Anda di halaman 1dari 15

Kabupaten Batu Bara

Lambang Kabupaten Batu Bara


Moto: Sejahtera Berjaya

Peta lokasi Kabupaten Batu Bara


Koordinat:

Provinsi Sumatera Utara


Dasar hukum UU No. 5 Tahun 2007

Tanggal Peresmian 15 Juni 2007


Ibu kota Limapuluh

Pemerintahan
- Bupati H. OK Arya Zulkarnaen, SH, MM
- DAU Rp. 386.180.939.000,-(2011)[1]
Luas 904,96 km2

Populasi
- Total 382,474 jiwa
- Kepadatan 0,42 jiwa/km2

Demografi
Pembagian administratif
- Kecamatan 7
- Kelurahan 141 / 10

Kabupaten Batubara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara,


Indonesia. DPR menyetujui Rancangan Undang-Undang pembentukannya tanggal
8 Desember 2006. Kabupaten ini diresmikan pada tanggal 15 Juni 2007,
bersamaan dengan dilantiknya Penjabat Bupati Batubara, Drs. H. Sofyan
Nasution, S.H.

Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan dan beribukota
di Kecamatan Limapuluh.

Kabupaten Batubara adalah salah satu dari 16 kabupaten dan kota baru yang
dimekarkan pada dalam kurun tahun 2006.

PENGERTIAN LOGO DAERAH

 Perisai bentuk mahkota piala melambangkan bahwa Kabupaten Batu Bara


adalah hasilperjuangan gigih masyarakat Batu Bara.
 Tujuh Bintang melambangkan bahwa Kabupaten Batu Bara terdiri dari
tujuh Kecamatan dengan kehidupan rukun dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa
 Bunga Kapas berjumlah delapan kuntum, Padi yang berjumlah 12 butir
dan Segi Enam melambangkan bahwa Kabupaten Batu Bara dilahirkan
pada tanggal 8 Desember Tahun 2006.
 Pita Merah dengan tulisan putih sejahtera Berjaya melambangkan bahwa
ikatan persatuan dan kesatuan dari berbagai macam aktivitas masyarakat
yang bersatu padu dan bersama berjuang mewujudkan masyarakat
Kabupaten Batu Bara yang sejahtera lahir dan bathin serta berjaya/berhasil
dibidang pembangunan teritorial Kabupaten Batu Bara di dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Motto Daerah Kabupaten Batu Bara adalah Sejahtera Berjaya?yang
mengandung arti bahwa tujuan bersama seluruh lapisan multikultural
masyarakat Batu Bara adalah kesejahteraan dan keberhasilan/berjaya
dalam membangun daerahnya.

KETERANGAN GAMBAR

 Tepak Sirih dan Tengkuluk melambangkan bahwa segala jenis adat


istiadat dan etnis mengalami pembauran yang dinamis dengan
masyarakatnya yang sehat jiwa raga sehingga terwujud kerukunan dengan
pemerintahan, membangun bahu membahu dalam menyongsong
kemakmuran bersama.
 Buku melambangkan bahwa pendidikan di Kabupaten Batu Bara sebagai
modal dasar untuk mencerdaskan masyarakat dalam upaya meningkatkan
sumber daya manusia agar dapat benar-benar mengurus dan membangun
di negeri sendiri secara terencana, mandiri dan berkeadilan.
 Pedang melambangkan bahwa segala apapun yang dicanangkan bagi
Kabupaten Batu Bara hendaklah tetap berjuang dibawah norma norma
hukum yang berlaku serta adat istiadat sebagai bagian kehidupan
masyarakat Kabupaten Batu Bara
 Gambar Meriam melambangkan pertahanan dan keamanan daerah agar
tidak mudah disusupi yang bertentangan dengan azas kehidupan bangsa
Indonesia.
 Roda Gerigi dan Pabrik melambangkan bahwa Kabupaten Batu Bara
sangat berpotensi dalam pengembangan Industri.
 Perahu Ikan dan Laut melambangkan bahwa potensi Kabupaten Batu Bara
di sektor kelautan dan wisata bahari untuk menunjang pendapatan daerah.
 Hamparan Sawah melambangkan bahwa potensi Kabupaten Batu Bara di
sektor pertanian dapat mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten Batu
Bara serta menjadi satu daerah swasembada pangan untuk bidang
pertanian.
 Pohon Karet dan Kelapa Sawit melambangkan bahwa jenis usaha di
bidang perkebunan yang ada di Kabupaten Batu Bara dengan harapan hasil
yang maksimal untuk kehidupan masyarakatnya dan mendukung devisa
negara.

PENJELASAN WARNA

 Biru melambangkan Kesejukan dan Keindahan


 Kuning melambangkan Keagungan dan Kemuliaan
 Merah melambangkan Kebenaran, Keberanian dan Semangat yang Tinggi
 Putih melambangkan Kesucian dan Kebersihan
 Hijau melambangkan Kemakmuran dan Kesejahteraan
 Hitam Melambangkan Keadilan dan Keteguhan
 Tulisan Batu Bara di dalam logo menunjukan Daerah.
GEOGRAFIS

JUMLAH PENDUDUK

Jumlah penduduk Batu Bara keadaan Bulan Juni Tahun 2008 diperkirakan sebesar
380.570 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 421 jiwa per km2. Sebagian
besar penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu sebesar 77,11 persen
dan sisanya 22,89 persen tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga
sebanyak 85.364 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh
sekitar 4,5 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2008 sebesar
1,80 persen.

Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2008 lebih sedikit dari penduduk
perempuannya dengan persentase sebesar 49,90 persen dengan rasio jenis kelamin
sebesar 96,47 yang artinya dari 100 penduduk perempuan terdapat kirakira 99
penduduk laki-laki. Bila dilihat per kecamatan maka Kecamatan Lima Puluh
merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar dengan tingkat
persebaran penduduk sebesar 22,85 persen sedangkan Kecamatan Sei Balai adalah
yang terkecil yaitu 7,63 persen.

Untuk Kecamatan terpadat urutan pertama adalah Kecamatan Medang Deras


dengan kepadatan mencapai 705 jiwa per km2 disusul dan yang terjarang adalah
Kecamatan Sei Suka yaitu 311 jiwa per km2. Dilihat dari kelompok umur,
persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar 36,26 persen, 15-64 tahun sebesar
59,90 persen dan usia 64 tahun ke atas sebesar 3,84 persen yang berarti jumlah
penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk usia non produktif
dengan rasio beban ketergantungan sebesar 66,94 artinya setiap 100 orang
penduduk usia produktif menanggung sekitar 67 orang penduduk usia non
produktif.

Penduduk Batu Bara yang menganut agama Islam pada tahun 2008 sebesar 85,37
persen, Katolik sebesar 2,27 persen, Protestan sebesar 11,59 persen, Budha
sebesar 0,74 persen dan Hindu sebesar 0,04 persen. Untuk suku bangsa yang
terbanyak adalah Jawa sebesar 39,34 persen kedua suku Melayu sebesar 37,99
persen dan urutan ketiga adalah suku Batak sebesar 18,44 persen sedangkan
sisanya adalah suku Minang, Banjar, Aceh dan lainnya.

Demografi

Penduduk Kabupaten Batubara didominasi oleh etnis Melayu, kemudian diikuti


oleh orang-orang Jawa, dan Suku Batak. Orang Mandailing merupakan sub-etnis
Batak yang paling banyak bermukim disini. Etnis Jawa atau yang dikenal dengan
Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatra) mencapai 43% dari keseluruhan
penduduk Batubara.[2] Mereka merupakan keturunan kuli-kuli perkebunan yang
dibawa para pekebun Eropa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Selain itu orang Minangkabau juga banyak ditemui di kabupaten ini. Sejak abad
ke-18, Batubara telah menjadi pangkalan bagi orang-orang kaya Minangkabau
yang melakukan perdagangan lintas selat. Mereka membawa hasil-hasil bumi dari
pedalaman Sumatra, untuk dijual kepada orang-orang Eropa di Penang dan
Singapura.[3] Seperti halnya Pelalawan, Siak, dan Jambi; Batubara merupakan
koloni dagang orang-orang Minang di pesisir timur Sumatra.[4] Dari lima suku
(klan) asli yang terdapat di Batubara yakni Lima Laras, Tanah Datar, Pesisir,
Lima Puluh dan Suku Boga, dua di antaranya teridentifikasi sebagai nama luhak
di Minangkabau, yang diperkirakan sebagai tempat asal masyarakat suku tersebut.
Batas wilayah

Utara Bandar Khalipah (Kabupaten Serdang Bedagai) dan Selat Malaka.


Meranti (Kabupaten Asahan) dan Ujung Padang (Kabupaten
Selatan
Simalungun).
Bosar Maligas, Bandar, Bandar Masilam, Dolok Batunanggar (Kabupaten
Barat
Simalungun) dan Tebingtinggi (Kabupaten Serdang Bedagai).
Timur Air Joman (Kabupaten Asahan) dan Selat Malaka.

Kawasan Ekonomi Khusus Di Batubara

Kabupaten Batubara merupakan salah satu daerah di Sumut yang memiliki potensi
ekonomi yang luar biasa. Salah satu buktinya, kabupaten yang terletak di Sebelah
Timur Pulau Sumatera dengan jarak tempuh +100 Km dari Kota Medan, ternyata
memiliki satu kawasan strategis untuk dijadikan sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK).

KEK merupakan kawasan tertentu dimana diberlakukan ketentuan khusus di


bidang kepabeanan, perpajakan, perizinan, keimigrasian dan ketenagakerjaan.
Selain ketentuan tersebut, KEK juga perlu di dukung dengan ketersediaan
infrastruktur yang andal serta badan pengelola yang profesional sesuai dengan
standar internasional.

Kawasan KEK yang berada di Batubara itu sendiri, terletak di dua kecamatan,
yaitu Sei Suka dengan luas wilayah 17.147 hektar dan Kecamatan Medang Deras
dengan luas wilayah 6.547 hektar. Sehingga total luas wilayah kedua kecamatan
yang terletak di kawasan strategis itu mencapai 23.694 hektar.

Dari luas itu, lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai KEK mencapai sekitar 1.000
hektar. Di kawasan ini, juga telah berdiri perusahaan-perusahaan industri berskala
besar seperti PT Inalum, PT Multi Mas Nabati, PT Domba Mas. Masing-masing
perusahaan tersebut telah memiliki pelabuhan khusus yang dapat digunakan untuk
ekspor/impor.

Selain itu, masih ada perusahaan yang kini melakukan pembangunan di kawasan
strategis tersebut. Antara lain PT Citra Raya Perkasa Abadi bergerak di bidang
pengolahan aspal, PT Gunung Pantasa Barisan bergerak di bidang pengolahan
semen dan PT Ranyza Energi bergerak di bidang Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU).

Di sisi lain, sejauh ini masih ada perusahaan yang sudah mengajukan permohonan
untuk mendirikan perusahaan di kawasan strategis tersebut. Di antaranya Japan
Cilicon LTD Kawashima Group, Sungai Lang Marine And Supply SDN. BHD
dan Sungai Pulai Contruction And Traiding.

Pengembangan KEK ini dimaksudkan untuk meningkatkan investasi yang


selanjutnya diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru. Kawasan ini juga
diharapkan memberi dampak positif bagi perekonomian nasional maupun daerah
dalam bentuk peningkatan penerimaan devisa, peningkatan daya saing produk-
produk ekspor, meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal serta
meningkatnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia. Sektor ini juga
diharapkan akan meningkatkan investasi, penyerapan tenaga kerja, peningkatan
penerimaan devisa hasil dari ekspor, peningkatan, pemanfaatan sumber daya
local.
KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri,
ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan
daya saing internasional.

KEK terdiri atas satu atau beberapa zona. Antara lain pengolahan ekspor, logistik,
industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan/atau ekonomi lain.
Dalam KEK dapat dibangun fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Di
setiap KEK disediakan lokasi untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan
koperasi, baik sebagai pelaku usaha maupun sebagai pendukung kegiatan
perusahaan yang berada di dalam KEK.

Lokasi yang dapat diusulkan menjadi KEK harus memenuhi kriteria dan sesuai
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan tidak berpotensi mengganggu
kawasan lindung. Pemerintah Provinsi Sumut dan Kabupaten Batubara sendiri,
sangat mendukung rencana KEK. Sebab secara geografis terletak pada posisi
yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur
pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber
daya unggulan dan mempunyai batas yang jelas.

Dalam rencana kedepannya, pelaksanaan pembangunan KEK nantinya dana yang


dibutuhkan bersumber dari, dana APBN, APBD Pemprovsu dan APBD
Kabupaten Batubara. Kabupaten Batubara yang diharapkan nanti akan menjadi
salah satu kawasan yang dapat menopang roda perekonomian dan perindustrian
di Provinsi Sumut seiring dengan letak geografisnya yang sangat mendukung (di
dekat salah satu perairan tersibuk di dunia, selat Malaka) dan kondisi lahan yang
masih sangat banyak untuk lapangan perindustrian baru.

Selain itu juga di Kabupaten Batubara sudah memiliki prasarana yang baik
sehingga hubungan antar daerah kabupaten seperti Kabupaten Serdang Bedagai,
Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Asahan sangat lancar, terutama dalam
perjalanan ke luar negeri (Port Klang, Malaysia) melalui Pelabuhan Tanjung
Tiram.
Sehingga diharapkan kehidupan mayarakat tertinggal di daerah itu dapat
meningkat menjadi lebih baik dan sejahtera. Lapangan usaha dan industri baik
besar maupun kecil dapat lebih banyak terbuka sehingga menciptakan lapangan
kerja baru yang besar yang otomatis dapat mengurangi angka pengangguran.

Kegiatan perekonomian di Kabupaten Batubara yang ditunjukan dengan PDRB


atas dasar harga konstan tahun 2000, pada tahun 2002 menunjukkan peningkatan
sebesar 4,05%. Angka ini menunjukkan bahwa dibandingkan tahun sebelumnya
terjadi kenaikan angka PDRB sebesar 4,05% dengan menganggap harga konstan
pada tahun 2000.

Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 4.57%, tahun2004 dan
2005 pertumbuhan ekonomi cenderung melambat dari 3,97 menurun menjadi
2,30% dipengaruhi adanya penebangan/konversi tanaman perkebunan di beberapa
wilayah.

Namun pada berikutnya yakni 2006-2007 kembali naik menjadi 3,73% sampai
4,01%. Selanjut pada tahun2008 terus meningkat mencapai 4,55%.

Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-
sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari
nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor menggambarkan
ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari masing-
masing sektor.

Struktur perekonomian Kabupaten Batubara didominasi oleh sektor industri


pengolahan. Hal ini berkaitan dengan adanya perusahaan pengolahan biji
aluminium, serta pengolahan hasil-hasil perkebunan seperti pengolahan minyak
kelapa sawit dan karet (crumb rubber).

Kabupaten Batubara merupakan daerah potensial untuk berkembang menjadi


daerah industri dan saat ini daerah Kuala Tanjung salah satu Desa di Batubara
yang telah ditetapkan menjadi Daerah Ekonomi Khusus (DEK). Desa Kuala
Tanjung merupakan pengembangan wilayah industri dari KIM (Kawasan Industri
Medan).

Sebagai pioneer berkembangnya wilayah ini adalah PT Indonesia Asahan


Aluminium (Inalum), perusahaan patungan antara perusahaan-perusahaan swasta
Jepang dengan pemerintah Indonesia. Perusahaan peleburan aluminium ini
merupakan pabrik peleburan aluminium satu-satunya di Asia Tenggara.

Kemudian selain PT Inalum, berdiri juga PT Multimas Nabati Asahan (MNA)


yang memproduksi minyak goreng Sania. Kemudian muncul lagi PT Domba Mas,
yang kini masih tahap konstruksi. Kini menyusul beberapa perusahaan besar yang
mungkin akan beroperasi dalam waktu dekat seperi PLTU, PT Dairi Prima, PT
AAA, dan lain sebagainya. Selain itu, Kabupaten Batubara juga kaya akan hasil
laut dan pertanian serta banyak terdapat perkebunan.

Sarana jalan yang baik dapat meningkatkan mobilitas penduduk dan


memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Panjang jalan di
seluruh Kabupaten Batubara mencapai 523,02 Km yang terbagi atas jalan negara
(47,88 Km), jalan propinsi (48,34 Km) dan jalan kabupaten (426,8 Km). Untuk
jalan kabupaten sebagian besar sudah ditingkatkan permukaannya yaitu sebesar
36,2%, 22,3% tanah, 19% aspal, 21% hotmix dan 1,5% kerikil. Pemerintah
Kabupaten Batubara sangat berharap semoga usulan rencana KEK ini dapat
terealisasikan seiring pesatnya pembangunan industri di kawasan strategis.
WISATA

Pantai Perjuangan

Pantai Perjuangan berada di Dusun Mesjid, Desa Lalang, Kecamatan Medang


Deras, Kabupaten Batubara. Dari Medan, jaraknya sekitar 120 km.

Banyak jalan untuk menuju ke sana. Namun yang paling efektif adalah masuk dari
kawasan Kuala Tanjung, PT Inalum. Kira-kira 15 kilometer, ada tanda arah
menuju Pantai Perjuangan. Jalan menuju pantai tak beraspal, sehingga
menyulitkan kendaraan untuk masuk ke sana. Belum lagi soal sarana pantai yang
sangat minim. Pantai yang masih tampak “garing” karena minimnya anggaran
untuk peningkatan sarana dan prasarana.

Pantai Sejarah

Pantai Sejarah Perupuk merupakan satu-satunya objek wisata pantai di Kecamatan


Limapuluh Batubara, jaraknya sekitar 17 kilometer dari Limapuluh Kota ibu kota
Kecamatan Limapuluh.

Pantai Sejarah memang menjadi tumpuan wisatawan lokal untuk berekreasi


melepaskan lelah di akhir pekan dan hari besar lainnya. Bila di Pantai Sejarah
digelar berbagai pertunjukan seperti keyboard dan kegiatan motocross dengan
karcis masuk terjangkau dipastikan pengunjungnya cukup membludak dan pihak
penyelenggara meraup untung lumayan besar. Di tempat itu juga sering
dimanfaatkan mengadakan berbagai kegiatan seperti acara pelantikan maupun
HUT Parpol, Ormas dan OKP plus hiburan.
Pantai Sejarah Perupuk juga terkenal sebagai tempat pertama kalinya bala tentara
Jepang mendarat di Asahan thn 1946. Pantainya yang landai dengan pasir putih
memanjang ratusan meter dijadikan tempat mandi-mandi mulai dari anak-anak
hingga orang dewasa penuh canda dan tawa ria. Di bagian daratnya seluas
beberapa hektar tumbuh pohon-pohon besar, di bawahnya dijadikan tempat
istirahat dengan menggelar tikar. Di pinggiran pantai tumbuh pohon-pohon bakau,
jadi tempat berkembang biak berbagai jenis ikan laut. Banyak pengunjung yang
datang untuk memancing ikan.

Di Pantai Sejarah juga dibangun hechery (proyek pembibitan udang) berikut


bangunan sarana pendukungnya. Bangunan hechery dengan rangka baja beratap
dan berdinding kaca merupakan bangunan antik yang banyak menjadi perhatian
pengunjung. Tujuannya untuk memenuhi permintaan bibit udang untuk para
nelayan pemilik tambak, juga dimaksudkan sebagai pendukung memajukan objek
wisata Pantai.

Istana Lima Laras

Gambar di samping adalah Istana Lima Laras, tepatnya terletak di Kecamatan Tg.
Tiram, desa laras Kabupaten Batubara.

Istana tersebut merupakan salah satu peninggalan dari kerajaan melayu di daerah
pesisir. Letak istana tersebut sangat strategis untuk dikunjungi karena Kabupaten
Batubara telah membuka jalur pelayaran dari Port Klang Malaysia ke Batubara
langsung melalui pelabuhan Tanjung Tiram di Kabupaten Batubara tidak lagi
melalui pelabuhan Bagan Asahan di Tanjung Balai Asahan. Perjalanan dari
Malaysia hanya menempuh jarak kurang lebih 3,5 jam perjalanan.

Pulau Salah Nama


Batubara, Provinsi Sumatera Utara, ternyata memiliki banyak tempat wisata yang
menyimpan keindahan alam bawah laut. Salah satu yang paling eksotis adalah
alam bawah laut, di Pulau Salah Namo (Pulau Salah Nama), di Kabupaten
Batubara. Pulau Salah Namo ini merupakan pulau terluar di ProVinsi Sumatera
Utara, yang berbatas dengan Pulau Berhala, Kabupaten Rokan Hilir ProVinsi
Riau. Selain keindahan alam bawah laut, pantai di Pulau Salah Namo ini tak
eksotisnya. Tepian yang penuh bebatuan, melengkapi keindahan pulau tersebut.
Sesekali terlihat pemandangan ketika ombak Selat Malaka menghempas pasir
bibir pantai, di pulau yang tak berpenghuni ini. Mengunjungi Pulau Salah Nama,
dapat menaiki perahu bermotor dari dermaga Tanjung Tiram. Waktu tempuh dari
dermaga menuju pulau tersebut lebih kurang memakan waktu satu jam. Soal
transportasi tidak perlu khwatir, karena ada boat nelayan, yang senantiasa selalu
setia menanti para penumpangnya di dermaga Pelabuhan Tanjung Tiram. Selama
di perjalanan para wisatawan bisa menikmati pemandangan laut luas yang
membentang. Sampan-sampan nelayan pun terlihat hilir mudik untuk mencari
tangkapan ikan. Di pulau Salah Nama, terlihat bangunan tower telekomunikasi
berdiri tegak, di puncak bukit yang dihuni berbagai jenis satwa. Pada malam,
pemandangan dari kilauan lampu perahu nelayan yang menangkap sotong dan
cumi-cumi, membuat suasana kian asyik. Berjalan menaiki puncak bukit di Pulau
Salah Nama ini, terlihat pemandangan yang luar biasa. Terik matahari tidak
terasa, karena wisatawan dapat berteduh di bawah rimbunnya pepohonan. Bupati
Batubara, H.OK.Arya Zulkarnain, SH,MM, sangat respek dengan tujuan wisata
Pulau Salah Nama ini. Guna memenuhi fasilitas objek wisata, khususnya alat
transportasi laut, Pemkab Batubara menganggarkan belanja pada Perubahan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (P-APBD) Batu Bara tahun 2014 dan R-
APBD Batu Bara tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai