Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Di alam fana ini terdapat air yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
manusia dan mahkluk hidup lainnya. Dengan air kita bisa tetap hidup, namun air ini ternyata
mempunyai dampak sangat luas pula, adakalanya sangat dibutuhkan, adakalanya merugikan
bahkan menjadi bencana, tetapi banyak pula manfaat yang bisa memberikan keuntungan
sehingga air ini digunakan sebagai terapi dalam kehidupan manusia. 1
Pada sekitar 500 tahun SM peradaban Yunani mulai menggunakan air sebagai modalitas
yang lebih logik dan Hipocrates ( 460-375 SM ) memanfaatkan air panas dan air dingin untuk
mengobati bermacam-macam penyakit, termasuk rematik dan kelumpuhan. Sedangkan bangsa
Romawi dan Yunani sejak dahulu mempunyai kebiasaan mandi dengan berendam di dalam air
dimana air untuk rekreasi dan untuk terapi, dan kemudian membangun tempat mandi yang
dikenal dengan Roman Baths yang awalnya digunakan mandi para atlit bertujuan untuk
kebersihan dan pencegahan, dengan suhu air yang bervariasi, mulai yang panas sampai paling
dingin. Dengan mengenal lebih jauh tentang sifat-sifat air serta perkembangan ilmu dan
teknologi, maka pada abad 19 mulai ditemukan kegunaan daya apung air ( buoyancy ) untuk
terapi latihan di dalam air. Dengan mempelajari sifat fisika air, penggunaan air sebagai
modalitas terapi sangat bermanfaat dalam pemulihan suatu penyakit. Metoda yang
dikemukakan oleh beberapa ahli telah digunakan untuk terapi latihan antara lain teknik Bad
Ragaz untuk efek relaksasi, inhibisi tonus, penguatan dan peregangan anggota gerak dengan
melawan tahanan dalam air, metoda Halliwick dengan menekankan kemampuan seseorang
dalam air, dan sebagainya. 1
Namun demikian, ternyata terapi dengan air tidak hanya menimbulkan pengaruh
terhadap organ tubuh secara langsung, tetapi seringkali dampak psikologik seseorang yang
justru menimbulkan suatu penyembuhan terhadap penyakitnya. Hal ini telah dibuktikan oleh
beberapa ahli di beberapa negara. Dengan menentukan diagnosis seseorang dan asesmen yang
baik, serta menentukan indikasi ataupun kontra indikasi pada pemberian terapi aquatik, maka
tentunya akan mampu memberikan program latihan / terapi dengan benar, sehingga pemilihan
terapi aquatik dapat memberikan manfaat yang diharapkan oleh penderita. 1

1
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Sifat Fisik Air


Air mempunyai sifat fisik yang unik, cocok untuk macam-macam aplikasi rehabilitasi.
Sifat-sifat ini termasuk panas spesifik yang relatif tinggi dan sifat konduksi termal dan
kemampuannya untuk menjadikan mengapung, resistensi, dan tekanan hidrostatik pada tubuh.
1. Densitas dan gravitasi spesifik
Densitas (ρ = rho) didefinisikan sebagai massa per unit volume, dirumuskan dengan2,3
ρ=m/V
Satuan densitas adalah kg/m3. Densitas merupakan variabel yang tergantung pada suhu.2,3
Densitas merupakan sifat yang menentukan apakah objek akan mengapung atau tidak;
merupakan rasio berat objek terhadap berat air dengan volume yang sama. Jika nilainya >1,
objek akan tenggelam; jika <1, objek akan mengapung. Densitas relatif tubuh tergantung pada
komposisinya. Densitas tubuh manusia sedikit lebih kecil dari air, yaitu ± 0,974. Laki-laki
memiliki densitas lebih besar daripada perempuan.2,3 Gravitasi spesifik juga menunjukkan
porsi volume objek yang mengapung. Misalnya bila gravitasi spesifik orang yang mengapung
0,96; maka 4% tubuh akan di atas permukaan air, dan 96% di bawah permukaan air. Gravitasi
spesifik lemak, tulang, dan otot berturut-turut adalah 1,5-2,0-1,0. Air memiliki gravitasi
spesifik 1 pada suhu 4ºC.2,3 Oleh karena itu orang yang berotot cenderung tenggelam, dan
orang obese akan mengapung.5

2. Daya apung/ buoyancy


Daya apung dan densitas relatif sangat berhubungan. Daya apung merupakan gaya tolak ke
atas yang terjadi pada tubuh yang berlawanan arah dengan gaya gravitasi. Menurut hukum
Archimedes, ketika tubuh atau sebagian tubuh terendam dalam air pada saat diam akan
mengalami gaya tolak ke atas sebanding dengan berat cairan yang dipindahkan. Jumlah cairan
yang dipindahkan tergantung pada densitas tubuh yang terendam berhubungan dengan
densitas cairan. Jika densitas tubuh lebih kecil dari pada densitas cairan, tubuh akan terapung;
dan sebaliknya. Karena densitas tubuh manusia 0,974 sedangkan air memiliki densitas 1, maka
tubuh akan mengapung di air.2,3

2
Keuntungan yang didapat dari daya apung ini adalah pengurangan beban berat badan. Di
dalam air, pusat daya apung terletak di midchest.2,3

Gambar 1. Daya apung9

Gambar 2. Persentase berat badan pada berbagai kedalaman air. A. leher (C7) B.
dada (xiphisternum) C. pelvis (spina iliaka anterior superior)4

3. Resistensi
Friksi antara molekul-molekul cairan disebut viskositas. Hal ini menyebabkan adanya
resistensi.4,5 Tegangan permukaan adalah gaya tarik menarik antara permukaan molekul
cairan. Bila suhu cairan meningkat, maka viskositas akan berkurang karena molekul akan
saling berjauhan.5

3
Resistensi ini terjadi melawan arah gerakan tubuh; meningkat secara relatif sebanding dengan
kecepatan gerak tubuh dan area frontal bagian tubuh yang kontak dengan air. Dengan
mengubah kecepatan atau arah gerakan air atau kecepatan gerakan pasien, dapat mengubah
efek klinis latihan di air. Lebih cepat air bergerak ke arah pasien melawan arah gerakan
pasien, atau lebih cepat pasien bergerak dalam air, lebih besar resistensi yang melawan
gerakan pasien sehingga efek penguatan akan lebih besar pula. Intensitas latihan dapat
dinaikkan bertahap dengan memodifikasi kecepatan gerak air dalam kolam atau dengan
mengubah kecepatan gerak pasien saat latihan. Arus air dapat dibuat menjadi searah dengan
gerakan pasien sehingga sifat resistensi air dapat digunakan juga untuk membantu gerakan
pada otot yang lemah.4

Gambar 3. Resistensi4

4. Tekanan hidrostatik
Menurut hukum Pascal, cairan mendesak dengan tekanan yang sama pada seluruh permukaan
tubuh yang diam pada kedalaman yang sama, dan tekanan ini berbanding lurus terhadap
kedalaman cairan dan densitas cairan.2,3 Tekanan hidrostatik merupakan tekanan cairan yang
sifatnya mendesak terhadap benda yang terendam dalam cairan. Tekanan hidrostatik
dirumuskan sebagai berikut2,3
P = F/A = ρAhg / A
P = ρgh
P = pressure (Pa=Pascal) ρ = densitas
g = gravitasi h = kedalaman

4
Tekanan hidrostatik bertambah 0,73 mmHg tiap kedalaman 1 cm (22,4 mmHg per kaki). Jadi
tubuh yang terendam pada kedalaman 4 kaki akan mendapat tekanan hidrostatik dari air
sebesar 88,9 mmHg, yang sedikit lebih besar dari tekanan diastolik normal. 2,3 Tekanan
eksternal ini dapat membantu meningkatkan sirkulasi atau mengurangi edema yang
disebabkan insufisiensi vena atau limfatik.3 Efek fisiologis dan efek klinis tekanan hidrostatik
air bervariasi sesuai dengan posisi pasien. Efek paling besar akan terjadi pada posisi vertikal
atau berdiri.3

Gambar 4. Tekanan eksternal pada tubuh selama perendaman4

5. Panas spesifik dan konduktivitas termal


Panas spesifik adalah sejumlah energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1ºC pada 1
gram air. Panas spesifik air beberapa ratus kali lebih besar dari pada udara dan konduktivitas
termal kira-kira 25 kali lebih besar dari pada udara. Air dapat memindahkan panas melalui
konduksi dan konveksi; oleh karena itu dapat digunakan sebagai agen pemanasan dan
pendinginan superfisial. Air yang tak bergerak memindahkan panas melalui konduksi. Sedang
air yang bergerak memindahkan panas melalui konveksi.3

6. Refraksi
Refraksi adalah pembelokan cahaya yang berpindah dari medium yang satu ke medium yang
lain. Karena adanya refraksi, monitor feedback visual posisi sendi dan edukasi postural dalam
air sangat sulit. Karena itu instruktur sering harus mendemonstrasikan gerakan di samping
kolam.2

II.2. Teknik Hidroterapi


Hidroterapi terbagi atas dua teknik, yaitu dengan perendaman dan tanpa perendaman.

5
II.2.1 Hidroterapi Dengan Perendaman
Efek perendaman ini menghasilkan perubahan kardiovaskular, respiratory,
muskuloskeletal, renal dan psikologi.
1. Efek muskuloskeletal

Daya apung menghilangkan struktur anatomi weight-bearing sehingga pasien dengan


sendi yang sensitif terhadap pembebanan dapat melakukan latihan dengan trauma dan nyeri yang
berkurang. Efek ini dapat membantu pasien dengan arthritis, kerusakan kartilago, dan kondisi
degeneratif atau traumatik struktur artikular atau periartikular sendi penopang berat badan.3
Daya apung juga dapat membantu pasien dengan obesitas yang mana dengan latihan di
darat membebani secara ekstrim sendi-sendi penopang berat badan. Karena pasien obesitas
memiliki lebih banyak jaringan subkutan, maka pasien obesitas lebih dapat mengapung sehingga
mereka dapat mengurangi beban sendi dengan aktivitas di air. Latihan di air mengurangi berat
badan dan lemak lebih sedikit dibanding latihan dengan intensitas dan durasi yang sama di darat,
sehingga tidak direkomendasikan untuk penurunan berat badan.3
Resistensi yang tergantung pada kecepatan gerak menghasilkan gaya melawan otot
sehingga dapat meningkatkan dan menjaga kekuatan.3
Tekanan hidrostatik dapat meningkatkan aliran darah otot yang diam sekitar 100%-225%
selama perendaman tubuh sampai leher. Hal ini dikarenakan adanya pengurangan vasokonstriksi
perifer atau peningkatan venous return yang dihasilkan dari kompresi eksternal air. Peningkatan
darah otot ini dapat meningkatkan performa otot karena adanya peningkatan oksigen dan
mempercepat pembuangan sisa metabolisme sehingga dapat meningkatkan latihan otot yang
efektif.3

2. Efek kardiovaskular
Tekanan hidrostatik mendesak ekstremitas distal pada perendaman dalam posisi tegak
sehingga akan memindahkan darah vena ke arah proksimal sehingga meningkatkan venous
return dengan memindahkan darah dari pembuluh darah perifer ke batang tubuh, kemudian ke
thorak dan jantung. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan tekanan vena sentral yang
meningkat dengan perendaman sampai dada dan leher. Dengan perendaman sampai leher,
volume darah sentral meningkat kira-kira 60%, dan volume kardiak meningkat kira-kira 30%.
Peningkatan volume kardiak ini menghasilkan peningkatan tekanan atrium kanan 14-18 mmHg

6
sebagai respon kardiak, di mana menurut hukum Starling dengan adanya peningkatan kerja
kontraksi jantung akan meningkatkan stroke volume.4

Perendaman air setinggi dada atau lebih tinggi

Peningkatan tekanan hidrostatik

Kompresi vena Kompresi limfe

Peningkatan volume darah sentral

↑ tekanan atrial ↑ tekanan ↑ volume kardiak


arteri pulmo

↑ stroke volume

↑ output kardiak

Gambar 5. Skema efek kardiovaskular pada perendaman4

Peningkatan kerja jantung ini berkaitan dengan meningkatnya cardiac output yang
kontras dengan penurunan heart rate yang terjadi sebagai respon perendaman di air dan
penurunan tekanan darah sistolik. Konsumsi oksigen (VO2) juga lebih rendah ketika latihan
dilakukan di air daripada di darat dengan intensitas latihan yang sama; dan konsumsi oksigen
maksimal (VO2max) lebih rendah dengan lari maksimal di air daripada lari maksimal di darat.
Karena pengurangan respon fisiologis ini, latihan di air dipertimbangkan kurang efektif untuk
conditioning kardiak. Meski begitu hal ini penting disadari bahwa penurunan respon fisiologis
ini disertai dengan peningkatan stroke volume dan cardiac output, yang dapat meningkatkan
efisiensi miokardial.5
Resistensi yang tergantung pada kecepatan gerak juga meningkatkan metabolisme dan
pengeluaran energi, diukur dengan VO2. Latihan yang dilakukan di air dengan kecepatan ½
sampai 1/3 dibanding dengan latihan di darat memiliki efek metabolik yang sama. Perubahan

7
respon ini menyebabkan pasien dengan keluhan muskuloskeletal yang mengalami keterbatasan
kecepatan gerak di air dapat menjaga dan meningkatkan kebugaran kardiovaskularnya.4

Gambar 6. Efek kardiovaskular dari perendaman

3.Efek pada sistem respirasi


Efek respirasi pada perendaman adalah akan terjadi peningkatan kerja pernafasan,
penurunan volume istirahat, penurunan kapasitas paru total, penurunan volume ekspirasi
cadangan, dan penurunan kapasitas vital. Penurunan volume cadangan ekspirasi, kapasitas vital,
kapasitas paru total dan volume istirahat disebabkan karena tekanan hidrostatik dan pengisian
vaskular sentral.8 Perendaman seluruh tubuh dalam air meningkatkan kerja pernafasan karena
adanya perpindahan darah vena dari sirkulasi perifer ke sentral pada rongga dada, dan tekanan
hidrostatik pada dinding dada meningkatkan resistensi ekspansi paru. Perendaman sampai leher
menunjukkan pengurangan volume cadangan ekspirasi kira-kira 50% dan pengurangan kapasitas
vital 6%-12%; efek ini akan meningkatkan kerja total pernafasan kira-kira 60%. Hal ini dapat
digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan kekuatan sistem respirasi. 4 Pasien dengan gangguan
respirasi atau kardiovaskular harus selalu dimonitor selama latihan karena kondisi tersebut dapat
membatasi adaptasi beban kerja tambahan ini.4

8
Gambar 7. Efek respirasi perendaman4
Perendaman tubuh di air

Volume darah Tekanan dindingKompresi


sentral ↑ dada ↑ abdominal ↑

Pengisian pembuluh Lingkar dada ↓ ↑ tinggi diafragma


darah paru ↑

Kapasitas difusi ↓ Resistensi jalan Volume paru &


nafas ↑ kapasitas vital ↓

↓ efisiensi ↓ PO2 ↓ expiratory ↓ komplians paru


flow rate

↑ kerja nafas 60%

9
Gambar 8. Skema Efek Perendaman terhadap Respirasi3
4. Efek pada ginjal
Perendaman hingga leher dapat meningkatkan produksi urin dan pengeluaran natrium dan
kalium urin. Efek ini merupakan hasil dari peningkatan aliran darah ginjal dan pengurangan
produksi antidiurertik hormon (ADH) dan aldosteron karena adanya respon redistribusi volume
darah dan hipervolemia sentral relatif yang dihasilkan dari tekanan hidrostatik pada organ yang
lebih perifer. Efek renal ini dapat digunakan pada pasien dengan hipervolemia, hipertensi, atau
edema perifer.6

Gambar 9. Efek renal perendaman

5. Efek psikologis
Berendam pada air hangat pada umumnya akan bersifat menenangkan, sedangkan air
dingin dirasakan pada kebanyakan orang menyegarkan.3

Manfaat klinik teknik perendaman meliputi kontrol nyeri, modifikasi kebutuhan


muskuloskeletal, dan penurunan edema. Hidroterapi perendaman ini dapat menggunakan
whirpool, Hubbard tank, contrast bath, atau kolam latihan.

II.2.2 Hidroterapi Tanpa Perendaman


Hidroterapi tanpa perendaman digunakan untuk membersihkan luka, untuk mengurangi
perkembangan bakteri dan menghilangkan kotoran selama terapi. Hidroterapi ini dapat
diaplikasikan dalam bentuk shower atau peralatan irigasi khusus. Oleh karena perendaman
berhubungan dengan peningkatan infeksi dan resiko tenggelam, dan penggunaannya juga

10
memerlukan waktu, maka hidroterapi tanpa perendaman lebih direkomendasikan bila dalam
terapi efek yang diinginkan hanya efek pembersihannya.7
Air dapat digunakan sebagai agen pembersih karena air dapat melunakkan material dan
menghasilkan tekanan. Air umumnya digunakan untuk membersihkan kulit yang intak;
bagaimanapun juga dalam rehabilitasi, sifat pembersihannya banyak digunakan sebagai
komponen pengobatan pada luka terbuka dimana area subkutaneus dan kulit yang terkena tidak
lagi utuh. Air sangat cocok untuk aplikasi ini karena kekuatan yang dihasilkan sebanding dengan
kecepatan alirannya sehingga mudah dikontrol. Sebagai tambahan, air dengan cepat dan mudah
masuk keluar kontur area dari luka terbuka. Air secara klinik digunakan baik sebagai agen
untuk menghilangkan debris endogen, seperti eksudat atau jaringan nekrotik ataupun sebagai
pembersih untuk menghilangkan sampah eksogen, seperti kerikil atau material lain yang
melekat, dan untuk mengurangi adanya bakteri. 7
Beberapa produk dapat ditambahkan ke dalam air untuk meningkatkan kekuatannya
sebagai agen pembersih. Bahan-bahan tersebut umumnya adalah anti mikroba ataupun surfaktan.
Antimikroba mengurangi jumlah mikroba yang ada dalam air dan juga pada permukaan luka,
sedangkan surfaktan, misalnya sabun atau produk deterjen dapat mengurangi tegangan
permukaan, karena itu mengurangi perlekatan kotoran pada jaringan. Sejumlah manfaat klinik
dan resiko-resikonya dapat dihubungkan dengan penambahan zat ke dalam air yang digunakan
untuk mengobati luka terbuka.7

II.3.Kontraindikasi dan Precaution Pada Hidroterapi


II.3.1 Kontraindikasi hidroterapi dengan perendaman sebagian tubuh
a. Maserasi sekitar luka

Hidroterapi dengan perendaman merupakan kontraindikasi bila terdapat maserasi pada


kulit sekitar luka karena dapat meningkatkan maserasi sehingga luka bisa meluas. Saat terdapat
maserasi kulit sekitar luka, sedangkan manfaat pembersihan oleh hidroterapi diperlukan, maka
teknik tanpa perendaman dapat digunakan untuk menghindari perendaman berlebihan dari
jaringan yang mengalami maserasi.7
b. Perdarahan
Hidroterapi dengan perendaman tidak boleh digunakan jika terdapat perdarahan di dalam
atau di dekat area terapi karena dapat meningkatkan perdarahan akibat peningkatan sirkulasi

11
vena oleh tekanan hidrostatik, dan juga peningkatan sirkulasi arteri yang diakibatkan vasodilatasi
jika air hangat yang digunakan. Jika ada perdarahan ringan dan dinyatakan tidak berbahaya bagi
pasien, maka hidroterapi tanpa perendaman dapat digunakan. 7

II.3.2 Precaution hidroterapi dengan perendaman sebagian tubuh


a. Gangguan sensasi panas pada area yang akan direndam
Area dengan gangguan sensasi panas dapat meningkatkan resiko luka bakar. Oleh sebab
itu, untuk meminimalkan resiko ini, temperatur air hidroterapi harus selalu diperiksa dengan
termometer sebelum pasien masuk ke dalam air. Direkomendasikan juga agar klinikus
melakukan pemeriksaan langsung temperatur air dengan mencelupkan tangan yang
menggunakan sarung tangan karet ke dalam air sebelum pasien masuk ke dalam air. 9
Jika pasien mengalami gangguan sensasi panas, hanya air dengan temperatur mendekati
temperatur tubuh yang dapat digunakan untuk hidroterapi. 7

b. Infeksi pada area yang akan direndam


Hidroterapi sering digunakan pada luka dengan infeksi pada area yang akan direndam.
Dalam hal ini, ukuran standar infeksi untuk keselamatan penggunaan hidroterapi harus
diterapkan. Sejak semua luka terbuka terkolonisasi dengan bakteri, mengobati luka terbuka
dengan hidroterapi perendaman merupakan suatu precaution, sama halnya saat diketahui infeksi
telah ada. 7

c. Disorientasi atau gangguan kognitif


Hidroterapi sering digunakan pada pasien dengan gangguan kognitif atau disorientasi.
Sebagai contoh, beberapa pasien dengan luka terbuka akibat gangguan status mental, dan
beberapa pasien luka bakar yang diberikan analgetik dosis tinggi untuk mengontrol nyeri saat
debrideman selama atau setelah hidroterapi, yang merupakan akibat gangguan mental. 9
Jika pasien bingung atau tidak dapat menyatakan ketidaknyamannya secara efektif,
monitor ketat harus dilakukan selama hidroterapi dan hanya air dengan temperatur mendekati
temperatur badan yang dapat digunakan. 7

d. Pemakaian Skin Graft

12
Perawatan ekstra harus diberikan saat dilakukan hidroterapi pada pasien dengan
hidroterapi, oleh karena graft tidak mentoleransi mekanisme agitasi kolam dan tidak
mempunyai respon vaskular yang cukup untuk mengkompensasi rasa panas atau dingin yang
ekstrim. Oleh karena itu area graft harus dijauhkan, dan air dengan suhu netral (33-350C atau 92-
960C) atau dengan panas yang ringan (35-370C / 96-980F) harus digunakan saat melakukan
terapi pasien dengan skin grafts. 7

II.3.3 Kontraindikasi hidroterapi perendaman seluruh tubuh


a. Instabilitas jantung
Perendaman seluruh tubuh dikontraindikasikan pada kasus instabilitas jantung, seperti
juga hipertensi atau gagal jantung, oleh karena ketidakmampuan jantung untuk beradaptasi
dengan baik terhadap respon perubahan produksi sirkulasi oleh hidroterapi untuk memelihara
hemostasis jantung. 7
b. Kondisi Infeksi
Pasien dengan kondisi infeksi yang dapat menyebar melalui air sebaiknya tidak
menggunakan hidroterapi ini dimana air tidak diganti antara pasien satu dengan yang lain. Jadi,
pasien ini tidak boleh menggunakan kolam tapi sebaiknya menggunakan Hubbard tank dimana
air mudah diganti. Beberapa kondisi infeksi yang dapat menyebar melalui air di antaranya
infeksi saluran kemih, tinea pedis, plantar warts, dan infeksi pada luka terbuka. 7
c. Inkontinensia Alvi
Pasien dengan inkontinensia alvi tidak boleh berendam pada air yang akan digunakan
pada pasien lain. Khususnya pasien dengan inkontinensia alvi yang mempunyai luka terbuka,
perawatan harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi air yang digunakan untuk hidroterapi
pada luka dengan bakteri yang ada pada feses pasien itu sendiri. 7
Bentuk hidroterapi tanpa perendaman dianjurkan untuk pengobatan luka terbuka bagi
pasien inkontinensia alvi. 7
d. Epilepsi yang berat
Bentuk hidroterapi dengan perendaman tidak dianjurkan untuk pasien dengan epilepsi
yang berat karena pasien ini beresiko tinggi untuk tenggelam.

e. Pasien dengan kecenderungan bunuh diri

13
Pasien ini tidak diperkenankan melakukan hidroterapi dengan perendaman oleh karena
dapat meningkatkan resiko untuk menenggelamkan diri.
f. Pecandu alkohol
Perendaman pada pasien pecandu alkohol harus dihindari oleh karena gangguan kognitif
dan gangguan kewaspadaan yang terjadi akibat intoksikasi dan juga efek hipotensi dari alkohol
dapat meningkatkan resiko untuk tenggelam.
g. Inkontinensia urin
Pasien dengan inkontinensia urine dapat memakai kateter selama hidroterapi perendaman
seluruh tubuh dilakukan; bagaimanapun, hal ini tidak menjadi rekomendasi umum oleh karena
dapat meningkatkan resiko infeksi urine pada pasien dengan kateter.
h. Ketakutan akan air
Pasien dengan ketakutan akan air pada umumnya akan menolak perendaman hidroterapi.
Untuk pasien seperti ini, pilihannya adalah perendaman hanya pada area yang akan diterapi
dengan menggunakan hidroterapi tanpa perendaman atau dengan menggunakan intervensi seperti
latihan di darat yang tidak menggunakan air.

II.3.4 Precaution hidroterapi perendaman seluruh tubuh


Penggunaan hidroterapi dengan perendaman seluruh tubuh pada air panas harus
diwaspadai pada keadaan :7
a. Kehamilan
Oleh karena hipertermi maternal terbukti bersifat teratogenik sehingga terjadi
abnormalitas sistem saraf pusat pada anak, untuk meminimalkan kemungkinana hipertermi
maternal, perendaman seluruh tubuh pada air panas saat masa kehamilan khususnya trimester
pertama dimana efek panas paling berbahaya terhadap fetus pada masa ini, harus dihindari.
Perendaman seluruh tubuh pada suhu air kolam yang normal direkomendasikan selama
kehamilan karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, air merupakan lingkungan yang
ideal untuk latihan bagi wanita hamil.

b. Multipel sklerosis

14
Pasien dengan multipel sklerosis sebaiknya tidak ditempatkan pada air hangat karena
temperatur di atas 310C (880 F) dapat meningkatkan terjadinya fatigue dan kelemahan pada
pasien ini.
c. Pengaturan suhu yang kurang baik
Pengaturan suhu sebagai respon terhadap pemanasan tubuh umumnya melalui proses
konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Jika area tubuh yang kecil direndam dalam air
hangat, pasien dengan gangguan pengaturan suhu masih dapat menghilangkan panas melalui
konduksi ke area yang berkontak langsung dengan area yang dipanaskan dan oleh pemanasan
radiasi dari kulit; bagaimanapun, penghilangan panas secara konveksi oleh sirkulasi darah
melalui area dari tempat-tempat lain yang tidak dipanasi dan produksi keringat dapat terganggu.
Oleh karena semua mekanisme ini dapat terganggu dengan pemanasan area tubuh yang luas,
seperti terjadi pada perendaman seluruh tubuh dalam air hangat, pasien dengan pengaturan suhu
tubuh yang kurang baik beresiko terjadi syok termal.
d. Disorientasi
Hidroterapi dengan perendaman tubuh kadang kala dipakai juga untuk pengobatan luka
besar atau luka yang sulit dicapai oleh terapi lain pada pasien disorientasi. Pada kasus seperti ini,
perhatian ekstra harus dilakukan untuk memonitor temperatur air dan memastikan kalau pasien
dalam keadaan baik dan selamat, dengan kepala berada di atas permukaan air.
e. Keterbatasan kekuatan, ketahanan, keseimbangan dan ROM
Meskipun hidroterapi sering digunakan pada keterbatasan kekuatan, ketahanan,
keseimbangan atau ROM, keterbatasan yang sangat berat dapat membahayakan pasien tersebut
yang melakukan hidroterapi dengan perendaman seluruh tubuh. Oleh sebab itu, pasien
diharuskan menjaga agar kepalanya tetap di atas permukaan air atau jika tidak, pasien tersebut
harus berada dalam kondisi aman dan baik. Bantuan tangan therapist dalam air dapat juga
dilakukan bagi pasien yang berkesulitan menjaga kepalanya tetap di atas air.

f. Dalam pengobatan
Beberapa pengobatan, khususnya pengobatan penyakit kardiovaskular dapat mengubah
respon jantung terhadap latihan. Oleh sebab itu para dokter dianjurkan agar melakukan
konsultasi untuk mengetahui batasan-batasan pasien tersebut sebelum melakukan program
latihan akuatik.

15
g. Masalah pernapasan
Meskipun latihan dalam air baik bagi pasien yang sering menderita asma saat latihan di
darat ataupun dengan masalah pernafasan lain, perendaman dalam air dapat meningkatkan beban
napas dan pasien dengan masalah pernafasan harus dimonitor ketat untuk tanda-tanda gangguan
nafas saat terapi. Beberapa pasien dengan asma dapat sangat sensitif terhadap chlorine dan
beberapa agen lain yang digunakan untuk dekontaminasi latihan dalam kolam sehingga pasien
ini harus dimonitor ketat.

II.3.5 Precaution pada hidroterapi tanpa perendaman :7


Maserasi sekitar luka
Perhatian agar meminimalkan kontak kulit yang sehat sekitar luka dari air perlu
dilakukan untuk mengurangi resiko penambahan maserasi. Kulit yang sehat harus dikeringkan
lembut sesudah terapi hidroterapi untuk mengurangi resiko maserasi pada jaringan ini.

Potensial untuk ketidakefektivan


Oleh karena hidroterapi tanpa perendaman tidak terjadi efek mengapung dan tidak ada
tekanan hidrostatik, terapi ini hanya efektif untuk beberapa masalah saja. Memang terapi ini
dapat digunakan untuk pembersihan, tapi tidak dapat digunakan bila kita menginginkan efek
perendaman terhadap kardiovaskular, respirasi, muskuloskeletal dan ginjal. Hidroterapi tanpa
perendaman juga menghasilkan transfer panas yang kecil oleh karena air yang kontak dengan
jaringan hanya dalam waktu singkat. Sehingga ketika hendak menggunakan hidroterapi tanpa
perendaman, seseorang harus mempertimbangkan kerugian dan keuntungan seperti penurunan
resiko infeksi, kemudahan penggunaannya, dan waktu pengobatan yang singkat.

II. 4. Bentuk-bentuk Hidroterapi

WHIRLPOOL
Whirlpool terdiri dari suatu tangki yang dapat menampung air dan turbin pembuat agitasi
serta aerasi untuk memindahkan air ke dalam tanki. Tangki tersebut umumnya terbuat dari
stainless steel, meskipun ada juga yang terbuat dari fiberglass dan plastik. Whirlpool tersedia
dalam berbagai ukuran dan bentuk, sesuai jenis terapi dan bagian tubuh yang diterapi. Extremity

16
tank cocok untuk perendaman ekstremitas bagian distal seperti tangan atau kaki, sedangkan low-
boy dan high-boy tank dimaksudkan untuk perendaman bagian besar dari ekstremitas dan dapat
digunakan untuk perendaman sampai ke pinggang.7
Turbin whirlpool disusun oleh sebuah mesin yang ditempatkan kokoh di samping
whirlpool dan pipa untuk sirkulasi udara dan air, tergantung di air (Gambar 10). Ketinggian dan
arah turbin dapat disesuaikan dengan proyek tekanan air, mendekati atau menjauhi area terapi.
Turbin dapat diarahkan ke area terapi dengan menggunakan kekuatan maksimum, seperti yang
diinginkan untuk mengontrol nyeri atau untuk menghilangkan kotoran yang melekat erat pada
luka. Turbin juga dapat diarahkan menjauhi suatu area yang hipersensitif atau jika area tersebut
terdapat granulasi, karena tekanan tinggi yang langsung dari turbin dapat menyebabkan efek
samping. Kebanyakan katup aerasi turbin juga dapat dibuka tutup sebagai modifikasi lanjut
tekanan air yang mengalir. 7
Whirlpool umumnya digunakan untuk latihan atau untuk mengontrol nyeri pada area
yang terbatas pada tubuh, misalnya tungkai dan kaki atau lengan dengan tangan. Alat ini juga
kadang kala digunakan untuk terapi luka terbuka yang luas, seperti luka bakar, atau luka yang
banyak debrisnya sebagai akibat langsung tabrakan motor (gambar 11). 7

Gambar 107 Turbin whirlpool Gambar 117Whirlpool

Temperatur whirlpool

17
Temperatur whirlpool yang rendah, yaitu 00 C- 26 0C (320F-790F), ice pack atau cold
pack dapat dipakai untuk terapi inflamasi akut dari ekstremitas bagian distal. Air dingin
menyediakan kontak yang lebih baik dengan bagian distal ekstremitas daripada dalam bentuk
pack. Temperatur yang rendah didapat melalui penambahan es ke dalam air whirlpool;
bagaimanapun, temperatur yang sangat rendah tidak boleh digunakan pada area yang sangat
luas karena dapat menyebabkan peningkatan resiko terjadi kerusakan jaringan. 7
Air suam-suam kuku, yaitu 260C – 330C (790-920 F), yang digunakan pada whirlpool
jika hanya digunakan sebagai media latihan. Temperatur panas dapat menyebabkan kondisi
fatigue sedangkan temperatur dingin dapat menghambat kontraksi otot. Whirlpool yang suam-
suam kuku dapat digunakan jika terlihat tanda-tanda inflamasi serta bila tidak dapat
mentoleransi suhu yang lebih rendah. 7
Air whirlpool hangat dan netral, dengan suhu 330 C- 35,50 C (920 F-960 F), sebaiknya
digunakan pada terapi luka terbuka dan pada pasien dengan gangguan sirkulasi, sensori atau
penyakit jantung. Air hangat netral dapat juga digunakan untuk mengontrol tonus pada pasien
dengan hipertonus. 7
Air temperatur sedang, yaitu temperatur 35,50 C - 370 C (960 F-960 F), dapat digunakan
untuk terapi luka bakar saat epitelisasi telah dimulai. Terapi ini dapat meningkatkan mobilitas
dan relaksasi juga meminimalkan kehilangan energi melalui pendinginan atau getaran badan. 7
Whirlpool temperatur tinggi yaitu 37 0 C - 400 C (990 F-1040 F) atau dengan temperatur
yang sangat tinggi 400 C - 430 C (1040 F - 1100 F) dianjurkan untuk mengontrol nyeri dan atau
untuk meningkatkan ekstensibilitas jaringan lunak oleh karena rentang temperatur whirlpool ini
dapat meningkatkan temperatur jaringan subkutaneus. Batas atas temperatur ini
direkomendasikan untuk pengobatan dalam kondisi kronik seperti osteoartritis atau reumatoid
artritis pada fase non akut dalam area kecil. Batas bawah temperatur direkomendasikan pada
terapi untuk sebagian besar tubuh yang akan direndam.7
Temperatur whirlpool tidak boleh melebihi 430C (1100C) karena dapat menyebabkan
luka bakar.
Tangki tersebut harus diisi air secepat mungkin sebelum digunakan untuk mencegah
perubahan temperatur air yang bermakna antara pengisian dan perendaman pasien. Bila
antimikroba digunakan, harus ditambahkan setelah whirlpool terisi air.7
HUBBARD TANK

18
Hubbard tank dinamakan sesuai nama perancangnya, merupakan whirlpool besar untuk
perendaman seluruh tubuh. Tangki ini bervariasi sesuai ukuran tapi umumnya berukuran 8 kaki
panjangnya, lebar 6 kaki, dan kedalaman 4 kaki, serta memerlukan sekitar 425 galon air
(gambar 12). Tangki ini dilengkapi juga dengan turbin, usungan, dan kerekan untuk
meninggikan dan merendahkan usungan. Tangki besar ini cocok untuk debrideman luka bakar
luas dan untuk terapi nyeri pasien pada sebagian besar tubuh. Hubbard tank dapat juga
digunakan pada latihan ROM beberapa tempat, atau untuk ambulasi. Bagaimanapun, prosedur
ini lebih sering dilakukan dalam kolam, kecuali pada kasus dimana kolam merupakan
kontraindikasi karena resiko terinfeksi. 7

Hubbard tank harus dibersihkan setiap kali seorang pasien menggunakan tanki tersebut
dengan cara yang sama dengan whirlpool ukuran lain.7

CONTRAST BATH
Contrast bath diaplikasikan untuk perendaman area tertentu, umumnya distal dari
ekstremitas, pertama tempatkan pada air panas, kemudian pada air dingin (gambar 13). Alat ini
telah menunjukkan fluktuasi dalam aliran darah pada terapi selama 20 menit. Bentuk hidroterapi
ini sering digunakan secara klinik dengan tujuan terapi untuk meningkatkan manfaat
pemanasan, seperti menurunkan panas dan meningkatkan fleksibilitas, juga menghindari resiko
peningkatan edema. Sensori stimulus yang bervariasi dapat mengurangi nyeri dan desentisitasi.
Jadi terapi dengan contrast bath bisa dipertimbangkan pada pasien dengan edema kronik;
trauma subakut, kondisi inflamasi seperti sprain, strain, atau tendonitis; atau hiperalgesia atau
hipersensitivas yang disebabkan oleh distrofi refleks simpatis atau kondisi lainnya.7

19
Gambar 127Hubbard tank Gambar 137Contrast bath

KOLAM LATIHAN
Untuk mengoptimalkan manfaat hidroterapi pada sistem kardiovaskular, respirasi, renal,
atau psikologi, dianjurkan untuk menggunakan kolam latihan yang memungkinkan perendaman
seluruh tubuh, kecuali perendaman ini merupakan kontraindikasi bagi pasien tersebut. Latihan
kolam merupakan hidroterapi untuk mengoptimalkan pengembangan muskuloskeletal yang
berhubungan dengan perendaman air, meskipun whirlpool dapat juga digunakan ketika hanya
ekstremitas yang akan diterapi.7
Kolam renang dan kolam yang didisain khusus untuk kolam hidroterapi dapat digunakan
untuk aplikasi hidroterapi. Kebanyakan kolam renang panjangnya 100 kaki dan lebar 25 kaki
dengan kedalaman 8 kaki dengan dasar yang miring agar dapat turun secara perlahan.
Sedangkan kolam hidroterapi lebih kecil dan posisi pasien berada di tengah atau di ujung kolam
agar dapat melakukan latihan yang spesifik. Beberapa kolam hidroterapi dilengkapi dengan
treadmill di bawah air, yang sesuai dengan kecepatan aliran air, dan kedalaman yang sesuai
dengan lantai yang dapat bergerak untuk aktivitas latihan (gambar 14). 7

7
Gambar 14 Kolam latihan yang dilengkapi dengan treadmill

Temperatur kolam
Temperatur air untuk latihan harus berada pada suhu 260C- 360C (790-970F). Gerakan
yang dilakukan pasien diharapkan dapat mengoptimalkan temperatur ini. Temperatur 34 0C-
360C (930-970F) harus digunakan saat aktivitas dengan intensitas rendah, seperti latihan ringan
oleh orang tua atau pasien dengan artritis. Hal ini disebabkan karena temperatur yang hangat
lebih nyaman dan dapat membantu pasien yang kurang bergerak untuk mempertahankan suhu

20
panas tubuh saat berada di dalam air. Pada suhu yang lebih dingin, yaitu 26 0C- 280C (790-820F),
dianjurkan untuk kolam rekreasi atau dimana latihan yang lebih intensif dapat dilakukan karena
temperatur yang dingin menghilangkan panas yang dihasilkan pasien sehingga memungkinkan
mereka lebih giat melakukan latihan, dengan rasa lelahyang minimal. Temperatur air tidak
boleh kurang dari 18,50C (65F) karena temperatur yang rendah dapat merusak kemampuan
kontraksi otot.7

II.5. Efek Samping Hidroterapi


Tenggelam
Efek samping yang paling berat dari hidroterapi adalah kematian akibat tenggelam
sehingga monitor ketat harus dilakukan untuk meminimalkan resiko ini.7
Luka Bakar, Pingsan dan Perdarahan
Pengobatan dengan perendaman dalam whirlpool yang hangat atau panas mempunyai
resiko yang berhubungan dengan bentuk termoterapi superfisial, seperti luka bakar, pingsan, dan
perdarahan. Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya beberapa efek samping, temperatur
air yang digunakan untuk hidroterapi harus dijaga agar tetap sesuai dan harus selalu diperiksa
dengan termometer sebelum digunakan pasien. Sebagai tambahan, petugas fisioterapi dapat
memeriksa temperatur air dengan menempatkan tangan yang telah memakai sarung tangan ke
dalam air. Oleh karena populasi tertentu, khususnya orang tua, bayi, serta mereka yang
mengalami gangguan sensibilitas atau defisit neurologi , mempunyai resiko tinggi menderita luka
bakar, penggunaan air panas harus dihindari saat mengobati pasien seperti ini.
Resiko untuk pingsan kebanyakan disebabkan karena hipotensi ketika sebagian besar
tubuh pasien direndam ke dalam air panas. Resiko ini makin meningkat saat pasien tersebut
minum obat antihipertensi. Oleh karena itu, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pingsan,
hanya bagian tubuh yang akan diterapi yang direndam dalam air panas, dan semua pasien yang
mendapat obat antihipertensi harus dimonitor ketat. Juga, semua pasien harus disokong baik
selama perendaman air panas untuk mencegah pasien tersebut pingsan.7
Hiponatremia
Hidroterapi dengan perendaman berhubungan dengan terjadinya hiponatremia pada
pasien dengan luka bakar yang luas. Hal ini disebabkan pada pasien ini terjadi kehilangan garam
dari luka terbuka saat berendam dalam air kolam yang mempunyai salinitas yang lebih rendah

21
dari cairan tubuh. Untuk memperkecil kemungkinan terjadi hiponatremia, garam harus
ditambahkan pada air saat melakukan terapi pasien dengan luka bakar luas ataupun luka lain
yang luas.
Infeksi
Resiko infeksi dapat diperkecil dengan menggunakan teknik hidroterapi tanpa
perendaman, atau dengan teknik hidroterapi perendaman dengan mengikuti protokol kebersihan
dan menambahkan antimikroba ke dalam air. 7
Edema yang memberat
Perendaman dalam air panas menyebabkan peningkatan edema tangan pada pasien yang
mempunyai gangguan pada ekstremitas atas, dan efek ini semakin bertambah bila suhu air
dinaikkan. Oleh sebab itu, untuk mencegah perburukan suatu edema, hanya air dingin yang
digunakan, dan dilakukan pembatasan perendaman ekstremitas dalam air saat terjadi inflamasi
akut.
Serangan Asma
Kelembaban daerah sekitar kolam latihan dapat membantu mengurangi terjadinya asma
akibat latihan, ditemukan bahwa kontak dengan air yang telah tercampur dengan chlorine dapat
menyebabkan penurunan forced expiratory volume pada pasien asma bahkan pada mereka yang
tidak memiliki gejala.

II.6 Penggunaan Khusus Latihan Dalam Air


Rehabilitasi pada ortopedi
Lingkungan air yang dapat mengontrol beban tubuh dan resistensi, membantu seseorang
dengan disfungsi spinal atau muskuloskeletal perifer melakukan latihan dimana latihan tersebut
sukar dilakukan di darat. Hal ini menyebabkan pasien post trauma, post operasi atau
immobilisasi dapat melakukan latihan permulaan di dalam air, ataupun latihan yang lebih banyak
lagi bagi pasien dengan osteoartitis dan pergeseran diskus spinalis. Partisipasi dalam latihan ini
baik untuk pemulihan awal dan untuk memperbaiki fungsi mobilitas.
Beban tubuh selama latihan akuatik dapat berkurang sesuai kedalaman perendaman atau
dengan penggunaan alat untuk membantu mengapung seperti ikat pinggang, ban lengan,
pegangan untuk mengapung, perendaman yang lebih dalam atau alat-alat tersebut dapat
membantu mengurangi beban. Perangkat untuk mengapung juga dapat meningkatkan efek

22
relaksasi otot dari air dengan mengeliminasi atau mengurangi beban kerja pasien untuk tetap
mengapung. Oleh sebab itu, penggunaan alat bantu ini khusus untuk pasien yang memerlukan
penurunan beban sendi dan aktivitas otot. Contohnya, pasien dengan kondisi spinal yang
sensitif terhadap beban seperti pasien dengan penonjolan diskus atau herniasi ataupun kompresi
radiks, mendapat keuntungan dari efek relaksasi mengapung secara vertikal yang dibantu oleh
ban, yang dapat mengurangi beban struktur intraartikular spinal dan menyebabkan relaksasi otot
paraspinal.8
Efek resistensi yang bervariasi selama latihan dalam air, dengan mengubah kecepatan
atau arah gerakan air atau kecepatan perpindahan pasien dalam air, dapat mengubah efek klinik
latihan dalam air. Lebih cepat pergerakan air terhadap pasien, melawan arah gerakan pasien
dalam air, atau lebih cepat pergerakan pasien dalam air, lebih besar juga resistensi yang terjadi
melawan perpindahan pasien, sehingga semakin besar efek penguatan dari aktivitas latihan.
Intensitas latihan dapat dikurangi dengan cara memodifikasi kecepatan pergerakan air dalam
kolam atau dengan perubahan kecepatan pasien berpindah saat latihan. 8
Tipe latihan yang dilakukan dalam air harus didisain secara hati-hati dan dipilih sesuai
kondisi pasien untuk menghindari terjadinya eksaserbasi atau timbulnya masalah baru. Pasien
dapat melakukan latihan closed-chain atau open-chain dalam air. Latihan closed chain dapat
dilakukan dengan menggunakan dasar kolam untuk memfiksasi ekstremitas bawah saat pasien
berada di air dangkal (gambar 15) atau menggunakan sisi kolam sebagai fiksasi ekstremitas
bawah saat pasien berada pada air yang dalam. Latihan open-chain dapat dilakukan baik di air
dangkal atau air yang dalam, tergantung dari bagian tubuh yang akan diterapi atau pun tipe
latihannya (Gbr. 16). Penting juga untuk memilih latihan untuk masalah khusus atau harus
waspada untuk perubahan biomekanikal jika latihan yang biasanya dilakukan di darat akan
dilakukan dalam air.7

23
Gambar 157 Latihan closed chain dalam air Gambar 167 Latihan open chain dalam air

Oleh karena latihan dalam air dapat mengurangi beban tubuh pada tulang, secara umum
diasumsikan bahwa latihan pada lingkungan ini tidak dapat dipakai untuk memelihara densitas
tulang pada wanita postmenopause. Latihan dalam air memberikan dampak positif dan
merupakan cara aman untuk mereka yang memiliki resiko tinggi untuk jatuh, tapi tidak efektif
untuk meningkatkan densitas tulang.9

Rehabilitasi neurologi
Latihan dalam air telah direkomendasikan pada pasien dengan kelemahan, disabilitas, dan
cacat oleh karena disfungsi neurologik, karena pada latihan ini terdapat input proprioseptif,
bantuan untuk beban tubuh, dan merupakan lingkungan yang aman untuk pergerakan. 10 Input
proprioseptif khususnya menguntungkan pasien dengan defisit sensori sentral, yang terjadi pada
pasien post stroke atau trauma kepala, dan bantuan untuk beban tubuh dapat mempermudah
pergerakan dan mengurangi resiko jatuh sehingga memfasilitasi pasien untuk melakukan
eksplorasi gerak lebih banyak lagi. Selain itu dapat membantu latihan aktivitas fungsional, dan
memperkuat pasien dengan kelemahan dan gangguan kontrol motorik. 10 Eksplorasi gerakan dan
peningkatan produksi gerakan yang tidak diinginkan terjadi saat latihan di air merupakan respon
untuk peningkatan keseimbangan sebagai hasil program. Pasien dengan spastisitas sesudah
trauma tulang belakang, ROM secara pasif dikombinasikan dengan latihan di air dapat
menurunkan spastisitas secara bermakna dan dengan penggunaan obat antispasmodik juga dapat

24
meningkatkan derajat fungsional lebih besar dibandingkan program ROM pasif sendiri.
Pengurangan beban sebagai hasil dari daya apung air dan peningkatan suport abdominal
oleh tekanan hidrostatik air dapat membantu pernapasan pada pasien dengan kelemahan
diafragma, dimana dapat terjadi sesudah trauma tulang belakang atau pada pasien dengan
Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), meskipun harus diseimbangkan dengan peningkatan
beban pernapasan akibat perpindahan cairan ke sirkulasi sentral. Penurunan berat badan pasien
yang disebabkan oleh daya apung air selama tubuh berada dalam air dan bantuan oleh tekanan
hidrostatik dan daya apung air mempermudah therapist menangani pasien.7
Latihan dalam air dengan menggunakan pendekatan spesifik yang bervariasi, seperti
neurodevalopmental training (NDT) atau dengan bad Ragaz method, telah direkomendasikan
dalam mengembangkan fungsi pasien dengan masalah neurologik. Metode-metode ini
menggunakan instruksi verbal dan taktil stimulasi untuk menuntun pasien lebih maju lagi dalam
mempraktikkan pergerakan normal. Tingkat aktivitas dapat dimodifikasi dengan cara mengatur
tingkat kedalaman air atau dengan menggunakan salah satu bantuan peralatan untuk mengapung.
Metode-metode ini secara khusus digunakan untuk mengembangkan stabilitas dan kontrol
motorik.7

Kebugaran Kardiorespirasi
Oleh karena program latihan dalam air terbukti bisa untuk memelihara dan meningkatkan
kondisi aerobik, latihan dalam air dapat digunakan secara umum bagi pasien yang ingin
meningkatkan kebugaran kardiovaskular. Bentuk latihan ini secara khusus bermanfaat bagi
jantung pada pasien dengan beberapa kondisi seperti osteoartritis, pemulihan masa post operatif,
instabilitas sendi, yang mengalami perburukan akibat beban sendi sehingga terjadi keterbatasan
latihan yang dilakukan di darat. Latihan dalam air juga bermanfaat bagi pasien penyakit paru
obstruktif kronik, yang menghasilkan peningkatan kapasitas fisik dan kualitas hidup, dan seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, dengan monitor ketat, pasien dengan gagal jantung kongestif
dapat memperoleh manfaat dari latihan ini.7
Peningkatan cardiac output oleh tekanan hidrostatik akibat perendaman dalam air, seperti
yang dijelaskan sebelumnya, membawa beberapa investigasi tentang efek latihan dalam air bagi
rehabilitasi jantung.Sebuah bentuk latihan dalam air yang terdiri dari kombinasi perendaman dan
ekspirasi dalam air menemukan bahwa hal ini dapat meningkatkan cardiac ejection fraction dan

25
dapat menurunkan left ventricular end-diastolic dan systolic dimension pada pasien emfisema
saat istirahat. Latihan ini juga menghasilkan peningkatan rasio dari forced expired volume in 1
second (FEV1) dan forced vital capacity (FVC) (FEV1:FVC) dan penurunan PaCO2. Hasil - hasil
ini menjadikan latihan dalam air efektif untuk meningkatkan fungsi pernapasan dan jantung pada
pasien dengan emfisema.12

Latihan dalam air selama kehamilan


Sejumlah studi tentang efek latihan dalam air selama kehamilan mengindikasikan bahwa
bentuk latihan ini dapat dipakai secara khusus oleh wanita hamil. Latihan dalam air bermanfaat
dalam mengurangi beban tubuh pada sendi, mengontrol edema perifer, dan menyebabkan
berkurangnya peningkatan denyut jantung, tekanan darah serta suhu tubuh dibandingkan latihan
yang sama yang dilakukan di darat. 13
Latihan dalam air juga beresiko rendah terhadap fetus dibandingkan latihan di darat
karena insidens takikardi pada fetal setelah latihan di air lebih rendah daripada yang melakukan
latihan yang sama di darat. 13
Perendaman tubuh atau latihan dengan posisi tegak menempatkan tekanan hidrostatik
pada area yang terendam. Hal ini berguna untuk mengurangi edema perifer pada pasien hamil.
Efek ini dihasilkan oleh peningkatan aliran vena dan limfatik serta pengaruh peningkatan
diuresis pada ginjal akibat adanya tekanan hidrostatik air pada ekstremitas bawah. Oleh karena
tekanan hidrostatik meningkat sesuai dengan kedalaman air, kontrol terhadap edema perifer
paling besar terjadi saat pasien latihan dalam posisi tegak untuk menghasilkan tekanan terbesar
pada bagian distal ekstremitas bawah.7

Asma yang timbul akibat latihan


Latihan dalam air seperti berenang sangat cocok bagi pasien yang mendapat serangan
asma akibat latihan, karena lingkungan air dapat menurunkan insidens asma pada pasien
dibandingkan latihan yang dilakukan di darat. Juga, sejumlah studi menunjukkan adanya
penurunan gejala asma dan peningkatan kebugaran pada pasien. Khususnya anak-anak, sangat
respon terhadap latihan berenang.14

26
Defisit yang berhubungan dengan umur
Beberapa studi terhadap individu dengan umur kurang dari 60 tahun menemukan bahwa
program latihan dalam air dapat meningkatkan kekuatan, fungsi mobilitas, keseimbangan, dan
kualitas hidup pada populasi ini. Daya apung air membantu menghilangkan nyeri selama latihan
dan juga membantu menyokong pasien yang memiliki gangguan keseimbangan di darat. Usaha
melawan resistensi dari air juga membantu meningkatkan kekuatan pada populasi ini.

Kontrol nyeri
Hidroterapi sering direkomendasikan sebagai terapi untuk mengontrol nyeri. Air dingin
juga mengkontribusi penurunan nyeri dengan cara menurunkan inflamasi akut. Kontrol nyeri
dapat dihasilkan juga melalui penurunan beban tubuh dan mempermudah perpindahan akibat
perendaman dalam air.7

Kontrol edema
Perendaman dalam air dapat menurunkan edema perifer. Efek ini disebabkan oleh
tekanan hidrostatik air dan sebagai hasil perubahan sirkulasi dan fungsi ginjal. Oleh sebab itu
perendaman dalam air direkomendasikan untuk pengobatan edema perifer dengan berbagai
etiologi, termasuk insufisiensi vena atau limfatik, disfungsi ginjal, dan inflamasi post operatif.
Sebagai tambahan, pada efek tekanan hidrostatik untuk edema post operatif, efek pendinginan
air dingin dapat juga mengkontribusi penurunan edema melalui vasokonstriksi dan penurunan
permeabilitas vaskular. Oleh sebab itu, perendaman ekstremitas atau bagian tubuh ke dalam air
dingin, sering digunakan sebagai komponen terapi edema akibat trauma yang baru saja terjadi
dengan tanda-tanda inflamasi akut. Perendaman pada air hangat tidak direkomendasikan karena
pemanasan dan penempatan area pada posisi tertentu dapat meningkatkan temperatur jaringan
dan juga meningkatkan tekanan intravaskular sehingga terjadi peningkatan inflamasi dan aliran
arteri perifer. Hal ini malah menyebabkan peningkatan dan bukannya penurunan edema.15
Pengobatan Luka
Hidroterapi juga menghasilkan peningkatan penyembuhan luka dari berbagai etiologi,
termasuk diabetes melitus, ulkus dekubitus, atau insufisiensi vaskular serta luka bakar.
Hidroterapi juga digunakan untuk pengobatan luka akibat trauma, operasi, abses, fasciitis
nekrotik, atau selulitis. Hidroterapi digunakan dalam perawatan luka oleh karena adanya sifat

27
pembersihan yang memfasilitasi terjadinya rehidrasi, perlunakan dan debridemen jaringan
nekrotik dan juga menghilangkan kotoran eksogen luka. Tekanan hidrostatik oleh perendaman
air dan efek pemanasan oleh air hangat juga dapat meningkatkan sirkulasi (gambar 17).
Penggunaan hidroterapi konsisten dengan pengertian terbaru bahwa lebih penting memelihara
luka pada lingkungan lembab daripada lingkungan kering untuk mengoptimalkan penyembuhan
luka.7
Nonimersi  pembersihan  Melembutkan jaringan nekrotik  Jumlah bakteri↓
Menyingkirkan debris luka Halangan untuk epitelisasi↓

Imersi ↑ Penyembuhan luka

Tekanan hidrostatik Sirkulasi↑ Nutrisi↑


Pembuangan produk sisa↑

Gambar 177 Efek hidroterapi pada pengobatan luka

Tekanan cairan yang berlebihan dapat menyebabkan luka trauma dan memudahkan
masuknya bakteri ke dalam luka. Meskipun tekanan air kolam yang diaplikasikan untuk luka
dapat dimodifikasi sampai batas tertentu dengan menggerakkan output turbin ke arah atau
menjauhi luka atau dengan merubah tingkat aerasi. Jumlah tekanan absolut yang dihasilkan
tidak dapat diketahui dan tidak dapat terkontrol. Oleh sebab itu tekanan kecil atau tekanan besar
dapat digunakan untuk terapi ini. Direkomendasikan bahwa terapi whirlpool hanya digunakan
untuk membersihkan luka dengan eksudat yang tebal, jaringan nekrotik, dan luka bernanah,
dimana mungkin tidak efektif dengan teknik hidroterapi tanpa perendaman ataupun saat alat
hidroterapi ini tidak tersedia. Saat luka dinyatakan bersih, maka semua bentuk hidroterapi harus
dihentikan.

BAB III

28
KESIMPULAN

Hidroterapi adalah terapi dengan menggunakan air. Sifat fisik air meliputi sifat
konduktivitas, efek mengapung, resistensi, dan tekanan hidrostatik. Semua sifat ini memberi
kontribusi bagi efektivitas terapi.
Hidroterapi terbagi atas dua teknik, yaitu dengan perendaman dan tanpa perendaman.
Efek perendaman ini menghasilkan perubahan kardiovaskular, respiratori, muskuloskeletal, renal
dan psikologi. Manfaat klinik teknik perendaman meliputi kontrol nyeri, modifikasi kebutuhan
muskuloskeletal, dan penurunan edema. Hidroterapi perendaman ini dapat menggunakan
whirpool, Hubbard tank,contrast bath, atau kolam latihan.
Hidroterapi tanpa perendaman digunakan untuk membersihkan luka, untuk mengurangi
perkembangan bakteri dan menghilangkan kotoran selama terapi. Hidroterapi ini dapat
diaplikasikan dalam bentuk shower atau peralatan irigasi khusus. Oleh karena perendaman
berhubungan dengan peningkatan infeksi dan resiko tenggelam, dan penggunaannya juga
memerlukan waktu, maka hidroterapi tanpa perendaman lebih direkomendasikan bila dalam
terapi efek yang diinginkan hanya efek pembersihannya.
Kontraindikasi dan precaution untuk hidroterapi dengan perendaman ialah maserasi luka,
perdarahan, gangguan kognitif atau gangguan sensasi termal, infeksi, instabilitas jantung, dan
kehamilan. Sedangkan kontraindikasi dan precaution untuk hidroterapi tanpa perendaman dan
terapi luka dengan tekanan negatif adalah maserasi luka, exposed pembuluh darah, keganasan
pada luka, dan perdarahan.
Untuk mengoptimalkan hasil hidroterapi, rencana dan peralatannya dipilih berdasarkan
resiko dan manfaat penggunaan hidroterapi. Semua precaution juga harus dipelajari untuk
keamanan dan keselamatan penggunaan hidroterapi.

DAFTAR PUSTAKA

29
1. Ambarwati E.Terapi Akuatik. Dalam: Nuhoni SA,Tulaar A, Kusumastuti P, Pradanasari
R, Wahyuni LK. Bunga Rampai Rehabilitasi Medik. Jakarta: Bidang Pendidikan dan
Latihan Pengurus Besar Perdosri; 2002. h. 32
2. Bruce EB. Aquatic Physis. In: Ruoti RG, Morris DM, Cole AJ. Aquatic Rehabilitation.
Philadelphia: Lippincott; 1997. P.15-22
3. DeLisa JA. Physical Medicine & Rehabilitation Principles and Practice, 5 th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2010.p.1673-86
4. Gleim GW, Nicholas JA. Metabolic costs and heart rate responses to treadmill walking in
water at different depths and temperatures. Am J Sports Med 1989; 17(2):248-252
5. Cider A, Tang MS, et al. Immersion in warm water induces improvement in cardiac
function in patient with chronic heart failure. Eur J Heart Fail. 2006; 8(3):308-13
6. Epstein M. Renal effects of head-out water immersion in humans: a 15-year update.
Physiol rev. 1992; 72 (3): 563-621
7. Cameron MH. Physical Agents in Rehabilitation From Research to Practice. 2 nd ed.
California: Saunders; 2003
8. Konlian C. Aquatic Therapy: Making A Wave in the Treatment of Low Back Injuries,
Orthop Nurs 1999; 18 (1): 11-8
9. Tsukahara N, Toda A, Goto J, et al. Cross sectional and longitudinal studies on the effect
of water exercise in controlling bone loss in Japanese postmenopausal women. J Nutr Sci
Vitaminol Tokyo 1994; 40(1):37-47
10. Hurley R, Turner C. Neurology and Aquatic Therapy, Clin Mgmt 1991;11:26-9
11. Johnson CR. Aquatic Therapy for an ALS Patients. Am J Occup Ther 1988; 42(2): 115-
120
12. Kurabayashi H, Machida I, Kubota K. Improvement in Ejection Fraction by
Hydrotherapy as Rehabilitation in Patients with Chronic Pulmonary Emphysema.
Physiother Res Int 1999; 3(4): 284-291
13. Katz VL, Mc Murray R, Goodwin WE, et al. Nonweightbearing Exercise During
Pregnancy on Land and During Immersion: a Comparative Study. Am J Perinatology
1990; 7(3): 281-4
14. Huang SW, Veiga R, Sila U, et al. The Effect of Swimming in Asthmatic Children
Participants in a Swimming Program in the City Baltimore. J Asthma 1989; 26: 117-121
15. Becker BE. The Biological Aspects of Hydrotherapy. J Back Musculosceletal
Rehabilitation 1994; 4 (4):225-264

DAFTAR PUSTAKA

30
16. Ambarwati E.Terapi Akuatik. Dalam: Nuhoni SA,Tulaar A, Kusumastuti P, Pradanasari
R, Wahyuni LK. Bunga Rampai Rehabilitasi Medik. Jakarta: Bidang Pendidikan dan
Latihan Pengurus Besar Perdosri; 2002. h. 32
17. Bruce EB. Aquatic Physis. In: Ruoti RG, Morris DM, Cole AJ. Aquatic Rehabilitation.
Philadelphia: Lippincott; 1997. P.15-22
18. DeLisa JA. Physical Medicine & Rehabilitation Principles and Practice, 4 th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2005
19. Belanger AY. Evidence Based Guide to Therapeutic Physical Agents. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2003
20. Bates A, Hanson N. Aquatic Exercise Therapy. Philadelphia: W.B Saunders Company.
21. Bolton E, Goodwin D. An Introduction to Pool Exercise, 3rd ed. Edinburgh: E&S
Livingstone. 1967
22. Skinner AT, Thomson AM. Duffield’s Exercise in Water. London: Bailliere Tindall. 1983
23. Lawant J, Keiser ET, Duijker L. Manual Hidrotherapy. Amsterdam: Hogeschool van
Amsterdam; 2002
24. Cameron MH. Physical Agents in Rehabilitation From Research to Practice. 2 nd ed.
California: Saunders; 2003
25. Konlian C. Aquatic Therapy: Making A Wave in the Treatment of Low Back Injuries,
Orthop Nurs 1999; 18 (1): 11-8
26. Tsukahara N, Toda A, Goto J, et al. Cross sectional and longitudinal studies on the effect
of water exercise in controlling bone loss in Japanese postmenopausal women. J Nutr Sci
Vitaminol Tokyo 1994; 40(1):37-47
27. Hurley R, Turner C. Neurology and Aquatic Therapy, Clin Mgmt 1991;11:26-9
28. Johnson CR. Aquatic Therapy for an ALS Patients. Am J Occup Ther 1988; 42(2): 115-
120
29. Kurabayashi H, Machida I, Kubota K. Improvement in Ejection Fraction by
Hydrotherapy as Rehabilitation in Patients with Chronic Pulmonary Emphysema.
Physiother Res Int 1999; 3(4): 284-291
30. Katz VL, Mc Murray R, Goodwin WE, et al. Nonweightbearing Exercise During
Pregnancy on Land and During Immersion: a Comparative Study. Am J Perinatology
1990; 7(3): 281-4
31. Huang SW, Veiga R, Sila U, et al. The Effect of Swimming in Asthmatic Children
Participants in a Swimming Program in the City Baltimore. J Asthma 1989; 26: 117-121
32. Becker BE. The Biological Aspects of Hydrotherapy. J Back Musculosceletal
Rehabilitation 1994; 4 (4):225-264

31

Anda mungkin juga menyukai