Pemerintahan
- Bupati H. OK Arya Zulkarnaen, SH, MM
- DAU Rp. 386.180.939.000,-(2011)[1]
Luas 904,96 km2
Populasi
- Total 382,474 jiwa
- Kepadatan 0,42 jiwa/km2
Demografi
Pembagian administratif
- Kecamatan 7
- Kelurahan 141 / 10
Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan dan beribukota
di Kecamatan Limapuluh.
Kabupaten Batubara adalah salah satu dari 16 kabupaten dan kota baru yang
dimekarkan pada dalam kurun tahun 2006.
KETERANGAN GAMBAR
PENJELASAN WARNA
JUMLAH PENDUDUK
Jumlah penduduk Batu Bara keadaan Bulan Juni Tahun 2008 diperkirakan sebesar
380.570 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 421 jiwa per km2. Sebagian
besar penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu sebesar 77,11 persen
dan sisanya 22,89 persen tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga
sebanyak 85.364 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh
sekitar 4,5 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2008 sebesar
1,80 persen.
Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2008 lebih sedikit dari penduduk
perempuannya dengan persentase sebesar 49,90 persen dengan rasio jenis kelamin
sebesar 96,47 yang artinya dari 100 penduduk perempuan terdapat kirakira 99
penduduk laki-laki. Bila dilihat per kecamatan maka Kecamatan Lima Puluh
merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar dengan tingkat
persebaran penduduk sebesar 22,85 persen sedangkan Kecamatan Sei Balai adalah
yang terkecil yaitu 7,63 persen.
Penduduk Batu Bara yang menganut agama Islam pada tahun 2008 sebesar 85,37
persen, Katolik sebesar 2,27 persen, Protestan sebesar 11,59 persen, Budha
sebesar 0,74 persen dan Hindu sebesar 0,04 persen. Untuk suku bangsa yang
terbanyak adalah Jawa sebesar 39,34 persen kedua suku Melayu sebesar 37,99
persen dan urutan ketiga adalah suku Batak sebesar 18,44 persen sedangkan
sisanya adalah suku Minang, Banjar, Aceh dan lainnya.
Demografi
Selain itu orang Minangkabau juga banyak ditemui di kabupaten ini. Sejak abad
ke-18, Batubara telah menjadi pangkalan bagi orang-orang kaya Minangkabau
yang melakukan perdagangan lintas selat. Mereka membawa hasil-hasil bumi dari
pedalaman Sumatra, untuk dijual kepada orang-orang Eropa di Penang dan
Singapura.[3] Seperti halnya Pelalawan, Siak, dan Jambi; Batubara merupakan
koloni dagang orang-orang Minang di pesisir timur Sumatra.[4] Dari lima suku
(klan) asli yang terdapat di Batubara yakni Lima Laras, Tanah Datar, Pesisir,
Lima Puluh dan Suku Boga, dua di antaranya teridentifikasi sebagai nama luhak
di Minangkabau, yang diperkirakan sebagai tempat asal masyarakat suku tersebut.
Batas wilayah
Kabupaten Batubara merupakan salah satu daerah di Sumut yang memiliki potensi
ekonomi yang luar biasa. Salah satu buktinya, kabupaten yang terletak di Sebelah
Timur Pulau Sumatera dengan jarak tempuh +100 Km dari Kota Medan, ternyata
memiliki satu kawasan strategis untuk dijadikan sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK).
Kawasan KEK yang berada di Batubara itu sendiri, terletak di dua kecamatan,
yaitu Sei Suka dengan luas wilayah 17.147 hektar dan Kecamatan Medang Deras
dengan luas wilayah 6.547 hektar. Sehingga total luas wilayah kedua kecamatan
yang terletak di kawasan strategis itu mencapai 23.694 hektar.
Dari luas itu, lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai KEK mencapai sekitar 1.000
hektar. Di kawasan ini, juga telah berdiri perusahaan-perusahaan industri berskala
besar seperti PT Inalum, PT Multi Mas Nabati, PT Domba Mas. Masing-masing
perusahaan tersebut telah memiliki pelabuhan khusus yang dapat digunakan untuk
ekspor/impor.
Selain itu, masih ada perusahaan yang kini melakukan pembangunan di kawasan
strategis tersebut. Antara lain PT Citra Raya Perkasa Abadi bergerak di bidang
pengolahan aspal, PT Gunung Pantasa Barisan bergerak di bidang pengolahan
semen dan PT Ranyza Energi bergerak di bidang Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU).
Di sisi lain, sejauh ini masih ada perusahaan yang sudah mengajukan permohonan
untuk mendirikan perusahaan di kawasan strategis tersebut. Di antaranya Japan
Cilicon LTD Kawashima Group, Sungai Lang Marine And Supply SDN. BHD
dan Sungai Pulai Contruction And Traiding.
KEK terdiri atas satu atau beberapa zona. Antara lain pengolahan ekspor, logistik,
industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan/atau ekonomi lain.
Dalam KEK dapat dibangun fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Di
setiap KEK disediakan lokasi untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan
koperasi, baik sebagai pelaku usaha maupun sebagai pendukung kegiatan
perusahaan yang berada di dalam KEK.
Lokasi yang dapat diusulkan menjadi KEK harus memenuhi kriteria dan sesuai
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan tidak berpotensi mengganggu
kawasan lindung. Pemerintah Provinsi Sumut dan Kabupaten Batubara sendiri,
sangat mendukung rencana KEK. Sebab secara geografis terletak pada posisi
yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur
pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber
daya unggulan dan mempunyai batas yang jelas.
Selain itu juga di Kabupaten Batubara sudah memiliki prasarana yang baik
sehingga hubungan antar daerah kabupaten seperti Kabupaten Serdang Bedagai,
Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Asahan sangat lancar, terutama dalam
perjalanan ke luar negeri (Port Klang, Malaysia) melalui Pelabuhan Tanjung
Tiram.
Sehingga diharapkan kehidupan mayarakat tertinggal di daerah itu dapat
meningkat menjadi lebih baik dan sejahtera. Lapangan usaha dan industri baik
besar maupun kecil dapat lebih banyak terbuka sehingga menciptakan lapangan
kerja baru yang besar yang otomatis dapat mengurangi angka pengangguran.
Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 4.57%, tahun2004 dan
2005 pertumbuhan ekonomi cenderung melambat dari 3,97 menurun menjadi
2,30% dipengaruhi adanya penebangan/konversi tanaman perkebunan di beberapa
wilayah.
Namun pada berikutnya yakni 2006-2007 kembali naik menjadi 3,73% sampai
4,01%. Selanjut pada tahun2008 terus meningkat mencapai 4,55%.
Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-
sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari
nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor menggambarkan
ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari masing-
masing sektor.
Pantai Perjuangan
Banyak jalan untuk menuju ke sana. Namun yang paling efektif adalah masuk dari
kawasan Kuala Tanjung, PT Inalum. Kira-kira 15 kilometer, ada tanda arah
menuju Pantai Perjuangan. Jalan menuju pantai tak beraspal, sehingga
menyulitkan kendaraan untuk masuk ke sana. Belum lagi soal sarana pantai yang
sangat minim. Pantai yang masih tampak “garing” karena minimnya anggaran
untuk peningkatan sarana dan prasarana.
Pantai Sejarah
Gambar di samping adalah Istana Lima Laras, tepatnya terletak di Kecamatan Tg.
Tiram, desa laras Kabupaten Batubara.
Istana tersebut merupakan salah satu peninggalan dari kerajaan melayu di daerah
pesisir. Letak istana tersebut sangat strategis untuk dikunjungi karena Kabupaten
Batubara telah membuka jalur pelayaran dari Port Klang Malaysia ke Batubara
langsung melalui pelabuhan Tanjung Tiram di Kabupaten Batubara tidak lagi
melalui pelabuhan Bagan Asahan di Tanjung Balai Asahan. Perjalanan dari
Malaysia hanya menempuh jarak kurang lebih 3,5 jam perjalanan.