Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKALOID DAN

BASA NITROGEN,SULFONAMIDA DAN BARBITURAT, SERTA


ANTIBIOTIKA

I. Tujuan
1. Mengidentifikasi senyawa golongan alkaloid dan basa nitrogen
2. Mengidentifikasi senyawa golongan sulfonamida dan barbiturat
II. Prinsip
Alkaloid
1. Golongan alkaloid dapat bereaksi dengan reagensia dragendorf, dapat
diamati dari terbentuknya endapan
Sulfonamida
1. Pengkopelan senyawa golongan sulfonamida dengan reagensia p-DAB
menghasilkan endapan dengan spektrum warna kuning hingga merah
III. Reaksi
 Reaksi kini dengan asam sulfat

 Reaksi papaverin dengan asam sulfat


(kelly,2009)
 Reaksi efedrin dengan CuSO4 dan NaOH

 Reaksi heksamin dengan Liebermann

 Reaksi sulfamerazin dengan vanilin sulfat pekat

 Reaksi sulfonamida dengan pDAB


IV. Data Pengamatan

Alkaloid dan basa nitrogen

 Kinin HCl

NO PERLAKUAN HASIL FOTO

Menghasilkan
1. Larutan zat dalam air
warna biru muda

Menghasilkan
Zat dalam asam sulfat fluoresensi warna
tosca yang kuat

Menghasilkan
Zat dalam NaOH fluoresensi kuning
lemah

Tidak
Zat kinin
berfluoresensi

2. Pembuatan kristal dengan HgCl2 Terdapat kristal

 Papaverin
NO PERLAKUAN HASIL FOTO

Berwarna putih
1. Sampel + reagensia lieberman
bening

Menghasilkan
warna hijau
2. Sampel + reagensia Mandelim
kehitaman, dan
berbuih

Menghasilkan
10 mg zat + 1 mL anhidrida asam
3. fluoresensi hijau
asetat + 3 tts asam sulfat pekat
lemah

Pembentukan kristal dengan


4. Terdapat kristal
HgCl2

 Efedrin

NO PERLAKUAN HASIL FOTO

Menghasilkan
warna jingga
1. Sampel + reagensia lieberman
kemerahan dan
endapan jingga
Menghasilkan
Sampel + larutan CuSO4 + NaOH
2. warna biru muda
encer
terang

3. Pembentukan kristal dengan HgCl2 Terdapat kristal

 Heksamin

NO PERLAKUAN HASIL FOTO

100 mg zat +100 mg asam salisilat Menghasilkan


1.
+ 1 mL H2SO4 + panaskan larutan putih keruh

Lakmus merah
Sampel + asam sulfat encer + itts
2. tidak berubah
formaldehid + kertas lakmus
warna

Pembuatan kristal dengan cara


3. Terdapat kristal
sublimasi

Sulfonamida dan Barbiturat

 Sulfanilamid
NO PERLAKUAN HASIL FOTO

Menghasilkan
Sampel+HCl encer + reagensia p-
1. larutan berwarna
DAB
kuning kejinggaan

Menghasilkan
2. Sampel + CuSO4
warna biru pucat

Menghasilkan
3. Sampel + vanilin + asam sulfat warna kuning
bening

Pembentukan kristal dengan aseton


4. Terdapat kristal
air

 Sulfamerazin

NO PERLAKUAN HASIL FOTO

Mengahasilkan
1. Sampel + reagensia p-DAB warna jingga
kemerahan
Sampel + q.s NaOH 0,1 M + Menghasilkan
2.
reagensia CuSO4 warna biru muda

Mengahasilkan
3. Sampel + vanilin + asam sulfat warna kuning
hingga jingga

V. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan reaksi reaksi pendahuluan terhadap


senyawa golongan alkaloid dan basa nitrogen serta senyawa golongan
sulfonamida dan barbiturat. Pada praktikum ini dilakukan banyak reaksi warna
untuk uji identifikasi dengan sampel yang digunakan adalah kinin, papaverin,
efedrin, heksamin,sulfanilamid, dan sulfamerazin.

Prinsip identifikasi untuk golongan alkaloid sendiri yaitu dapat bereaksi


dengan reagensia dragendorf yaitu dengan menghasilkan endapan jingga. Pada
identifikasi alkaloid dengan pereaksi dragendorf, nitrogen digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan bismut menghasilkan endapan
jingga sampai merah (marliana,2005).

Sampel yang pertama dari golongan alkaloid yang di identifikasi adalah


Kinin HCl. Sejumlah zat ditaruh kedalam beberapa lubangg diatas pelat tetes
kemudian ditambahkan berbagai macam pelarut yaitu air, asam sulfat, NaOH
,dan tanpa perlakuan. Pelat tetes yang berisi zat tadi diletakkan dibawah lampu
UV dengan panjang gelombang 254nm untuk diamati fluoresensinya. Sampel
yang dilarutkan dalam air menghasilkan biru muda , sedangkan untuk sampel
yang ditambahkan asam sulfat menghasilkan fluoresensi berwarna biru tosca
yang kuat. Sampel yang dilarutkan dalam natrium hidroksida menghasilkan
fluoresensi warna kuning lemah dan sampel yang tidak diberi perlakuan
apapun tidak terlihat warna fluoresensinya. Intensitas fluoresensi senyawa
heterosiklis yang mengandung gugus –NH karena gugus N mengalami
protonasi yang menghasilkan warna lebih terang dibandingkan dengan
penambahan larutan ber pH basa. Adanya oksigen dalam asam sulfat juga
menyebabkan penurunan intensitas fuoresensi atau yang sering disebut dengan
quenchin. Hal ini tejadi karena terjadinya oksidasi senyawa oleh molekul
oksigen karena pengaruh cahaya. Uji identifikasi selanjutnya yang dilakukan
terhadap kinin HCl yaitu pembentukan kristal dengan HgCl2. Adapn langkah
yang dilakukan yaitu dengan melarutkan sampel kedalam sejumlah HCl encer
diatas kaca preparat. Setelah itu ditaburkan serbuk HgCl2 menggunakan spatel
karena sifat HgCl2 yang korosif. Setelah itu preparat diamati dibawah objek.
Kristal yang terbentuk yaitu bulat lonjong dan seperti terdapat lingkaran
berbentuk lonjong lagi didalamnya.

Sampel alkaloid yang akan diidentifikasi selanjutnya adalah papaverin


HCl. Uji identifikasi yang pertama kali dilakukan yaitu identifikasi dengan
reagensia liebermann. Reagen ini terdiri dari NaNO2 dan asam sulfat. Sejumlah
zat diletakkan dalam tabung reaksi kemudian diteteskan reagensia lieberman
sebanyak 2 sampai 3 tetes kemudian dilakukan pemanasan. Hasil dari
identifikasi ini adalah perubahan warna zat yang tadinya putih menjadi larutan
berwarna putih bening. Perubahan warna ini bisa terjadi karena adanya reaksi
antara cincin benzen dengan pereaksi lieberman sehingga mengakibatkan
susunan struktur papaverin HCl berubah dan menimbulkan perubahan warna.
Identifikasi selanjutnya yaitu menggunakan pereaksi mandellin. Sejumlah
sampel ditempatkan diatas pelat tetes kemudian ditambahkan sebanyak 2
sampai 3 tetes pereaksi mandellin. Warna yang ditimbulkan adalah hijau botol
atau hijau tua yang disertai dengan buih. Buih yang dihasilkan merupakan salah
satu karakteristik dari golongan alkaloid yaitu dapat menghidrolisis senyawa
yang berikatan dengannya. Uji identifikasi yang ketiga dari papaverin HCl
adalah uji fluoresensi dengan cara sejumlah 10 mg zat ditambahkan dengan 1
mL anhidrida asam asetat dan 3 tetes asam sulfat pekat. Penambahan reagen
tersebut sudah merubah warna sampel menjadi jingga. Setelah itu sampel
diletakkan dibawah UV 254 nm yang menghasilkan warna fluoresensi hijau.
Warna tersebut mengindikasikan adanya papaverin HCl dalam sampel.
Identifikasi terakhir yang dilakukan untuk papaverin HCl adalah uji
pembentukan kristal dengan HgCl. Prosedur yang dilakukan sama seperti
sebelumnya yaitu melarutkan sedikit zat dengan HCl diatas preparat kaca ,
kemudian dengan menggunakan spatel ditaburkan serbuk HgCl2. Kristal yang
teramati mirip bentul hexagonal.

Sampel alkaloid selanjutnya yang akan diidentifikasi adalah efedrin.


Uji identifikasi yang pertama dilakukan adalah identifikasi dengan reagensia
lieberman. Sejumlah zat diletakkan diatas pelat tetes kemudian ditambahkan 2
sampai 3 tetes pereaksi lieberman. Perubahan yang dihasilkan dari identifikasi
ini yaitu terbentuknya gelembung putih dan larutan putih keruh. Hal ini
disebabkan oleh adanya reaksi antara reagensia liebermann dengan cincin
benzen yang dimiliki oleh struktur efedrin. Gelembung yang terbentuk juga
merupakan reaksi khas dari golongan alkaloid yang mampu menghidrolisis
senyawa yang berikatan dengannya. Hasil positif dari identifikasi dengan
reagensia lieberman ini adalah menghasilkan larutan berwarna jingga dan
endapan jingga. Untuk mencapai hasil tersebut maka dibutuhkan pemanasan.
Setelah pemanasan parameter positif telah dipenuhi yaitu terdapatnya larutan
berwarna jingga kemerahan dengan sedikit endapan jingga. Identifikasi kedua
yang dilakukan terhadap sampel papaverin yaitu dengan CuSO4 dan natrium
hidroksida. Sejumlah sampel diletakkan diatas pelat tetes kemudian tambahkan
larutan CuSO4 dan natrium hidroksida. Tembaga membentuk senyawa dengan
tingkat oksidasi +1 dan +2, potensial oksidasinya bertanda negatif sehingga
tembaga otomatis lebih sukar teroksidasi dibandingkan dengan hidrogen.
Larutan tembaga sulfat dalam asam akan mengakibtakan terjadinya hidrolisis
dan segera menyerap asam sehingga manghasilkan warna kuning. Selanjutnya
dilakukan penambahan NaOH dimana tembaga juga mengakibatkan hidrolisis
dan menyerap basa sehingga menghasilkan larutan yang berwarna biru.
Identifikasi terakhir yang dilakukan pada efedrin yaitu dengan pembentukan
kristal menggunakan HgCl2. Kristal yang terbentuk adalah kristal yang padat
seperti yang dapat dilihat pada data pengamatan.
Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap heksamin yang merupakan
bagian dari senyawa golongan alkaloid dan basa nitrogen. Heksamin adalah
senyawa organik heterosiklik dengan rumus (CH ) N yang merupakan senyawa
2 6 4

kristal putih sangat larut dalam air dan pelarut organik polar. memiliki struktur
mirip dengan adamantane yang berguna dalam sintesis senyawa kimia lainnya,
misalnya plastik, farmasi, karet aditif, atau dalam proses penyubliman dalam
vakum pada 280°C.
Hexamethylenetetramine berasal dari reaksi formaldehida dan amonia.
Reaksi ini dapat dilakukan dalam fase gas dan dalam larutan. Molekul ini memiliki
struktur tetrahedral simetris, mirip dengan adamantane yang empat sudutnya
adalah atom nitrogen dan pinggirnya adalah jembatan metilen serta tidak memiliki
ruang kosong untuk mengikat atom atau molekul lain.
Identifikasi pertama yang dilakukan untuk heksamin yaitu dengan
mencampurkan 100 mg sampel dengan 100 mg asam salisilat. Molekul
heksamin bersifat sebagai basis amina dan dilakukan penambahan asam
salisilat sehingga mengalami protonasi yaitu penerimaan
sebuah proton (kation hidrogen H+) dari asam salisilat lalu membentuk
konjugat asam. Kemampuan relatif sebuah molekul untuk melepaskan sebuah
proton diukur dengan menggunakan nilai pKa. Nilai pKa yang rendah
mengindikasikan bahwa senyawa tersebut asam dan akan dengan mudah
melepaskan protonnya kepada basa. pKa sebuah senyawa ditentukan oleh
banyak faktor, namun yang paling signifikan adalah diakibatkan oleh stabilitas
konjugat asam, yaitu kemampuan sebuah konjugat asam untuk menstabilkan
muatan negatif. Muatan negatif tersebut akan distabilisasi ketika terdistribusi
ke permukaan yang luas atau rantai yang panjang. Salah satu mekanisme yang
mendistribusi muatan negatif pada rantai panjang atau sebuah cincin
adalah resonansi. Pelarut juga dapat membantu stabilisasi muatan negatif dari
konjugat asam. Asam yang digunakan untuk melakukan protonasi tergantung
pada pKa sebuah senyawa. Ketika proton tidak begitu asam, sehingga molekul
tersebut tidak akan melepaskan proton dengan mudah, asam yang lebih kuat
daripada hidroksida diperlukan. Hidrida adalah salah satu dari banyak agen
protonasi yang kuat yang membentuk gas hidrogen ketika proton dari molekul
lain dilepaskan. Namun hasil produk hidrogen juga berarti bahwa protonasi
yang menggunakan agen-agen tersebut akan berbahaya dan harus dilakukan
pada atmosferinert (misalnya nitrogen) karena air, yang merupakan sumber
proton, berada di udara bebas dan hidrida akan bereaksi dengan air ketimbang
dengan molekul yang kita inginkan dan akan meledak. Lalu terjadi proses N-
alkilasi, Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi
molekul yang lebih panjang dan bercabang sehingga didapatkan warna menjadi
larutan putih keruh. Uji identifikasi selanjutnya yaitu dengan uji lakmus.
Sejumlah zat dimasukkan kedalam tabung reaksi , kemudian kedalam tabung
tersebut ditambahkan asam sulfat encer dan satu tetes formaldehid. Ujung
tabung reaksi tadi kemudian ditutup kapas dan kertas lakmus merah yang sudah
dibasahi. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa heksamin merupakan
senyawa basis amina yang memiliki pH basa. Tetapi terdapat asam sulfat yang
memungkinkan terjadinya protonasi sehingga heksamin menjadi cenderung
asam dan kertas lakmus yang ditaruh pada ujung tabung yang pada awalnya
berwarna merah akan tetap menjadi merah meskipun melaui perlakuan
tersebut. Uji identifikasi terakhir yang dilakukan terhadap heksamin yaitu
dengan pembentukan kristal menggunakan ring sublimasi. Adapun langkah
yang dilakukan yaitu diatas kaca preparat diletakkan ring sublimasi. Kemudian
kedalam ring tersebut dimasukkan sedikit sampel. Preparat kaca yang telah
dilapisi vaselin diletakkan diatas ring sublimasi dengan bagian yang diberi
vaselin menempel dengan ring sublimasi. Tujuan penambahan vaselin ini yaitu
agar saat terjadi proses sublimasi tidak ada zat yang keluar dari ring yang akan
memperkecil hasil kristal yang didapat. Kemudian diatas kaca preparat
terakhir, diletakkan kapas basah. Fungsi kapas basah ini seolah-olah shock
freezing sehingga kristal dapat segera terbentuk karena adanya perbedaan suhu
yang drastis. Kristal yang terbentuk mirip dengan bentuk trapesium yang dapat
dilihat pada data pengamatan.
Selanjutnya akan dilakukan identifikasi dengan senyawa golongan
sulfanilamid. Pada prinsipnya ,untuk identifikasi golongan sulfanilamid
dengan menggunakan reagensia p-DAB yang akan membentuk senyawa
kompleks berwarna kuning hingga merah.
Sulfanilamid merupakan bagian dari senyawa golongan sulfonamida.
Uji identifikasi pertama yang dilakukan terhadap sulfanilamid yaitu
mereaksikan sampel dengan reagensia p-DAB. Dari identifikasi ini
menghasilkan warna orange dan endapan orange. Hal ini disebabkan oleh
adanya reaksi antara reagensia p-DAB dengan gugus NH2 pada sulfonamida
sehingga dihasilkannya perubahan warna menjadi oranye. Uji identifikasi yang
kedua terhadap sulfanilamid yaitu dengan penambahan CuSO4 seperti yang
telah dibahas sebelumnya bahwa atom tembaga membentuk senyawa dengan
tingkat oksidasi +1 dan +2, potensial oksidasinya bertanda negatif sehingga
tembaga otomatis lebih sukar teroksidasi dibandingkan dengan hidrogen.
Larutan tembaga sulfat dalam asam akan mengakibtakan terjadinya hidrolisis
dan segera menyerap asam sehingga manghasilkan warna kuning. Selanjutnya
dilakukan penambahan NaOH dimana tembaga juga mengakibatkan hidrolisis
dan menyerap basa sehingga menghasilkan larutan yang berwarna biru.
Identifikasi selanjutnya yang dilakukan yaitu dengan penambahan reagensia
vanilin sulfat. Sejumlah sampel diletakkan diatas pelat tetes kemudian
ditambahkan sejumlah serbuk vanilin lalu diteteskan larutan asam sulfat. Dari
hasil identifikasi ini didapatkan perubahan warna menjadi warna kuning.
Identifikasi untuk sulfanilamid yang terakhir yaitu pembentukkan kristal
dengan menggunakan aseton air . sejumlah sampel dilarutkan dalam air,
kemudian larutan tersebut dipipet dan dipindahkan keatas kaca preparat,
setelah itu larutan tersebut ditetesi dengan sedikit aseton. Aseton dibiarkan
menguap dan diamati bentuk kristal yang terjadi. Dari hasil pengamatan bentuk
kristal yang didapatkan yaitu berbentuk jarum.
Sampel kedua yang merupakan bagian dari senyawa golongan
sulfonamida adalah sulfamerazin. Uji identifikasi pertama yang dilakukan
terhadap sulfamerazin adalah dengan reagensia p-DAB. Sejumlah sampel
tertentu diletakkan diatas pelat tetes kemudian ditambahakn 2 sampai 3 tetes
reagen p-DAB. Dari identifikasi ini dihasilkan warna jingga kemerahan.
Perubahan warna ini disebabkan oleh pada percobaan ini gugus pDAB akan
bertubrukan dengan gugus dari masing-masing sampel dimana pada reaksi ini
akan terjadi perpindahan dari gugus karbon, hidrogen dan oksigen dari senyawa
pDAB kedalam gugus sampel yang sedang diuji sehingga menghasilkan gugus
benzen yang telah berikatan dengan gugus amin dan gugus karbon, hidrogen dan
oksigen yang berasal dari pereaksi tersebut dan menghasilkan produk samping
yaitu asam sulfat. Identifikasi yang dilakukan selanjutnya yaitu penambhan
CuSO4 kedalam sampel diatas pelat tetes. Dari hasil identifikasi ini didapatkan
perubahan warna zat menjadi biru pucat. Penambahan NaOH ke dalam sampel
tidak merubah warna sampel (warna putih) sehingga saat ditambahkan CuSO4
warnanya berubah menjadi warna biru tua dengan endapan hitam, penambahan
NaOH hanya bertindak sebagai katalisator dan induktor yang akan memulai
reaksi antara sampel dengan CuSO4 dimana yang akan melakukan hal tersebut
adalah gugus OH pada NaOH, induktor dan katalisator yang digunakan pada
reaksi ini merupakan induktor dan katalisator basa dimana selain indikator dan
katalisator basa terdapat juga indikator dan katalisator asam yang biasanya
digunakan asam sulfat atau asam klorida. Identifikasi terakhir yang dilakukan
terhadap sulfamerazin yaitu dengan penambahan reagensia vanilin sulfat.
Sejumlah sampel diletakkan diatas pelat tetes kemudian kedalam pelat tersebut
ditambahakan serbuk vanilin dan beberapa tetes asam sulfat. Hasil dari
identifikasi tersebut adalah adanya perubahan warna yaitu larutan kuning dan
endapan oranye.

VI. Kesimpulan
1. Senyawa alkaloid dan basa nitrogen dapat diidentifikasi menggunakan
pereaksi dragendorf sebagai reaksi penggolongan umum. Untuk
penggolongan lebih lanjut dapat digunakan pereaksi liebermann, mandellin,
CuSO4, asam sulfat serta pembentukkan kristal.
2. Senyawa sulfonamida dapat diidentifikasi dengan reaksi pengkopelan
menggunakan p-DAB sebagai identifikasi umum. Untuk identifikasi lebih
lanjut dapat digunakan CuSO4 , vanillin sulfat,p-DAB dan pembentukkan
kristal.

DAFTAR PUSTAKA

Roth,Herman,J. 1985.Analisis Farmasi. Yogyakarta : UGM Press

Svehla. 1985. Textbook of Practical Organic Chemistry. London : Longman

Kelly,W.N. 2009. Pharmacy:What It Is and How It Works. New york: CRC press.

Lide. 2002. Handbook of Chemistry and Physics. New york : CRC Press
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS
FISIKOKIMIA

Identifikasi Senyawa-Senyawa Golongan Alkohol, Fenol, dan Asam


Karboksilat

Disusun Oleh :
Dewi Permatasari
260110120166

LABORATORIUM ANALISIS FISIKOKIMIA 2


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014

Anda mungkin juga menyukai