman untuk
setiap jenis benang, artinya tetap tersimpul selama proses
penyembuhan luka.
E. Mudah untuk digunakan.
F. Dapat digunakan untuk segala jenis operasi.
G. Reaksi/trauma jaringan yang minimal, diameter benang bedah yang
dianjurkan dipergunakan adalah ukuran terkecil yang paling aman
untuk setiap jenis jaringan yang dijahit, massa material benang dan
reaksi jaringan sekecil mungkin.
144
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
145
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
ii. Tidak diserap (non ansorbable sutures) : Jenis ini terbuat dari
linen, ulat sutra (silk) seperti surgical silk, virgin silk dan dari kapas
(cotton) seperti surgical cotton. Ada juga yang terbuat dari logam
sehingga mempunyai tensil strength yang sangat kuat, contoh :
metalik sutures (stainless steel).
B. Bahan sintetis (buatan), dibagi atas :
i. Diserap (absorbable) : Terbuat dari sintetik polimer, sehingga
mudah diserap oleh tubuh secara hidrolisis dan waktu penyerapan
oleh tubuh mudah diprediksi, contoh : Polyglactin 910, Polylactin
910 polylastctin 370 dan calcium state (Coated Vicryl®), Polylactin
910 polylastctin 370 dan calcium state (Vicryl Rapide®),
Poliglikolik.
ii. Tidak diserap (non absorbable) : Terbuat dari bahan buatan
(sintetis) dan dibuat sedemikian rupa sehingga reaksi jaringan yang
timbul sangat kecil, contoh : Polypropamide (Ethilon®),
Polypropylene (Prolene®)
146
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Pemilihan material benang bedah oleh para ahli bedah didasarkan atas :
1. Karakteristik biologi dari material dalam jaringan yaitu diserap atau tidak
diserap dan bersifat capilarity atau non capilarity.
2. karakteristik dan penyembuhan jaringan.
3. Lokasi dan panjang dari sayatan yang menjadi pertimbangan kosmetik.
4. Ada tidaknya infeksi, kontaminasi dan drainese. Pertimbangan ini
mengingat kemungkinan benang akan menjadi pembentukan jaringan
granulasi dan proses yang menjadi rongga ( sinus ) atau menjadi inti
pengerasan yang kemungkinan berbentuk batu apabila dipakai pada operasi
kandung kemih atau kandung empedu.
5. Problem pasien seperti kegemukan, debil, umur penyakit lain yang
mengganggu proses penyembuhan yang lebih lama sehingga memerlukan
penguatan yang lebih lama.
6. Karakteristik fisik dari material benang untuk menembus jaringan,
pengikatan simpul dan juga alasan khusus tiap ahli bedah.
147
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Autoclave
148
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
10. Gas etilen oksida , cairan ini dapat membunuh spora, bakteri serta virus dan jamur
pathogen. Sifatnya toksik dan mudah terbakar. Cara ini baik untk alat tak tahan panas.
Dipakai untuk mensterilkan alat endoskopi, alat yang terbuat dari karet, gunting dan
mata pisau operasi.
11. Larutan antiseptik dilakukan dengan cara membilas atau merendam alat-alat dengan
lartan terebut. Larutan antiseptik digunakan untuk mensterilkan alat bedah, alat-alat
yang tajam, kateter dan korentang.
149
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4.3 Kontraindikasi :
1. Alergi atau hipersensitivitas terhadap obat anestesi lokal yang telah diketahui.
Kejadian ini mungkin disebabkan oleh kelebihan dosis atau suntikan intravaskular.
2. Kurangnya tenaga terampil yang mampu mengatasi atau mendukung teknik tertentu.
3. Kurangnya prasarana resusitasi.
4. Tidak tersedianya alat injeksi yang steril.
5. Infeksi lokal atau iskemik pada tempat suntikan.
6. Pembedahan luas yang membutuhkan dosis toksis anestesi lokal.
7. Distorsi anotomik atau pembentukan sikatriks.
8. Risiko hematoma pada tempat-tempat tertentu.
9. Pasien yang sedang menjalani terapi sistemik dengan antikoagulan.
10. Jika dibutuhkan anestesi segera atau tidak cukup waktu bagi anestesi lokal untuk
bekerja dengan sempurna.
11. Kurangnya kerja sama atau tidak adanya persetujuan dari pihak penderita.
150
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
151
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
152
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. Jahitan Kontinyu
Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah satu
simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini jarang dipakai
untuk menjahit kulit.
153
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
7. Jahitan Intradermal
Memberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa satu garis saja).
Dilakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat di bawah dermis.
154
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Doherty, GM. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill.
2. Ethicon Inc. 1994. Wound Closeure Manual. Johnson and Johnson Company.
3. Karakata S, Bachsinar B. 1995. Bedah Minor. Jakarta : Hipokrates.
4. Reksoprodjo, S. 2000. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara.
155
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KOMPETENSI UTAMA
1. ANAMNESIS
1.1 Definisi
Menurut asal katanya, anamnesis merupakan sebuah percakapan untuk mengingat
kembali riwayat penyakit pasien khususnya berdasarkan ingatan pasien. Anamnesis atau
wawancara menjadi langkah pertama dalam tata cara kerja yang harus ditempuh untuk
membuat diagnosis. Mengumpulkan riwayat penyakit yang lengkap merupakan langkah
penting untuk mengerti dan memahami penyakit yang sedang dihadapi penderita.
Langkah tersebut perlu ditempuh untuk menegakkan diagnosis, tetapi mempunyai arti
yang berbeda-beda dalam proses diagnostik
Pada tingkat yang paling dasar, percakapan dengan pasien ini memiliki tiga tujuan,
yaitu menciptakan hubungan yang saling percaya dan mendukung (sambung rasa
dokter-pasien), mengumpulkan informasi, dan menyampaikan informasi. Informasi
yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial serta lingkungan pasien.
Informasi yang didapat dari wawancara dengan pasien biasanya akan memberikan
kontribusi yang lebih untuk suatu pemecahan masalah daripada informasi yang didapat
dari pemeriksaan jasmani atau uji diagnostik.
156
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
157
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
158
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
159
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Riwayat Penyakit Dahulu Keterangan terperinci dari semua penyakit yang pernah
dialami dan sedapat mungkin dituliskan menurut urutan
waktu
Penyakit yang diderita sewaktu kecil
Penyakit yang diderita sesudah dewasa beserta
waktukejadiannya. Riwayat alergi dan riwayat operasi.
Riwayat pemeliharaan kesehatan, seperti imunisasi,
screening test, pengaturan pola hidup.
Riwayat Keluarga Riwayat mengenai ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara
perempuan pasien, dituliskan tentang umur dan keadaan
kesehatan masing-masing bila masih hidup, atau umur waktu
meninggal dan sebabnya. Gambarkan bagan keluarga yang
berhubungan dengan keadaan ini.
REFERENSI
1. Burnside-Mc Glynn, 1995. Adams Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta.
2. DeGowin, RL. and Brown, DD. 2000. .Diagnostic Examination.7th ed. New York.
MacGraw-Hill.1-36.
3. Fletcher SW.2000. Clinical decision making: approach to the patient, In: Goldman:
Cecil Textbook of Medicine, 21st ed., London. W. B. Saunders Company, 78-9.
160
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. PEMERIKSAAN FISIK
2.1 Definisi
Pemeriksaan fisik umum merupakan pemeriksaan awal yang dilakukan di saat pertama
kali seorang dokter melakukan pemeriksaan fisik pada seorang pasien.
2.2 Keadaan Umum
General assessment atau penilaian umum (atau general survey) adalah penilaian
terhadap pasien secara utuh dan cepat, mencakup fisik pasien, sikap, mobilitas dan
beberapa parameter fisik (misalnya tinggi, berat badan dan tanda-tanda vital). Penilaian
umum memberikan gambaran/kesan mengenai status kesehatan pasien.
2.2.1 Tampak Fisik, Sikap dan Mobilitas
Menilai kesan pasien dilihat dari karakteristik:
1. Umur
Ciri-ciri wajah pasien dan struktur tubuh harus sesuai dengan keterangan umur
yang dinyatakan oleh pasien.
2. Warna kulit
Warna kulit pasien harus rata dan pigmentasi harus konsisten dengan latar
belakang genetik pasien. Perubahan sianosis dapat mudah diamati pada bibir dan
rongga mulut, sedangkan pallor (kulit pucat) dan jaundice (kulit menjadi
kuning) mudah dideteksi dari warna jari kuku dan konjungtiva mata. Indikasi :
A. Sianosis : nafas pendek/shortness of breath (kesulitan bernafas)
penyakit paru-paru, gagal jantung, atau tercekik
B. Pallor : penyakit anemia, syok, kanker
C. Jaundice : penyakit hati atau saluran empedu yang tersumbat oleh
batu empedu.
3. Wajah
Gerakan wajah harus simetris, dan ekspresi wajah harus sesuai dengan perkataan
pasien. Ekspresi wajah yang tidak sesuai dengan perkataan dapat merupakan
indikasi adanya penyakit kejiwaan. Indikasi :
A. Paralisis salah satu sisi wajah : stroke atau trauma fisik, Bells Palsy
B. Wajah yang datar atau tidak menunjukkan emosi pada wajah : penyakit
parkinson dan depresi
161
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. Tingkat kesadaran
Pasien harus waspada dan sadar akan waktu, tempat dan orang.
A. Penilaian Kualitas Tingkat Kesadaran
Compos mentis : Baik/sempurna
Apatis : Perhatian berkurang
Somnolens : Mudah tertidur walaupun sedang diajak berbicara
Sopor/Delirium : Dengan rangsangan kuat masih memberi respon
gerakan
Sopor comatous : Hanya tinggal reflek kornea
Coma : Tidak memberi respon sama sekali
B. Penilaian Kuantitatif Tingkat Kesadaran
162
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
C. Kriteria :
i. Compos Mentis : 15
ii. Coma : No eye opening, no ability to follow commands,
no word verbalizations (3-8)
iii. Severe Head Injury----GCS score of 8 or less
iv. Moderate Head Injury----GCS score of 9 to 12
v. Mild Head Injury----GCS score of 13 to 15
163
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1. Temperatur/Suhu Tubuh
Pengukuran suhu tubuh merupakan bagian rutin pada hampir semua penilaian
klinis, karena dapat menggambarkan tingkat keparahan penyakit (misalnya,
infeksi). Rentang suhu tubuh normal untuk dewasa adalah 36,4-37,2°C (97,5 –
99,0 °F). Suhu tubuh normal dapat dipengaruhi oleh ritme biologis, hormon-
hormon, olahraga dan usia.
A. Rute Oral
Rute ini merupakan rute pengukuran suhu tubuh yang akurat dan mudah
dilakukan pada pasien yang sadar. Temperatur tubuh pada dewasa yang
diukur melalui rute oral adalah 37°C (98,6 °F). Namun, pengukuran suhu
oral tidak dianjurkan pada kondisi pasien tidak sadar, gelisah, atau tidak
dapat menutup mulutnya. Untuk mengukur suhu oral menggunakan
termometer kaca :
i. Guncangkan termometer sampai air raksa turun hingga 35°C (96°F) atau
kurang.
164
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
ii. Letakkan ujung termometer di bawah lidah, dan minta pasien untuk
merapatkan kedua bibirnya.
iii. Tunggu selama 3-5 menit, kemudian baca hasilnya pada termometer
B. Rute Rektal
Rute rektal merupakan cara paling akurat untuk mengukur temperatur
tubuh. Dengan cara ini, suhu tubuh dewasa yang terukur normalnya adalah
37,5°C (99,5 °F) ; 0,5°C (1°F) lebih tinggi daripada rute oral. Rute rektal
merupakan rute pilihan untuk pasien bayi, pasien yang bingung, koma, atau
tidak dapat menutup mulut karena intubasi, mandibulanya dikawat, bedah
facial, dan sebagainya. Untuk mengukur suhu rektal :
i. Minta pasien berbaring miring dengan sendi paha difleksikan
ii. Lumasi ujung termometer dan masukkan sedalam 3-4 cm ke dalam
saluran anus dengan arah menuu umbilikus .
iii. Cabut ujung termometer setelah didiamkan selama 3 menit, kemudian
baca hasil pengukuran.
C. Rute Axilla
Rute axilla digunakan hanya jika rute oraldan rectal tidak dapat dilakukan.
Suhu tubuh dewasa yang diukur melalui rute axilla adalah 36,5°C (97,7°F),
yang berarti 0,5°C lebih renadah daripada rute oral. Untuk mengukur suhu
axilla :
i. Letakkan termometer di ketiak di tengah axilla.
ii. Termometer dijepit di bawah lengan pasien.
iii. Lipat lengan pasien ke dadanya agar termometer tetap di tempatnya.
iv. Biarkan termometer selama 5 menit padaanak-anak dan 10 menit pada
pasien dewasa.
D. Rute Timpani
Termometer untuk rute timpani mempunyai ujung probe yang diletakkan ke
dalam telinga. Termometer ini memiliki sensor inframerah yang mendeteksi
suhu darah yang mengalir melalui gendang telinga. Metode ini tidak invasif,
cepat dan efisien. Untuk mengukur suhu tubuh melalui rute timpani ini:
165
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Denyut Nadi
Denyut nadi ini dapat diraba/palpasi untuk menilai kecepatan jantung, ritme dan
fungsinya. Karena mudah diakses, nadi pada radial tangan adalah metode yang
paling banyak digunakan untuk mengukur kecepatan jantung; dipalpasi melalui
arteri tangan (radial) pada pergelangan tangan anterior. Selain kecepatan denyut
nadi, ritme denyut nadi juga harus dievaluasi. Normalnya, ritme nadi adalah tetap
dan rata. Jika ritme tidak teratur, disebut aritmia.
Tabel 1. Kecepatan jantung normal untuk berbagai kelompok usia
Usia Kecepaatan jantung (BPM)
Bayi baru lahir (newborn) 70‐170
1‐6 tahun 75‐160
6‐12 tahun 80‐120
Dewasa 60‐100
Usia Lanjut 60‐100
Atlet yang terkondisi baik 50‐100
4. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan darah ketika mendorong dinding arteri.
Tekanan darah tergantung pada luaran kardiak, volume darah yang diejeksi oleh
ventrikel permenit, dan tahanan pembuluh darah perifer.
Tekanan darah mempunyai dua komponen: sitolik dan diastolik. Tekanan
darah sistolik menggambarkan tekanan maksimum pada arteri ketika kontraksi
ventrikel kiri (atau sistol), dan diatur oleh volume stroke (atau volume darah
yang dipompa keluar pada setiap denyut jantung). Tekanan darah diastolik
adalah tekanan saat istirahat yaitu tekanan dari darah antar kontraksi ventrikel.
Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa usia >18 tahun
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Hipertensi
Stage 1 140‐159 90‐99
Stage 2 >160 >100
167
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
168
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
169
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. Telinga
Inspeksi aurikel, kanalis auditorius, dan membran timpani :
Periksa ketajaman pendengaran. Jika ketajaman berkurang, periksa lateralisasi
(tes Weber) dan bandingkan hantaran udara dengan hantaran tulang (tes Rinne)
5. Hidung dan Sinus
A. Lakukan pemeriksaan pada hidung bagian luar
B. Inspeksi mukosa nasalis, septum nasalis, dan konkha nasalis menggunakan
senter dan spekulum nasal
C. Palpasi : memeriksa nyeri tekan pada sinus frontalis dan maksilaris
6. Tenggorok (mulut dan faring)
Inspeksi : bibir, mukosa oral, gusi, gigi, lidah, palatum, tonsil, dan faring
7. Leher
Inspeksi dan palpasi kelenjar limfe servikal dan kelenjar tiroid: massa atau
pulsasi abnormal pada leher.
Palpasi : adanya deviasi trakea/ tidak
Observasi untuk mengamati suara dan usaha pasien dalam bernafas
8. Punggung
Inspeksi dan palpasi tulang belakang dan otot punggung
9. Toraks anterior dan posterior serta paru
Inspeksi dan palpasi tulang belakang serta otot punggung sebelah atas.
10. Dada
A. Lakukan inspeksi : simetri, keterlambatan gerak dinding dada
B. Palpasi secara menyeluruh
C. Perkusi untuk menilai ketinggian suara pekak diafragma
D. Auskultasi : identifikasi bunyi normal dan tambahan
11. Payudara, Aksila, dan Nodus Epitroklearis
A. Pada wanita, inspeksi payudara dengan kedua lengan dilemaskan, kemudian
diangkat dan selanjutnya dengan kedua tangan ditaruh di pinggang.
B. Palpasi payudara : benjolan, neri tekan, tekstur massa
C. Pada laki-laki atau wanita, inspeksi aksila dan palpasi kelenjar limfe (nodus)
aksilaris serta nodus epitroklearis
170
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
171
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
172
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
D. Sistem sensorik
i. Tes nyeri, suhu, sentuhan lembut, vibrasi, dan diskriminasi.
ii. Bandingkan sisi kanan dan kiri serta proksimal dengan distal pada
tungkai.
E. Refleks : refleks fisiologis dan patologis
16. Pemeriksaan tambahan
A. Rectal toucher pada pria
i. Inspeksi daerah sakrokoksigeal dan perianal
ii. Palpasi anus, rektum dan prostat
B. Genitalia dan rektum pada wanita
i. Periksa genitalia eksterna, vagina, dan serviks
ii. Lakukan Pap smear, rektovagina, dan rektum
iii. Palpasi uterus dan adneksa
173
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
174
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
175
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.4.4 Diagnosis/masalah
3.4.5 Rencana penatalaksanaan atas masalah pasien, pengobatan, atau tindakan
3.4.6 Pemeriksaan laboratorium
Penulisan rekam medis harus sesuai dengan tata cara penulisan rekam medis yaitu
:
1. Ditulis secara lengkap dan menyeluruh
2. Ada nama, waktu, dan tandatangan dokter atau tenaga kesehatan yang
melakukan pelayanan kesehatan, PIN (pada rekam medis elektronik).
3. Tidak boleh diganti/ dihapus.
4. Bila keliru harus dicoret dan kemudian dibenarkan dan diberi paraf
REFERENSI
1. Bickley, Lynn S, Peter. 2002. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.
EGC. Jakarta
2. Anderson FD, Maloney JP. Taking blood pressurecorrectly: it's no off-the-cuff matter.
Nursing 1994;24:34-39.
3. American Pharmaceutical Association Comprehensive Weight Management Protocol
Panel. APhA drug treatment protocols: comprehensive weight management in adults.
J Am Pharm Assoc 2001;41:25-31.
4. Hidayat, Syamsu. 2006. Manual Rekam Medis. Konsil Kedokteran Indonesia.
Jakarta
5. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure. The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII).
NIH publication 03-5233. Bethesda, 2003.
6. National Heart, Lung, and Blood Institute. Clinical Guidelines on the
Identification, Evaluation, and Treatment of Overweight and Obesi ty in Adul ts.
NIH publication 98-4083. Bethesda, 1998.
7. Teasdale G, Jennett B. Assessment of coma and impaired consciousness. Lancet
1974; 81-84.
8. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC‐VII). NIH Publication
03‐5233. Bethesda, 2003
176
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
FARMAKOLOGI PRAKTIS
1.3 Piroxicam
Dosis:
Sediaan 10 mg dan 20 mg
Dewasa: RA, OA, Spondilitis: dosis awal 20 mg dalam dosis tunggal. Dosis
pemeliharaan 20 mg sehari.
Gout akut: mula mula 40 mg sehari dosis tunggal, diikuti 4-6 hari berikutnya 40mg
dosis tunggal atau terbagi.
Gang. Musculoskeletal akut: 40 mg sebagai dosis tunggal atau terbagi selama 2 hari,
selanjutnya 20 mg 7-14 hari.
Keterangan
Antiinflamasi, analgetik dan antipiretik. Diperkirakan dapat menghambat biosintesis
prostaglandin melalui penghambatan yang reversible terhadap enzim siklooksigenase.
178
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Indikasi
Terapi simptomatik rematoid artritis, osteoarthritis, ankilosing spondylitis, gangguan
musculoskeletal akut, dan gout akut.
Efek Samping
Gangguan GIT: stomatitis, anoreksia, distress epigastricum, mual, konstipasi, stomach
discomfort, nyeri abdomen.
Edema, pusing ,sakit kepala, ruam kulit, pruritis, penurunan hemoglobin dan
hematokrit.
1.5 Paracetamol
Dosis
Sediaan Paracetamol 500 mg
Dewasa: 3dd1 1-2 kaplet
Anak-anak: 3dd1 ¨ù-1 kalpet
Keterangan
Analgetik antipiretik yang cepat diabsorbsi tanpa menimbulkan iritasi lambung,
konstipasi.
179
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Indikasi
Untuk menyembuhkan demam dan berbagai nyeri pada: sakit kepala, otot, sendi, gigi,
influenza, nyeri haid, demam, nyeri karena peradangan.
Efek Samping
Reaksi alergi: urtikaria/eritem, mual, muntah.
2. OBAT MAAG
2.1 Antasida
Dewasa: maag= diminum saat perut kosong dapat mengurangi nyeri 20-60 menit
Guna: Merupakan basa basa lemah untuk menetralkan asam lambung, sehingg dapat
meningkatkan pH. Dipakai pada tukak lambung usus dengan rasa terbakar pada hati,
maag, dan refluks gastroesofagus (kondisi dimana HCl dapat naik ke atas lambung).
Beberapa obat mempunyai fungsi melindungi permukaan antacid.
2.2.AH-2: Cimetidine
Reseptor histamin terdiri dari histamin 1, 2, 3.Histamin 1 baca di anti alergi. Reseptor
Histamin 2 yang diisi oleh histamin dapat menyebabkan peningkatan asam lambung dan
pepsin naik karena dapat memperbanyak pengeluaran HCl melalui protein kinase.
Dosis sediaan: 400mg
Dewasa: maag= 1 kali sehari setelah makan malam
Guna: Menghambat reseptor histamine H2 di lambung yang memicu produksi asam
klorida, sehingga PH lambung meningkat menjadi 6-7. Dipakai sebagai obat maag,
tukak lambung dan usus.
Efek Samping: diare (sementara), nyeri otot, pusing-pusing, reaksi kulit.
180
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. OBAT DIARE
3.1 Loperamide
Dosis Sediaan 2 mg.
Dewasa: 4 mg (2tablet dulu) baru diikut 2 mg berikutnya setelah BAB. Maksimal 8
tablet 1 hari
Guna: Mengurangi gerak peristaltic usus sehingga mengurangi motilitas/pergerakan dan
menormalisasikan sel-sel yang hipersekresi. Baik untuk diare akut dan diare wisatawan
tanpa darah dan tidak demam
Efek Samping: mual,muntah, pusing, mulut kering, kemerahan kulit
3.2 Attapulgite
Dewasa: 1,2-1,5 gram setiap BAB. Maksimal 9 gram sehari
Guna: Mengabsorbsi kuman, racun yang menyebabkan diare, mengurangi kehilangan
cairan tubuh, mengurangi frekuensi diare, dan memperpadat konsistensi feses
Efek Samping: sembelit
4. MUAL MUNTAH
4.1 Metoclorpramid
Sediaan: 1 tablet 10 mg
Dewasa: 3xsehari 5-10 mg
Guna : Memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung (berdasarkan stimulasi
saraf kolinergis, khasiat dopamine di pusat dan perifer), serta kerja langsung otot polos.
Antiemetis/anti mual muntah karena blockade dopamine di CTZ
Dipakai pada semua jenis mual/muntah, kecuali oleh mabok jalan/mabuk darat
Efek samping: mengantuk dan gelisah
4.2 Domperidone
Sediaan: 1 tablet 10 mg
Dewasa: 3xsehari 10-20 mg sebelum makan
Guna: memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung. Antiemetis/anti mual
muntah karena blockade dopamine di CTZ.
Dipakai untuk mual muntah selain mabuk darat, mis: pada kemoterapi dan migraine,
dan kondisi dimana asam lambung dapat kembali ke esophagus.
Efek samping: alergi, kaku otot usus
181
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4.3 Dimenhidrinat
Sering dikenal dengan nama antimo. Merupakan jenis anti histamine 1 (baca dibawah)
Dewasa: sebelum perjalanan 50-100mg satu kali.
Guna : - Mabuk jalan dan muntah karena kehamilan
Efek samping: mengantuk berat
5. ANTI ALERGI
Anti Histamin I: Mengantagonis histamin dengan memblok reseptor H1 yang
terdapat di otot pembuluh, bronkus, saluran cerna, kandung kemih, rahim, dan kapiler.
Efek histamin adalah: kontraksi otot polos bronkus, usus rahim; memperlebar pembuluh
darah (dapat menyebabkan penurunan tekanan darah); permeabilitas kapiler meningkat
(akibatnya udem/bengkak/bentol pada kulit); pengeluaran berlebihan ingus, air mata,
ludah; stimulasi ujung saraf sehingga merah dan gatal-gatal.
Bagaikan kursi (reseptor) yang dapat ditempati manusia (bagaikan histamin atau
antihistamin), kerja histamin dan anti histamin adalah saling berebut kursi (reseptor).
Tidak dapat menghindarkan timbulnya reaksi alergi, sehingga baiknya digunakan
sebelum paparan alergen (misalnya alergi udang, sehingga makan antihistamin dahulu
sebelum makan udang).
5.1 Obat anti histamine 1 generasi 1: obat ini menyebabkan mengantuk
5.1.1 CTM
Sediaan 4mg
Dewasa: 3x1 sehari. Tidak melebihi 24 mg satu hari
Guna: - Reaksi alergi misalnya rhinitis allergic (bersin karena alergi), dapat
menjadi tambahan pada obat batuk
Efek samping: mengantuk
5.2 Obat anti histamine 1 generasi 2: tidak sedative dan waktu kerja obat lebih panjang
5.2.1 Cetirizine dan loratadine
Sediaan 10 mg
Dewasa: 1 x 10 mg per HARI
Guna: Penggunaan pada reaksi alergi. Pada rhinitis(bersin karena alergi), gatal-
gatal/biduran (urtikaria)
Efek samping: sakit kepala, bibir kering
182
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6. OBAT ASMA
Pada asma terjadi hal-hal berikut:
1. Inflamasi/radang saluran pernafasan : terjadinya pengeluaran berlebihan lendir,
penebalan otot polos.
2. Obstruksi/terhalangnya pengeluaran nafas: terjadi karena bengkaknya saluran
pernafasan, konstriksi otot sal.pernafasan, pembentukan lendir. Hal ini
menyebabkan kesulitan mengeluarkan nafas (ekspirasi)
3. Hyperresponsive/reaksi berlebihan bronkus
Obat pada asma terdiri dari obat pereda cepat (quick reliever) dan controller.
183
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Indikasi
Analgesik antipiretik/pereda nyeri dan penurun suhu tubuh (PCT),
ekspektoran/perangsang pengeluaran dahak (GG), antihistamin/untuk meredakan
rangsangan batuk/gatal (CTM), dekongestan hidung/penyempit pembuluh darah dan
hipersekresi (Fenilpropanolamin HCL). Untuk meringankan gejala flu: demam, sakit
kepala, hidung tersumbat, dan bersin bersin disertai batuk
Efek Samping
Mengantuk, gang pencernaan, gang psikomotor, takikardi, aritmia, mulut kering,
palpitasi, retensi urin.Jangka panjang dan dosis besar menyebabkan kerusakan hati.
8. KORTIKOSTEROID
8.1 Dexametason
Sediaan: 0.5 mg. Dosis tergantung kebutuhan/berat ringannya penyakit.
Untuk alergi: Dewasa : Awal, 0,75-9 mg/hari, terbagi dalam 2-4 dosis.
Indikasi Obat anti inflamasi (radang) yang kuat dan anti allergi (asma bronkial,
dermatitis atopik, alergi obat, rinitis alergi)
Efek Samping
Bila berkepanjangan dapat mengakibatkan efek katabolik steroid seperti kehabisan
protein, osteoporosis dan penghambatan pertumbuhan anak dll.
8.2 Metilprednisolon
Sediaan: 4 mg.
Dewasa, tergantung penyakit: 4-48 mg.
Keterangan
Glukokrtikoid turunan prednisolone dengan efek kerja dan penggunaan yang sama
seperti senyawa induknya. Tidak mempunyai aktifitas retensi natrium.
Indikasi
Peradangan kulit dan saluran nafas tertentu, penyakit hematologik, hiperkalsemia terkait
kanker, abnormalitas fungsi adrenokortikal, penyakit kolagen, alergi.
Efek Samping
Pemberian jangka panjang/dosis besar pada gangguan elektrolit dan cairan tubuh, lemah
otot, resistensi terhadap infeksi menurun, gangguan penyembuhan luka, meningkatnya
tekanan darah, katarak, gangguan pertumbuhan pada anak.
184
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
9. ANTIBIOTIK
9.1 Amoxicilin 500 mg
Keterangan: Turunan penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana asam lambung.
Amox diabsorbsi cepat dan baik pada saluran pencernaan tidak bergantung ada/tidaknya
makanan.Amox aktif terhadap organisme gram positif dan negative.
Indikasi:
1. Infeksi kulit dan jaringan lunak : Stafilokokus bukan penghasil penisilinase,
Streptokokus, E coli.
2. Infeksi saluran nafas: H Influenza, Streptokokus pneumoni, Stafilokokus bukan
penghasil penisilinase, E. Coli.
3. Infeksi saluran genitourinary: E coli, P mirabilis, Streptokokus faecalis.
4. Gonorrhea: N gonorrhea
Dosis: Dewasa dan anak bb >20kg: 250-500 mg tiap 8 jam
Efek samping :
1. Reaksi kepekaan: Erythema maculopapular rashes, urtikaria, serum sickness
2. Reaksi kepekaan seperti anafilaksis
3. Gangguan sal pencernaan: mual, muntah, diare
4. Reaksi hematologi
9.2 Cefadroxil 500 mg
Keterangan: Merupakan antibiotic semisintetik golongan Cephalosporin yang bersifat
bakterisid terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif. Bekerja
menghambat pembentukan dinding sel mikroorganisme.
Dosis dewasa: sehari 1-2 g
Anak-anak : sehari 25-50 mg/kg berat badan, dibagi dalam 2 dosis.
Pengobatan 2-3 hari sampai setelah gejala infeksi hilang
Indikasi:
Infeksi sedang dan berat:
1. Infeksi saluran nafas atas dan bawah
2. Infeksi kulit dan jaringan lunak
3. Infeksi traktus genitouria
4. Osteomielitis dan artritis septik
Efek samping : Diare, mual, muntah, gatal, angioedema, pseudomembran colitis
185
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
10.2 HCT
Indikasi: Hipertensi dengan fungsi ginjal normal
Dosis: 12,5-25mg/1x pemberian/hari
Efek Samping: Hipokalemi meningkatkan efek toksin, obat digitalis, hiper Ca,
hiperglikemia, urisemia, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia
10.3 Nifedipine
Dosis: 15-30 mg/3x pemberian/hari
Efek samping: Hipotensi, reflek simpatis kuat, ex: takikardia, palpitasi
10.4 Furosemid
Indikasi: Lebih efektif daripada Tiazid (HCT) untuk hipertensi dengan gangguan fungsi
ginjal atau gagal jantung
Dosis: 20 (1x) . 80mg/2x pemberian/hari
Efek Samping: Hipokalemi meningkatkan efek toksin, obat digitalis, hiper Ca,
hiperglikemia, urisemia, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia
186
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
im = intramuskular
iv = intravena
ue (usus externus) = pemakaian luar
ui (usus internus) = pemakaian dalam
sc = sub cutan
col. Or (colutio oris) = kumur-kumur
sup. = supositoria
187
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
R/ Hct 25 mg tab No X
ʃ 1-0-0
Artinya :Hidrocloritiazid dosis 25 mg, jumlah 10 tablet, diminum 1x pada pagi hari.
R/ Paracetamol syrup 60ml flac No I
ʃ 3 dd Cth 1
Kalau kodenya C :Cochlear (cobarium) = sendok makan
Ket : Cth : Cochlear thease = sendok teh
Flac : flacon
R/ Amox 1
2
Pct 1
2
GG 1
2
Vit C 1 2
Saccarom lastic QS
Mfl pulv dtd No IX
ʃ 3 dd pulv I
Ket :kita buat puyernya masing-masing sejumlah ¨ö x 9 = 3 tablet. Saccarom lactis adalah
suatu pemanis.
mfla : misce fag lege artis : campur dan buat menurut cara semestinya
dtd : de tales doses : berikan sebanyak dosis tersebut
11.1 Obat Tetes
R/ erlamycetin ED flac No I
ʃ 3 dd gtt 1-2 ODS
Cara baca :1 flacon erlamycetin 1-2 tetes, 3x sehari pada mata/ telinga kanan-kiri
tergantung bagian mana yang sakit.
188
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
189
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.3 Penyakit
1.3.1 Sinusitis
Dalam wajah kita terdapat suatu rongga yang disebut dengan para-nasal sinus.
Terdapat 4 pasang sinus; sinus maxillary, ethmoid, sphenoid, frontal. Sinus ini
memiliki lapisan mukosa, jika lapisan ini terinfeksi maka produksi mukosa akan
meningkat, sehingga sinus ini akan dipenuhi oleh mukosa. Pengeluaran mukosa
berlebihan ini melalui nasal cavity. Terkadang inflamasi karena infeksi tersebut
190
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.3.2 Epiglotitis
Epiglotis merupakan suatu tulang rawan yang tertutup lapisan epitel, dimana
epiglotis ini tertempel di bagian anterior tulang rawan tiroid. Epiglotis ini
berfungsi untuk menghindari makanan masuk ke dalam saluran nafas. Ketika
makanan masuk maka faring dan laring akan naik dan epiglotis menutupi saluran
nafas sementara.
Ketika epiglotis terinfeksi maka akan ada bahaya obstruksi saluran nafas.
Infeksi sebagian besar diakibatkan oleh bakteri Haemophilus influenzae.
Biasanya terjadi pada anak-anak karena ukuran saluran nafasnya lebih kecil,
sehingga lebih mudah mengalami obstruksi. Pada kasus ini sangat dihindari untuk
menekan lidah untuk melihat obstruksi, karena akan memperparah obstruksi.
Bunyi yang diakibatkan oleh obstruksi ini adalah stridor.
1.3.3 Laringitis
Merupakan kondisi inflamasi dari laring, dimana paling sering terjadi karena
suatu infeksi atau pun akibat dari suatu iritan seperti asap rokok. Inflamasi dari
laring dapat mengakibatkan perubahan suara pada pasien, karena inflamasi ini
dapat menghambat pita suara dalam bergetar secara bebas.
2. Common Cold
Umumnya sama dengan prinsip pada ISPA.
191
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Cephalgia
Rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari
orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah tengkuk).
Klasifikasi ini secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu nyeri kepala
primer dan nyeri kepala sekunder.
Nyeri kepala primer kemudian dibagi menjadi empat kategori yaitu:
1. Migraine
2. Nyeri kepala tipe tegang
3. Nyeri kepala cluster – trigerminal
4. Nyeri kepala primer lainnya.
Nyeri kepala sekunder
1. Nyeri kepala pasca trauma
2. Nyeri kepala organik
3. Perdarahan subaracnoid, neuralgia trigeminus.
4. Penyakit sistemik
5. Sesudah pungsi lumbal
192
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
193
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
194
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. Diare
Diare adalah peningkatan massa tinja, bertambahnya frekuensi buang air besar atau
fluiditas (tingkat keenceran) tinja yang lebih tinggi. Diare dapat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu karena adanya infeksi enteral dan parenteral, imuninodefisiensi, terapi,
maupun karena tindakan tertentu lainnya. Infeksi enteral dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, protozoa, dan cacing. Sedangkan infeksi parenteral dapat disebabkan oleh karena
intoksisitas makanan, alergi dan malabsorbsi.
5.1 Gejala dan Tanda menurut Guandallini (2013):
1. Dehidrasi : lesu, kesadaran menurun, membran mukosa kering, mata cekung,
berkurangnya air mata, turgor kulit buruk, perlambatan pengisian kapiler
2. Gagal tumbuh dan kekurangan gizi : berkurangnya massa otot/lemak atau
edema perifer
3. Nyeri perut / kram
4. Borborygmi
5. Eritema perianal
195
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6. Disentri
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan
buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah.
Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua yaitu disentri amuba dan
disentri basiler. Penyebab yang paling umum yaitu adanya infeksi parasit Entamoeba
histolytica yang menyebabkan disentri amuba dan infeksi bakteri golongan Shigella yang
menjadi penyebab disentri basiler.
6.1 Gejala dan Tanda
6.1.1 Parasit Entamoeba hystolytica hidup dalam usus besar, parasit tersebut
mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk yang bergerak dan bentuk yang tidak
bergerak. Parasit yang berbentuk tidak bergerak tidak menimbulkan gejala,
sedangkan bentuk yang bergerak bila menyerang dinding usus penderita dapat
196
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
menyebabkan mulas, perut kembung, suhu tubuh meningkat, serta diare yang
mengandung darah dan bercampur lendir, namun diarenya tidak terlalu sering.
6.1.2 Disentri basiler biasanya menyerang secara tiba – tiba sekitar dua hari setelah
kemasukan kuman/bakteri Shigella. Gejalanya yaitu demam, mual dan muntah-
muntah, diare dan tidak napsu makan. Bila tidak segera diatasi, dua atau tiga hari
kemudian keluar darah, lendir atau nanah dalam feses penderita. Pada disentri
basiler, penderita mengalami diare yang hebat yaitu mengeluarkan feses yang
encer hingga 20-30 kali sehari sehingga menjadi lemas, kurus dan mata cekung
karena kekurangan cairan tubuh (dehidrasi). Hal tersebut tidak bisa dianggap
remeh, karena bila tidak segera diatasi dehidrasi dapat mengakibatkan kematian.
Gejala lainnya yaitu perut terasa nyeri dan mengejang.
6.2 Prinsip Penatalaksanaan Awal
6.2.1 Rehidrasi
Dalam keadaan darurat, dehidrasi yang ringan dapat diatasi dengan pemberian
cairan elektrolit (oralit) untuk mengganti cairan yang hilang akibat diare dan
muntah-muntah. Apabila dehidrasi cukup berat, setelah diberi oralit atau larutan
campuran gula dan garam sebagai pertolongan pertama, sebaiknya penderita di
bawa ke rumah sakit untuk diberikan perawatan.
Obat yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi disentri dan diare
diantaranya mempunyai efek sebagai adstringent (pengelat) yaitu dapat
mengerutkan selaput lendir usus sehingga mengurangi pengeluaran cairan diare
dan disentri, selain itu juga mempunyai efek sebagai antiradang, dan antibakteri.
7. Konjungtivitis
Konjunctivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva
(lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-
organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.
7.1 Klasifikasi dan Etiologi
1. Konjungtivitis Bakteri
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
3. Konjungtivitis Viral
4. Konjungtivitis Alergi
197
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
198
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
199
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
8. Malaria
Malaria adalah penyakit yang berpotensi mengancam nyawa yang disebabkan oleh
infeksi protozoa Plasmodium yang ditransmisikan oleh nyamuk Anopheles betina
infektif. Infeksi Plasmodium falciparum membawa prognosis yang buruk dengan angka
kematian yang tinggi jika tidak diobati, tetapi memiliki prognosis yang sangat baik jika
didiagnosis dini dan diobati dengan tepat.
8.1 Gejala dan Tanda
Pasien dengan malaria biasanya menunjukkan gejala beberapa minggu setelah infeksi,
meskipun simtomatologi dan masa inkubasinya dapat bervariasi, tergantung pada
faktor-faktor host dan spesies penyebab. Gejala klinis meliputi:
1. Sakit kepala (tercantum dalam hampir semua pasien dengan malaria)
2. Batuk
3. Kelelahan
4. Rasa tidak enak
5. Menggigil
6. Arthralgia
7. Mialgia
8. Paroxysm fever, menggigil, dan berkeringat (setiap 48 atau 72 jam, tergantung
pada spesies)
Gejala yang kurang umum adalah sebagai berikut:
1. Anorexia dan lesu
2. Mual dan muntah
3. Diare
4. Penyakit kuning
Kebanyakan pasien dengan malaria tidak memiliki temuan fisik spesifik, tetapi
splenomegali dapat terjadi.
200
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1. Malaria P falciparum: terapi Kinin berbasis adalah dengan kinin sulfat ditambah
doxycycline atau klindamisin atau pirimetamin - sulfadoksin, terapi alternatif
adalah artemeter - lumefantrine, atovakuon - proguanil, atau mefloquine.
2. Malaria P vivax, P ovale: Chloroquine ditambah primaquine
3. Malaria P malariae: Chloroquine
4. Malaria P knowlesi: sama seperti malaria P falciparum
201
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
202
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
11. Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen (bahan kimia, fisik (sinar matahari dan suhu), mikroorganisme
(bakteri dan jamur) dan atau faktor endogen yang menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal.
11.1 Klasifikasi dari dermatitis
1. Dermatitis kontak iritan
2. Dermatitis kontak alergik
3. Dermatitis atopik
4. Dermatitis stasis
5. Neurodermatitis sirkumskripta
6. Dermatitis numularis
7. Dermatitis autosensitisasi
11.2 Gejala dan Tanda
11.2.1 Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit
reaksi peradangan kulit non imunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung
tanpa didahului proses sensitisasi.
Gejala klinis
Kelainan kulit yang terjadi beragam tergantung pada sifat iritan. Predileksi yang
terjadi pada kedua tangan, kaki dan daerah yang terpajan.
DKI Akut
1. Penyebab luka bakar oleh bahan kimia, iritan kuat : asam dan basa kuat
(NaOH, KOH).
2. Ketika terjadi menyebabkan reaksi segera timbul.
3. Kulit terasa pedih, panas, dan rasa terbakar, kelainan yang terjadi
eritema,edema dan bila mungkin juga nekrosis sedangkan pinggiran kulit
berbatas tegas dan asimetris.
DKI Subakut
1. Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI Akut tetapi baru muncul 8
sampai 24 jam atau lebih setelah kontak. Contoh bahan iritan: podofilin,
antralin,asam hidrofluorat,etilen.
203
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
204
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Penatalaksanaan
1. Non farmakologi:
Upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan allergen penyebab dan
menekan kelainan kulit yang timbul.
2. Farmakologi:
Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi
peradangan pada DKA akut yang ditandai dengan eritema, edema, vesikel atau
bula, serta eksudatif. Misalnya dengan prednisone 30mg/hari. Umumnya
kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulit cukup
dikompres dengan larutan garam faal atau larutan air salisil 1:1000. Untuk
DKA ringan atau akut yang telah mereda (setelah diberikan kortikosteroid
sistemik) cukup diberikan kortikosteroid atau makrolaktam (pimecrolimus atau
tacrolimus) secara topical.
205
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
206
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Bourke, et al. 2009. Guidelines For The Management of Contact Dermatitis: an update.
Tersedia dalam :
http://www.bad.org.uk/portals/_bad/guidelines/clinical%20guidelines/contact%20derma
titis%20bjd%20guidelines%20may%202009.pdf. Diakses pada tanggal 10 Februari
2014
2. Chaitanya, G. 2013. Epigastric Pain - Location, Causes and Treatment.
http://emedicalhub.hubpages.com/hub/Epigastric-Pain. (diakses pada 15 Februari 2014)
3. Djuanda, Adhi. 2011. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Dorland, W. 2002. Kamus Kedokteran DORLAND. Edisi 29. Jakarta: EGC.
5. Guandallini, S. 2013. Diarrhea. http://emedicine.medscape.com/article/928598-
overview. (diakses pada 8 Februari 2014)
6. Harsono, 2009. Kapita Selekta Neurologi. Edisi II. Yogyakarta: Gadjahmada University
Press.
7. Harsono, 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi V. Yogyakarta: Gadjahmada
University Press.
8. Ilyas, S, Yulianti, SR. 2012. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
9. Mansjoer, et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
10. Meneghetti, A. 2013. Upper Respiratory Tract Infection.
http://emedicine.medscape.com/article/302460-overview. (diakses pada 31 Januari
2014)
11. PAPDI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
12. Perez-Jorge, E. 2013. Malaria. http://emedicine.medscape.com/article/221134-
overview. (diakses pada 8 Februari 2014)
13. Ramaiah, S. 2007. All You Wanted To Know About Diare. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Popular
14. Riordan-Eva, P., Whitcher, J.P., 2009. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury. Edisi
17. Jakarta: EGC.
15. Suryadi, et al. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Percetakan Penebar
Swadaya
207
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
208
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KOMPETENSI TAMBAHAN
MATRA PENUNJANG
NAVIGASI DARAT
PENDAHULUAN
Tersesat dalam jangka waktu yang panjang bukanlah hal yang menyenangkan.
Navigasi yang baik adalah keahlian dalam membaca peta, dan menginterpretasikannya
sehingga peta dapat menunjukkan dimana posisi anda dan ke mana tujuan anda, juga banyak
jalurnya. Tips untuk navigasi yang baik, pertama, letakkan peta anda di tangan atau di tempat
yang mudah diambil, kedua, sering-sering mengacu pada peta terutama pada saat istirahat,
pada saat melewati sungai, dinding, atau jalan setapak dan periksa pada peta anda. apabila
anda tidak yakin dengan posisi anda sekarang, jangan terburu-buru, cobalah tentukan posisi
anda sebelumnya lalu cocokkan pada peta (bukan sebaliknya), kalkulasikan waktu dan jarak
yang sudah ditempuh dan perkirakan di mana posisi anda sekarang.
Kata “Navigasi” kita kenal dalam penerbangan ataupun pelayaran, adapun kata
“Darat” hanya membedakan dalam pemakaiannya di medan, sebab ada berbagai macam
navigasi, diantaranya adalah :
i. Navigasi Darat
ii. Navigasi Laut,
iii. Navigasi Udara
iv. Navigasi Sungai
v. Navigasi Rawa
vi. Navigasi Gurun Pasir
Navigasi darat adalah Tehnik menentukan posisi (kedudukan) serta arah perjalanan baik
di peta maupun di medan sebenarnya.
Adapun pemahaman navigasi adalah suatu kemampuan atau daya rekam dan membaca
peta dengan bentang bumi pada suatu daerah yang sedang atau akan kita tempuh dengan
bantuan peralatan navigasi.
209
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Peta Topografi
Peta Topografi berasal dari bahasa yunani, Topos berarti tempat atau lapangan,
Graphos berarti gambaran atau catatan. Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan suatu
tempat di permukaan fisik bumi yang dinyatakan dengan garis-garis ketinggian atau garis
kontur dan disertai berbagai keterangan secara rinci mengenai daerah yang terpetakan.
Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya adalah peta ini
menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya seperti jalan,
sungai, danau, dll. Karena peta topografi menunjukkan kontur bentuk tanah, maka peta jenis
ini merupakan jenis peta yang paling cocok untuk kegiatan outdoor dari peta kebanyakan.
3. Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah. Karena sifat kemagnetikannya, jarum kompas
akan selalu menunjukkan arah utara-selatan, tapi arah utara yang ditunjukkan oleh jarum
kompas tersebut adalah arah utara magnetis bumi.
4. Busur Derajat
Pada pemakaiannya, busur derajat sudah jarang digunakan karena sekarang ada alat
yang namanya protactor, rumer yang fungsinya sama dan di dalamnya ada pembagian karvak
dalam beberapa skala peta.
5. Curvimeter
Curvimeter adalah alat untuk menghitung jarak horizontal pada route lintasan yang
berkelok-kelok di peta.
210
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6. Altimeter
Altimeter adalah alat pengukur ketinggian yang bisa membantu pengguna
menunjukkan posisi dengan melihat garis ketinggian (kontur) pada peta topografi yang sedang
kita gunakan. Pada medan gunung yang tinggi, kompas sering tidak digunakan, dan altimeter
akan lebih bermanfaat. Dengan melewati pegunungan yang sudah kita kenal maka kita dapat
mengetahui posisi (ketinggian) di peta. Namun yang harus kita lakukan sebelum altimeter kita
gunakan harus di kalibrasi dengan benar.
7. Pedometer
Pedometer adalah alat untuk mengukur langkah kaki, namun alat yang letaknya di
pinggang ini jarang digunakan atau sebatas pelengkap saja.
PENGERTIAN PETA
Peta adalah representasi grafis dari bagian permukaan bumi yang ditarik ke skala,
seperti yang terlihat dari atas. Menggunakan warna, simbol, dan label untuk mewakili fitur
yang ditemukan pada permukaan bumi. Representasi yang ideal akan terwujud jika setiap fitur
dari daerah yang dipetakan dapat ditunjukkan dalam bentuk yang benar. Untuk dapat
dimengerti, peta harus diwakili dengan tanda konvensional dan simbol. Pada peta skala
1:250.000, simbol yang ditentukan untuk membangun mencakup areal seluas 500 meter
persegi di atas tanah, sebuah simbol jalan adalah setara dengan lebar jalan sekitar 520 kaki di
tanah, simbol untuk rel kereta api tunggal adalah setara dengan rel kereta api sekitar 1.000
kaki pada tanah.
211
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
PETA TOPOGRAFI
1.5.2 Kecil. Peta dengan skala 1:1.000.000 dan lebih kecil digunakan untuk
perencanaan umum dan untuk studi strategis (peta bawah pada Gambar 2-1).
Peta skala kecil standar memiliki skala 1:1.000.000. Peta ini meliputi area yang
sangat besar dengan mengorbankan detail.
1.5.3 Menengah. Peta dengan skala lebih besar dari 1:1.000.000 tetapi lebih kecil dari
1:75,000 digunakan untuk perencanaan operasional (peta tengah pada Gambar 2-
1). Peta ini mengandung detail dengan jumlah sedang. Peta skala menengah
standar memiliki skala 1:250.000. Ada juga peta dengan skala 1:100.000.
213
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.5.4 Besar. Peta dengan skala 1:75,000 dan lebih besar digunakan untuk perencanaan
taktis, administrasi, dan logistik (peta atas pada Gambar 2-1). Peta jenis inilah
yang sering ditemukan dan digunakan pihak militer. Peta skala besar standar
1:50.000, namun banyak daerah telah dipetakan dengan skala 1:25.000.
Skala angka
Contoh 1 : 25.000
Berarati jarak 1 cm pada peta = 25.000cm (250m) jarak horizontal di medan sebenarnya.
1 : 50.000
berarti jarak 1 cm di peta = 50.000 cm (500m) jarak horizontal di medan sebenarnya.
Rumus : Skala peta = jarak di peta
jarak horizontal di medan
SP = JP
JM
Contoh soal .
Di ketahui : skala peta 1: 50.000
Jarak peta = 2 cm
Di Tanya : berapa jarak mendatar pada medan?
Jawab :
Skala peta = jarak peta
Jarak mendatar
___1__ 2 cm
50000 = jm
jadi jarak di medan (JM) = 50.000 x 2 cm = 100000 cm
= 1000 m = 1 km
Skala garis atau kedar grafis.
Skala garis adalah adalah garis yang dibagi dalam sejumlah perbandingan satuan pengukuran.
Mengukur jarak di peta dengan mistar,tali,akar atau apa saja lalu di ukur pada skala garis atau
kedar grafis .
Berarti tiap bagian sepanjang blok garis mewakili 1 km jarak horizontal sebenarnya.
214
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Tidak semua benda di medan di gambarkan sesuai dengan skala peta, misalnya jembatan,
lebar sungai, tadah hujan ( kecil), mata air, bangunan, lebar jalan, lebar rel kereta api, dan
sebagainya.
Contoh
Skala 1: 50.000 berarti tiap bagian sepanjang blok garis panjang di sebelah kanan titik 0
adalah 1 km jarak horizontal sebenarnya. tiap blok garis pendek di sebelah kiri titik 0 adalah
pembagian lebih kecil dari balok panjang (per- 100 m).
Tanpa harus menghitung, untuk keperluan praktis, kita dapat mengetahui suatu jarak
horizontal menggunakan skala garis dengan metode kertas salin.
1) Letakkan pada peta, sepotong kertas yang menghubungkan A-B
2) Tandai pada kertas salin : A dan B
3) Pindahkan dan letakkan kertas secara berhimpit pada diagram skala garis.
4) Ketahui jarak A-B dengan melihat angka blok garis pada diagram skala garis (3,5 km,pada
gambar).
215
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Utara sebenarnya (US) adalah arah yang menunjukkan kutub utara bumi (utara
geografis).di lambangkan dengan symbol binatang,karena utara segaris dengan binatang
(kutub) utara,msks di kenal pula sebagai utara astronomis.
Utara magnetis (UM) adalah arah yang menunjukkan kutub utara magnetis bumi.di
lambangkan dengan jarum atau mata panah.kutub utara magnetis bumi letaknya tidak
bertepatan dengan kutub utara bumi,kira-kira di utara kanada, sebelah tenggara dari kutub
utara bumi,di samudra arktik.karena pengaruh rotasi bumi.letak kutub magnetis bumi ber
geser dari tahun ke tahun (sekitar 25 mil per tahun).
Utara magnetis adalah arah utara yang di tunjukkan oleh jarum magnetis kompas,
biasanya di sebut dengan utara kompas (UK).
Untuk keperluan praktis ,utara peta, utara sebenarnya, dan utara magnetis dapat di
anggap sama. Untuk keperluan yang lebih menuntut ketelitian, perlu di perhitungkan adanya
ikhtilaf peta, ikhtilaf magnetis, variasi magnetis. Hubungan antara US, UM, UG, dan variasi
magnetis akan di pelajari setelah pengetahuan dasar ini di pahami dengan baik.
216
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.7.1 Planimetrik Peta. Peta ini hanya menyajikan posisi horizontal untuk fitur yang
diwakili. Berbeda dari peta topografi, peta ini biasanya diwakili oleh garis kontur.
Terkadang, peta jenis ini disebut juga peta garis.
1.7.2 Peta Topografi. Ini adalah peta yang menggambarkan fitur medan dengan cara
yang terukur (biasanya melalui penggunaan garis kontur), serta posisi horisontal
untuk fitur yang diwakili. Posisi vertikal, atau bantuan, biasanya diwakili oleh
garis kontur pada peta topografi militer. Pada peta yang menunjukkan relief,
ketinggian dan kontur diukur dari bidang daerah ukur vertikal tertentu, biasanya
permukaan laut. Gambar 3-1 menunjukkan peta topografi yang khas.
1.7.3 Peta yg dibuat dengan potret. Ini adalah reproduksi dari foto udara yang di
atasnya diberi grid baris, data marginal, nama tempat, nomor rute, level penting,
batas-batas, dan skala perkiraan dan arah.
1.7.4 Peta Operasi Bersama. Peta ini didasarkan pada format standar 1:250.000 peta
topografi skala menengah militer, tetapi peta ini berisi informasi tambahan yang
diperlukan dalam operasi udara dan darat secara bersamaan (Gambar 2-2).
Sepanjang tepi utara dan timur detail, grafis melampaui lembar peta standar untuk
memberikan informasi tumpang tindih dengan lembar yang berdekatan. Peta ini
baik untuk digunakan dalam format darat dan udara. Setiap versi diidentifikasi
dalam margin yang lebih rendah sebagai grafis operasi bersama (udara atau darat).
Terdapat informasi topografi identik pada keduanya, tapi versi darat menunjukkan
elevasi dan kontur dalam meter dan versi udara menunjukkan elevasi dan kontur
dengan kaki (feet). Layer (elevasi), pewarnaan dan bayangan ditambahkan sebagai
bantuan untuk bahan interpolasi. Kedua versi menekankan fasilitas airlanding
(ditampilkan dalam warna ungu), tapi versi udara memiliki simbol tambahan untuk
mengidentifikasi bantuan dan rintangan untuk navigasi udara.
1.7.5 Photo Mozaik. Ini adalah bagian foto udara yang biasa disebut mozaik dalam
penggunaan topografi. Mosaik berguna sekali ketika waktu tidak memungkinkan
penyusunan peta yang lebih akurat. Ketepatan mozaik tergantung pada metode
yang digunakan dalam persiapan dan mungkin berbeda dari sekadar efek gambar
yang baik dari sebuah peta planimetrik.
1.7.6 Terrain Model. Ini adalah model skala fitur yang menunjukkan medan, dan dalam
skala besar model menunjukkan bentuk industri dan budaya. Peta ini menyediakan
217
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
218
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap / sama walaupun kerapatan kedua garis
kontur itu berubah-ubah.
A. Daerah datar mempunyai garis kontur jarang-jarang, sedangkan daerah terjal / curam
mempunyai garis kontur yang rapat / berdekatan.
B. Punggungan gunung / bukit terlihat di peta sebagai rangkaian kontur berbentuk huruf
“U” yang ujungnya melengkung menjauhi puncak.
C. Lembah terlihat di peta sebagi rangkaian kontur berbentuk huruf “V” yang ujung nya
tajam dan menjorok ke arah puncak.
D. Angka (harga kontur / kontur tebal) yang tertera pada garis kontur selalu mengarah ke
daerah yang lebih tinggi.
E. Garis ketinggian yang menyatakan setengah ketinggian dari dua garis kontur yang
berurutan , di gambarkan dengan garis putus-putus.
F. Garis putus-putus tegak menyatakan daerah kawah atau danau
G. Peta keluaran Bakosurtanal (1: 50.000)membuat garis kontur tebal untuk kelipatan 250
meter atau selang 10 garis kontur.(250,500,750,1000,1250 meter dst)
H. Peta keluaran AMS ( 1: 50.000) membuat garis kontur tebal untuk kelipatan 100 meter
atau selang 4garis kontur(100,200,300,….500 meter dst)
219
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
I. Peta keluaran direktorat geologi bandung tidak seragam ketentuan ketebalan garis
konturnya,jadi tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk penentuan garis kontur
tebal.
J. Gambar Kontur
220
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Garis vertical di beri nomor urut dari selatan ke utara / bawah ke atas ( sumbu Y).
Sistem koordinat grid mengenal penomoran : 4, 6, 8, dan 14 angka. Untuk daerah yang luas di
pakai penomoran 4 atau 6 angka, dan untuk daerah yang lebih sempit / detail dengan
penomoran 8 atau 14 angka.
Koordinat grid 14 angka, terdiri dari 7 angka absis (X) dan 7 angka ordinat (y).
Untuk penulisan koordinat lebih sedikit digit bisa dari koordinat digit yang lebih banyak.
Gambar.
222
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
MEMBACA PETA
223
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur, kita dapat juga mengetahui tinggi suatu temapt
dengan pertolongan titik ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya di sebutdengan titik
triangulasi. Yaitu suatu titik atau benda berupa pilar/tonggak/patok yang menyatakan
tinggi relative suatu tempat dari permukaan laut. Titik triangulasi di gunakan oleh
jawatan- jawatan topografi untuk menentukan ketinggian suatu temapat dalam
pengukuran ilmu pasti pada waktu pembuatan peta. Di lapangan, pilar ini berupa tugu
dan terdapat keteranga.
Macam titik triangulasi, yaitu primer (P), sekunder (s), tertier (T), kuartier (Q), da titik
antara (TP).
Contoh titk triangulasi : Δp.140/ 78
Artinya : pilar tipe primer (P), pilar ke- 140, pada ketinggian 78 meter diatas
permukaan laut (dpl).
Dengan mengetahui ketinggian tugu tersebut di lapangan. Pilar triangulasi dapat di
jadikan patokan untuk mengalibrasi altimeter.
224
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6. Dalam penyusuran di sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing, delta, dan
sebagainya, dapat di jadikan sebagai tanda medan. Pengertian tanda ini mutlak perlu
dikuasainya. Akan selalu di gunakan pada uraian selanjutnya tentang teknik peta
kompas.
Teknik Contouring
Contouring dapat diartikan dengan salah satu penerapan ilmu medan peta yaitu
menempuh perjalanan tanpa menggunakan kompas. Dalam melakukan teknik contouring
dituntut untuk lebih teliti dalam pengamatan medan. Karena jika kita sudah salah
menentukan posisi dengan contouring maka akan mempersulit perjalanan kita dan
mungkin akan tersesat.
Jika kita di lapangan dengan membawa peta maka teknik contouring dapat dilakukan,
dengan mengamati bentukan dengan acuan arah KAKIBATAS (kanan, kiri, bawah, atas).
Tanda-tanda medan yang dapat digunakan adalah:
- Puncak-puncak bukit
- Bentukan sungi
- Punggungan bukit dan terjal/landainya bukit
- Dan lain lain
2. KOMPAS
Kompas merupakan salah satu peralatan navigasi utama untuk di gunakan bersamaan
dengan peta. Sebuah peta tidak akan memiliki nilai lebih jika tidak ada kompas. Dengan
adanya kompas kita dapat mengetahui arah gerakan, azimuth magnetik suatu point dll.
Berbagai jenis kompas:
2.1.Kompas lensatik merupakan jenis kompas yang simpel dan sering kita temui. terdiri
dari 3 bagian : cover, base dan lensa.
225
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Cover atau penutup kompas berguna untuk melindungi jarum magnetik dan piringan azimuth
saat tidak digunakan. Di bagian tengahnya terdapat kawat bidik untuk membidik point
atau titik.
Base atau tubuh kompas memiliki bagian sebagai berikut:
- Cakra angka atau piringan azimuth / floating dial bertumpu pada suatu poros, sehingga
dapat berputar bebas saat berotasi.
- Pelindung piringan azimuth adalah kaca atau plastik bening yang memiliki garis indek
tetap berwana hitam.
- Cincin gerigi pada saat diputar akan berbunyi klik, dan tiap klik menandakan rotasi
sebanyak 3°, total ada 120 klik dalam satu lingkaran penuh.
Lensa digunakan untuk membaca azimuth dan memiliki celah bidik yang digunakan
bersamaan dengan kawat bidik pada cover. Celah bidik ini juga digunakan untuk
mengunci piringan azimuth agar tidak bergerak saat ditutup. Celah bidik harus dibuka
lebih dari 45° agar piringan azimuth bergerak bebas.
2.2.Kompas Prima
2.3.Kompas Silva
226
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Kalibrasi Kompas
Sebelum menggunakan kompas, kita harus terlebih dahulu memastikan kompas berfungsi
dengan benar dan akurat, untuk itu kita harus memerhatikan beberapa hal:
1. Set semua kompas yang akan dipakai (seragamkan dengan kompas yang standar). Untuk
checking yang paling mudah yaitu kita pergi ke titik triangulasi, dengan catatan daerah
tersebut telah kita ketahui SPM-nya (missal 0o00‟00”). Plot salah satu tanda medan yang
terlihat jelas dari triangulasi dan juga terdapat di peta, catat besar sudut petanya, missal
50‟. Pada kompas standar, besar sudut kompas bila kita membidik tanda medan tersebut
dari titik triangulasi juga harus sebesar 50‟. (Catatan: cara kita membidik dan plotting
sudah benar).
2. Perhatikan angka-angka pembagian derajat yang terdapat pada piringan kompas (untuk
keseragaman sebaiknya menggunakan kompas dengan pembagian derajat 6400, maka di
lapangan kita harus menghitung lagi.
Untuk mengukur azimuth, secara sederhana, putar seluruh badan kearah obyek, tutup
kompas akan menunjuk langsung ke obyek tersebut. Ketika sedang menunjuk obyek,
perhatikan dan baca azimuth, sesuaikan garis index. Teknik ini lebih disukai karena
lebih mudah, cocok pada semua kondisi jarak penglihatan, dan dapat digunakan tanpa
harus melepas kacamata.
227
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
228
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Selain itu, kadang lintasan yang akan kita lalui terhalang oleh rintangan, seperti tebing,
rawa, atau danau, dsb, sehingga kita tidak dapat melewatinya, maka cara mengatasinya
adalah:
A. Pada awal rintangan, misal titik A, perjalanan dibelokkan ke kanan atau ke kiri
dengan sudut kompas baru yaitu sudut kompas awal ditambah atau dikurangi 90o.
B. Ikuti arah lintasan yang baru hingga melewati lebarnya rintangan, misallnya pada
titik B, jarak yang dilalui haruslah dihitung, misal dalam X langkah.
C. Dari titik B, arah lintasan dikembalikan kea rah sudut kompas awal dan berjalan
sampai rintangan terlewati, misalnya titik C.
D. Dari titik C, sudut awal kompas dikurangi ± 90o dan berjalan dengan X langkah
sampai ke titik misalnya D.
E. Dari titik D, arah lintasan dikembalikan ke sudut semula, maka kita sudah kembali
pada jalur kita semula.
229
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Back azimuth adalah sudut balik dari suatu arah, dimana nilai sudutnya diperoleh jika:
1. Arah kurang dari 1800 maka back azimuthnya adalah (arah + 1800 = Back azimuth).
2. Arah lebih dari 1800 maka back azimuthnya adalah (arah – 1800 = Back azimuth)
230
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. ORIENTASI MEDAN
3.1 Mengenal Tanda Medan
Disamping legenda sebagai pengenal tanda medan, bentukan-bentukan alam yang
cukup mencolok dan mudah dikenal dapat kita pergunakan juga sebagai tanda medan.
Tand medan harus kita ketahui dan kita cocokan pada peta sebelum kita memulai
pengembaraan.
Tanda medan yang cukup mudah untuk diamati dapat berupa:
1. Puncakan gunung atau bukit dan bentukan-bentukan tonjolan lain yang cukup
ekstrim
2. Punggungan merupakan rangkaian kontur yang menyeruipai huruf V menjorok
mendekati puncak
3. Saddle, daerah pertemuan 2 ketinggian
4. Belokan kujalan sungai jembatan ujung jalan
5. Garis batas pantai muara sungai, tanjung, dan teluk yang mudah kita kenali
Masih banyak tanda medan yang dapat kita kenali dan kita cocokan dengan keadaan di
alamnya. Jam terbang akan sangat menambah pengetahuan tentang tanda medan ini.
3.2.1 Resection
Resection merupakan cara untuk mengetahui posisi kita di peta. Langkah-langkah
melakukan resection:
1. Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, buatlah garis dari titik
sasaran dengan acuan besar sudut peta.).
2. Lakukan hal yang sama dengan titik kedua, missal Y. Bila kita melakukannya
benar maka akan didapatkan titik perpotongan antara kedua garis tersebut.
3. Titik perpotongan itulah posisi kita di peta.
231
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.2.2 Intersection
Intersection merupakan cara menentukan posisi orang lain/tempat lain pada peta,
langkahnya adalah:
1. Lihatlah dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti
puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing.
2. Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alam), kemudian cocokkan dengan
peta. Bidikkan kompas dari posisi anda berdiri (letaknya sudah pasti diketahui
di medan dan di peta) ke sasaran bidik (obyek). Misal tempat anda berdiri
adalah X, dengan hasil bidikan 130o terhadap sasaran. Maka sudut peta adalah
130o (azimuth).
3. Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, buatlah garis dari titik
sasaran dengan acuan besar sudut peta.
4. Lakukan hal yang sama di tempat kedua, missal Y. Bila kita melakukannya
dengan benar maka akan didapatkan titik perpotongan antara kedua garis
tersebut (usahakan selisih sudut antara X dan Y antara 30o-150o).
5. Titik perpotongan itulah posisi kita di peta.
Intersection bisa dilakukan bila sasaran bidik dapat kita melihat dari dua tempat yang
berbeda, dengan jelas.
232
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Navigasi Darat BASARNAS
2. Materi Navigasi Darat Basarnas Seminar Nasional Baksos Nasional PTBMMKI
2014
3. Booklet Musyawarah Nasional XI Jambore Nasional XVII
4. Aidi,Laili.2009.Pengenalan Dasar Navigasi Darat.ASTACALA PMPA
ITTELKOM Jungle Rescue – SAR Jayapura
http://sarjayapura.com/2012/02/jungle-rescue/
233
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KOMUNIKASI LAPANGAN
PENDAHULUAN
Dalam keadaan survival jiwa anda tergantung pada 4 hal yaitu : perlindungan dari
cuaca (dingin, hujan, panas), makanan, air dan regu pencari. Juga dalam kegiatan operasi,
seperti operasi SAR, pendakian dalam regu, pertolongan bencana alam, komunikasi
memegang peranan penting dalam operasi tersebut. Kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain sangat vital untuk dikuasai dalam berkegiatan di alam terbuka. Hal ini akan sangat terasa
apabila kita berada dalam kondisi survival dimana kita harus mampu memberikan isyarat
untuk memberitahukan atau meminta pertolongan pada seorang yang mungkin dapat
memberikan pertolongan pada kita. Komunikasi dengan sarana radio dua arah (HT)
Kita sering melihat banyak anggota Polisi, TNI, Pemadam, SAR dan instansi lain
menggunakan radio dua arah yang lebih dikenal dengan nama "HT". Masyarakat umum juga
saat ini mulai banyak yang memanfaatkan HT tersebut untuk berbagai kegiatan. Bagaimana
penggunaan alat tersebut?
234
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Huruf A berlaku juga untuk angka 1, huruf B berlaku juga untuk angka 2,
huruf C berlaku juga untuk angka 3, dan seterusnya.
Isyarat yang umum digunakan :
1.1. tanda panggilan : U R (beberapa kali)
1.2. tanda selesai : A R (beberapa kali)
1.3. tanda siap menerima : K
1.4. tanda belum siap menerima : Q (pengirim diminta menunggu)
1.5. tanda satu kata dimengerti : C
1.6. tanda minta diulangi : I M I
1.7. tanda berita dapat diterima : R
1.8. tanda pemisah kata: bendera kanan diputer searah jarum jam
1.9. tanda satu huruf salah : E 8 kali, kemudian semua kata diulangi
1.10.tanda angka dipakai sebelum pengiriman dan setelah pengiriman selesai
diakhiri dengan huruf J
2. Morse
Morse adalah suatu bentuk isyarat komunikasi berupa kode kombinasi panjang dan
pendek yang mewakili semua huruf, angka, dan tanda baca. Komunikasi ini juga dapat
digunakan dalam keadaan gawat darurat. Alat-alat yang biasa digunakan dalam
komunikasi morse adalah :
2.1 Peluit Isyarat yang digunakan dalam menggunakan peluit adalah dengan
menggunakan panjang-pendek suara tiupan.
2.2 Cahaya Biasanya menggunakan cahaya sorot (senter) yang ditutup dengan kain
berwarna merah/jingga karena intensitas cahayanya paling dapat diterima
dengan baik oleh mata manusia. Isyarat yang digunakan dengan menggunakan
panjang – pendek sinar cahaya.
235
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Tanda Baca :
Tanda . direpresentasikan dengan .-.-.-
Tanda , direpresentasikan dengan –..–
Tanda : direpresentasikan dengan —…
Tanda - direpresentasikan dengan -….-
Tanda / direpresentasikan dengan -..-.
236
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Komunikasi radio
Komunikasi radio adalah cara berkomunikasi yang paling efisien di dalam
komunikasi lapangan. Secara umum radio dapat diartikan sebagai hubungan jarak jauh
dengan menggunakan peralatan elektronik, misalnya pesawat SSB (Single Side Band),
walkie talkie, pesawat CB, dan jenis-jenis pemancar/penerima lainnya.
Komunikasi radio dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
3.1 Telephony: AM (Amplitudo Modulation), FM (Frequency Modulation), A3J (SSB)
3.2 Telegraphy, kode morse.
Alat yang paling sering digunakan di dalam kegiatan alam bebas untuk berkomunikasi
jarak jauh melalui radio adalah TRX (Transceiver) yang berarti Transmitter (TX) dan
Receiver (RX). Alat ini adalah alat komunikasi dua arah yang digunakan secara
bergantian. Artinya apabila pemancar yang bekerja, maka penerimanya mati dan
sebaliknya.
Bagian pokok dari radio:
i. Antena
ii. Receiver (Penerima) dan Transmitter (Pemancar)
iii. Power Supply
iv. Mike
v. Speaker dan Volume
vi. S-Meter (Signal Meter)
vii. Chanenel/Frekuensi
4. Komunikasi Darurat
Anda dengan api dan asap cara yang paling sederhana untuk memberitahukan
letak posisi kita adalah dengan membuat api dan asap, agar mudah terlihat dari
kejauhan. Untuk malam hari dapat membuat api yang besar agar mudah terlihat pada
kegelapan. Untuk membuat api yang besar dapat menggunakan daun, ranting dan
dahan-dahan kering tetapi harus dijaga agar api tidak menimbulkan kebakaran hutan.
Untuk siang hari dapat membuat asap tebal yang mengepul. Untuk daerah yang
berhutan lebat dan hujan, asap tebal putih akan lebih mudah terlihat. Untuk membuat
asap hitam, gunakan bensin, oli, kain yang dicelupkan ke dalam minyak tanah,
potongan karet atau plastik. Untuk asap putih gunakan daun-daun yang masih hijau ,
lumut, ranting, atau percikan air ke dalam api. Namun ada juga cara untuk
237
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
memberitahukan posisi kita yaitu dengan asap yang telah dikemas dalam kaleng yang
disebut smoke. Berikut merupakan warna Isyarat dari asap beserta artinya: Asap
jingga: Saya sedang dalam bahaya dan memerlukan pertolongan segera.
Cermin Survival
Cermin ini berbentuk segi empat yang memiliki sermin dikedua belah sisinya.
Mempunyai 2 lubang; satu ditengah dan satu lainya di sudut. Cermin ini sangat efektif
dalam menarik perhatian.
Kain sebagai kode darat ke udara tanda ini digunakan untuk memberikan
isyarat dari darat ke udara. Biasanya menggunakan kain yang berwarna kontras
dengan medan di sekitarnya.
238
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Repeater to Repeater
4. Internet Radio Gateway
5. Komunikasi Lewat Satelit
6. APRS (Automatic Packet Reporting System)
Komponen inti dari APRS sendiri adalah suatu alat yang bernama TNC (Terminal
Node Controler). Dengan menghubungkan perangkat radio kita dengan TNC dan GPS, maka
kita telah membangun APRS kita sendiri.
APRS digunakan untuk mencari data atau informasi di lapangan. Jadi setiap ada data
baru yang diperoleh di lapangan, tim dapat langsung melaporkan data k epos komando.
Fungsi APRS:
1. Sebagai tracker 1 arah
Untuk membangun APRS dengan fungsi sebagai tracker 1 arah, peralatan yang
dibutuhkan adalah: (i) radio, (ii) TNC, dan (iii) GPS tanpa layar
2. Sebagai tracker 2 arah
Untuk membangun APRS dengan fungsi sebagai tracker 2 arah, peralatan yang
dibutuhkan adalah: (i) radio, (ii) TNC, dan (iii) GPS dengan layar.
3. Sebagai alat penerima/pengirim pesan text
4. Sebagai alat untuk manajemen informasi
239
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
ETIKA BERKOMUNIKASI
1. Komunikasi Point to Point
1.1 Memantau dahulu/memonitor pada frekwensi/kanal yang diinginkan.
1.2 Wajib menyebutkan CALLSIGN dan tempat/posisi memancar.
1.3 Menyebutkan callsign dan mengucapkan kata ganti pada akhir pembicaraan.
1.4 Memberikan kesempatan/prioritas pada penyampai berita-berita yang penting.
1.5 Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
1.6 Mengatur jalur/kanal apabila muncul pertama kali di kanal/frekwensi.
1.7 Apabila jalur kanal sibuk sementara butuh komunikasi agak panjang dengan
seseorang, sebaiknya bergeser (tidak memonopoli kanal/jalur/frekwensi).
1.8 Menggunakan kode TEN (10), kode eight (8) pada RAPI atau kode “Q” pada
pada ORARI untuk efisiensi komunikasi.
1.9 Membiasakan menulis di log book, dicatat dengan siapa berkomunikasi dan
kapan/tanggal dan waktu komunikasi dilakukan.
1.10 Menggunakan nama panggilan.
1.11 Di larang menjadi net pengendali apabila sedang dalam stasiun gerak.
240
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
241
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. Cermin survival
6. Bendera flare atau sign pistol atau pyrotehnik
7. Kode – kode keadaan darurat
8. Kain di tanah
9. Gerakan badan
10. Gerakan pesawat
LAMPIRAN :
KODE ALPHABETIC
KODE LOKAL INTERNASIONAL
A AMBON ALPHA
B BANDUNG BETA
C CEPU CHARLIE
D DEMAK DELTA
E ENDE ECHO
F FLORES FOXROT
G GARUT GOLF
H HALONG/HONGKONG HOTEL
I IRIAN INDIA
J JAKARTA JULIET
K KENDAL KILO
L LOMBOK LIMA
M MEDAN MIKE (baca: MAIK)
N NAMLEA NOVEMBER
O OPAK OSCAR
P PATI PAPA
Q QUIBEC QUIBEC
R REMBANG ROMEO
S SOLO SIERA
T TIMUR/TEGAL TANGO (baca: TENGGO)
U UMAR UNIFORM
V VICTOR VICTOR
242
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
W WILIS WHISKY
X X-RAY X-RAY
Y YOGYA YANGKE (baca: YENKI)
Z ZULLU ZULLU
243
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
244
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
TARUNA = Berita
Asap dan Api :
Bendera :
Prosedur :
1. Prosedur isyarat bendera diambil dari buku isyarat internasional
2. Isyarat yang penting dalam lalu lintas berita SAR
2.1. JA : saya mengalami tabrakan
2.2. DO : saya hanyut, minta bantuan segera
2.3. AT : saya kandas, minta bantuan segera
2.4. DQ : saya mengalami kebakaran, minta bantuan segera
2.5. LV : saya kehabisan bahan bakar
2.6. DV: saya mengalami kebocoran, minta bantuan segera
2.7. FM: saya tenggelam, kirm bantuan segera untuk menolong penumpang dan
anak buah kapal
2.8. VC : isyarat anda dimengerti dan bantuan sedang menuju tempat anda
2.9. DN : saya datang untuk memberikan bantuan
245
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
246
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Putih 2 kali dengan selang Oleh kapal selam : Saya sedang timbul, hati-hati
waktu 3 menit
Putih berturut-turut Oleh pesawat terbang atau kapal : Ubah haluan anda
dengan selang waktu 10 untuk menghindari daerah ini
menit
Putih berulang-ulang Oleh pesawat terbang : Saya dalam kesulitan dan harus
menghindar
Putih 1 kali, hijau 1 kali Oleh para rescue : Siap untuk menerima pemberian
peralatan sekoci penolong
Putih 1 kali, merah 1 kali Oleh para rescue : Alat pengapung rusak, drop
penggantinya
Putih 2 kali, hijau 1 kali Oleh pesawat terbang SAR : Rescue berhasil baik
Putih 2 kali, merah 1 kali Oleh pesawat terbang SAR : Rescue tidak berhasil
Kuning 1 kali Oleh kapal selam : Akan naik hingga kedalaman
periscope
Isyarat Arti
Dibagi menjadi dua kelompok dan setiap kelompok menuju kea
rah tanda panah
Informasi yang diterima bahwa pesawat ke arah ini
Semua personil telah ditemukan
247
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. International Telecommunication and Amateur Union
2. ORARI / Organisasi Amatir Radio Indonesia
3. RAPI / Radio Antar Peduduk Indonesia
4. World Conference on International Telecommunications 2012". Itu.int. Retrieved 12
October 2012.
5. "International Telecommunication Regulations" (PDF). Retrieved 12 October 2012.
6. Internet Society. International Telecommunication Regulations
7. Peraturan kepala badan nasional penanggulangan bencana nomor 06 tahun 2013
tentang pedoman radio komunikasi kebencanaan
8. http://www.basarnas.go.id/index.php/halaman/47/sistem-komunikasi-sar
9. Materi Navrat & Komlap Seminar Nasinal Bakti Sosial Nasional 2014
10. Basarnas – Sistem Komunikasi SAR
11. http://www.basarnas.go.id/index.php/halaman/47/sistem-komunikasi-sar
12. APRS (Automatic Packet Reporting System) Untuk Penanggulangan Bencana –
Syafraufgisqu.2013
248
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
PENGERTIAN
Evakuasi medis adalah proses pemindahan pasien yang terluka atau sakit dari lokasi kejadian
menuju rumah sakit terdekat.
Beberapa hal yang harus dipersiapkan daam merencanakan evakuasi
1. Mempersiapkan tim bantuan medis
2. Data
Perlu adanya infomasi mengenai suatu bencana seperti
2.1.Kronologis
2.2.Jumlah korban
2.3.Jumlah kerusakan
2.4.Upaya penanggulangan yang sudah dilakukan
2.5.Akses ke lokasi
2.6.Pelayanan darurat yang dibutuhkan
PRINSIP DASAR
Prinsip utama dari evakuasi medis darat :
1. Don’t further harm
2. Don’t move causality unless absolutely necessary
3. Don’t endanger yourself
4. Explain clearly
5. One command
SYARAT-SYARAT EMD
Syarat-syarat sebelum melakukan evakuasi medis darat adalah dengan melakukan stabilisas,
yaitu suatu tindakan yang dilakukan agar korban menjadi stabil. Hal tersebut meliputi :
1. Memastikan keadaan umum korban serta respon yang diberikan
2. Memastikaan tidak adanya gangguan pernafasan
3. Nadi korban teratur
4. Perdarahan telah dihentikan
5. Luka telah di balut
6. Bila terjadi patah tulang telah di immobiloisasi, misalnya dengan di bidai
249
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
250
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
TEKNIK EVAKUASI
1. Evakuasi tanpa menggunakan alat bantu
Dengan satu penolong
1.1 Human crutch
Kondisi pasien sadar dan dapat berjalan dengan dipapah.
A. Dapat dikerjakan dengan 1 atau 2 penolong.
B. Teknik: penolong berdiri disamping bagian yang sakit
(kecuali pada cedera ekstremitas atas), lingakarkan tangan
penolong pada pinggang korban, kalungkan lengan korban
pada leher penolong, lalu genggang pergelangan tangan
korban dengan tangan lain, setelah itu berjalan secara
perlahan mengikuti langhkah korban.
251
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
252
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
253
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.2.Fore-and-aft carry
A. Dilakuakn oleh dua penolong dari depan dan belakang korban.
B. Tidak dilakukan pada korban dengan cedera bahu atau tangan.
C. Teknik: dudukkan korban, penolong satu berada di antara kedua paha korban
menghadap depan memegang bawah lutut korban, penolong kedua berada di
belakang memegang korban dari ketiak. Mengangkat korban bergiliran dari
penolong di belakang diikuti penolong di depan dengan jeda sementara.
2.4.Two-handed seat
A. Korban sadar
B. Dilakukan dengan dua penolong
C. Teknik: kedua penolong berjongkok berhadapan dengan tangan
menyilangmembentuk kotak untuk dudukan korban. Tangan korban memeluk
leher penolong dari belakang.
254
2. Dengan menggunakan alat bantu
2.3 Chair carry
A. Alat mudah ditemukan dimana saja.
B. Bukan kursi plastik maupun kersi lipat.
C. Memindahkan korban dengan kursi.
D. Hati-hati bila ada cedera spinal.
E. Perkirakan beban yang daoat dibawa oleh
kursi.
256
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Setelah melakukan evakuasi, monitoring dan evaluasi perlu diadakan guna memantau
pelaksaan dan menilai hasil dari pelaksanaan upaya penanganan darurat bencana yang
dilakukan.
REFERENSI
1. Seminar Materi Pertolongan Pertama Latihan oleh BASARNAS
257
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
PRINSIP DASAR
Untuk evakuasi korban dalam air diperlukan teknik penyelamatan. Teknik penyelamatan yang
digunakan berprinsip pada ketenangan dalam bertindak, sehingga dapat memilih cara
penanganan yang tepat. Prinsip penyelamatan di air adalah untuk menolong tanpa menambah
korban baru dan menolong tanpa menyebabkan timbulnya cedera fatal.
Beberapa hal yang harus selalu diingat, diketahui dan dilaksanakan oleh seorang penolong,
yaitu:
1. Penolong harus terlebih dahulu mengamankan diri sendiri sebelum memberikan
pertolongan kepada korban. Karena biasanya korban tenggelam akan mengalami
kepanikan dan cenderung akan menggapai, memegang atau merangkul benda-benda
disekitarnya serta meronta-ronta guna menyelamatkan dirinya. Hal ini sangat
berbahaya jika si penolong tidak siap dengan kondisi tesebut.
2. Penolong ketika menjumpai korban tenggelam sebaiknya segera mencari bantuan
terdekat, sambil terus berusaha untuk mengamati kondisi korban.
3. Penolong tidak berusaha untuk memberikan pertolongan pertama di air, karena itu
sangat berbahaya tapi memberikannya setelah sampai ditempat yang aman di darat.
258
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
259
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Beberapa hal yang harus diketahui ketika melakukan pertolongan diri sendiri :
1. Daya apung
Daya apung dibagi menjadi tiga, yaitu daya apung positif atau tubuh berada di
permukaan, daya apung negatif atau tubuh tenggelam dan di antara keduanya.
2. Mengambang
Mengambang adalah usaha mengambangkan tubuh tanpa melakukan gerakan, tekanan
air akan mendorong tubuh ke atas dengan sendirinya. Biasanya untuk beristirahat di
antara uapaya penyelamatan.
3. Treading
Treading adalah usaha berenang mengambang secara vertikal, kepala berada di atas
permukaan air dan biasanya untuk mengetahui arah penyelamatan.
4. Berenang
Ada empat gaya renang yang harus dikuasai seorang relawan, yaitu gaya bebas, gaya
punggung, gaya dada dan gaya kupu-kupu.
5. Menggunakan pelampung
Pelampung berfungsi menjaga hidung dan mulut agar tetap berada di atas air,
digunakan dengan cara dipegang atau disandar ke bawah lengan dan pelampung
sendiri tidak untuk dinaiki.
260
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
262
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Dengan alat
2.1 Tube rescue
Tube rescue adalah alat pelampung yang terbuat dari bahan yang elastis dengan
kedua ujungnya memiliki kaitan untuk mengunci saat membawa korban. Alat
ini digunakan melingkari badan korban. Kait pada tube diletakkan pada
punggung sehingga posisi korban dalam keadaan telentang. Penolong berenang
ke tepi dengan menggunakan gaya crawl. Apabila korban dalam keadaan panik,
korban didekati dengan memberikan tube terlebih dahulu setelah korban
berpegang kemudian ikat badan korban dengan tube kemudian ditarik. Korban
yang telah tidak sadar segera lingkarkan tube pada korban dan telentangkan
korban dan segera memberi napas buatan sebisa mungkin untuk membuka jalan
pernapasan setelah itu bawa korban ke tepi.
264
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Cara masuk ke air yang aman dan perlu diperhatikan oleh penolong :
1. Slide in entry
Digunakan jika relawan tidak mengetahui kondisi perairan maupun kedalamannya.
Cara ini paling aman dilakukan. Langkah-langkahnya adalah membuat posisi seaman
mungkin di tepi air, memasukkan salah satu kaki ke air, merasakan pijakan kaki
apakah berbahaya atau tidak, menjatuhkan badan dan digunakan untuk menahan berat
badan.
265
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Step in
Digunakan jika air jernih, kedalaman diketahui dan tidak ada benda-benda yang
membahayakan dalam di dalam air. Langkah-langkahnya adalah melihat arah tujuan di
air, melangkah dengan hati-hati pada tepian air, ketika sudah masuk ke air, pastikan
lutut dan kaki menekuk atau kaki menyentuh bokong.
3. Compact jump
Digunakan untuk mencapai kedalaman yang lebih dari dua meter. Langkah-
langkahnya adalah meletakkan kedua tangan menyilang pada dada, melangkah ke
tepian air dengan kedua kaki dalam posisi lurus, gerakan tubuh vertikal dan memakai
pelindung sesuai kebutuhan, setelah dalam air pengereman dapat dilakukan dengan
tangan dan kaki.
4. Straddle entry
Digunakan jika masuk ke air yang dalam dari ketinggian rendah dan korban dapat
terlihat. Teknik ini tidak digunakan pada ketinggian lebih dari satu meter atau pada
perairan dangkal. Langkah-langkahnya adalah mengambil jarak yang cukup dari
tepian, melakukan loncatan dengan satu kaki lurus dan kaki lainnya agak menekuk,
posisi tangan lurus ke samping dan ke depan serta pandangan juga lurus ke dapan.
Berikutnya setelah masuk ke dalam air, melakukan gerakan menekan tangan ke bawah
dan menggerakan kaki seperti gunting dan menjaga agar kepala tetap di atas air.
5. Shallow dive
Digunakan pada perairan yang jernih, kedalaman air dapat diketahui dan keadaan di
bawah air dapat dilihat.
266
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Pompa
Berfungsi memasukkan udara ke dalam perahu, yang bisa terdiri dari dari pompa
tangan dan pampa kaki.
3. Repair Kit
Terdiri dari lem, benang, nylon, jarum jahit dan bahan penambal
4. Tali penyelamat
Berfungsi untuk penyelamatan, juga berguna untuk linning dan scouting. Tali yang
digunakan ter buat dari bahan nylon berwarna mencilok agar dapat dilihat oleh korban.
6. Carabiner
Alat yang terbuat dari alumunium alloy, berfungsi untuk menghubungkan satu alat
dengan lainnya, misalnya throw bag dengan D–ring atau cincin yang ada di samping
perahu.
267
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
7. Dayung
Berfungsi untuk manuver, mengarahakan, menambah dan mengurangi kecepatan
perahu.
8. Helm
Berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan yangterbuat dari bahan yang kuat
tapi ringan dengan lubang-lubang kecil di atasnya.
9. Jaket pelampung
Berfungsi untuk mengapungkan tubuh dan melindungi bagian tubuh dari benturan
10. P3K
Obat-obatan dann peralatan perawatan yang harus disesuaikan dengan kondisi medan,
cuaca dan waktu tempuh menuju korban.
11. Peluit
Untuk membantu memberikan kode bahaya tertentu
268
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Danardi, Wasti. Teknik penyelamatan di air. 2006.
http://journal.uny.ac.id/index.php/medifora/article/viewFile/4757/4116 .
269
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
SURVIVAL
1. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan survival adalah kelangsungan hidup seseorang dimana
seseorang itu tidak mendapatkan/menerima fasilitas/pelayanan yang sempurna/semestinya
secara teratur karena adanya pengaruh atau masalah yang timbul pada waktu itu. Dengan
demikian kelangsungan hidup seseorang itu sangat tergantung pada kemampuan dirinya
sendiri untuk mempertahankan hidupnya. Survival secara umum diartikan sebagai
kemampuan untuk mempertahankan hidup dalam keadaan kritis/marjinal. Kemampuan
mempertahankan diri tergantung pada sikap mental, emosional, pengetahuan dan
keterampilan. Sedangkan orang yang sedang berusaha untuk mempertahankan hidupnya dari
keadaan yang sangat kritis atau orang yang sedang melaksanakan survival disebut survivor.
Sedangkan faktor yang menyebabkan seorang gagal dalam bersurvival antara lain :
1. Rasa kesunyian.
2. Rasa putus asa atau perasaan sudah tidak ada harapan lagi.
3. Rasa jemu terhadap lingkungan/situasi.
4. Kebutuhan jasmani seperti rasa lapar, haus dll yang dapat menipu diri sendiri sehingga
mental menjadi lemah.
Namun secara umum bahaya bergiat di alam bebas dapat dibedakan menjadi :
1. Bahaya yang berasal dari dalam diri kita sendiri (subjective danger).
Subjective danger dapat terjadi karena persiapan kita yang asal-asalan, ketelodoran,
pengetahuan yang minimal dan lain sebagainya. Berdasarkan itulah kita prediksi dan
kita antisipasi dengan melalui persiapan perjalanan yang lebih baik (manajamen
ekspidisi).
270
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Menurut tindakan yang dilakukan ketika kita melakukan survival, kegiatan survival dapat
dibedakan menjadi :
1. Survival menetap (static survival).
2. Survival bergerak (dynamic survival).
Untuk memilih bentuk mana yang akan kita tempuh diantaranya dapat mempertimbangkan
beberapa faktor antara lain kondisi fisik, persedian bahan makanan, ada tidaknya peralatan
maupun tempat perlindungan (shelter), ada tidaknya perlengkapan pendukung seperti alat
masak, alat komunikasi, peta, kompas, survival kit dan lain sebagainya. Pilihan kita untuk
menentukan apakah akan menetap atau bergerak akan berpengaruh terhadap lama tidaknya
kita mengalami kondisi survival.
271
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Alat pendukung.
Jumlah dan jenis peralatan yang dipersiapkan sebelumnya menjadi faktor yang cukup tinggi
dalam usaha mempertahankan hidup.
Yang dimaksud dengan pengertian diatas adalah sikap mental yang tercermin seperti dalam
buku KOMANDO PERAJURIT yaitu sebuah buku pegangan bagi para anggota TNI yang
akan terjun di lapangan baik di medan hutan atau perkotaan. Dalam buku itu dijelaskan :
S : Sadarilah sungguh-sungguh situasimu.
U : Untuk malang tergantung ketenanganmu.
R : Rasa takut dan panik harus kau kuasai.
V : Vacuum/kosong, isilah dengan segera.
I : Ingatlah dimana kau berada.
V : Viva/hidup, hargailah dia.
A : Adat istiadat setempat patut ditiru.
L : Latihlah dirimu dan belajarlah selalu.
Selanjutnya perlu patokan untuk bertindak yang mengikuti hal-hal sebagai berikut :
S : Stop and Sitting
(berhenti dan duduk, beristirahat, menenangkan diri, jangan panik).
T : Thinking
(berpikir secara tenang, gunakan akal, sadari kondisi anda).
O : Observe
(amati keadaan lingkungan, tentukan arah).
P : Planning
(buat rencana, dan pikir konsekuensinya).
Atau :
1. Berpikir.
2. Rencanakan selanjutnya.
3. Perhitungkan dengan matang.
4. Evaluasi sebelum dikerjakan.
5. Bertindak/kerjakan sesuai patokan/pengetahuan.
272
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6. BIVAK (BIVOUAC)/SHELTER
Bivak artinya bermalam di alam terbuka. Bivak, dimaksudkan sebagai tempat
perlindungan yang aman dan nyaman untuk melindungi diri dari faktor-faktor lingkungan
dan alam yang ekstrim seperti halnya panas, dingin, angin, binatang buas, dan
sebagainya. Jadi kesimpulannya bivak adalah tempat perlindungan (shelter).
Hal ini dilakukan karena dalam keadaan darurat saat dimana anda belum dapat
menentukan kapan anda dapat keluar dari keadaan yang tidak menentu tersebut, maka
anda harus senantiasa menjaga dan memelihara kondisi badan anda, salah satunya adalah
dengan cara melindungi tubuh anda. Kondisi fisik anda akan menurun sebesar 80% pada
24 jam pertama bila anda terluka, sedang bila anda tidak terluka penurunan kondisi fisik
mulai berkurang pada 3 hari pertama.
Membuat bivak/shelter dapat menggunakan peralatan yang kita bawa atau bahan yang
tersedia di alam. Yang perlu diperhatikan dalam membuat bivak/shelter adalah :
6.1 Pilihlah lokasi atau kondisi medan yang baik, rata (punggungan, lembah, basah,
kering, terbuka, tertutup dan lain sebagainya).
6.2 Fasilitas alam yang menunjang (pohon, daun, lubang dll).
273
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6.3 Jangan dibuat di daerah terbuka (puncak) karena angin bertiup sangat kencang.
6.4 Jangan dibuat di daerah yang kemungkinan aliran air jika hujan.
6.5 Jangan dibuat di tepi sungai, gua, pinggir tebing, yang mudah longsor dan di dasar
sungai yang kering.
6.6 Jangan dibuat di bawah lembah karena cuaca di bawah lembah pada malam hari
sangat dingin (frose).
6.7 Periksalah bahan-bahan yang anda miliki dan amatilah lingkungan di sekitar
tempat yang anda rencanakan untuk bivak/shelter.
Materi bivak/shelter, dalam membuat bivak/shelter ada beberapa macam bahan yang
dapat dipakai, dibagi atas :
1. Bahan dari alam (pohon (yang utuh maupun tumbang), daun-daunan, gua dan lubang).
2. Bahan yang kita bawa (ponco, jas hujan, lembaran plastik, ransel, tali, golok, pisau)
3. Kombinasi.
7. AIR (WATER)
Dalam keadaan survival, air merupakan salah satu prioritas dalam survival. Manusia
dapat bertahan hidup tanpa air sama sekali adalah dalam waktu 2 sampai 5 hari pada
keadaan tidak terluka sedangkan dengan air saja tanpa makanan manusia dapat bertahan
hidup sampai kurang lebih 3 minggu (wallahualam bisawab).
274
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
275
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
7.3.6 Di pegunungan
A. Menggali bekas aliran sungai.
B. Lumut diperas.
C. Tumbuhan basah lainnya.
7.3.7 Dengan mengikuti jejak hewan
Dengan mengikuti jejak hewan menyusui kita dapat juga menemukan sumber
air karena mereka berkecenderungan menuju sumber air pada pagi dan sore
hari.
8. MAKANAN (FOOD)
Makanan sangat dibutuhkan sebagai penunjang perlindungan tubuh dari dalam. Sebab
makanan dibutuhkan untuk menambah kalori yang memberikan tenaga pada otot dan
mengganti sel-sel dan jaringan yang telah rusak.
Baik tumbuhan atau hewan, hampir semua dapat dimakan. Tergantung adaptasi tubuh
kita. Baik berupa akar (umbi), daun, buah dan sebagainya. Makanan dapat diperoleh dari
beberapa sumber antara lain :
1. Sumber makanan dari hewan.
Makanan yang bersumber dari hewani adalah makanan yang banyak mengandung
lemak dan protein.
Selain itu dapat anda kenal jenis tumbuhan dan hewan yang harus anda jauhi karena
beracun, berbisa atau dapat mengancam keselamatan jiwa anda. Hal ini banyak gunanya
bagi setiap kegiatan yang berlangsung di alam bebas.
Bila kita ragu-ragu atau tidak mengenal tumbuh-tumbuhan dengan pasti, maka yang perlu
diperhatikan :
276
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
9. JERAT (TRAPPING)
Jerat merupakan kemampuan kita untuk mencari dan atau memanfaatkan sarana yang kita
bawa maupun kita temukan untuk membuat suatu bentuk tertentu yang dapat mendukung
kegiatan survival. Bentuk dimaksud dapat berupa bentuk bangunan pioneering maupun jerat
dan atau jebakan guna mencari bahan makanan atau menuju ke tempat yang diperkirakan
merupakan lokasi yang lebih baik (evakuasi), atau menuju ke arah pertolongan. Hal ini
tergantung pada kemampuan kita untuk menemukan bahan baik yang berupa kayu maupun
tali atau bahan pendukung lain.
277
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Bahan-bahan untuk membuat jerat biasanya dari tali yang anda miliki, jenis-jenis jerat
yang umum digunakan di hutan-hutan Indonesia adalah jerat kelinci, jerat burung, dan jerat
binatang-binatang kecil.
Berdasarkan hal itu dapat dimaklumi jika seorang survivor sebelum melakukan kegiatan
lain menyalakan api untuk meningkatkan semangatnya. Fungsi lain api diantaranya :
i. Alat penerangan
ii. Memasak makanan dan minuman
iii. Mengusir binatang
iv. Membuat tanda atau kode (alat komunikasi)
Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat api ialah jangan membuat api terlalu besar,
tapi buatlah api kecil beberapa buah, hal ini akan memberikan panas yang lebih baik
dibandingkan dengan sebuah api yang besar dan api yang kecil mudah dikendalikan.
278
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
279
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
A. PERKIRAAN CUACA
Cuaca ialah keadaan hawa/udara disuatu tempat pada suatu saat tertentu dan tidak
berlangsung lama. Dengan perkataan lain : cuaca sebentar-sebentar dapat berubah,
sedang iklim lebih tetap dalam jangka waktu yang lebih lama.
Untuk mengetahui cuaca hari ini maka diperlukan pengamatan dipagi hari. Yang mana
cara ini sering dipraktekkan oleh para penggembala ternak untuk meramal cuaca hari ini.
B. BOTANI PRAKTIS
Secara garis besar tumbuhan dalam materi ini dibedakan atas dua bagian yaitu :
1. Tumbuhan yang berguna (dapat dimakan, dipakai sebagai obat, mengandung air)
2. Tumbuhan yang berbahaya (beracun)
3. Tumbuhan Yang Dapat Dimakan
Bagian tumbuhan yang dapat dimakan dan memberikan energi cukup adalah umbi,
baik umbi batang, maupun umbi akar, setelah itu baru buah, biji dan daun.
Ciri tumbuhan yang dapat dimakan :
a. Bagian tumbuhan yang masih muda
b. Tumbuhan yang tidak mengandung getah
280
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1. Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Tumbuhan obat yang dapat dimakan/diminum
b. Tumbuhan obat luar
Adapun tumbuhan yang dapat dipergunakan sebagai obat luar maupun yang dapat
dimakan/diminum adalah :
1.1 Tumbuhan obat yang dapat dimakan/diminum
1.1.1. Bratawali (anamitra cocculus) tumbuhannya merayap terdapat di hutan atau di
kampung. Batangnya direbus rasanya pahit, kegunaannya anti demam, anti
malaria, pembersih luka, menambah nafsu makan.
281
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.1.2. Keji beling/ngokilo (strobilatus) semak dan di hutan ambil daunnya dimasak
untuk obat pinggang dan infeksi/keracunan pada pencernaan.
1.1.3. Sembung/sembung manis (blumen balsmifira) jenis rumput-rumputan terdapat di
padang rumput, yang banyak anginnya daunnya diseduh dengan air panas, dapat
dipergunakan untuk sakit panas, sakit perut.
2. Tumbuhan Beracun
2.1. Getah pohon paku putih dapat menyebabkan kebutaan.
2.2. Getah pohon ranggas, ingas/semplop sangat berbahaya karena merusak
jaringan.Getah jambu monyet, menyebabkan gatal-gatal
2.3. Buah aren mentah juga dapat menyebabkan gatal-gatal
2.4. Kecubung, beracun dan memabukkan bila dimakan.
2.5. Rarawean, dapat menyebabkan gatal-gatal dan pedih.
2.6. Daun pulus, juga dapat menyebabkan sangat gatal dan panas.
282
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Bila di hutan anda menemukan jamur sebaiknya jangan dimakan, karena sulit untuk
membedakan mana jamur yang bisa dimakan, mana yang beracun, kecuali yang sudah
ahli. Juga kadar kalori jamur sangat rendah, karena tubuh jamur banyak mengandung air.
Pedoman umum yang dipergunakan untuk menentukan jamur yang dapat dimakan,
seperti tidak berwarna mencolok, tidak bercahaya, tidak memiliki gelang pada
tangkainya, tidak berbau memuakkan, tidak memberi efek warna hitam bila disentuhkan
ke benda perak.
Pedoman seperti ini sebenarnya sangat menyesatkan dan berbahaya. Banyak jamur yang
mempunyai ciri-ciri seperti di atas justru beracun. Contohnya :
Amanita Phallorder berwarna putih kecoklatan, tidak mempunyai gelang, justru
memiliki racun mematikan manusia.
Amanita Verna dan Amanita Virosa berwarna putih bersih memiliki racun yang
dapat mematikan. Ketiga jamur ini bila dimakan, selama 30 menit kemudian akan
menyebabkan perut sakit sekali. Bila tidak dirawat segera, 6 atau 8 jam kemudian
akan mati.
C. ZOOLOGI PRAKTIS
Sebagian besar hewan, pada prinsipnya dapat dimakan. Kesulitan adalah bagaimana
cara mendapatkannya. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang habitat, dan tingkah
laku binatang tersebut. Untuk menangkap hewan diperlukan sebuah keberanian untuk
mengambil keputusan. Misalnya : binatang selalu mencari air untuk keperluan sehari-
harinya. Tetapi bila anda ingin mendapatkan bermacam hewan harus menuju sumber air.
Dalam hal ini anda akan dihadapkan pada suatu masalah. Bila didekat sumber air banyak
hewannya berarti juga banyak hewan yang berbahaya bagi anda.
1. Habitat Hewan
Habitat dapat diartikan sebagai tempat dimana suatu mahluk hidup (hewan) bisa
tinggal/banyak dijumpai. Seperti misalnya : ikan banyak di air (sungai,danau, laut)
tidak pernah anda menemukan ikan yang ada di puncak pohon, kecuali yang dibawa
oleh burung bangau ke atas pohon. Habitat yang paling banyak jenis hewannya adalah
pantai dan laut dangkal. Semakin tinggi permukaan tanah, jenis hewan yang ada
semakin sedikit. Jadi bila tersesat di gunung dan ingin mencari makanan (hewan)
jangan terus naik ke puncak gunung, lebih baik turun, kemungkinan menemukan
berbagai jenis hewan adalah besar.
283
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Perilaku Hewan
Perilaku setiap jenis hewan adalah khas. Kapan anda mudah menangkap suatu hewan,
kapan harus menghindarinya. Pada musim kawin, hewan-hewan biasanya kurang
peka terhadap sekelilingnya. Burung-burung pindah dari daerah dingin ke daerah
panas. Ikan salem atau belut yang berpindah tempat di sungai dan laut untuk bertelur.
Ular yang menjaga telur/anaknya biasanya tambah ganas.
3. Binatang Berbahaya
3.1 Nyamuk : di daerah malaria
3.2 Lalat dayak/lalat kerbau (besarnya 2 kali lalat biasanya). Terdapat di hutan
Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya. Bekas gigitannya bengkak dan gatal, bisa
infeksi.
3.3 Tawon/lebah : berbahaya jika disengat dalam jumlah besar bisa mematikan.
3.4 Kelabang (sentipoda), kalajengking. Bekas sengatannya sakit, bengkak.
Mengurangi rasa sakitnya dengan amoniak, tembakau, daun sembiloto.
284
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. ODK dan Diklat. Gerakan Pramuka Gudep BL. 11. 033 ¡V 11. 034 Racana Raden -
Puteri Silamaya. Lampung. Oktober 2000.
2. Praktek Kerja Lapangan (PKL). PT Gula Putih Mataram. Lampung. Juli ¡V Agustus
2002.
3. Pendidikan Dasar Ilmu Hutan dan Gunung. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro. Semarang dan Solo. September 2002.
4. Orientasi Pengenalan dan Pendidikan Lingkungan. Community Involvement in
Urban Development (CIUD). Yogyakarta. Oktober 2002.
5. Green Mapper Training (Pelatihan Pembuatan Peta Hijau) . Bapedalda DIY,
Yayasan Dian Desa, Kapijja 21 dan CIUD. Yogyakarta. Januari 2003.
6. Raimuna Nasional 2003. Gerakan Pramuka. Yogyakarta. Juli 2003.
7. Pengembangan Green Map Sebagai Media Pendidikan Lingkungan. Community
Involvement in Urban Development (CIUD). Yogyakarta. Desember 2003.
285
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
PENDAHULUAN
Definisi SAR adalah pencarian dan pemberian pertolongan yang meliputi usaha dan
kegiatan mencari, menyelamatkan, memberikan pertolongan terhadap orang dan material
yang hilang atau menghadapi bahaya.
Untuk kegiatan SAR di Indonesia, ruang lingkup tugasnya dijelaskan berdasarkan
Keppres SAR di Indonesia, ruang lingkup tugasnya dijelaskan berdasarkan Keppres no. II
tahun 1972 meliputi musibah penerbangan dan pelayaran. Dalam perkembangannya
kemudian mencakup juga penanganan musibah akibat bencana alam (atas permintaan
Bakornas PBA), dan kini termasuk juga untuk mengamati musibah-musibah rekreasi. Kedua
hal yang terakhir itu sebetulnya tidak termasuk lingkup tugas-tugas SAR.
286
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.3 Komunikasi
Sistem komunikasi yang effisien sangat penting dalam pengendalian dan
sebagai saluran informasi.
287
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.4 Mobilitas
Mobilitas merupakan hal pokok dalam pelaksanaan pencarian (reconnaisance
search). Mobilitas tinggi dari setiap personil di lapangan sangat berpengaruh terhadap
kemungkinan cepatnya korban ditemukan.
2.5 Fleksibilitas
Rencana operasi SAR harus flexibel , setiap menerima informasi baru mungkin
dibutuhkan perubahan operasi pencarian di daerah lain diluar daerah pencarian yang
telah direncanakan.
2.6 Personil
Secara ideal personil – personil yang digunakan dalam operasi SAR di darat
adalah personil yang terlatih dalam bergerak di medan gunung dan hutan, memiliki
disiplin tinggi serta memiliki teknik dan pengetahuan tentang operasi pencarian.
288
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
289
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
290
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Dokumentasi
Adalah komponen berupa pendataan laporan dari kegiatan, analisa serta
data-data kemampuan yang akan menunjang efisiensi pelaksanaan operasi SAR
serta untuk perbaikan / pengembangan kegiatan – kegiatan misi SAR yang akan
datang.
291
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3 Daerah pencarian
Penentuan daerah pencarian dihitung berdasarkan ploting jarak perjalanan
korban dari titik terakhir dijumpai atau dilihat, dalam bentuk gari lurus, yang
merupakan jari – jari lingkaran yang diplot di peta.
Daerah pencarian terbagi atas dua kategori
3.1 Possible search area
3.1.1 Perhitungan radius possible search area menggunakan perhitungan
matematika sederhana yaitu : waktu x kecepatan (T x V). Hasil
perhitungan tersebut merupakan radius dari titik terakhir korban dilihat.
3.1.2 Untuk menghitung possible search area, harus dihitung lingkaran,
dengan rumus ( )
3.1.3 Possible search area biasanya didapat dalam ukuran yang cukup besar.
Catatan : r = Dihitung dari hari sebeum operasi pencarian – hari selama
operasi pencarian. = 3,14.
3.2 Probable search area
3.2.1 Berpatokan pada possible search area dengan faktor – faktor yang harus
diperhatikan mengenai korban juga dengan menghitung keadaan medan.
3.2.2 Pengetahuan tentang keadaan daerah setempat memegang, peranan
penting dalam peniaian probable search area
3.2.3 Probable search area dapat berbentuk bagian dari possible search area.
292
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Confinment Mode
Cara/tehnik membuat garis batas untuk mengurung subjek yang hilang agar
tetap berada dalam area pencarian.
Kapan digunakan :
a. Pada awal operasi pencarian
b. Bila salah perhitungan, maka subjek akan bergerak lebih jauh
Metode yang digunakan :
2.1 Trail block
Tim kecil dengan kemampuan handal diberi tugas menutup semua
jalan setapak. Tugasnya mencatat setiap orang yang masuk dan keluar area
pencarian.
Catatan : Tempat tidak boleh kosong
2.3.Look out
Tim pencari ditempatkan pada posisi yang dapat mengamati daerah
yang cukup luas atau extrim sehingga dapat melihat jauh dan berusaha
memancing atau menarik subje untuk mendekat.
Cara menarik perhatian subjek :
Membuat asap, bunyi – bunyian, lampu, dll
293
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.4.Camp in
Tim pencari ditempatkan di cabang pertemuan jalan setapak atau
pertemuan sungai yang memungkinkan tempat tersebut jadi perhatian subjek
untuk ke lokasi tersebut.
2.5.Track traps
Tim pencari yang bertugas menjebak subjek dengan memperhatikan
jejak – jejak yang dilaluinya dan melakukan pengecekan secara periodik.
2.6.String line
Tim pencari membuat bentang tali untuk menarik perhatian subjek. Tehnik
ini umumnya digunakn pada daerah berpohon lebat dan bersemak
3. Detection Mode :
Cara/ tehnik dengan memeriksa tempat – tempat yang dicurigai bila dirasa
perlu maka pencarian dapat dilakukan dengan cara penyapuan diperhitungkan
untuk menemukan subjek atau barang ceceran subjek.
294
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.2 Tipe II
3.2.1 Pencarian dilakukan dengan cepat dan sistematis pada daerah yang luas
dengan personil terbatas.
3.2.2 Tehnik pencarian dengan penyapuan yang akan menghasilkan
kemungkinan ketamu subjek atau ceceran cukup tinggi.
Kapan digunakan :
1. Pada awal operasi pencarian
2. Pada situasi search area yang luas dan tidak ada daerah khusus yang
bisa di identifikasi.
4. Tracking Mode
Cara/ tehnik dengan mengikuti jejak atau barang yang tercecer yang
ditinggalkan subjek.
5. Evacuation Mode
Cara/ tehnik pemberian perawatan kepada korban dan membawanya ke
tempat yang memungkinkan untuk perawatan lebih lanjut.
Dari kelima metode itu, anggota regu ‘Exploler search and Rescue (ESAR)
team umumnya akan banyak terlihat pada confinement, detection, dan evacuation.
295
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Rescue (Menyelamatkan)
Pada tahap ini sebenarnya merupakan tugas dari kelompok rescue, bukan
merupakan tugas dari kelompok search, tetapi biasanya kelompok search ini
dibebani tugas dari kelompok rescue.
Selesainya sebuah misi SAR adalah bila telah dinyatakan oleh SMC. Operasi SAR tidak
berakhir sampai dengan ditemukannya korban tapi sampai korban diselamatkan. Operasi
pertolongan atau penyelamatan (rescue operation) ini mungkin dapat terjadi bersamaan
dengan operasi pencarian (search operation) yang belum berakhir.
KESIMPULAN
Bantuan dalam operasi SAR bukan hanya melakukan tugas untuk lapangan. Akhir
kata bagi mereka yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan SAR dapat mulai dengan
melengkapi pengetahuan / ketrampilan dalam bidang SAR dan menunjang lainnya sesuai
dengan kondisi Indonesia.
296
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Balai Pendidikan dan Pelatihan Badan SAR Nasional., 2015, Pelatihan Jungle Rescue
Bagi Potensi SAR di Gunung Promasan Ungaran, BASARNAS, Jakarta Pusat.
297
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KOMPETENSI TAMBAHAN
MATRA MANAJEMEN
DISASTER MANAGEMENT
1. PENGERTIAN BENCANA
Bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam, manusia dan/atau oleh keduanya yang mengakibatkan korban penderitaan manusia,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas
umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
2. PRINSIP
2.1 Prinsip Penanggulangan Bencana
1. Cepat dan tepat
2. Prioritas
3. Koordinasi dan keterpaduan
4. Berdaya guna dan berhasil guna
5. Transparansi dan akuntabilitas
6. Kemitraan
7. Pemberdayaan
8. Nondiskriminatif
298
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN
Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan tugas yang
menentang dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. Sistem Pelayanan Tanggap
Darurat ditujukan untuk mencegah kematian dini karena trauma yang bisa terjadi dalam
beberapa menit hingga beberapa jam sejak cedera (kematian segera karena trauma,
immediate, terjadi saat trauma. Perawatan kritis, intensif, ditujuan untuk menghambat
kematian kemudian, late, karena trauma yang terjadi dalam beberapa hari hingga
beberapa minggu setelah trauma).
299
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
300
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
301
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
302
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1. Tingkat Puskesmas
A. Menyampaikan infromasi pra bencana ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
B. Menyampaikan informasi rujuka ke RS Kabupaten/Kota bila perlu.
C. Menyampaikan informasi perkembangan bencana ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
303
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Tingkat Kabupaten/Kota
A. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan informasi awal
bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi.
B. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan penilaian kebutuhan
pelayanan di lokasi bencana.
C. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan laporan hasil
penilaian kebutuhan pelayanan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
memberi respon ke Puskesmas dan RS Kabupaten/Kota.
D. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan informasi
perkembangan bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi.
E. RS Kabupaten/Kota menyampaikan informasi rujukan dan
perkembangannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS
Provinsi bila diperlukan.
3. Tingkat Provinsi
A. Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan bahwa informasi awal
kejadian dan perkembangannya ke Depkes melalui PPK.
B. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kajian terhadap laporan hasil
penilaian kebutuhan pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
C. Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan laporan hasil kajian ke PPK
dan memberi respon ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS
Provinsi.
D. RS Provinsi menyampaikan informasi rujukan da perkembangannya ke
Dinas Kesehatan Provinsi dan RS Rujukan Nasional bila diperlukan.
4. Tingkat Pusat
A. PPK menyampaikan informasi awal kejadian, hasil kajian penilaian
kebutuhan pelayanan dan perkembangannya ke Sekretari Jendral
Depkes, Pejabat Eselon I dan Eselon II terkait serta tembusan ke
Mentei Kesehatan.
B. PPK melakukan kajian terhadap laporan hasil penilaian kebtuhan
pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi.
C. Rumah Sakit Umum Pusat Nasional menyampaikan informasi rujukan
dan perkembangannya ke PPK bila dipelrukan.
304
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6. RESPON BENCANA
6.1 Pre Penanganan Bencana
6.1.1 Preventif
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan
risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan
pihak yang terancam bencana (UU no. 24/2007). Upaya tidak mempertemukan
bahaya dengan kerentanan/kapasitas. Upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya).
Misalnya :
1. Melarang pembakaran hutan dalam perladangan
2. Melarang penambangan batu di daerah yang curam.
Contoh kegiatan :
1. Membuat Peta Daerah Bencana
2. Mengadakan dan mengaktifkan isyarat-isyarat tanda bahaya
3. Menyusun Rencana Umum Tata Ruang
4. Menyusun Perda mengenai syarat keamanan, bangunan, pengendalian
limbah dsb.
5. Mengadakan peralatan/perlengkapan Ops. PB
6. Membuat Protap, Juklak, Juknis PB.
7. Perbaikan kerusakan lingkungan.
305
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6.1.2 Mitigasi
Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui :
1. Pembangunan fisik maupun
2. Penyadaran dan
3. Peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU24/2007)
Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh
bencana Bentuk mitigasi :
1. Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, rumah
tahan gempa, dll.)
2. Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-undangan, pelatihan, dll.)
Contoh mitigasi :
1. Menegakkan peraturan yg telah ditetapkan
2. Memasang tanda-tanda bahaya/larangan
3. Membangun Pos-pos pengamanan, pengawasan/pengintaian
4. Membangun sarana pengaman bahaya dan memperbaiki sarana kritis
(tanggul, dam, sudetan dll)
5. Pelatihan Kebencanaan
6.1.3 Kesiapsiagaan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU
24/2007). Ada 9 kegiatan dalam komponen kesiapsiagaan:
A. Penilaian Risiko (risk assessment)
B. Perencanaan siaga (contingency planning)
C. Mobilisasi sumberdaya (resource mobilization)
D. Pendidikan dan Pelatihan (training & education)
E. Koordinasi (coordination)
F. Manajemen Darurat (response mechanism)
G. Peringatan Dini (early warning)
H. Manajemen Informasi (information systems)
I. Gladi / Simulasi (drilling/simulation)
Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi
evakuasi, Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan / pedoman
penanggulangan bencana.
306
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
307
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Koordinasi memerlukan :
A. Manajemen penanggulangan masalah kesehatan yang baik.
B. Adanya tujuan, peran dan tanggung jawab yang jelas dari organisasi.
C. Sumber daya dan waktu yang akan membuat koordinasi berjalan.
D. Jalannya koordinasi berdasarkan adanya informasi dari berbagai
tingkatan sumber informasi yang berbeda.
Untuk memperoleh efektifitas dan optimalisasi sumber daya PMK diperlukan
persyaratan tertentu antara lain:
A. Komunikasi berbagai arah dari berbagai pihak yang dikoordinasikan.
B. Kepemimpinan dan motivasi yang kuat disaat krisis.
C. Kerjasama dan kemitraaan antara berbagai pihak.
D. Koordinasi yang harmonis.
Keempat syarat tersebut dipadukan untuk menyusun :
A. Perencanaan
B. Pengorganisasian
C. Pengendalian
D. Evaluasi Penanggulangan Masalah Kesehatan.
308
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
309
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
310
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
311
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, serta pemulihan prasarana dan sarana. Masa tanggap darurat
bencana adalah jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah.
Pos Komando Kedaruratan adalah pos komando yang dibentuk pada
saat keadaan darurat yang meliputi tahap siaga darurat, tahap tanggap darurat
dan transisi dari tahap tanggap darurat ke tahap pemulihan yang dapat berupa
pos komando tanggap darurat dan atau pos komando lapangan dan pos
pendukung yang merupakan satu kesatuan sistem penanganan darurat. Pos
Komando Tanggap Darurat Bencana adalah institusi yang berfungsi sebagai
pusat komando operasi tanggap darurat bencana, untuk mengkoordinasikan,
mengendalikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan tanggap darurat
bencana. Pos Komando Lapangan Tanggap Darurat Bencana merupakan
institusi yang bertugas melakukan penanganan tanggap darurat bencana secara
langsung di lokasi bencana.
Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Nasional berkedudukan di ibu
kota negara, Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Provinsi berkedudukan
di ibu kota provinsi, Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Kabupaten/Kota
berkedudukan di ibukota kabupaten/kota atau di tempat lain sesuai kondisi
yang ada. Pada bencana skala nasional dapat dibentuk Pos Komando Tanggap
Darurat Aju di provinsi dan pada bencana skala provinsi dapat dibentuk Pos
Komando Tanggap Darurat Aju di kabupaten/kota yang terkena bencana.
Jangka waktu keberadaan pos komando tanggap darurat bencana bersifat
sementara selama masa tanggap darurat dan beroperasi selama 24 (dua puluh
empat) jam setiap hari serta dapat diperpanjang atau diperpendek waktunya
sesuai dengan pelaksanaan tanggap darurat.
A. Persyaratan Lokasi
i. Pos Komando Tanggap Darurat Bencana dapat menempati bangunan
atau tenda.
ii. Bangunan atau tenda pos komando tanggap darurat bencana menempati
lokasi yang strategis dengan kriteria:
312
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
313
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
314
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
315
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
316
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
317
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
318
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Berikut merupakan macam – macam tenda yang didirikan pada rumah sakit
lapangan :
i. Tenda Gudang
ii. Tenda Unit Gawat Darurat (UGD)
iii. Tenda Bedah
iv. Tenda Perawatan
v. Tenda Intensive Care Uni (ICU)
vi. Tenda Farmasi
vii. Tenda Personel dan Administrasi
viii. Tenda Laundry dan Sterilisasi
ix. Tenda X-Ray
x. Tenda Processing Film
319
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Ambulance Protocol
A. Macam Lampu Rotator
Ada 3 macam lampu rotator yang diijinkan penggunaannya di
Indonesia. Hal ini sesuai dengan UU no. 22 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan, pasal 59 ayat 5 yang berbunyi: Penggunaan lampu isyarat
dan sirene sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai
berikut:
i. Lampu isyarat warna biru dan sirene digunakan untuk mobil petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
ii. Lampu isyarat warna merah dan sirene digunakan untuk mobil tahanan,
pengawalan Tentara Nasional Indonesia, pemadam kebakaran,
ambulans, palang merah, dan jenazah; dan
ii. Lampu isyarat warna kuning tanpa sirene digunakan untuk mobil
patroli jalan tol, pengawasan sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, perawatan dan pembersihan fasilitas umum, menderek
Kendaraan, dan angkutan barang khusus.
320
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
321
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
i. Ambulans Transport
Tujuan Penggunaan :
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan
khusus/tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan
tidak akan timbul kegawatan selama perjalanan.
Petugas :
Satu orang supir dengan kemampuan BHD (Bantuan Hidup Dasar) dan
berkomunikasi serta satu orang perawat dengan kemampuan PPGD
(pertolongan Pertama Gawat Darurat)
Peralatan :
a. Tabung oksigen dengan peralatannya
b. Alat penghisap cairan/lendir 12 volt DC
c. Peralatan medis PPGD (tensimeter dengan manset anak-
dewasa, dll)
d. Obat – obatan sederhana, cairan infus secukupnya
322
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Peralatan Medis :
a. Tabung oksigen dengan perlatan bagi dua orang
b. Peralatan medis PPGD
c. Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan
anak/bayi
d. Suction pump manual dan listrik 12 volt DC
e. Peralatan monitor jantung dan nafas
f. Alat monitor dan diagnostik
g. Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa
h. Minor surgery set
i. Obat – obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
j. Entonox atau gas anastesi
k. Kantung mayat
l. Sarung tangan disposable
m. Sepatu boot
323
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Peralatan Medis :
a. Tabung oksigen dengan peralatan bagi dua orang
b. Peralatan medis PPGD
c. Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan
anak/bayi
d. Suction pump manual dan listrik 12 volt DC
e. Peralatan monitor jantung dan nafas
f. Alat monitor dan diagnostik
g. Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa
h. Minor surgery set
i. Obat – obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
j. Entonox atau gas anastesi
k. Kantung mayat
l. Sarung tangan disposable
m. Sepatu boot
324
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
325
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6.2.2 Triage
Triage adalah proses khusus memilah dan memilih pasien berdasarkan
beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas
transportasi, artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman hidup.
Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi korban
dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian diberikan prioritas untuk
dirawat atau dievakuasi ke fasilitas kesehatan.
1. Tujuan Triage
A. Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera (lebih ke
perawatan yang dilakukan di lapangan).
B. Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahan.
C. Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan.
2. Prinsip Triage dan Tata Cara Melakukan Triage
Triage dilakukan berdasarkan observasi terhadap 3 hal, yaitu :
A. Pernapasan (respiratory)
B. Sirkulasi (perfusion)
C. Status mental (mental state)
Dalam pelaksanaannya biasanya dilakukan tag label triage yang
dipakai oleh petugas triage untuk mengidentifikasi dan mencatat kondisi untuk
tindakan medis terhadap korban.
3. Pengelompokan Triage Berdasarkan Tag Label
A. Prioritas 0 (hitam)
Pasien meninggal atau cedera parah yang jelas tidak mungkin untuk
diselamatkan
B. Prioritas 1 (merah)
Penderita cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan
medik atau transport segera untuk meyelamatkan hidupnya. Misalnya
penderta gagal nafas, henti jantung, luka bakar berat, perdarahan parah
dan cedera kepala berat.
C. Prioritas 2 (kuning)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan tingkat yang
kurang berat dan dipastikan tidak akan mengancam jiwa dalam waktu
326
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
dekat. Misalnya cedera abdomen tanpa syok, luka bakar ringan, frakur
atau patah tulang tanpa syok, dan jenis – jenis penyakit lainnya.
D. Prioritas 3 (hijau)
Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak
membutuhkan pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa dan
tidak menimbulkan kecacatan.
4. Klasifikasi Triage
A. Triage di tempat
Dilakukan ditempat korban ditemukan atau pada tempat penampungan, triage
ini dilakukan oleh tim pertolongan pertama sebelum korban dirujuk ke tempat
pelayanan medik lanjutan
B. Triage Medic
Dilakukan pada saat korban memasuki pos pelayanan medik lanjutan yang
bertujuan untuk menentukan tingkat perawatan dan tindakan pertolongan yang
dibutuhkan oleh korban.
C. Triage evakuasi
Triage ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan pada rumah sakit
yang telah siap menerima korban, seperti bencana massal.
327
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
328
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
329
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. Air
Respon cepat yang diambil adalah :
A. Menghitung kebutuhan dan kemungkinana suplai air
B. Menilai kualitas dan kuantitas sumber air
C. Menjaga sumber – sumber air yang ada dari polusi
D. Membangun sumber – sumber air dan sistem penyimpanan serta
distribusi untuk menjamin air bersih yang cukup
E. Menguji kualitas air
F. Membentuk infrastruktur untuk operasi dan pemeliharaan air
G. Jika sumber air lokal tidak bisa menyediakan air dalam jumlah
tertentu (minimum) dalam waktu cepat, para pengungsi
sebaiknya dipindahkan.
6. Kesehatan Lingkungan
Respon cepat yang diambil adalah :
A. Mengumpulkan tinja pada satu tempat dan mencegah
pencemaran terhadap sumber – sumber air.
B. Menentukan tempat – tempat yang berpotensi untuk pembutan
sarana sanitasi
C. Menentukan metode pembuangan tinja, sampah dan air limbah.
D. Mengendalikan vektor yang mengancam kesehatan, seperti
nyamuk, lalat, kutu, binatang kecil, tikus, dan hama lainnya.
E. Merencanakan tim sanitasi untuk membangun dan memelihara
prasarana.
F. Mendirikan pelayanan pengendalian ancaman hama
G. Membentuk sistem pemantauan untuk smeua pelayanan
kesehatan lingkungan
H. Memasukkan kebersihan lingkungan sebagai bagian pendidikan
kesehatan
I. Mengendalikan debu dengan cara menyiram jalan dan
membatasi lalu lintas
J. Mengendalikan air limbah dan menyediakan salutan
pembuangannya.
330
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
331
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Depkes RI. Pedoman Koordinasi Penanggulangan Bencana Di Lapangan.
http://www.depkes.go.id/resources/download/penanganan-
krisis/pedoman_koordinasi_penanggulangan_bencana_di_lapangan.pdf
diakses pada 2 Januari 2016
2. Depkes RI. 2008. Pedoman Pengelolaan Rumah Sakit Lapangan Untuk
Bencana. http://www.depkes.go.id/resources/download/penanganan-krisis/
pedoman_rumah_sakit_lapangan_untuk_bencana.pdf diakses pada 2 Januari
2016
3. ID Medis. 2014. Triase Gawat Darurat Lengkap PPGD.
http://www.idmedis.com/2014/03/triase-gawat-darurat-lengkap-ppgd.html
diakses pada 2 Januari 2016
4. BNPB. 2010. Pedoman Pembentukan Pos Komando Tanggap Darurat
Bencana. http://www.gitews.org/tsunamikit/en/E6/further_resources/national_
level/peraturan_kepala_BNPB/Perka%20BNPB%2014
2010_%20Pedoman%20Pembentukan%20Pos%20Komando%20Tanggap%20
Darurat%20Bencana.pdf diakses pada 2 Januari 2015
5. BNPB. Sistem Penanggulangan Bencana. http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-
bencana/sistem-penanggulangan-bencana diakses pada 2 Januari 2016
6. PUSDIKLAT. Manajemen Bencana Jejaring Untuk Penanggulangan Bencana.
http://www.pusdiklat-
aparaturkes.net/Downloads/Diklat%20Kepemimpinan/Pelatihan%20PKP%20
Kepala%20Dinkes/MODUL.4%20PKP%20KADINKES/B.%20Manajemen%
20Bencana/Pokok%20Bahasan%204%20Jejaring%20untuk%20Penanggulang
an%20Bencana/File%20Materi/PB44B1.PDF diakses pada 2 Januari 2016
7. FK UNAND. 2013. Manajemen Bencana Alam.
http://fk.unand.ac.id/images/SL_Blok_4.3_A.pdf diakses pada 2 Jnuari 2016
8. Siswantobp. Peran SOP Dalam Mitigasi dan Penanganan Bencana.
http://wiki.openstreetmap.org/w/images/7/73/Mitigasi-bencana.pdf diakses
pada 2 Januari 2016
9. Wihayanti, Punik M, et al. 2010. Analisis Kebutuhan Pelayanan Kesehatan
Penduduk Rentan Pasca Bencana Erupsi Merapi di Desa Mranggen Kecamatan
Srumbing Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
332
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
http://dppm.uii.ac.id/dokumen/proposal/merapi/RE_PUNIK_MUMPUNI.pdf
diakses pada 2 Januari 2016
10. Pusat Studi Kebijakan dan Sosial. Pengelolaan Kesehatan Masyarakat Dalam
Kondisi Bencana. http://johana.staff.ugm.ac.id/wp-
content/uploads/chpss_3.pdf diakses pada 2 Januari 2016
11. Khazanah. 2010. Trauma Healing. http://kepri.kemenag.go.id/file/
file/Prospek06/vzht1386575650.pdf diakses pada 2 Januari 2016
12. Menkes RI. 2006. Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisi Akibat
Bencana. http://dinkes.surabaya.go.id/portal/files/kepmenkes/
Kepmenkes%20064.pdf diakses pada 3 Januari 2016
333
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan kita sehari-hari baik itu dijalani secara individu/personal maupun
secara berkelompok/berorganisasi membutuhkan rencana-rencana dalam mencapai tujuan.
Rencana telah disusun secara umum atau detail tanpa didukung kemampuan menajemen
(kemampuan menajerial seseorang/sekelompok orang) sulit untuk dilaksanakan dalam
perwujudan tujuan rencana tersebut, begitupun sebaliknya.
Berorganisasi membutuhkan menajemen yang jauh lebih kompleks agar tercapai
tujuan mereka. Kemampuan memanage dalam pelaksanaan, pengontrolan dan evaluasi
sebuah rencana yang telah disusun dengan baik menentukan hidup matinya organisasi.
Meskipun demikian langkah awal senantiasa dimulai dari bagaimana organisasi mampu
menyusun perencanaan.
2. PERENCANAAN
Perencanaan bisa didefinisikan sebagai melaksanakan proses penilaian keadaan,
menentukan tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang dan tindakan – tindakan
yang harus dilaksanakan untuk mencapainya.Sehingga perencanaan penting dilakukan baik
sebelum maupun sesudah keadaan yang tak terkendali. Dan perencanaan operasi harus
didasarkan pada kebutuhan yang terinci dan penilaian akan sumber daya.
Adapun klasifikasi Rencana, yaitu :
1. Rencana Operasi (Operation Planning)
2. Rencana Cadangan (Alternative Planning)
Kedua tipe rencana tersebut jika digabung maka disebut sebagai master planning,
sehingga dapat menciptakan kondisi terkendali dan mengantisipasi kondisi yang tak
terkendali. Kesimpulannya rencana operasi tanpa rencana cadangan akan terjebak dalam
keadaan yang tak terkendali, begitupun dengan rencana cadangan tanpa rencana opersi
akan menjadi jasad sebuah ide.
335
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
336
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
337
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
338
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
kaitannya dengan penilaian awal yang akan menjadi dasar untuk menyusun
rencana operasi.
2. Prinsipnya : PENILAIAN YANG LEBIH RINCI AKAN MENYUSUL
SEIRING PERKEMBANGAN KEADAAN DAN KEBUTUHAN AKAN
SUMBER DAYA; PENILAIAN TIDAK PERNAH BERHENTI.
3. JANGAN! T unda dalam menyusun rencana cadangan, karena tidak ada
peraturan kapan persisnya rencana cadangan dimulai di susun, kecuali
dalam kondisi “kegamangan” atau kebingungan akibat ketiadaan
informasi. Makanya, “AMATLAH BAIK UNTUK MERENCANAKAN
YANG TIDAK PERLU DARIPADA TIDAK MERENCANAKAN HAL
YANG PERLU”
4. LAKUKAN! Pertemuan-pertemuan sesering mungkin baik itu
pertemuan besar ataupun kecil (bedasarkan peserta pertemuan) agar dapat
mencegah rencana cadangan yang statis yang cenderung akan
kadaluwarsa dan menciptakan rasa aman yang semua. Dengan terus
menerus menelaah dan memperbaharui tolok ukur kesiapan perencanaan
secara berkala, maka tolok ukur kesiapan yang sudah dilaksanakan dapat
terus dipertahankan.
339
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
TEAM BUILDING
1. Pendahuluan
Karena berbagai kemajuan teknologi, kompetisi global, dan ketahanan
ekonomi dalam masyarakat yang kompleks, banyak jabatan menuntut adanya kolaborasi
di antara manusia lintas departemen atau lintas keakhlian. Intinya, pikiran orang
banyak akan lebih baik ketimbang pikiran satu orang saja. Membangun sebuah tim
adalah suatu proses memilih, mengembangkan, memberikan kemudahan, dan melatih
sebuah kelompok kerja agar berhasil mencapai tujuan bersama. Di dalamnya mencakup
memotivasi anggota-anggota agar merasa bangga dalam melaksanakan tugas
kelompoknya. Pembangun tim (team builder) harus mampu memenuhi tuntutan tugas
(kualitas hasil, tepat waktu, dsb.) dan memenuhi kebutuhan anggota-anggota kelompok
(adil, tidak konflik, dsb).
Melalui kerjasama dan saling berbagi pengetahuan serta keterampilan, sebuah tim
seringkali mamapu menyelesaikan tugas secara efektif, ketimbang dilakukan oleh
seorang individu. Tim boleh jadi merupakan kelompok kerja yang reltif permanen,
namun juga bisa bersifat temporer yang bertugas untuk menyelesaikan sebuah proyek
tertentu. Tim yang relatif permanen biasanya dinamakan natural team work”, sedangkan
yang temporer banyak disebut “a cross-functional action team” – biasanya terdiri dari
orang – orang dari berbagai bagian atau departemen. Bentuk tim yang dianggap paling
maju ialah “self-directed”, karenanya tim semacam ini kurang memerlukan pengawasan,
dan memiliki otoritas penuh dalam penyelesaian tugas – tugasnya. Agar tim bisa bekerja
secara efektif dala mengenbangkan motivasi, kedekatan, dan produktivitas, banyak
organisasi yang memandang pembangunan tim merupakan salah atu aspek dari
pengenbangan organisasi.
2. Tujuan Tim
Tim dibangun dengan tujuan untuk membantu kelompok fungsional menjadi lebih
efektif. Karena rasa individualisme dan persaingan atar pribadi relatif tajam dalam
organisasi, maka tidak semua kelompok kerja dapat dikategorikan ke dalam suatu tim.
Secara spesifik, membangun sebuah tim artinya harus mengembangkan semangat, saling
percaya, kedekatan, komunikasi, dan produktivitas.
1. Semangat : Muncul karena masing-masing anggota percaya bahwa
340
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
341
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
342
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
diskusi kelompok. Cara-cara tersebut bermanfaat untuk menilai sejumlah hal, antara
lain iklim komunikasi, rasa saling percaya, motivasi, kemampuan memimpin,
pencapaian konsensus, dan nilai kelompok.
343
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
344
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
345
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Mengatasi konflik
Bukan hal yang aneh jika suatu kelompok yang terdiri atas orang-orang yang
berbeda latar belakang, berpotensi memunculkan konflik. Jika tim gagal menangani
konflik dengan semestinya maka akan gagal mencapai tujuan. Dengan
dikembangkannya ketrampilan mengelola konflik, maka walaupun terjadi konflik,
346
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Evaluasi hasil
Sebagai suatu tim kerja yang senantiasa berfungsi, tim harus mengevaluasi
hasil kegiatannya guna mengetahui keberhasilan atau pun kegagalannya. Dalam
beberapa kasus, hasil dari adanya tim kerja dapat diukur berdasarkan kriteria baku
produktivitas atau keluaran. Jika produktivitas lebih baik daripada sebelumnya maka
dapat dikatakan tim tersebut efektif. Kesalahan yang makin berkurang, biaya
produksi makin kecil, tingkat turn over menurun, adalah beberapa tanda bahwa tim
bekerja secara efektif. Pemasok dan juga pelanggan yang menggunakan jasa tim
harus pula dijadikan sumber informasi keberhasilan atau kegagalan tim.
347
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
348
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KOMPETENSI TAMBAHAN
MATRA ORGANISASI
349
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
komunikasi yang baik sehingga dapat memotivasi anggota tim dan mempengaruhi
auditee dengan baik.
Tujuan Kepemimpinan
Tugas memimpin adalah untuk mmeberikan informasi hubungan dan sumber
daya lain yang dibutuhan kepada para pengikut agar mereka bisa mencapai berbagai
tujuan mereka. Pemimpin yang efektif semestinya bisa menunjukkan jalan guna
membantu pengikut-pengikut mereka mendapatkan hal hal yang mereka butuhkan
demi pencapaian tujuan kerja dan mempermudah perjalanan serta menghilangkan
berbagai rintangannya.
Fungsi Kepemimpinan
saat mau menerima hasil – hasil yang telah disepakati bersama. Tentu dengan penuh
tanggung jawab serta kesungguhan agar gerak organisasi tidak terhambat dengan
adanya permasalahan – permasalahan internal organisasi.
351
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1. Apakah seluruh kekuatan yang ada pada saya telah saya arahkan untuk
mendorong, memberikan insentif, dan membebaskan dari kelemahan dan
kesalahan?
2. Apakah setiap perbuatan saya telah membuat bawahan saya mau mengikutinya?
3. Apakah saya secara konsisten dapat menjadi teladan dalam karakter, berpakaian,
sopan-santun?
Dari tiga hal yang dikemukakan Domingo tersebut dapat diketahui bahwa seorang
pemimpin harus selalu berorientasi pada keberhasilan kepemimpinannya. Seluruh
kekuatannya difokuskan pada upaya mendorong dan memotivasi bawahannya agar mau
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tiujuan organisasi dan setiap langkah serta
penampilannya diharapkan menjadi suri teladan bagi bawahannya. Dengan demikian
pemimpin yang baik selalu memberikan pelayanan terbaik kepada bawahannya, bukan
sebaliknya, meminta dilayani oleh para bawahannya. Seorang pemimpin juga rela
mengorbankan kepentingan pribadinya untuk kemajuan para bawahannya, yang
sebenarnya hal ini juga untuk keberhasilan organisasinya.
352
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
353
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
354
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
membesar. Mereka terus belajar dari pengalaman. Mereka tidak segan mengikuti
pelatihan, mendengarkan orang lain, bertanya, ingin tahu, meningkatkan
ketrampilan dan minat baru.
3.1.2 Mereka berorientasi pada pelayanan
Pemimpin yang berprinsip melihat kehidupan ini sebagai misi, bukan karier.
Ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan
melayani orang lain. Inti kepemimpinan yang berprinsip adalah kesediaan untuk
memikul beban orang lain..
3.1.3 Mereka memancarkan energi positif
Secara fisik, pemimpin yang berprinsip memiliki air muka yang
menyenangkan dan bahagia. Mereka optimis, positif, bergairah, antusias, penuh
harap, dan mempercayai. Mereka memancarkan energi positif yang akan
mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Dengan energi itu mereka selalu tampil
sebagai juru damai, penengah, untuk menghadapi dan membalikkan energi
destruktif menjadi positif.
3.1.4 Mereka mempercayai orang lain
Pemimpin yang berprinsip mempercayai orang lain. Mereka yakin orang lain
mempunyai potensi yang tak tampak. Namun tidak bereaksi secara berlebihan
terhadap kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka tidak merasa hebat saat
menemukan kelemahan orang lain. Ini membuat mereka tidak menjadi naif.
3.1.5 Mereka hidup seimbang
Pemimpin yang berprinsip bukan ekstrimis. Mereka tidak menerima atau
menolak sama sekali. Meraka sadar dan penuh pertimbangan dalam tindakannya.
Ini membuat diri mereka seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, dan
bijak. Sebagai gambaran, mereka tidak gila kerja,tidak fanatik, tidak menjadi
budak rencana-rencana.
3.1.6 Mereka melihat hidup sebagai sebuah petualangan
Pemimpin yang berprinsip menikmati hidup. Mereka melihat hidup ini selalu
sebagai sesuatu yang baru. Mereka siap menghadapinya karena rasa aman mereka
datang dari dalam diri, bukan luar.Mereka menjadi penuh kehendak, inisiatif,
kreatif, berani, dinamis, dan cerdik. Karena berpegang pada prinsip, mereka tidak
mudah dipengaruhi namun fleksibel dalam menghadapi hampir semua hal.
Mereka benar-benar menjalani kehidupan yang berkelimpahan.
355
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
356
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Kedipimpinan. Setiap manusia pasti memiliki prinsip kesukaan yang sama, seperti
senang dibantu, disanjung, dan diajak kerjasama. Celah itu pasti ada, sehingga dalam
menghadapi seorang pemimpin dengan berbagai tipe, cukup perlu memenuhi prinsip –
prinsip pola komunikasi antar personal, maka BERES. Bisa jadi terkadangn ada
permasalahan /konflik dalam sebuah organisasi, hal tersebut wajar, namun gerak
organisasi tetap harus berjalan. Selama car memimpinnya tidak melewati batas wajar,
maka perlakukanlah secara wajar dengan best effort juga tentunya.
357
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
358
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
ketika seorang manajer mengatakan kepada atasannya hal hal yang menurutnya
ingin didengar oleh atasannya, ia sedang melakukan penyaringan informasi.
Dengan demikian komunikasi keatas pun menjadi terdistorsi.
2. Persepsi selektif
Penerima dalam proses komunikasi secara selektif melihat dan mendengar
berdasarkan kebutuhan moitvasi, pengalaman, latar belakang dan karakterisktik
pribadi mereka yang lain.
3. Kelebihan informasi
Suatu kondisi ketika informasi yang harus kita olah melebihi kapasitas
pemrosesan seorang individu.
4. Emosi apa yang tengah dirasakan oleh penerima ketika menerima suatu
komunikasi akan mempengaruhi cara dia menyampaikannya.
5. Bahasa
Kata-kata bisa memeiliki arti yang berbeda untuk orang yang berbeda. Umur,
pendidikan, dan latar belakang kultural adalah 3 variabel menonjol yang
memepengaruhi bahasa yang digunakna seseorang dan definisi yang ia berikan
pada kata-kata.
359
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
bahasa. Kesamaan juga bisa meliputi masalah sikap dan orientasi terhadap
berbagai aspek seperti buku, musik, pakaian, pekerjaan, keluarga, dan
sebagainya.
6. Dikenal kredibilitasnya dan otoritasnya. Khalayak cenderung memerhatikan
dan mengingat pesan dari sumber yang mereka percaya sebagai orang yang
memiliki pengalaman dan atau pengetahuan yang luas. Menurut Ferguson, ada
dua faktor kredibilitas yang sangat penting untuk seorang sumber: dapat
dipercaya (trustworthiness) dan keahlian (expertise). Faktor-faktor lainnya
adalah tenang/sabar (compusere), dinamis, bisa bergaul (sociability), terbuka
(extroversion) dan memiliki kesamaan dengan audiens.
7. Pandai dalam cara penyampaian pesan. Gaya komunikator menyampaikan
(delivery) pesan juga menjadi faktor penting dalam proses penerimaan
informasi.
8. Dikenal status, kekuasaan dan kewenangannya. Status di sini menunjuk kepada
posisi atau ranking baik dalam struktur sosial maupun organisasi. Sedangkan
kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) mengacu pada kemampuan
seseorang memberi ganjaran (reward) dan hukuman (punishment).
4.4 Pentingnya komunikasi efektif dalam peranan seorang pemimpin dan aktivis organisasi
Komunikasi dengan kepemimpinan sangat erat hubungannya. Seorang pemimpin
harus memiliki wawasan yang luas, jujur, bertanggung jawab, berani dalam mengambil
keputusan, dan ia juga harus mempunyai keahlian berkomunikasi yang sangat baik.
Karena komunikasi dapat menentukan berhasil atau tidaknya seorang pemimpin dalam
menjalankan tugasnya. Setiap pemimpin pasti memiliki bawahannya dimana
bawahannya tersebut akan mengeluarkan gagasan/ide yang akan dipaparkan. Sehingga
seorang pemimpin tersebut dapat mengambil keputusan berdasarkan gagasan/ide
tersebut. Keyakinan dan kepercayaan hanya dapat terbentuk apabila pemimpin
menyadari suatu lingkungan yang harmonis antara pimpinan dengan para bawahannya
yang dapat benar-benar berkomunikasi dengan baik yang sejalan dengan makna fungsi
komunikasi.
Dalam sebuah organisasi setiap orang yang terlibat di dalamnya ketika
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, baik selaku pimpinan maupun para staff ,
agar semua pekerjaan dapat terlaksana dengan lancar dan harmonis untuk mencapai
360
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
tujuan bersama yang disepakati dan ditetapkan, maka unsur kerjasama harus senantiasa
tercipta dengan baik. Dengan terjadinya proses kerjasama maka unsur komunikasi pun
dengan sendirinya akan tercipta, karena apa pun bentuk instruksi, informasi dari
pimpinan , masukan, laporan dari bawahan ke pimpinan, antara sesama bawahan
senantiasa dilakukan melalui proses komunikasi.
361
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
keuntungan dari orang lain, berarti dia mengurangi kesempatan dirinya sendiri
untuk masa depannya
6. Meminta Nasehat atau Bantuan
Banyak orang yang senang bila memperoleh kesempatan untuk menunjukkan
keahliannya. Mereka pun akan merasa senang bila mereka membantu anda.
7. Membawalah Selalu "Sesuatu"
Hubungan yang paling baik adalah hubungan dimana kedua belah pihak saling
memberi dan menerima. Bila Anda ingin agar hubungan selalu positif, usahakan
untuk selalu membawa suatu hal yang positif pada saat bertemu dengan seorang
teman.
8. Menjaga Perasaan Orang lain
Meskipun keinginan kita untuk selalu rasional dan bersikap logis, bila ingin
sukses dalam hubungan dengan orang lain, bersabarlah dengan perasaan orang
lain. Anda akan berhubungan dengan orang lain dengan lebih berhasil dengan
memperhatikan emosinya daripada memperhatikan pikirannya.
9. Bersiap Memberikan Pelayanan Kepada Orang lain
Bila Anda mencari kesempatan untuk membantu orang lain, maka Anda akan
hidup lebih bahagia dan mampu mengembangkan banyak hubungan yang baik.
Pelayanan secara positif dapat menimbulkan hubungan yang positif pula.
10. Menjadi Seorang Pendengar yang Baik
Salah satu ciri khas dari orang yang mahir menciptakan hubungan adalah bahwa
dia mempunyai kemampuan mendengarkan dengan penuh perhatian selagi
orang lain berbicara.
11. Bicaralah dengan Kata-kata yang Sesuai dengan Minat Orang Lain
Strategi yang terbaik untuk digunakan bila memulai satu hubungan adalah
memfokuskan perhatian Anda pada apa yang disukai oleh orang lain tersebut.
Bila anda tanggap, biasanya Anda dapat belajar mengenai minat orang lain
dengan cepat
12. Membuatlah Orang Lain Merasa Penting
Membuat orang lain merasa penting adalah bagian dari seorang pemikir
positifTidak ada ruginya bagi kita untuk memuji orang lain dan
menghormatinya agar membuatnya merasa penting, bahkan ini akan
menciptakan hal-hal yang luar biasa bagi orang lain.
362
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Daftar Pustaka
1. TPAK Tim. 2007. Kepemimpinan. http://pusdiklatwas.bpkp.go.id/namafile/
388/Kepemimpinan_Final_08.pdf diakses pada 3 Januari 2015
2. Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan
Saliman, dalam artikel kepemimpinan yang berjudul kepemimpinan , konflik dan
strategi penanggulanganya. http://eprints.uny.ac.id. diakses pada 4 Januari 2016
363
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
364
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
365
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
366
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
kerja sama antara PTBMMKI dengan Mitra terkait seperti BASARNAS, IDI,
BNPP, BNPB dan organisasi lainnya.
367
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
368
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
369
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Anggota Wilayah 3
Anggota Tetap
1. TBM ALERT FKIK UMY
2. TBMM Humerus FK UII
3. TBMM PANACEA FK UGM
4. PMPA VAGUS FK UNS
5. MAPADOKS FK UNISULA
6. MALADICA FK UNDIP
7. OSIPITAL FK UNSOED
8. TBMM Aorta FK UKDW
Anggota Peninjau:
1. TBM Gyrus FK UMS
2. TBMM CITO FK UNIMUS
3. TBM FK UMP
370
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Anggota Wilayah 4
Anggota Tetap:
1. TBM KPLA FK Unair
2. TBMM Nurul Qolbi FK UMM
3. TBM Vertex Univ. Jember
4. Lakesma FK Univ. Brawijaya
5. TBM Janar Duta FK Univ. Udayana
6. TBM Bumi Gora FK Unram
Anggota Peninjau:
1. TBM RINJANI Univ. Islam Al Azhar
2. TBM Nusa Cendana
3. TBM Spine FK Univ. Wijaya Kusuma
4. MRT FK Univ Islam Malang
5. TBM FK Uiv HangTuah
6. TBM Baswaraprada Univ. Warmadewa
Anggota Inisiasi:
1. TBM KOMODO FK UNUSA
371
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Sejarah, Visi Misi, Latar Belakang PTBMMKI dan Ruang Lingkup Kerja PTBMMKI
(Penjabaran fungsional atau peran dari tiap divisi dari PTBMMKI)
2.1 Sejarah PTBMMKI
PTBMMKI terbentuk pada tanggal 19 September 1992 di Semarang oleh organisasi
kepecinta-alam mahasiswa di beberapa FK untuk menyatukan mahasiswa yang siap di
terjun di bencana sebagai tim bantuan medis (TBM). “TERHIMPUN DALAM
PERSAUDARAAN UNTUK KEMANUSIAAN”
372
KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.3 Tujuan
1. Bantuan penanganan kesehatan kepada masyarakat dalam menanggulangi
bencana dan kecelakaan pra rumah sakit.
2. Pengabdian kepada masyarakat dalam ruang lingkup yaitu memberikan
penyuluhan kesehatan dan bantuan kesehatan kepada masyarakat terutama yang
berkaitan dengan kegawatdaruratan medis.
3. Penyaluran dan pengembangan minat mahasiswa kedokteran Indonesia dalam
bidang ilmu penunjang pemberian bantuan kesehatan, kepencintaalaman dan
lingkungan hidup dalam semangat persaudaraan.
373