Anda di halaman 1dari 4

II.

ISI

Penyakit dan hama yang ditemukan saat turun lapang pada perkebunan tebu
adalah penyakit blendok dan juga adanya hama tikus. Berikut penjelasan
mengenai penyakit blendok dan hama tikus yang telah kami diskusikan :

1. Penyakit blendok
Penyakit blendok disebabkan oleh bakteri Xanthomonas albilineans (Ashby)
Dowson. Penyakit blendok tidak banyak dilaporkan di Indonesia, sehingga
dipandang sebagai penyakit yang tidak begitu penting. Padahal dahulu kerugian
akibat penyakit ini cukup besar, terutama sewaktu masih menggunakan varietas
tidak tahan seperti POI 2967 dan POJ 3067. Sedikitnya laporan penyakit blendok
mungkin disebabkan varietas-varietas tebu yang ditanam sekarang tahan terhadap
penyakit tersebut. Namun secara sporadis penyakit blendok masih dijumpai di
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung dan Jawa.

Penularan penyakit ini biasanya pemakaian bibit yang sakit dipandang sebagai
sebab utama timbulnya penyakit di kebun tebu. Bibit yang sakit tersebut dapat
berasal dari tanaman dengan gejala penyakit blendok, atau tanaman-tanaman yang
berpenyakit blendok latent. Penularan penyakit blendok dapat pula melalui pisau
pemotong bibit. Pisau yang memotong batang tebu yang berpenyakit blendok
dapat menginfeksi bidang pangkas bibit sehat lain hingga 7 kali bahkan sampai
pemangkasan yang ke-18. Ternyata pisau tersebut masih dapat menyebabkan
infeksi. Mata-mata yang muda lebih mudah terserang daripada mata-mata yang
lebih tua.
Morfologi patogen bakteri ini berbentuk batang , 0,25-0,3 X 0,6-1,0 m , tunggal
atau membentuk rantai , bergerak dengan bulu cambuk poler , gram negatif .

Daur penyakit bentuk sementara bakteri dapat hidup sebagai saprofit dalam
tanah , tetapi tidak dalam waktu yang lama . penyakit terutama menular dengan
perantara parang yang dipakai untuk memotong setek-setek tebu . bakteri yang
berada dalam tanah dapat menginfeksi tanaman melalui akar-akar tetapi penularan
dengan cara ini tidak mempunyai arti yang penting , karena bakteri tidak dapat
bertahan lama dalam tanah .

Gejala yang mudah dilihat untuk identifikasi ialah:


1) Adanya garis-garis khlorosis searah tulang daun, dari ibu tulang daun ke tepi
daun;
2) Pada satu helai daun dapat terjadi satu atau lebih garis atau jalur khlorosis;
3) Garis atau jalur khlorosis tersebut kemudian diikuti dengan mengeringnya
sebagian atau seluruh jalur;
4) Pada serangan yang parah jumlah jalur demikian banyak dan diikuti
mengeringnya daun;
5) Selanjutnya dapat diikuti tumbuhnya tunas-tunas samping atau siwilan yang
juga mengalami khlorosis.

Kerugian yang terjadi dan pengendaliannya. Pada tebu yang peka kerugian dapat
besar sekali. Kerugian diperparah bila kondisi lingkungannya kurang mendukung
untuk pertumbuhan tanaman, keadaan terlalu kering atau terlalu basah. Untuk
menghindari adanya infeksi dalam rangka pengendalian, maka pada penanaman
harus menggunakan bibit yang sehat, bebas dari penyakit blendok baile yang
menunjukkan gejala maupun yang tersembunyi (latent). Penanaman tebu dengan
varietas yang tahan merupakan cara pengendalian yang paling baik. Di samping
itu desinfeksi pisau pemotong bibit akan sangat membantu mencegah tertularnya
bibit tebu yang ditanam. Selain itu juga dapat dilakukan dengan cara
menggunakan Natural Glio sebelum bibit tebu ditanam hal ini bertujuan untuk
melokalisir serangan dari bakteri yang menyebabkan penyakit blendok.
Pengendalian penyakit.Tanaman yang sakit harus segera dibinasakan , khususnya
jika kebun nanti akan diambil bibitnya . Seleksi ini harus dilakukan dengan teliti
dan teratur tiap bulan . Meskipun demikian penyakit masih sering terbawa ke
kebun giling , karena adanya tanaman-tanaman sakit yang tidak bergejala .Untuk
mencegah penularan bakteri melalui parang, kampak, pemotongan setek
dilakukan desinfeksi parang dengan memakai lisol . pada pemotongan setek tebu
yang tahan cukup dipakai larutan lisol 5% , sedang pada pemotongan setek tebu
yang rentan diperlukan kadar 15%. untuk memudahkan pengawasan larutan lisol
dapat diberi zat warna , misalnya biru metilen ( methlylene blue ) , yang
menyebabkan bidang potongan menjadi berwarna .menggunakan varietas yang
tahan terhadap penyakit blendok ( misal BZ 145 )

2. Tikus
Untuk pengendalian tanaman tebu yang terserang tikus dapat dilakukan dengan
cara memanfaatkan predator atau musuh alami dari tikus seperti ular, burung
hantu dan kucing.

Selain itu juga untuk tikus bisa dilakukan dengan penggeropyokan.


Penggeropyokan bisa dilakukan saat musim hamil atau musim kawin tikus, agar
mengurangi populasi tikus yang berada di dalam, lahan. Cara lain selain
penggeropyokan dengan pengasapan.

Jika pengasapan dilakukan, tikus pun akan segera muncul ke permukaan dan bisa
di basmi. Tikus-tikus biasanya akan memangsa akar tebu. Pemangsaan ini akan
menghambat pertumbuhan tebu serta mengurangi produktifitas tebu.

Anda mungkin juga menyukai