Anda di halaman 1dari 8

Peran PMO dalam kesembuhan penderita TB

Kunci utama keberhasilan pengobatan TB adalah keyakinan bahwa penderita TB meminum


semua obatnya sesuai dengan yang ditetapkan dan tidak lalai atau putus berobat. Hal tersebut
bisa dipastikan bila ada orang yang mengawasi atau memantau penderita TB pada saat minum
obat. Sesuai dengan nama strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yang
artinya pemberian obat dilakukan secara jangka pendek di bawah pengawasan langsung yaitu
oleh seorang pengawas minum obat (PMO).

Siapa yang mengawasi penderita minum obat?

Pada pasien yang dirawat di RS yang bertindak sebagai PMO berasal dari petugas kesehatan.
Pada pasien rawat jalan, yang bertindak sebagai PMO bisa berasal keluarganya yang tinggal
serumah dengan penderita TB seperti: suami/istri, orang tua, anak, saudara dan lain-lain. Apabila
penderita TB tinggal sendirian, yang menjadi kader PMO dapat berasal dari saudara, tetangga,
tetangga, ketua RT, tokoh masyarakat dan tokoh agama.

Apa syarat menjadi PMO?

Syarat menjadi PMO adalah bersedia dengan sukarela mengawasi membantu penderita TB
sampai sembuh selama minimum 6 bulan. Sebelum jadi PMO, terlebih dulu diberikan
penyuluhan tentang penyakit TB: gejala, pencegahan, penularan, pengobatan, efek samping obat,
dan resiko kebal obat jika pengobatan tidak teratur. Jadwal pengambilan obat disepakati antara
dokter, penderita TB dan PMO.

Apa tugas PMO?

1. Mengetahui tanda-tanda tersangka TB.


2. Memberikan penyuluhan kepada penderita untuk minum obat secara teratur sampai selesai
pengobatan.
3. Menjelaskan kepada penderita TB:
- Mengapa harus diawasi? Supaya terjamin kesembuhannya dan jika terjadi efek samping dapat
segera diatasi.
- Mengapa tidak boleh lupa minum obat? Supaya di dalam darah selalu ada obat pembunuh
kuman dan untuk menghidari kuman kebal obat.
4. Membantu mengantar penderita untuk periksa ulang dahak pada: akhir bulan ke-2, akhir bulan
ke-5 dan akhir pengobatan.
5. Mewakili penderita mengambil obat bila penderita berhalangan
6. Merujuk penderita ke puskesmas/BKPM bila timbul efek samping minum obat anti TB
7. Mengetahui bahwa obat anti TB boleh diminum oleh ibu hamil kecuali yang lewat suntik.
Salah satu permasalahan dalam penanggulangan TBC adalah pengobatan yang tidak teratur dan
kombinasi obat yang tidak lengkap di masa lalu yang diduga telah menimbulkan kekebalan ganda kuman
TBC terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau Multi Drug Resistance (MDR). Di BP4 Semarang, dari
data yang diambil dari laboratorium BP4 dari 24 BTA positif yang dilakukan resistensi test ditemukan 6
pasien yang resistensi, ini artinya 25 % kasus MDR. TBC bukan hanya masalah bagi penderita tetapi juga
masalah bagi masyarakat khusus nya keluarga. Resiko penularan setiap tahun dianggap cukup tinggi dan
bervariasi antara 1 - 3%, diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100.000 penderita tuberkulosis
setiap tahun dimana 50 penderita adalah BTA positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan
seseorang menjadi penderita TBC adalah daya tahan tubuh yang rendah diantaranya karena gizi buruk
atau HIV/AIDS. Penelitian ini untuk mengetahui peran PMO keluarga dalam keberhasilan pengobatan
TBC di BP4 Semarang, untuk mengetahui

Pengertian Pengawas Menelan Obat (PMO)


Pengawas Menelan Obat (PMO) adalah orang yang mengawasi secara
langsung terhadap penderita tuberkulosis paru pada saat mnum obat setiap
harinya dengan menggunakan panduan obat jangka pendek
(Depkes, 2007)
2.Tujuan Penggunaan Pengawas Menelan Obat (PMO)
Menurut Ditjen PPM dan PLP (1997) bahwa tujuan penggunaan Pengawas
Menelan Obat (PMO) pada penderita tuberkulosis paru adalah :
1) untuk menjamin ketekunan dan keteraturan pengobatan sesuai jadwal yang
ditentukan pada awal pengobatan,
2) untuk menghindari penderita dari putus berobat sebelum waktunya, dan
3) untuk mengurangi kemungkinan pengaobatan dan kekebalan terhadap
OAT.
Dalam menyukseskan upaya pemberantasan tuberlukosis paru, maka peran
petugas kesehatan dalam surveillance dan pencatatan pelaporan yang baik
merupakan suatu keharusan. Tidak menutup kemungkinan peran kader serta
masyarakat lainnya dapat berperan aktif melalui kunjungan rumah bersama
petugas kesehatan, tokoh masyarakat untuk melakukan pendidikan di
masyarakat melalui penyuluhan, konseling atau pemantauan secara terpadu,
terintegrasi dengan upaya-upaya lain termasuk peningkatan ekonomi
keluarga. Penderita tuberkulosis perlu mendapatkan pengawasan langsung
agar meminum obat secara teratur sampai sembuh. Orang yang mengawasi
penderita tuberkulosis dikenal dengan istilah pengawas menelan obat (PMO).
pengawas menelan obat (PMO) sebaiknya orang yang disegani dan dekat
dengan pasien tuberlukosis paru, misalnya keluarga, tetangga, atau kader
kesehatan. PMO bertanggung jawab untuk memastikan pasien tuberlukosis
paru meminum obat sesuai anjuran petugas puskesmas atau UPK (Nova
dalam Hendrawati, 2008).
Kegagalan pengobatan dan kurang kedisiplinan bagi penderita tuberkulosis
paru sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah peran
pengawas menelan obat (PMO). Pengawas menelan obat (PMO) sangat
penting untuk mendampingi penderita agar dicapai hasil pengobatan yang
optimal (DepKes, 2000)
. Kolaborasi petugas kesehatan dengan keluarga yang ditunjuk untuk
mendampingi ketika penderita minum obat, juga faktor yang perlu dievaluasi
untuk menentukan tingkat keberhasilannya (Purwanta dalam Hapsari, 2010).

3. Persyaratan Pengawas Menelan Obat (PMO)


1) seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas
kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh
pasien,
2) seseorang yang tinggal dekat dengan pasien,
3) Bersedia membantu pasien dengan sukarela,
4) bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan
pasien.
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan desa, perawat,
pekarya kesehatan, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada
petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader
kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau
anggota keluarga.
4.Orang yang bisa menjadi Pengawas Menelan Obat (PMO)
Kegagalan pengobatan dan kurang kedisiplinan bagi penderita tuberkulosis
paru sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah peran
PMO. PMO sangat penting untuk mendampingi penderita agar dicapai hasil
pengobatan yang optimal (Depkes, 2000). Kolaborasi petugas kesehatan
dengan keluar ga yang ditunjuk untuk mendampingi ketika penderita minum
obat, juga faktor yang perlu dievaluasi untuk menentukan tingkat keberhas
ilannya (Purwanta, 2005).
5.Peran Pengawas Menelan Obat (PMO)
Peran seorang PMO adalah mengawasi pasien tuberkulosis agar menelan obat
secara teratur sampai selesai pengobatan, memberi dorongan kepada pasien
agar mau berobat secara teratur, mengingatkan pasien untuk periksa ulang
dahak pada waktu yang telah ditentukan, dan memberi penyuluhan pada
anggota keluarga pasien tuberkulosis yang mempunyai gejala-gejala
mencurigakan tuberkulosis untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit
atau unit pelayanan kesehatan. Menurut Nuraini (2003) tugas PMO bagi
penderita tuberkulosis paru adalah :
a.Mengetahui tanda-tanda tersangka tuberkulosis paru.
b.Mengawasi penderita agar minum obat setiap hari.
c.Mengambil obat bagi penderita seminggu sekali
d.Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak :
1.Seminggu sebelum akhir bulan ke dua pengobatan, pemeriksa
ulang dahak dilakukan untuk menentukan obat tambahan.
2.Seminggu sebelum akhir bulan ke lima pengobatan, pemeriksaan
ulang dahak dilakukan untuk mengetahui kegagalan.
3.Seminggu sebelum akhir bulan ke enam pengobatan, pemeriksaan
ulang dahak dilakukan untuk mengetahui kesembuhan.
e.Memberikan penyuluhan
f.Memberitahukan jika terjadi suspek pada keluarga penderita.
g.Menujuk kalau ada efek samping dari penggunaan obat
Menurut Hapsari (2010) tugas PMO
bagi penderita tuberkulosis
paru adalah :
a.Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik.
b.Melakukan pengawasan terhadap pasien dalam hal minum obat.
c.Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal
yang telah ditentukan.
d.Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur
hingga selesai.
e.Mengenali efek samping ringan obat, dan menasehati pasien agar tetap
mau menelan obat.
f.Merujuk pasien bila efek samping semakin berat.
g.Melakukan kunjungan rumah
h.Memberikan penyuluhan pada anggota keluarga penderita tuberkulosis
yang mempunyai gejala-gejala tersangka tuberkulosis untuk segera
memeriksakan diri kepada petugas kesehatan.
Dalam buku panduan PMO yang diterbitkan oleh Depkes RI (2007), untuk
kesuksesan menjalankan tugasnya PMO perlu memiliki ketentuan sebagai
berikut :
a.Umur
Umur adalah usia yang secara garis besar menjadi indikator dalam
kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada
setiap pengalamannya. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan logis
(Notoatmodjo, 2007). Seperti yang dikatakan Hurlock (1999) bahwa
semakin tinggi umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih
dipercaya. Semakin tua umur seseorang, makin konstruktif dalam
menganalisis terhadap masalah yang dihadapi.
Pengalaman dan kematangan jiwa seseorang disebabkan semakin cukupnya
umur dan kedewasaan dalam berfikir dan bekerja. Sesuai dengan pendapat
Notoatmodjo (2007)bahwa seseorang yang umurnya lebih tua akan lebih
banyak pengalamannya sehingga mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki,
artinya semakin tua umur seseorang maka semakin baik pengetahuannya.
Dalam menjalankan tugasnya seorang PMO diharapkan memiliki umur ya
ng cukup dewasa sehingga dalam melakukan pendampingan terhadap
penderita tuberkulosis, dapat menganalisis setiap permasalahan yang timbul
dan memberikan solusi secara cepat dan tepat.
b.Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi
akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang
dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka
peroleh dari gagasan tersebut.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang
akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap dan berperan serta dalam
perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesehatan seseorang, maka
akan semakin makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pola
pengetahuan yang dimiliki .
pengawas menelan obat (PMO) yang memiliki tingkat pendidikan yang baik
akan lebih mudah untuk menyerap pengetahuan terutama tentang tugas
pokok, fungsi dan peranya dalam menjalankan tugas sehingga tujuan dari
kegiatan mendampingi penderita tuberkulosis dalam menjalani pengobatan
dapat tercapai.
c.Pekerjaan
Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh manusia dengan
berbagai tujuan. Pekerjaan dilakukan oleh seseorang biasanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Orang yang memiliki pekerjaan yang
lebih layak guna pemenuhan semua kebutuhan hidupnya juga
memiliki kecenderungan untuk memiliki tingkat kesehatan dan
perilaku kesehatan yang lebih baik dari pada orang yang memiliki
tingkat pekerjaan yang lebih rendah dengan asumsi memiliki
kebutuhan hidup yang sama, oleh sebab itu seseorang yang memiliki
pekerjaan yang layak akan lebih memperhatikan perilaku kesehatan
untuk diri sediri dan lingkungannya. Pemilihan seorang PMO yang
memiliki pekerjaan yang layak diharapkan lebih memiliki perhatian
yang serius bagi perkembangan kesehatan penderita tuberkulosis paru
dengan memahami perannya sebagai pengawas menelan obat.
6.Pengetahuan Pengawas Menelan Obat (PMO)
Menurut Depkes (2008) bahwa informasi penting yang perlu dipahami PMO
untuk disampaikan kepada pasien dan keluarganya adalah
: 1) tuberkuosis disebabkan oleh kuman, bukan penyakit keturunan atau
kutukan,
2) tuberkulosis dapat disembuhkan dengan berobat secara teratur
sampai selesai,
3) cara penularan tuberkulosis, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara
penjegahannya,
4) cara pemberian pengobatan pasien (tahap awal dan lanjutan),
5) pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur, dan
6) kemungkinan terjadi efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan kerumah sakit atau unit pelayanan kesehatan.
Menurut Depkes RI (2002) informasi tentang tuberkulosis yang
harus di pahami oleh PMO sehubungan dengan tugas pokok, peran dan
dan fungsinya sebagai pengawas menelan obat bagi penderita tuberkulosis
antara lain :
a.Pengertian Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
tuberkulosis paru (Mycobacterium Tuberkulosis ). Sebagian besar
kuman tuberkulosis paru menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainya.
b.Sifat Kuman Tuberkulosis Paru
Kuman tuberkulosis paru berbentuk batang, mempunyai sifat khusus
yaitu tahap terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut
pula sebagai basil tahan asam (BTA).
Kuman tuberkluosis paru cepat mati dengan sinar langsung, tetapi da
pat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tidur lama selama beberapa tahun.
c.Cara Penularan Tuberkulosis Paru
Sumber penularan adalah pasien (basil tahan asam) BTA positif. Pada
waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak) . Droplet yang mengandung kuman
dapat bertahan diudara pada suhu kamar beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet dalam tubuh manusia melalui pernafasan,
kuman dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui
sistem peredaran darah, sistem saluran getah bening atau menyebar
langsung kebagian – bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seseorang pasien ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif
hasil pemeriksaaan dahak, makin menular pasien tersebut. Kemungkinan
seseorang terinfeksi tuberkulosis paru ditentukan oleh konsentrasi droplet
dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Harrison, 2000).
d.Riwayat Terjadinya Tuberkulosis Paru
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kuman tuberkulosis
paru. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilier bronchus dan terus berjalan sehingga sampai di
alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai pada saat kuman tuberkulosis
paru ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks
primer adalah 4–6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan
terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif me
njadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler
). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman tuberkulosis paru. Meskipun demikian, ada (tidur).
Kadang–kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan
kuman, akibatnya dalam beberapa bulan yang bersangkutan akan
menjadi penderita tuberkulosis paru (Depkes RI, 2008).
e.Gejala Klinik Tuberkulosis Paru
Dalam program pemberantasan penyakit tuberkulosis paru, ada 2
macam klasifikasi. tuberkulosis paru merupakan bentuk yang paling
sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua penderita. tuberkulosis
paru ini menyerang jaringan paru dan merupakan satu–satunya bentuk
dari tuberkulosis paru yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
pleura, kelenjar limfe, persendian, tulang belakang, saluran kencing,
susunan syaraf dan perut. (Arief, 2000).
f.Diagnosa Tuberkulosis Paru
Dalam penanggulangan tuberculosis paru, diangnosis ditegakkan
melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Diagnosis
pasti tuberculosis paru melalui pemeriksaan kultur atau biakan dahak.
Namun, Pemeriksaan kultur memerlukan waktu lebih lama (paling
cepat sekitar 6 minggu) dan mahal. Diagnosisi tuberkulosis paru
dilakukan berdasarkan gejala batuk berdahak lebih dari 3 minggu dan
ditemukan 2 kali BTA posititf pada pemeriksaan mikroskopis dahak
selama 3 kali yaitu sewaktu, pagi dan sewaktu, yakni pemeriksaan
dahak sewaktu datang di unit pelayanan kesehatan, selanjutnya pemeriksaan
dahak pada waktu pagi hari ketika bangun tidur dan

Anda mungkin juga menyukai