Anda di halaman 1dari 12

BAB VII

Lantai Dasar Samudera

Bila kita melihat potret bumi kita yang diambil dari satelit, maka planet bumi
didominasi oleh lautan. Akan tetapi jika dilihat pada permukaan bumi di bawah permukaan
air laut tersebut menunjukkan bentuk topografi yang sangat bervariasi. Permukaan bumi
tersebut akan menunjukkan rangkaian pegunungan yang tinggi, lembah yang dalam, dan juga
dataran yang rata.
Ahli oseanografi (oseanografer) yang mempelajari topografi dasar lautan
membaginya menjadi tiga bagian besar yaitu: tepi benua (continental margin), lantai dasar
samudera (ocean basin floor) dan pematang tengah samudera (mid ocean ridges).
Pembagian tersebut dapat dilihat pada gambar 1 (a) dan (b), yang menggambarkan
perbandingan dari bagian-bagian tersebut pada Samudera Atlantik.

Gambar 1a. Pembagian dasar samudera Atlantik Utara


Gambar 1b. Topografi dasar samudera Atlantik Utara

I. Tepi Benua (Continental Margin)


Tepi benua (continental margin) merupakan kawasan tempat bertemuanya kerak benua
dengan kerak samudera. Kawasan ini merupakan kawasan yang sangat labil. Tepi benua
dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu paparan benua (continental shelf), lereng benua
(continental slope), dan jendul benua (continental rise) (Gambar 2).
Gambar 2. Penampang tepi benua dan bagian-bagiannya

Tepi benua dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu tepi benua yang pasif (passive
continental margin) dan tepi benua yang aktif (active continental margin). Tepi benua pasif
dicirikan oleh pertemuan kedua lempeng yang tenang dan merupakan kawasan yang relatif
stabil. Sedangkan tepi benua yang aktif dicirikan oleh adanya penunjaman kerak samudera ke
bawah kerak benua (zona subduksi).
Paparan benua merupakan paparan dengan kemiringan lereng yang landai mulai dari
garis pantai ke arah laut dalam. Paparan benua mempunyai ukuran lebar yang sangat
bervariasi tergantung dari tipe tepi benuanya. Pada tepi benua yang pasif, rata-rata paparan
benua ini mempunyai lebar sampai 80 km dengan kedalaman mencapai sekitar 130 meter
sampai 200 meter pada bagian paling tepi. Tetapi ada juga paparan benua yang lebarnya
mencapai 1500 km. Sedangkan pada tepi benua yang aktif paparan benua mempunyai lebar
yang relatif sempit. Kemiringan lereng rata-rata dari paparan benua hanya 2 meter per
kilometer. Kemiringan ini sangat landai sehingga terlihat seperti suatu permukaan yang datar.
Gambar 3. Pemekaran Lantai Dasar Samudera

II. Lantai Dasar Samudera


Diantara tepi benua dan pematang tengah samudera terdapat lantai laut dalam. Kawasan
ini berukuran hampir 30% dari permukaan bumi. Pada kawasan ini dijumpai adanya palung
laut, yang merupakan alur yang sangat dalam yang disebut palung-laut dalam (deep-ocean
trenches); daerah yang datar yang dikenal dengan dataran abisal (abyssal plains); dan
gunung berapi dengan lereng yang terjal yang disebut gunung bawah laut (seamount).

Gambar 4. Bagian-bagian Lantai dasar samudera

Palung-Laut Dalam
Palung-laut dalam merupakan alur atau parit yang panjang dan relatif sempit yang
menggambarkan bagian terdalam dari lautan. Beberapa diantaranya di bagian barat Samudera
Pasifik, palung laut ini mempunyai kedalaman lebih dari 10.000 meter di bawah muka air
laut. Pada tempat ini terjadi penunjaman lempeng-lempeng kerak bumi ke dalam mantel
bumi sehingga terjadi penghancuran dari kerak tersebut.
Pada laut yang terbuka, palung laut membentuk alur yang sejajar dengan deretan
pulau-pulau gunung api (volcanic island arcs). Sedangkan deretan gunung api kemungkinan
dijumpai sejajar dengan palung laut yang berdekatan dengan daratan. Aktivitas gunung api
ini terjadi karena kerak bumi yang menunjam ke dalam mantel bumi mengalami
penghancuran dan mencairan yang membentuk magma kembali.
Dataran Abisal (Abyssal Plains)
Dataran abisal merupakan kenampakan topografi yang sangat datar, dan kemungkinan
kawasan ini merupakan tempat yang paling datar pada permukaan bumi. Topografi yang
datar ini kadang-kadang di selingi dengan puncak-puncak gunung bawah laut yang tertimbun.
Dataran abisal tersusun oleh akumulasi sedimen yang sangat tebal. Kenampakan sedimen
pada daerah ini menunjukkan bahwa dataran ini dibentuk oleh endapan sedimen yang telah
mengalami pengangkutan sangat jauh oleh arus turbid. Endapan turbid ini berselingan dengan
material sedimen yang berukuran lempung yang terus menerus terendapkan pada tempat ini.
Dataran abisal dijumpai sebagai bagian dari dasar samudera pada semua lautan. Dataran
ini akan lebih luas apabila tidak dijumpai palung laut yang berdekatan dengan daratan.
Samudera Atlantik memiliki dataran abisal yang lebih luas daripada samudera Pacifik karena
samudera Atlantik mempunyai palung laut jauh lebih sedikit dibandingkan yang dijumpai
pada samudera Pasifik.

Gunung Bawah Laut (Seamounts)


Gunung bawah laut (seamount) merupakan puncak-puncak gunung yang muncul pada
dasar samudera dengan ketinggian sampai beberapa ratus meter di atas topografi sekitarnya.
Puncak kerucut yang terjal ini telah banyak dijumpai pada semua samudera di dunia ini.
Samudera Pasifik merupakan samudera dengan gunung bawah laut yang terbanyak
dibandingkan dengan samudera lainnya.
Kebanyakan gunungapi bawah laut muncul pertama kali dekat dengan pamatang
tengah samudera, yaitu tempat pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang divergen (saling
menjauh). Selanjutnya gunung tersebut terus bertumbuh seiring dengan pergerakan dari
lempeng-lempeng tektonik tersebut. Jika pertumbuhan gunugapi tersebut cukup cepat, maka
gunungapi tersebut akan membentuk suatu pulau. Setelah gunung tersebut tumbuh sebagai
pulau, gunung tersebut akan mengalami proses erosi oleh aliran air permukaan dan kerja
ombak sehingga ketinggiannya menurun sampai mendekati muka air laut.

III. Pematang Dasar Samudera (Mid-Oceanic Ridges)


Pematang tengah samudera dijumpai pada semua samudera dan merupakan 20% dari
permukaan bumi, dan merupakan kenampakan topografi yang sangat menakjubkan didasar
laut. Topogarfi ini merupakan rangkaian pegunungan yang memanjang sampai sekitar 65.000
kilometer. Meskipun demikian kenampakan pematang tengah samudera sangat berbeda
dengan rangkaian pegunungan yang dijumpai di daratan. Kalau rantai pegunungan di daratan
disusun oleh batuan graniti dan andesitik serta batuan dan batuan metamorf yang mengalami
perlipatan dan pensesaran, maka pematang tengah samudera disusun oleh lapisan-lapisan
batuan beku basaltic yang belum mengalami deformasi.
Puncak dari pematang ditandai oleh adanya celah (rift) dan dibatasi oleh pematang
yang memanjang sampai ratusan kilometer. Sumbu dari pematang ditandai oleh gempabumi
yang terus menerus dan dicirikan oleh aliran panas yang sangat tinggi dari kerak bumi. Celah
yang terdapat pada tengah pematang merupakan tempat magma baru muncul dari astenosfer
yang secara menerus membentuk kerak samudera baru. Celah ini menggambarkan batas
kerak yang divergen tempat terjadinya pemekaran lantai dasar samudera (sea floor
spreading).
Kenampakan yang menonjol dari pematang ini disebabkan karena kerak samudera yang
baru sangat panas, dan mempunyai volume yang lebih besar daripada kerak samudera yang
dingin. Ketika kerak yang baru ini bergerak menjauh dari pusat pemekaran, terjadi lah proses
pendinginan yang bertahap dan terjadi pula kontraksi. Proses kontraksi panas ini semakin
besar semakin menjauhi pusat pemekaran.

Gambar 5. Bagian-bagian pematang dasar samudera


Gambar 6. Topografi Pemekaran Lantai Samudera

SEDIMEN DASAR LAUT


Arus turbidit atau sering disebut arus keruh adalah arus yang terbentuk akibat
longsoran material sedimen yang berada pada lereng benua. Proses ini terjadi akibat adanya
gempabumi. Proses ini sama kejadiannya dengan longsoran yang terjadi di daratan. Jadi
faktor utama pembentuknya adalah gaya gravitasi. Material yang longsor akan bercampur
dengan air dan membentuk arus yang keruh karena banyaknya material yang tersuspensi di
dalamnya. Karena air yang bercampur material sedimen tersebut lebih berat dari pada air
yang berada di atasnya, maka material tersebut akan mengalir ke bawah dan mengerosi dan
akan terakumulasi pada dasar laut yang lebih dalam. Proses erosi yang dilakukan oleh
material sedimen ini terus terjadi selama proses terjadinya longsoran tersebut sehingga
kadangkala dapat membentuk lembah yang dalam. Selanjutnya kecepatannya menurun
kemudian material tersuspensi ini mulai terendapkan. Material yang pertama kali terendapkan
adalah material yang berukuran pasir kasar selanjutnya berturut-turut material yang berbutir
halus, lanau dan lempung. Endapan ini disebut endapan turbidit yang dicirikan oleh
penurunan ukuran butir dari bawah ke atas. Struktur sedimen demikian disebut struktur
sedimen lapisan bersusun (graded bedding). Arus turbidit merupakan mekanisme terjadinya
proses erosi dan transportasi di bawah laut. Arus inilah yang menyebabkan dijumpainya
endapan sedimen laut dangkal pada dasar laut yang dalam. Pada endapan ini sering pula
dijumpai sisa-sisa organisme yang hidup pada laut dangkal di endapan laut dalam.
Sebagian material sedimen tersebut terendapkan oleh arus turbid, dan sisanya
merupakan material sedimen yang terendapkan perlahan-lahan dari permukaan laut. Material
yang berukuran halus seperti lumpur, merupakan material yang dominan dijumpai pada dasar
laut dalam, meskipun di beberapa tempat dijumpai juga endapan yang berukuran pasir.
Material Lumpur (mud) juga merupakan endapan sedimen yang dominan dijumpai pada
paparan benua dan lereng benua, tetapi endapan sedimen di tempat tersebut relatif lebih kasar
karena kandaungan material yang berukuran pasir relatif lebih banyak. Pasir pada umumnya
diendapkan pada paparan benua yag membentuk pesisir pantai. Pada beberapa tempat
sedimen yang berbutir kasar ini, yang biasanya dijumpai pada atau dekat pantai, dijumpai
pada laut dengan kedalaman yang lebih besar sampai ke batas tepi paparan benua.

Tipe-tipe Sedimen Dasar Laut


Endapan sedimen dasar laut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1)
sedimen litogenous (berasal dari rombakan batuan), 2) sedimen biogenous (berasal dari
organisme), 3) sedimen hydrogenous (berasal atau dibentuk oleh air). Meskipun macam
sedimen di dasar laut tersebut dikelompokkan menjadi tiga, tetapi tidak ada sedimen yang
hanya terdiri dari satu macam saja. Kebanyakan ketiganya dapat terbentuk bersama-
samapada satu tempat.
Sedimen litogenous merupakan sedimen yang terutama terdiri dari butiran mineral
yang berasal dari hasil pelapukan batuan di daratan yang mengalami pengangkutan ke laut.
Sedimen asal daratan ini disebut juga sedimen terigen (terigenous sediment). Sedimen
litogenous diendapkan hampir di seluruh dasar laut. Partikel-partikel sedimen yang berukuran
pasir diendapkan dekat pantai. Sedangkan material yang berukuran halus akan terangkut oleh
arus laut ke tempat yang lebih jauh sampai ribuan kilometer dan diendapkan di dasar laut
dalam. Endapan sedimen yang berbutir halus ini disebut sedimen pelagic (pelagic sediment).
Selain diangkut oleh air, sedimen yang berbutir halus juga mengalami pengangkutan oleh
angin dan diendapkan di dasar laut dalam. Proses pengendapan sedimen ini di dasar laut
dalam sangat lambat. Sebaliknya pada tepi benua yang dekat dengan muara sungai yang
besar, sedimen litogenous terendapkan sangat cepat.
Sediment pelagic sangat tipis pada pematang tengah samudera dan akan semakin
menebal semakin menjauh dari pematang tersebut. Hal ini disebabkan dasar samudera pada
pematang merupakan kerak yang masih muda umurnya dan semakin menjauh dari pematang
semakin tua. Karena proses pengendapan sedimen tersebut berlangsung terus menerus, maka
endapan yag tebal terjadi pada dasar laut yang lebih tua, sebaliknya menipis pada dasar laut
yang lebih muda.

Gambar 7. Sedimen yang berasal dari rombakan batuan

Karena sedimen yang berbutir halus tersuspensi dalam air dalam waktu yang relatif
lama, maka tidak tertutup kemungkinan terjadi reaksi pada sedimen tersebut. Oleh sebab itu
endapan sedimen pada laut dalam sering atau coklat. Warna tersebut dihasilkan karena reaksi
antara unsur besi yang terdapat di dalam partikel atau di dalam air bereaksi dengan oksigen
yang terlarut dalam air dan menghasilkan oksida besi (karat).
Sedimen biogenous terdiri dari cangkang atau rangka dari organisme laut. Rombakan
ini dihasilkan dari mikro organisme yang hidup dekat atau pada permukan air. Rombakan
cangkang dan rangka organisme ini secara terus menerus akan jatuh ke dasar laut. Sedimen
biogenous yang sangat umum adalah calcareous ooze yang tersusun oleh CaCO3. Sedimen
ini dibentuk oleh organisme yang hidup permukaan air laut yang hangat. Calcareous ooze
tidak terbentuk pada lingkungan laut yang sangat dalam. Ketika cangkang dari organisme
tersebut yang disusun oleh calcareous carbonate perlahan jatuh ke dasar laut dengan air yang
dingin, material tersebut akan larut dalam air. Hal ini disebabkan karena air yang dingin
banyak mengandung karbon dioksida sehingga lebih asam daripada air hangat. Pada laut
yang dalamnya lebih dari 4500 meter, cangkang organisme yang disusun oleh kalkareous
akan larut sebelum mencapai dasar laut.
Contoh lain dari sedimen biogenous adalah sedimen siliceous ooze (SiO2) dan
sedimen yang kaya posfat. Sedimen siliceous ooze terutama disusun oleh rangka diatomea
(algae) dan radiolaria (binatang). Sedimen yang disusun oleh radiolaria disebut radiolarit.
Sedangkan sedimen yang kaya posfat dibentuk oleh rombakan tulang, gigi, dan bagian keras
lainnya dari ikan dan binatang laut lainnya.
Sedimen hidrogenous terdiri dari mineral hasil kristalisasi langsung dari air laut.
Contohnya batugamping yang dibentuk dari kristalisasi air yang banyak mengandung calcium
carbonate (CaCO3). Meskipun kebanyakan batugamping disusun oleh sedimen biogenous.
Salah satu contoh yang bagus dari sedimen hidrogenous adalah nodul mangan. Nodul
mangan merupakan sedimen dasar laut yang cukup penting dan mempunyai nilai ekonomis.
Nodul mangan merupakan material sedimen yang bentuknya membundar berwarna coklat
kehitaman dan disusun oleh campuran mineral-mineral yang terbentuk dengan sangat lambat
di dasar laut. Tingkat pembentukannya merupakan salah satu reaksi kimia yang paling
perlahan. Dengan analisa radioaktif, diketahui tingkat pertumbuhan nodul adalah 0.002
sampai 0,2 milimeter per 1000 tahun.
Meskipun nodul mangan mengandung lebih dari 20%, ketertarikan pada endapan ini
disebabkan karena banyaknya unsur logam lain yang lebih bernilai ekonomis. Selain mangan,
nodul mangan dapat juga mengandung besi, tembaga, nikel dan kobalt dalam jumlah yang
signifikan. Meskipun banyak kawasan yang mengandung nodul, tetapi tidak potensial untuk
dieksploitasi. Kemungkinan penambangan dapat dilakukan apabila suatu wilayah
mengandung deposit yang melimpah sekitar lebih dari 5 kilogram per m2, dan mengandung
kobalt, tembaga dan nikel. Selain itu karena deposit nodul berada di dasar laut dalam maka
diperlukan teknologi tinggi dan biaya yang sangat besar. Hal ini menyebabkan banyak
deposit nodul mangan yang belum diekspoitasi.
Gambar 8. Tipe-tipe sedimen dasar laut

Anda mungkin juga menyukai