Anda di halaman 1dari 42

PEDOMAN

PENYUSUNAN DAN PENETAPAN

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

DEPARTEMEN DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA
PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

DEPARTEMEN DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA
Daftar Isi halaman

Sambutan ii
Daftar Peraturan/Perundangan Terkait Standar Pelayanan Minimal (SPM) iv
Pengantar v
Posisi SPM 1
Pelayanan Dasar 3
SPM dalam Perencanaan 5
SPM dalam Penganggaran 7
Pelaporan SPM 9
Proses Penyusunan SPM 11
Langkah Penyusunan Usulan SPM 15
Penyelarasan Jenis Pelayanan Dasar 20
Usulan SPM 22
Indikator SPM 26
Nilai SPM 29

i
DEPARTEMEN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diterbitkannya buku Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan
Minimal (SPM).

Sebagaimana diketahui Pemerintah telah menerbitkan PP No. 65/2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai acuan bagi pemerintah dalam penyusunan SPM dan
menjadi pokok-pokok acuan bagi Pemerintah Daerah dalam penerapan SPM. Untuk mendukung
pelaksanaannya telah diterbitkan pula PERMENDAGRI No. 6/2007 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan
Penetapan SPM dan KEPMENDAGRI No. 100.05 - 76 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Tim Kosultasi
Penyusunan SPM.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas diharapkan Menteri/Lembaga Pemerintah Non Departemen


(LPND) dapat segera menyusun dan menetapkan SPM selambat-lambatnya dalam waktu 2 (tahun) sejak
ditetapkan PP di atas, namun di dalam penerapannya banyak kendala yang dihadapi sehingga diperlukan

ii
panduan yang lebih praktis bagi Kementerian/LPND untuk melakukan proses penyusunan dan penetapan
SPM.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Tim Konsultasi SPM, Proyek ASSD (Kerjasama GTZ dan
Departemen Dalam Negeri) dan Tim Lembaga Demograf i Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia atas
segala dukungan dan kerjasamanya sehingga buku pedoman ini dapat tersusun.

Semoga buku pedoman ini dapat benar-benar bermanfaat serta mendorong proses penyusunan dan
penetapan SPM yang lebih baik.

Jakarta, 5 November 2008

Direktur Jenderal Otonomi Daerah

DR. Drs. Sodjuangon Situmorang, Msi.

iii
Daftar Peraturan/Perundangan Terkait Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal.
Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja Pemerintah.
Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.6 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan
Penetapan Standar Pelayanan Minimal.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.79 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal.
Keputusan Menteri Dalam Negeri No.100.05-76 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Tim Konsultasi
Penyusunan SPM.
Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah.
iv
Pengantar
Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang
berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Penyelenggaran pelayanan dasar merupakan bagian dari
pelaksanaan urusan wajib Pemerintah Daerah. SPM diposisikan untuk menjawab hal-hal penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, khususnya dalam penyediaan pelayanan dasar yang bermuara pada
penciptaan kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan rakyat merupakan tujuan bernegara yang dijamin oleh
konstitusi. Dalam penerapannya, SPM harus menjamin akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
dasar dari Pemerintah Daerah sesuai dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh pemerintah.

SPM yang ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi Pemerintahan Daerah untuk menyusun
perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pemerintahan daerah menyusun
rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu
pencapaian SPM sesuai dengan Peraturan Menteri/Kepala LPND terkait. Rencana pencapaian SPM
dituangkan dalam RPJMD dan Renstra SPKPD.

Buku Pedoman ini menyajikan beberapa pengertian dan prinsip dasar dalam penentuan dan perencanaan
SPM. Prinsip dasar ini mencakup posisi SPM dalam penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu, disajikan pula
proses dan tahapan penyusunan dan penetapan SPM, serta contoh SPM yang bisa dijadikan acuan. Buku
Pedoman ini sedianya dapat digunakan oleh Departemen/LPND untuk menyusun dan menetapkan SPM. Di
samping itu, Buku Pedoman ini dapat pula digunakan oleh Pemerintah Daerah untuk mengimplementasikan
SPM.

v
Posisi SPM
Urusan
Pemerintahan Standar Pelayanan
Minimal (SPM)
Urusan Wajib
adalah ketentuan tentang jenis
dan mutu pelayanan dasar
Pelayanan
Permendagri No. 6/2007 Pasal 1(8)
Dasar

1 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Posisi SPM
Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau
susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam
rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.

Dalam pembagian urusan, terdapat urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah. Urusan ini
terdiri dari 2 jenis urusan yaitu urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang
berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga yang penyelenggaraannya diwajibkan oleh Peraturan perundang-
undangan kepada daerah untuk perlindungan hak konstitusional, kepentingan nasional, kesejahteraan masyarakat,
serta ketentraman dan ketertiban umum dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
pemenuhan komitmen nasional yang berhubungan dengan perjanjian dan konvensi internasional.

Tidak semua bagian dari urusan wajib adalah pelayanan dasar. Namun, setiap pelayanan dasar termasuk dalam bagian
urusan wajib.

Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan
dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Jadi, SPM ditetapkan
berdasarkan pelayanan dasar tertentu, dimana pelayanan dasar adalah bagian dari urusan wajib, dan urusan wajib
merupakan bagian dari urusan pemerintahan.

Dalam penyusunan dan penetapan SPM wajib diperhatikan prinsip-prinsip berikut: sederhana, konkrit, mudah diukur,
terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas waktu pencapaian (PP no. 65 Tahun
2005).

2 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Pelayanan Dasar Permendagri No.6/2007, Pasal 1 (7)

adalah pelayanan publik


yang mendasar dan mutlak
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan

3 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Definisi
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007, Pasal 4, pelayanan dasar adalah bagian
dari pelaksanaan urusan wajib dan memiliki karakteristik sebagai pelayanan yang sangat mendasar; berhak
diperoleh oleh setiap warga secara minimal, dijamin ketersediaannya oleh konstitusi dan konvensi
internasional; didukung data dan informasi terbaru yang lengkap; serta tidak menghasilkan keuntungan
materi.

Berdasarkan karakteristik tersebut, setiap warga negara atau masyarakat berhak untuk menuntut pelayanan
tersebut karena merupakan “janji” pemerintah kepada masyarakat yang harus dilaksanakan.

Ruang lingkup penyusunan dan penetapan SPM yaitu:

(1) Jenis Pelayanan Dasar

(2) Indikator dan Nilai

(3) Batas Waktu Pencapaian

(4) Pengorganisasian Penyelenggaraan

4 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


SPM dalam Perencanaan (1)

! SPM digunakan sebagai input/bahan masukan dalam menyusun RKP


PP No. 20/2004 Pasal 4(2)

! Pemerintah Daerah menjadikan SPM yang disusun oleh Pemerintah Pusat


sebagai salah satu acuan dalam menyusun perencanaan dan penganggaran
penyelenggaraan pemerintahan daerah
PP No. 65/2005 Pasal 9(2)

5 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


SPM dalam Perencanaan (2)
! Pemerintah Daerah menyusun Rencana Pencapaian SPM ke dalam RPJMD dan
Rencana Strategi SKPD
PP No. 65/2005 Pasal 9(4)
Permendagri No. 79/2007 Pasal 1(10)

! Pemerintah Daerah menyusun Target Tahunan Pencapaian SPM ke dalam


Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja SKPD
PP No. 65/2005 Pasal 9(5)
Permendagri No. 79/2007 Pasal 1(10)

6 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


SPM dalam Penganggaran (1)

! Pemerintah Daerah menyusun Target Tahunan Pencapaian SPM ke dalam


Kebijakan Umum APBD (KUA), Prioritas Plafond Anggaran (PPA) dan Rencana
Kerja & Anggaran SKPD
PP No. 65/2005 Pasal 9(5)
Permendagri No. 79/2007 Pasal 7(2)

! Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA yang disepakati oleh kepala daerah dan
pimpinan DPRD wajib memuat target pencapaian dan penerapan SPM
Permendagri No. 79/2007 Pasal 11

7 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


SPM dalam Penganggaran (2)

! Penyusunan anggaran kegiatan yang terkait dengan pencapaian SPM dilakukan


berdasarkan analisis kemampuan dan potensi daerah dengan mengacu kepada
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
PP No. 65/2005 Pasal 10

8 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Pelaporan SPM (1)

! Rencana pencapaian tahunan SPM serta realisasinya diinformasikan kepada


masyarakat
PP No. 65/2007 Pasal 11

! Pemerintah Daerah menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan


dan pencapaian SPM kepada Menteri/Pimpinan LPND terkait
Permendagri No. 6/2007 Pasal 17(1)

! Bupati/Walikota menyusun dan menyampaikan laporan umum tahunan kinerja


penerapan dan pencapaian SPM kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur
! Gubernur menyusun laporan umum tahunan kinerja penerapan dan pencapaian
SPM
! Gubernur menyampaikan ringkasan laporan umum tahunan kinerja penerapan dan
pencapaian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Ayat (2) kepada Menteri
Dalam Negeri
Permendagri No. 6/2007 Pasal 16(1-3)

9 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Pelaporan SPM (2)

! Tingkat pencapaian standar pelayanan minimal dilaporkan dalam Laporan


Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD)
PP No. 3/2007 Pasal 3(4)

! Rencana pencapaian target tahunan dan realisasinya juga dilaporkan di Laporan


Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD)
Permendagri No. 79/2007 Pasal 16

! EKPPD pada tataran pelaksanaan kebijakan daerah meliputi aspek penilaian:


(c) tingkat capaian SPM
PP No. 6/2008 Pasal 19 (c)

10 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Proses penyusunan
SPM

11 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Penyusunan SPM
Proses penyusunan SPM tertuang dalam PP no. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal, Pasal 4 hingga Pasal 8. Selain itu, hal ini juga diatur dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri no. 6 Tahun 2007, Pasal 12 hingga Pasal 15.

Dalam penyusunan dan penetapan SPM, terdapat 3 (tiga) lembaga/institusi yang terlibat yaitu (i)
Menteri/Pimpinan LPND terkait, (ii) Tim Konsultasi, dan (iii) DPOD. Tim konsultasi terdiri dari
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Departemen Keuangan,
Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, dengan melibatkan Menteri/Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non-Departemen terkait sesuai kebutuhan. Tim konsultasi tersebut dibentuk melalui
Kepmendagri dan dikoordinasikan oleh Mendagri.

Menteri/Pimpinan LPND maupun DPOD, dalam penyusunan dan penetapan SPM harus memperhatikan 8
prinsip:

! konsensus, yaitu disepakati bersama oleh komponen di departemen/LPND yang bersangkutan;


! sederhana, yaitu mudah dipahami;
! nyata, yaitu memiliki dimensi ruang dan waktu serta persyaratan atau prosedur teknis;
! terukur, yaitu dapat dihitung atau dianalisis;
! terbuka, yaitu dapat diakses oleh seluruh masyarakat;
! terjangkau, yaitu dapat dicapai dengan menggunakan sumberdaya dan dana yang tersedia;
! akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan kepada publik; dan
! bertahap, yaitu mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampuan sumberdaya.
12 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Tahapan Penyusunan & Penetapan SPM

13 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Tahapan Penyusunan dan Penetapan

Tahap penyusunan SPM dimulai dengan usulan SPM yang diajukan oleh Menteri/Pimpinan LPND, sesuai
dengan pelaksanaan urusan wajib dalam lingkup tugas dan fungsinya. SPM yang diajukan dibuat dalam
format Lampiran PERMENDAGRI Nomor 6 Tahun 2007. Selanjutnya usulan SPM tersebut disampaikan
kepada Tim Konsultasi.

Oleh Tim Konsultasi, usulan SPM tersebut akan dibahas/dikaji berdasarkan kriteria, mekanisme, dan proses
yang ditetapkan dalam Juknis Penyusunan dan Penepatan SPM. Hasil pembahasan/kajian tersebut adalah
berupa rekomendasi yang akan disampaikan kepada Menteri/Pimpinan LPND untuk diperbaiki oleh
Menteri/Pimpinan LPND.

Setelah diperbaiki, usulan SPM diserahkan kembali ke Koordinator Tim Konsultasi, kemudian disampaikan
kepada DPOD untuk mendapatkan rekomendasi. Dilanjutkan dengan DPOD yang memproses usulan SPM
dan memberikan rekomendasi. Hasil proses dan rekomendasi usulan SPM oleh DPOD kemudian
dikembalikan kepada Tim Konsultasi Penyusunan SPM untuk diserahkan kepada Menteri/Pimpinan LPND
yang kemudian dilanjutkan dengan pengesahan dan penetapan oleh Menteri/Pimpinan LPND sebagai SPM
jenis pelayanan dasar yang bersangkutan.

14 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Langkah Penyusunan Usulan SPM (1) Permendagri No. 6/2007 Pasal 13

1. Kaji standar jenis pelayanan dasar yang sudah ada (Lihat Matriks Langkah 1)
Menteri/Pimpinan LPND perlu mengkaji standar jenis pelayanan dasar yang sudah ada dan/atau
standar teknis yang mendukung penyelenggaraan jenis pelayanan dasar yang bersangkutan

2. Selaraskan jenis pelayanan dasar dengan konstitusi, RPJM, RKP dan dokumen kebijakan
nasional lainnya, konvensi/perjanjian internasional (Lihat Matriks Langkah 2)
Karena SPM terkait dengan pelayanan dasar yang menjadi hak warga negara, maka penentuan jenis
pelayanan dasar setidaknya perlu mengacu kepada konstitusi, RPJM, RKP & dokumen kebijakan
nasional lainnya, serta konvensi/perjanjian internasional yang telah diratif ikasi

3. Analisis dampak, efisiensi & efektifitas pelayanan dasar terhadap kebijakan dan
pencapaian tujuan nasional
Penetapan SPM harus terkait dengan kebijakan dan pencapaian tujuan nasional

4. Analisis dampak kelembagaan & personil atas penerapan SPM oleh Pemda
Penetapan SPM akan berdampak pada kelembagaan dan kebutuhan personil Pemda–
Menteri/Pimpinan LPND perlu mempertimbangkan kemampuan Pemda

15 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Langkah Penyusunan Usulan SPM (2)
5. Kaji status pelayanan dasar saat ini serta tingkat pencapaian tertinggi secara nasional &
daerah
Sebelum menetapkan standar, diperlukan baseline data, termasuk tingkat pencapaian tertinggi di
daerah

6. Susun rancangan SPM sementara


Setelah seluruh tahap di atas dilakukan, Menteri/Pimpinan LPND menyusun draft SPM

7. Analisis Pembiayaan pencapaian SPM secara nasional dan daerah


Setiap pencapaian SPM membutuhkan pembiayaan tertentu. Oleh karenanya, penetapan SPM
harus memperhatikan dampak pembiayaan yang ditimbulkannya

8. Analisis data & informasi yang tersedia


Penetapan SPM perlu memperhatikan ketersediaan data dan informasi di daerah

9. Lakukan konsultasi dengan sektor-sektor terkait dan daerah


Konsultasi dengan sektor terkait dan daerah perlu dilakukan mengingat beberapa pelayanan dasar
bersifat lintas sektor dan lintas daerah. Masukan dari sektor & daerah sangat diperlukan

10. Gali masukan dari masyarakat & kelompok profesional terkait


Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari masyarakat yang akan menjadi
penerima manfaat SPM, serta masukan dari kalangan profesional yang sifatnya independen
16 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Matriks Langkah 1:
Daftar Standar Yang Dimiliki/Diterapkan

17 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Daftar Standar Pelayanan Dasar

Tabel ini diharapkan dapat membantu Departemen/LPND pada tahapan awal penyusunan SPM. Tujuannya
ialah agar Departemen/LPND dapat memanfaatkan standar pelayanan yang ada sebagai SPM yang
bersangkutan (apabila memang memenuhi kriteria dan prinsip penetapan SPM).

Pada Kolom 1 (Jenis Pelayanan Dasar yang Distandarkan/Diatur) diisi berbagai jenis pelayanan dasar yang
sudah dimiliki Departemen/LPND dan telah distandarkan (memiliki nilai standar tertentu).

Pada Kolom 2 (Indikator yang Diusulkan) diisi indikator dan nilai standar pelayanan dasar tersebut.

Pada Kolom 3 (Tujuan Penerapan Standar) diisi tujuan dari penetapan standar pelayanan dasar dimaksud.

Tanda panah di tabel di atas menunjukkan bahwa isian di satu kolom harus berimplikasi kepada isian di
kolom berikutnya.

18 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Matriks Langkah 2:
Matriks Penyelarasan Jenis Pelayanan Dasar

Sumber Jenis Pelayanan Dasar


Konvensi
RPJP RPJM RKP Rencana
Konstitusi Inter-
Nasional Nasional Nasional Strategis
nasional

Contoh:

Cakupan Kunjungan ada ada ada ada ada ada


Ibu Hamil K4

Nyatakan nama dokumen, dan


lampirkan dokumennya
Cont0h: MDGs, Child Labor, dsb.
Dinyatakan dalam dokumen, dan
lampirkan dokumennya
19 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Penyelarasan Jenis Pelayanan Dasar

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, karena SPM terkait dengan pelayanan dasar yang menjadi hak
warga negara, maka penentuan jenis pelayanan dasar setidaknya perlu mengacu pada konstitusi, RPJM, RKP
& dokumen kebijakan nasional lain, serta konvensi/perjanjian internasional yang telah diratif ikasi.

Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan dasar merupakan bagian dari komitmen Pemerintah terhadap
rakyatnya.

Departemen/LPND dalam menetapkan pelayanan dasar, perlu menyebutkan dengan jelas dokumen yang
digunakan sebagai acuan penyelarasan. Hal yang perlu diingat ialah bahwa tidak harus pelayanan dasar
tersebut tertera dalam seluruh dokumen yang dimaksud. Setidaknya ada 1 dokumen yang dapat digunakan
sebagai dasar argumen penetapan suatu jenis pelayanan dasar

20 Pedoman Penyusunan dan Penentapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


USULAN SPM

! Disiapkan oleh Departemen/LPND terkait

! Reviu peraturan perundang-undangan yang terkait dengan URUSAN WAJIB (PP


No. 38/2007) dan Pelayanan Dasar (lihat KepMen terkait)

! Pilih PELAYANAN DASAR yang merupakan prioritas dan akan dijadikan SPM

21 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Usulan SPM

Usulan SPM tentunya diajukan oleh Departemen/LPND terkait, mengingat mereka yang memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik terhadap jenis pelayanan dasar di bidangnya.

Dalam menyusun usulan SPM, Departemen/LPND terkait perlu mempelajari berbagai peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan SPM, termasuk mengenai urusan pemerintahan, urusan wajib,
pelayanan dasar, dan sebagainya.

Karena memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik di bidangnya, Departemen/LPND terkait akan
mampu memilih apa saja yang menjadi pelayanan dasar di bidangnya. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, tidak semua urusan wajib adalah pelayanan dasar. Meskipun dalam penetapan dan penyusunan
SPM membutuhkan konsensus seluruh komponen yang ada di suatu Departemen/LPND terkait, tetapi SPM
bukanlah terjemahan dari tugas pokok dan fungsi. Dengan memperhatikan prinsip sederhana,
Departemen/LPND terkait diharapkan dapat memilih pelayanan dasar secara tepat.

Usulan suatu SPM harus memperhatikan keterkaitannya dengan SPM lain. Hal ini menyangkut konsistensi
antar SPM (tidak saling bertentangan). Selain itu, dimungkinkan bahwa 2 SPM yang diajukan sebenarnya
mencerminkan sesuatu yang sama sehingga dapat terwakilkan oleh 1 SPM saja.

22 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Contoh: Bidang Kesehatan

URUSAN WAJIB PELAYANAN DASAR SPM


Menurut PP No.38/2007

6 sub-bidang yaitu: Jenis Pelayanan Dasar: Cakupan


Kunjungan Ibu
1. Upaya kesehatan 1. Pelayanan Kesehatan Hamil K4
2. Pembiayaan kesehatan Dasar
3. SDM kesehatan 2. Pelayanan Kesehatan
4. Obat dan Perbekalan Rujukan
Kesehatan 3. Penyelidikan epidemiologi
5. Promosi & Pemberdayaan & penanggulangan KLB
Masyarakat 4. Promosi kesehatan & INDIKATOR
6. Manajemen kesehatan pemberdayaan masyarakat &
NILAI
23 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Contoh: Penetapan SPM Bidang Kesehatan

Misalnya urusan wajib bidang kesehatan. Urusan wajib bidang ini dibagi menjadi 6 sub-bidang, dimana
masing-masing diantaranya memiliki jenis pelayanan dasar tertentu. Dari jenis pelayanan dasar yang ada,
dapat ditetapkan standar pelayanan minimal bidang kesehatan yang memuat indikator dan nilai (misalnya
cakupan kunjungan ibu hamil K4.

Contoh Pelayanan Dasar di atas yang dijadikan SPM, diambil dari pelayanan puskesmas berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan, Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknis operasional dinas kesehatan kab/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung
tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan terpadu tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang
keduanya jika ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Dari tugas pelayanan kesehatan tingkat pertama di puskesmas tersebut, Cakupan Kunjungan Ibu Hamil
K4 ditetapkan menjadi SPM karena memenuhi kriteria: (1) prioritas tinggi karena melindungi hak konstitusi
perorangan atau masyarakat; (2) merupakan kepentingan nasional; (3) bagian dari komitmen global; (4)
merupakan penyebab kematian dan kesakitan ibu dan anak.

24 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


25 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Indikator SPM

Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan
besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil
dan/atau manfaat pelayanan.

Indikator dan nilai SPM ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen

Untuk tahap awal, sebaiknya indikator SPM fokus pada hasil (output). Alasannya: (1) lebih mudah
diperbandingkan antar daerah; (2) pencapaian hasil (output) yang baik atau buruk secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencerminkan input dan proses yang baik atau buruk di masa lalu, serta manfaat di
masa mendatang; (3) lebih tepat untuk pengukuran kinerja jangka pendek (tahunan); (4) lebih mudah dalam
pengukurannya; (5) mencerminkan kinerja pada tataran pelaksana kebijakan di daerah. Perlu diingat bahwa
dalam PP no. 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, tingkat
capaian SPM termasuk dalam aspek penilaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah pada tataran
pelaksana kebijakan. Tanggung jawab pelaksana kebijakan lebih pada masukkan, proses, dan hasil.

Namun demikian, penetapan indikator berupa masukan, proses, maupun manfaat dapat dilakukan dengan
memperhatikan kemudahan dalam memperoleh data yang dibutuhkan.

26 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Syarat bagi Indikator SPM (1)

1. Data dikumpulkan secara berkala


Data yang dibutuhkan untuk menghitung indikator SPM harus dikumpulkan secara berkala
(setidaknya satu kali dalam setahun) oleh instansi tertentu di daerah. Hal ini mengingat bahwa
tingkat capaian SPM harus ditetapkan dan dilaporkan kepada Pemerintah Pusat setiap tahun.

2. Ada penjelasan perhitungan indikator


Jika untuk menghasilkan suatu indikator SPM dibutuhkan pengolahan data lebih lanjut, maka
harus jelas bagaimana cara dan proses perhitungannya, serta data pendukungnya. Hal ini
mengingat bahwa Pemda harus melakukan penilaian mandiri (self assessment) sehingga harus
dipahami dengan baik cara perhitungan indikatornya.

27 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Syarat bagi Indikator SPM (2)
3. Cara penyampaian antar instansi jelas
Diperlukan pemahaman dan persepsi yang sama di antara berbagai instansi – terutama antara
pihak yang dievaluasi dan yang mengevaluasi. Selain itu, penyusunan Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (LPPD) seringkali dilakukan oleh satu instansi di daerah, sedangkan
informasi mengenai indikator capaian SPM berasal dari SKPD yang ada. Dibutuhkan prosedur
penyampaian data antar instansi yang jelas.

4. Harus memiliki status pencapaian


Indikator SPM harus mencerminkan status pencapaian SPM. Status pencapaian tersebut perlu
diketahui sebagai tingkat capaian yang mampu diukur dan dicapai atau realistis, dalam arti sesuai
dengan keadaan yang sesungguhnya di daerah tersebut.

5. Lengkapnya data dan status pencapaian harus dipikirkan sejak proses perencanaan
Lengkapnya data dan status pencapaian tersebut harus dipikirkan sejak proses perencanaan
sebagai suatu kegiatan yang sinergis dan berkelanjutan, agar bisa menjadi tolak ukur keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang melayani masyarakat seutuhnya.

28 Pedoman Penyusunan dan Penentapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Nilai SPM

Contoh dari Sektor Kesehatan

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 sebesar

95%

Apa kriteria bagi


penentuan nilai SPM
yang baik?
29 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Contoh Nilai Indikator
Indikator: Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

! Nilai: 95%

! Batas waktu pencapaian: 2015

! Satuan Kerja: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 adalah perbandingan antara Jumlah Ibu Hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal (kehamilan) sesuai standar sedikitnya 4 kali di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu, terhadap jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.

Pada tahun 2015 ditargetkan bahwa 95% dari seluruh ibu hamil di satu wilayah kerja (Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota) telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar sedikitnya 4 kali.

Batas waktu pencapaian tahun 2015 tersebut didasarkan pada pencapaian MDG antara 1990-2015 – di mana
menurunkan Angka Kematian Ibu per tahun rata-rata 5,4%.

30 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Kriteria Nilai SPM yang Baik
Selain penetapan indikator, Departemen/LPND juga harus menetapkan nilai SPM yang menunjukkan suatu
standar tertentu. Nilai SPM ini tentunya menjadi acuan (benchmark) untuk menilai apakah kualitas
pelayanan dasar yang diberikan oleh Pemerintah Daerah sudah baik atau belum.

Departemen/LPND dapat menggunakan standar pelayanan tertinggi sebagai nilai. Alternatif lainnya ialah
nilai rata-rata nasional. Namun demikian, Departemen/LPND dapat menetapkan suatu nilai berdasarkan
justif ikasi teknis maupun pengalaman empiris tertentu, di mana nilai tersebut setidaknya harus dapat
tercapai di seluruh daerah.

Selain itu, nilai SPM telah ditetapkan oleh suatu Departemen/LPND harus konsisten (tidak kontradiktif)
dengan SPM yang lain.

Karena SPM terkait dengan pelayanan dasar, maka salah satu pertimbangan penting dalam penetapan nilai
SPM adalah cakupan. Mengapa demikian? Cakupan menunjukkan akses masyarakat terhadap pelayanan
dasar tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, SPM harus menjamin akses masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan dasar dari pemerintah daerah sesuai dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh
pemerintah.

Meskipun nilai SPM dapat mengacu pada standar pelayanan tertinggi (baik yang diharapkan maupun yang
pernah terjadi), namun penetapan nilai SPM perlu mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah,
kapasitas kelembagaan daerah, kemampuan personil daerah, serta variasi kondisi geograf is antar daerah.

31 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Kriteria Nilai SPM yang Baik

Nilai SPM yang baik harus mempertimbangkan:

1. Kualitas: standar pelayanan tertinggi


2. Pengalaman empiris
3. Keterkaitan dengan SPM lain
4. Cakupan
5. Kemampuan keuangan: nasional dan daerah
6. Kemampuan kelembagaan nasional dan daerah
7. Kemampuan personil daerah
8. Variasi kondisi daerah - geograf is

32 Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


LEMBAGA DEMOGRAFI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai