Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan kimia merupakan salah satu bahan sering yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Begitu juga pada dunia kerja dan industri kimia. Hampir
semua bahan kimia mempunyai suatu bahaya pada bagian tubuh tertentu, salah
satunya bahan kimia yang bisa menyebabkan iritasi. Di lingkungan kerja seperti
industri kimia, bahan kimia yang terpapar pada pekerja dalam jangka waktu
tertentu ternyata menyebabkan terjadinya beberapa gangguan pada tubuh atau
penyakit akibat kerja . Pada makalah ini akan sedikit membahas mengenai bahan-
bahan kimia penyebab iritan dan berbagai penyakit yang disebabkan oleh bahan
tersebut.
Bahan kimia iritan sendiri merupakan zat kimia yang dapat menyebabkan
iritasi atau reaksi peradangan (inflamasi) bila zat tersebut kontak langsung dengan
permukaan tubuh yang lembab seperti kulit, mata, dan saluran pernapasan.
Kerusakan yang terjadi dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal), dan
sensitisasi jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia.
Melihat bahaya dari bahan iritan tersebut maka kami melakukan
pengamatan di gudang laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Hasanuddin, dan sekaligus makalah ini kami buat untuk
memberikan informasi kepada para pembaca akan sekiranya berhati- hati dengan
bahan kimia khususnya bahan iritan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan bahan kimia iritan?
2. Apa saja contoh dari bahan iritan?
3. Bagaimana efek yang ditimbulkan dari bahan iritan?
4. Bagaimana penanggulangan bahan iritan?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa itu bahan iritan.
2. Mengetahui beberapa contoh bahan iritan.
3. Mengetahui efek yang ditimbulkan dari bahan iritan
4. Mengetahui cara menangani bahan iritan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahan Iritan


Bahan iritan adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan
kerusakan serta peradangan atau sensitif apabila kontak dengan permukaan tubuh
yang lembab, seperti kulit, mata dan pernafasan. Bahan iritan pada umumnya
adalah bahan korosif. Berdasarkan bentuk dari zatnya bahan iritan dapat
dikelompokkan menjadi:
a) Bahan iritan padat contohnya: NaOH, Fenol.
b) Bahan iritan cair, contohnya: asam sulfat, asam format.
c) Bahan iritasi gas contohnya: amonia, formaldehid.
• Gas dengan kelarutan tinggi, contohnya: asam klorida (HCl).
• Gas dengan kelarutan sedang, contohnya: clor (Cl2).
• Gas dengan kelarutan kecil, contohnya: ozon (O3).

2.2 Contoh Bahan Iritan


Dalam kehidupan sehari-hari banyak bahan iritan yang sering kita
dijumpai. Namun, kebanyakan dari masyarat itu tidak mengatahui bahan tersebut
dengan jelas sehingga akan berdampak buruk bagi pengguna bahan tersebut. Oleh
karena itu, sehingga perlu diketahui beberapa sifat dan karakteristik dari bahan
kimia khususnya bahan iritan baik sifat fisik ataupun sifat kimianya agar dapat
mencegah pengguna dari bahaya yang dapat ditimbulkan dari bahan iritan
tersebut. Berikut ini adalah beberapa contoh bahan kimia beserta sifat fisika dan
kimianya:
1. Amonium Klorida
rumus kimia : NH4Cl
massa molar : 53,49 g mol-1
penampilan : padatan putih, higroskopis
bau : tidak berbau
densitas : 1,5274 g/cm3
titik lebur : 338 ºC
titik didih : 520 ºC

3
• Potensi bahaya: Bahaya utama terhadap kesehatan kulit, mata dan sistem
pernafasan. Berbahaya jika terhirup, terkena mata, tertelan atau terabsorsi
melalui kulit.
• Kegunaan: Dalam pengobatan Amonium Klorida digunakan sebagai
expectorant pada obat batuk, Bekerja dengan cara mengiritasi mukosa
bronchial, yang menyebabkan dahak mudah dikeluarkan. Ammonium
Klorida juga digunakan sebagai agen dalam treatment pada alkalosis
metabolic.
2. Barium Chlorid
rumus kimia : BaCl2
massa molar : 208,23 g mol-1 (anhidrat)
244,26 g mol-1 (dihidrat)
penampilan : padatan putih
densitas : 3,856 g/cm3 (anhidrat)
3,0979 g/cm3 (dihidrat)
titik lebur : 962 ºC
titik didih : 1560 ºC
• Potensi bahaya: Toksik jika tertelan menyebabkan iritasi kulit,
menyebabkan iritasi pada mata diduga merusak fertilitas atau janin dapat
menyebabkan reaksi alergi pada kulit.
• Kegunaan: Dalam pembuatan pigmen, gelas; sebagai mordant untuk zat
warna asam; penimbangan dan pewarnaan kain tekstil; pemurnian
aluminium; sebagai pestisida; digunakan dalam ketel uap untuk
menghilangkan kesadahan air, dalam penyamakan kulit.
3. Butanol
rumus kimia : C4H9OH
massa molar : 74,12 g mol-1
penampilan : tak berwarna, cairan kental
bau : seperti pisang, menyengat
densitas : 0,81 g/cm3
titik lebur : -89,8 ºC
titik didih : 117,7 ºC

4
• Pontensi bahaya: Berbahaya jika terkena kulit, menyebabkan iritasi mata
yang serius, dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan, dapat
menyebabkan mengantuk dan pusing.
• Kegunaan: sebagai bahan bakar di mesin pembakaran dalam. Karena
rantai hidrokarbonnya lebih panjang, maka bersifat pada umumnya
bersifat non-polar. dapat juga digunakan sebagai bahan bakar internal
tanpa modifikasi mesin.
4. Etil Asetat
rumus kimia : C4H8O2
massa molar : 88,11 g mol-1
penampilan : cairan tak berwarna
bau : seperti eter, aroma buah
densitas : 0,902 g/cm3
• Potensi bahaya: Menyebabkan gangguan mata, apabila tertelan dapat
menyebabkanmual, lemas dan efek sistem saraf pusat. Kontak yang lama
atauberulang dapat menyebabkan iritasi dan atau dermatitis.
Berbahayaapabila terjadi pemaparan berkepanjangan. Jika terhirup
menyebabkansakit kepala, pusing, mengantuk, mual dan dapat
menyebabkan pingsan.
• Kegunaan: sebagai pelarut dalam industri cat, thiner, kosmetik, lem,
farmasi, dan industri kimia organik.

Bahan Iritan di Laboratorium Kimia Dasar


Dalam gudang penyimpanan bahan kimia laboratorium kimia dasar,
terdapat sejumlah bahan yang yang bersifat iritan, yang mana telah dilakukan
pendataan ulang dan terdapat beberapa bahan kimia iritan yang sudah
terkontaminasi (rusak). Adapun bahan-bahan kimia yang sudah didata adalah
sebagai berikut :

5
2.3 Metode Penyimpanan Bahan Kimia
Untuk menghindari bahaya dari bahan kimia maka hal- hal yang perlu
diperhatikan dalam penyimpanan bahan kimia adalah sebagai berikut:
1. Aspek pemisahan (segregation),
2. Tingkat resiko bahaya (multiple hazards),
3. Pelabelan (labeling),
4. Fasilitas penyimpanan (storage facilities),
5. Bahan kadaluarsa (outdate chemicals),
6. Inventarisasi (inventory), dan informasi resiko
7. Bahaya (hazard information).
Selain itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan bahan-bahan
kimia diantaranya: wujud zat, konsentrasi zat, bahaya dari zat, label, kepekaan zat
terhadap cahaya, dan kemudahan zat tersebut menguap.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis akan
lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat
kimianya terutama tingkat kebahayaannya. Semua bahan harus diberi label secara
jeas, dan untuk larutan harus dicantumkan tanggal pembuatannya.
Cara menyimpan bahan-bahan kimia sama hanya dengan menyimpan alat-
alat laboratorium, sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan
penyimpanan, seperti:
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastic sebaiknya disimpan dalam
botol kaca.
2. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol
plastic.
3. Bahan yang dapat berubah apabila terkena matahari langsung harus
disimpan daam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup.
4. Bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung
dapat disimpan dalam botol berwarna bening.
5. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari
bahan lainnya.
6. Bahan disimpan dalam botol yang diberi symbol karakteristik masing-
masing bahan.

6
Sebaiknya bahan disimpan dalam botol induk yang berukuran besar.
Pengambilan bahan kimia dari botol secukupnya saja sesuai kebutuhan, dan sisa
bahan praktikum disimpan dalam botol kecil, jangan dikembalikan ke dalam botol
induk, bertujuan untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk.

2.4 Cara Menyimpan Bahan Iritan


Cara menyimpan bahan iritan dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Dikelompokkan dengan bahan yang tidak berinteraksi satu sama lain.
b) Jangan menyusun bahan kimia dalam lemari penyimpanan dalam urutan
abjad.
c) Bahan ditempatkan pada ruangan dingin dan berventilasi
d) Bahan dimasukkan dalam wadah tertutup
e) Bahan dipisahkan dari bahan-bahan beracun
f) Bahan iritan padat disimpan pada bagian atas sedangkan bahan iritan cair
disimpan pada bagian bawah jika disusun pada rak.

2.5 Penanggulangan Bahan Iritan


Kebanyakan dari bahan kimia kurang dikenal oleh masyarakat. Oleh
karena itu tindakan pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan pemasangan
lebel pada wadah bahan kimia. Pemasangan lebel pada bahan kimia Adalah
tindakan pencegahan yang esensial. Tenaga kerja yang bekerja pada proses
produksi atau pengangkutan biasanya belum mengetahui sifat bahaya dari bahan
dalam wadah begitu pula dengan konsmen, oleh sebab itu pemberian lebel pada
wadah sangat penting. beberapa tanda yang biasanya terdapat pada lebel adalah:

1. Simbol bahaya
Pemberian simbol ini dimaksudkan agar pengguna bahan kimia mengetahui
sifat dari bahan tersebut. Beberapa contoh simbol bahaya adalah sebagai berikut:

a) Korosif

Korosif adalah bahan kimia yang dapat merusak


jaringan tubuh dimana efeknya dapat dirasakan secara
langsung.

7
b) Mudah meledak
Bahan yang mudah meledak ini sangat reaktif maka
harus berhati-hati dalam menggunakannya.

c) Iritasi
iritasi adalah bahan kimia yang dapat mengiritasi
saluran pernapasan dan dapat menyebabkan kerusakan
mata.

d) Mudah terbakar
Mudah terbakar adalah bahan kimia yang sangat reaktif.
Ketika sedikit saja terkena percikan api makan akan
membuat api yang sangat besar, oleh karena itu hindarkan
dari tempat yang ada apinya.
e) Beracun

Beracun adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan


kematian secara cepat ketika digunakan.

2. Nama Bahan
Nama bahan berfungsi untuk mengetahui bahan yang terdapat dalam
wadah dan memudahkan kita dalam mencari suatu bahan yang akan digunakan.
3. No. Kode
Nomor kode berfungsi untuk memudahkan dalam pemesanan dan
pencarian suatu bahan kimia.
contoh: A793516/1116.0500 (Amonium Asetat)
4. Kemasan
Kemasan dapat berupa gram atau mL, sesuai bentuk dari bahan kimia
tersebut misalnya bubuk dan padatan berupa gram, sedangkan dalam bentuk cair
berupa mL.
5. Merek
• merk bahan kimia tersedia di pasaran
Merck (Jerman Barat),

8
• Baker Chem. (Amerika Serikat),
• Fluka (Swiss)
Kemasan ecer:
• Chemic Pratama
• Asia Lab
6. Berat molekul
contoh: 372,25 g/mol (EDTA)
7. Rumus kimia
contoh: (BaCO3) = barium karbonat
8. Jenis bahan
Kita dapat mengetahui jenis bahan suatu bahan kimia baik itu organik
maupun anorganik. Biasanya juga pada kemasan bahan kimia terdapat R dan S. R
dan S merupakan fase yang dapat digunakan sebagai informasi untuk mengetahui
bahaya yang dapat ditimbulkan dari bahan kimia.
 FRASE-R
Frase R memberikan petunjuk tentang resiko khusus yang mungkin timbul
dari penanganan bahan-bahan berbahaya. Huruf R merupakan kepanjangan dari
resiko (Risk).
Pemisahan 2 frasa R dengan suatu garis penghubung (misalnya: R 12-20)
berarti frase-R R12 dan R20 harus diperhatikan (bukan berarti R12 sampai R20).
Jika frase-R dipisahkan oleh garis miring ( misalnya: R26/27/28) maka frase
tersebut diindikasi : R26 dan R27 dan R28.
contoh:
1. Sulfanilsaure
R:20/21/23 berarti bahan tersebut terindikasi: berbahaya karena inhalasi,
jika kontak dengan kulit dan beracun karena inhalasi.
2. C6H6O2
R: 22-36/38 berarti bahan tersebut:
R22 dan R36 harus diperhatikan:
R22= berbahaya jika tertelan
R36= mengiritasi mata

9
36/38 terindikasi: Dapat menyebabkan meniritasi mata dan mengiritasi
kulit
3. Kobalt (II) Nitrat
R:22-40 -43 berarti bahan tersebut:
R22 = berbahaya jika tertelan
R40 = kemungkinan resiko efek reversibel
R43 = dapat menyebabkan sensitisasi/ peka oleh kontak kulit
 FRASE-S
Memberikan petunjuk tentang informasi keamanan bahan berbahaya
sehingga pengguna dapat menghindari resiko selama penanganan bahan dan
formulasi bahaya, dan dapat memperkirakan pelepasan bahan-bahan tersebut,
untuk mengendalikan kecelakaan, dan merekomendasikan pertolongan pertama.
Huruf S singkatan dari “Safety” (keamanan).
Pemisahan 2 frase-S dengan suatu garis penghubung (misalnya: : S 10-23)
berarti frase-S S10 dan S23 harus diperhatikan (bukan berarti S10 sampai S20).
Jika frase-S dipisahkan oleh garis miring ( misalnya: S36/37/38) maka frase
tersebut diindikasi : S36 dan S37 dan S38.
Contoh:
1. (N-(1-Naphthyl)-Ethylen-Diamindihydrochlorid
S: 22 berarti: jangan menghirup debu
2. Barium Chlorid
S: 28 berarti: apabila terkena kulit cuci segera dengan:
 Air
 Air dan sabun
 Air, sabun dan polietilen glikol 400, jika ada
 Polietilen glikol 300 dan etanol 2:1, kemudian air dan sabun
 Polietilen glikol 400,
 Polietilen glikol 400, kemudian cuci dengan air
 Air dan sabun yang bersifat asam
3. N-Amyalkohol
S: 24/25 berarti hindari kontak kulit dengan mata
4. Chlorbenzol

10
S: 24/25-61 berarti hindari kontak kulit dengan mata,
S61: hindari pelepasan ke lingkungan, lihat intruksi khusus atau lembar
data keamanan bahan (MSDS).
5. 2 Butanol
S: 16 berarti jauhkan dari sumber pengapian/nyala- dilarang merokok.

2.6 Efek Yang Ditimbulkan Oleh Bahan Iritan


Ada beberapa efek yang ditimbulkan oleh bahan iritan diantaranya:
1. Gangguan alat pernapasan
Efek ini ditimbulkan oleh jenis gas irtan. besar kecilnya gas
menentukan daerah serangan pada alat pernapasan.
~ gas amat larut : bagian atas saluran pernapasan
~gas dengan kelarutan sedang :bagian atas dan yang lebih dalam
~ gas dengan kelarutan kecil :alat pernapasan bagian dalam.
2. Iritasi kulit
Iritasi pada kulit merupakan akibat reaksi langsung dengan kulit,
proses pelarutan protein pada kulit atau gangguan keseimbangan membran
dan tekanan osmosa pada kulit. Pengaruh iritasi bergantung pada
konsentrasi dan lamanya kontak dengan kulit.
3. Iritasi mata
Iritasi mata disebabkan karena adanya kontak mata secara langsung
dengan bahan iritan. Iritasi mata yang dikarenakan oleh bahan iritan lebih
banyak terjadi pada bahan iritasi jenis gas dan cair. Iritasi sering
menyebabkan nyeri yang signifikan tetapi tidak menyebabkan kerusakan
mata.

2.7 Cara Menghindari Efek yang Ditimbulkan oleh Bahan Iritan


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu:
a) Menghindari kontak dengan tubuh
b) Memakai alat pelindung seperti sarung tangan, kaca mata, masker.
c) Memberi ventilasi yang cukup untuk menjaga agar konsentrasi gas dalam
ruangan kerja tetap rendah.

11
d) Iritasi Pernapasan : jika racun yang masuk kedalam tubuh terhirup oleh
saluran pernapasan gunakan masker khusus, bawa korban ke tempat yang
berudara segar. jika korban makin parah segera minta bantuan medis.
e) Iritasi kulit : jika racun masuk kedalam tubuh melalui kulit, jika
memungkinkan tentukan terlebih dahulu jenis bahan kimia beracun yang
masuk dan usahakan tidak tersentuh. Siramlah bagian tubuh koban yang
terkena bahan racun dengan air bersih, lepaskan pakaian yang dikenakan
baik itu sepatu, dan pakaian lain yang terkena bahan kimia, jangan
mengoleskan minyak, mentega, pada kulit yang terkena racun kecuali
diperintahkan oleh petugas kesehatan.
f) Iritasi mata: jika racun yang masuk kedalam tubuh melalui selendir selaput
mata, segera melakukan pencucian mata dengan air bersih, buka kelopak
mata atas dan bawah, tarik bulu mata supaya kelopak mata tidak
menyentuh bola mata. Posisi ini memungkinkan masuknya air bersih an
dapat mencuci seluruh permukaan bola mata dan kelopaknya.

12
BAB III

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat kami berikan setelah melakukan


pengamatan di gudang laboratorium Kimia Unhas adalah bahwa ada banyak
bahan kimia yang belum kita ketahui makanya perlu dikenal bahan tersebut mulai
dari nama bahan, resiko (Risk), keamanannya (safety), efek yang ditimbulkan
serta cara penanganannya agar kita terhindar dari bahaya saat bekerja dengan
bahan kimia.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://chemical-enginerring.blogspot.co.id/2013/04/bahan-kimia-iritan.html.

http://www.slideshare.net/AlvinuraFajrin/bahan-iritan.

https://okleqs.wordpress.com/2009/03/27/penanganan-bahan-kimia-berbahaya/.

14

Anda mungkin juga menyukai