Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Modal Saham

Modal bagian hak pemilik dalam perusahaan yakni selisih antara aktiva dengan utang
(kewajiban) yang ada, bukan ukuran nilai jual perusahaan. Modal berasal dari investasi
pemilik dan hasil usaha perusahaan. Modal untuk perusahaan yang berbentuk perseroan
disebut modal saham. Dalam melaporkan modal perusahaan, haruslah dibedakan antara :
1. Investasi pemilik, disebut setoran modal
2. Peningkatan dalam aktiva bersih dari hasil operasi, disebut laba ditahan.

Saham merupakan bukti pemilikan atas suatu PT pemegang saham berarti pemilik. Para
pemegang saham mempunyai hak-hak sebagai berikut :

1. Hak suara, yaitu hak untuk ikut menentukan kebijaksanaan manajemen perusahaan.
2. Hak pembagian laba, yaitu hak untuk ikut mendapatkan bagian laba yang diperoleh
oleh PT, dalam bentuk penerimaan deviden yang dibagikan perusahaan.
3. Hak untuk mempertahankan proposisi pemilikan, yaitu hak untuk memiliki/ membeli
jika PT mengeluarkan saham baru.
4. Hak pembagian harta jika perusahaan dilikuiditas, yaitu hak untuk memperoleh sisa
harta perusahaan setelah kewajiban pihak ketiga perusahaan dibubarkan.
B. Macam-macam Saham
1. Saham Biasa

Saham biasa adalah saham yang pelunasannya dilakukan paling akhir jika perusahaan
dilikuidasi, sehingga resikonya paling besar. Karena resikonya paling besar, biasanya jika
usaha perusahaan berjalan dengan baik maka deviden saham biasa lebih besar daripada
saham prioritas.

2. Saham Prioritas
Saham prioritas merupakan saham yang mempunyai beberapa kelebihan, biasanya
dihubungkan dengan pembagian deviden dan pembagian aktiva pada saat perusahaan
dilikuidasi. Dalam hal pembagian deviden adalah bahwa deviden yang dibagi pertama
kali harus dibagikan untuk saham prioritas, kalau ada kelebihan baru dibagikan kepada
pemegang saham biasa.
a. Saham prioritas kumulatif: adalah saham prioritas yang devidennya setiap tahun
harus dibayarkan kepada pemegang saham. Jika dalam suatu tahun deviden tidak
dapat dibayar, maka pada tahun-tahun berikutnya deviden yang belum dibayar
harus dilunasi lebih dulu, sebelum membagi deviden kepada pemegang saham
biasa.
b. Saham prioritas tidak kumulatif: deviden tahun-tahun sebelumnya yang belum
dibayar tidak perlu dilunasi pada tahun-tahun berikutnya. Jika akan membayar
deviden untuk saham biasa, kewajibannya hanya membayar deviden saham
prioritas untuk tahun tsb.
c. Saham prioritas berpartisipasi penuh: jika saham prioritas berhak atas deviden
dengan jumlah yang sama besar dengan saham biasa sesudah saham biasa
mendapat deviden sebesar persentase deviden saham prioritas.
d. Saham prioritas berpartisipasi sebagian: saham prioritas akan mendapat deviden
sampai jumlah tertentu (dinyatakan dalam %) yang ditetapkan sesudah saham
biasa mendapat deviden dengan tarif yang sama dengan saham prioritas.

A. Akuntansi Pencatatan Saham


Untuk dapat melakukan pencatatan modal saham dengan baik, perlu diketahui istilah – istilah
berikut ini:
1. Modal saham statuter atau modal saham yang diotorisasi, yaitu jumlah saham yang
dapat dikeluarkan sesuai dengan akta pendirian perusahaan.
2. Modal saham beredar, yaitu jumlah saham yang sudah dijual (beredar).
3. Modal saham belum beredar, yaitu jumlah saham yang sudah diotorisasi tetapi belum
dijual.
4. Treasury stock, yaitu modal saham yang sudah dijual dan sekarang dibeli kembali
oleh perusahaan.
5. Modal saham dipesan, yaitu jumlah saham yang disisihkan karena sudah dipesan
untuk dibeli. Modal saham yang dipesan ini baru dikeluarkan bila harga jualnya
sudah dilunasi.

1. Penjualan Saham Secara Tunai


a. Saham bernilai nominal

Saham yang dikeluarkan dengan nilai nominal dicatat sebesar nilai nominalnya.
Untuk mencatat nominal saham yang diterbitkan dengan menggunakan akun modal
saham prioritas atau modal saham biasa. Selisih antara nilai nominal dengan harga
jual saham disebut agio/premi untuk selisih lebih atau disagio/diskon untuk selisih
kurang. Jurnal pencatatan nya sebagai berikut:

Kas …………………………………….xx

Modal Saham …………………………….xx

Tambahan Modal Disetor ……..……..….. xx

Contoh: PT BANGKIT menjual 1.000 lembar saham nominal Rp 50 perlembar


dengan harga jual keseluruhan Rp 110.000

Kas 110.000

Agio saham biasa 60.000

Modal saham biasa 50.000

b. Saham tanpa nilai nominal

Alasan pengeluaran saham jenis ini yaitu untuk menghindari hutang bersyarat yang
mungkin terjadi jika saham dijual dengan disagio dan menghindari kebingungan
terhadap pencatatan nilai nominal dan harga pasar. Jurnal pencatatannya sebagai
berikut:

Kas ……………………………………………….xx
Modal Saham Biasa-Tanpa nilai nominal …………………...xx
Contoh: PT Obat Jaya menerbitkan 250 saham biasa dengan nilai nominal Rp 10.000
dengan harga jual Rp 12.500 per lembar yang dibayar tunai oleh sejumlah investor
yang membelinya.

Kas 3.125.000

Modal Saham Biasa-Tanpa nilai nominal 3.125.000

2. Penjualan Saham Secara Pesanan

Saham yang dijual melalui prosedur pesanan baru akan diserahkan kepada pemesannya
(pembelinya) setelah seluruh harga saham yang dipesan dibayar lunas. Biasanya
dilakukan oleh perusahaan kecil yang baru akan melakukan go public. Saham yang
dipesan akan dicatat ke dalam jurnal dengan mendebit rekening ‘piutang pesanan saham’
dan mengkredit rekening ‘modal saham yang dipesan’.

Contoh: Diterima pesanan 500 lembar saham biasa nominal Rp 10.000 dengan kurs 110,
dibayar 75% dan sisanya dilunasi 30 hari kemudian.

a. Pada saat dipesan

Piutang Pesanan Saham 5.500.000

Modal Saham Biasa Dipesan 5.000.000

Agio Saham Biasa 500.000

b. Jurnal untuk mencatat penerimaan uang muka

Kas 4.125.000

Piutang Pesanan Saham 4.125.000


c. Jurnal untuk pelunasan sisa harga pesanan 25%

Kas 1.375.000

Piutang Pesanan Saham 1.375.000


d. Jurnal untuk mencatat 500 lembar saham yang sudah lunas
Modal Saham Biasa Dipesan 5.000.000

Modal Saham Biasa 5.000.000

Pembatalan Pesanan Saham


Perlakuan Uang Muka Pesanan Saham.
a. Uang muka dikembalikan kepada pemesan saham seluruhnya.
b. Uang muka dianggap hangus
c. Uang muka dikembalikan setelah dikurangi kerugian penjualan kembali saham

Dimisalkan dari contoh sebelumnya, pemesan tidak dapat melunasi kekurangan 100 lbr
saham. Saham yang dibatalkan dijual kembali dengan kurs 105.

a. Jurnal pengembalian uang muka seluruhnya:


Modal Saham Dipesan 1.000.000
Agio Saham Biasa 100.000
Piutang Pesanan Saham 275.000
Kas (1,1jt @ 75%) 825.000

Jurnal Penjualan kembali 100 lembar saham:

Kas 1.050.000

Modal Saham Biasa 1.000.000

Agio Saham Biasa 50.000

b. Uang muka dianggap hangus:

Modal Saham Biasa Dipesan 1.000.000

Agio Saham Biasa 100.000

Piutang Pesanan Saham 275.000

Modal dari Pembatalan Pesanan Saham 825.000

Penjualan Kembali 100 lbr saham dengan kurs 105:

Kas 1.050.000

Modal Saham Biasa 1.000.000


Agio Saham 50.000

c. Uang muka dikembalikan setelah dikurangi kerugian penjualan kembali saham

Modal Saham Dipesan 1.000.000

Agio Saham Biasa 100.000

Piutang Pesanan Saham 275.000

Hutang Kepada Pemegang Saham 825.000

Jurnal Penjualan Kembali 100 lbr saham

Kas 1.050.000

Hutang Kepada Pemesan Saham 50.000

Modal Saham Biasa 1.000.000

Agio Saham Biasa 100.000

Pengembalian Uang Muka Setelah Dipotong Selisih Harga

Hutang Kepada Pemesan Saham (825 – 50) 775.000

Kas 775.000

3. Penjualan Saham Secara Lumpsum

Pengeluaran saham dan penjualannya dapat terjadi sekaligus untuk 2 atau lebih
jenis saham. Prosedur demikian lebih dikenal dengan istilah penjulan secara lumpsum.
Misalnya dalam penjualan dinyatakan dalam satu paket terdiri satu lembar saham
perioritas dan 2 lembar saham biasa. Masalah yang timbul pada penjualan saham secara
lumpsum adalah alokasi harga-harga. Untuk ini ada 2 metode yakni: (1) metode
profesional dan (2) metode inkrimintal. Metode ke 2 digunakan bila salah satu dari jenis
saham tidak diketahui harga pasarannya.

Contoh:

1 unit saham terdiri dari:

1 lembar saham preferen nominal Rp 8.000,00

1 lembar saham biasa nominal Rp 1.000,00


Harga jual per unit Rp 8.750,00

Pada saat dijual diketahui harga saham biasa Rp1.500,00. Maka nilai saham preferen
adalah (Rp8.750,00 - Rp1.500,00) = Rp7.250,00

Dari informasi diatas dapat kita tentukan bahwa:

- Saham bisa mendapat agio sebesar Rp 500,00 (Rp1.500,00-Rp1.000,00)


- Saham preferen mendapat disagio sebesar Rp 750,00 ( Rp8.000,00 – Rp.720,00 )

Dicatat sebagai berikut:

Kas Rp 8.750,00

Disagio saham preferen Rp 750

Modal saham preferen Rp 8.000

Modal saham biasa Rp 1.000

Agio saham biasa Rp 500

4. Pertukaran saham dengan aktiva non-kas

Aturan umumnya yaitu perusahaan harus mencatat saham yang dikeluarkan untuk ditukar
dengan aktiva selain kas sebesar nilai wajar saham yang diserahkan atau nilai wajar
aktiva yang diterima, yang mana yang paling jelas ditentukan.

Contoh: PT Risa Fadila menerbitkan 10.000 lembar saham nominal Rp 1.000,00 per
lembar dan ditukar dengan sebuah gedung.

a. Apabila harga pasar saham tidak diketahui, tetapi harga pasar gedung diketahui
sebesar Rp.15.000.000,00, maka jurnal yang dibuat adalah:

Gedung Rp 15.000.000

Modal Saham Rp 10.000.000

Agio Saham Rp 5.000.000

b. Apabila harga pasar gedung tidak diketahui tetapi harga pasar saham diketahui
sebesar Rp 14.000.000,00, maka jurnalnya adalah:
Gedung Rp 14.000.000

Modal Saham Rp 10.000.000

Agio Saham Rp 4.000.000

c. Apabila harga pasar saham dan bangunan keduanya tidak diketahui dari pimpinan
perusahaan menetapkan harga perolehan bangunan sebesar Rp 12.500.000,00,
maka jurnal yang dibuat adalah:
Gedung Rp 12.5000.000
Modal Saham Rp 10.000.000
Agio Saham Rp 2.500.000
5. Biaya Pengeluaran Saham

Biaya langsung yang terjadi untuk menjual saham seperti biaya penjaminan, biaya
akuntansi dan notaris, biaya pencetakan, dan pajak. Harus dilaporkan sebagai pengurang
kas yang diterima. Semua pengeluaran yang terjadi dalam penetapan, penerbitan, dan
penempatan saham, seperti: biaya pencetakan sertifikat saham, biaya notaris, biaya
akuntan, biaya pengacara, biaya pendaftaran di bursa efek, biaya komisi, biaya iklan,
biaya administrasi, dan lain-lain. Perlakuan biaya pengeluaran saham sebagai pengurang
tambahan modal disetor dan dikapitalisasi sebagai biaya organisasi.

B. Pembelian Kembali Saham yang sudah beredar

Saham treasuri merupakan saham sendiri yang sudah beredar kemudian dibeli kembali
oleh perusahaan. Saham ini dimaksudkan akan dihentikan sementara untuk kemudian dijual
lagi atau dihentikan selamanya. Saham treasuri bukan merupakan elemen aktiva bagi
perusahaan. Penyajiannya di neraca adalah sebagai pengurang modal pemilik. Tidak ada laba
atau rugi yang boleh diakui dari transaksi saham treasuri. Rekening laba ditahan dapat
dikurangi, tetapi tidak akan bertambah karena transaksi saham ini.

Akuntansi Saham Treasuri

Saham treasury adalah saham perusahaan sendiri yang dibeli dari pasar modal. Tujuan
pembelian saham sendiri tersebut untuk dijual kembali dimasa yang akan datang. Akuntansi
saham treasury meliputi perolehan saham treasury penjualan kembali saham treasury. Untuk
melakukan pencatatan transaksi tersebut ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu:
1. Metode Harga Pokok
Pada metode harga pokok perusahaan mengakui harga perolehan saham treasury
sebesar harga pokoknya. Apabila saham treasury dijual kembali, maka selisih lebih dari
harga pokok dimasukkan sebagai kelebihan modal dari penjualan treasury. Apabila
penjualan saham treasury dibawah harga pokonya, maka selisih antara harga pokok dan
harga jual akan dibebankan pada rekeningkelebihan modal dari penjualan saham
treasury, tetapi apabila rekening kelebihan modal dari penjualan saham treasury tidak
mempunyai saldo lagi, maka dibebankan kepada rekening laba yang ditahan.
Contoh: Pada tanggal 15 februari 19X0, PT “Davis” membeli saham treasury sebesar
1.000 lembar (nominal @ Rp 1.000,00) dengan harga beli perlembar Rp 2.000,00. Pada
tanggal 1 Juni dijual kembali 400 lembar saham treasurydengan hargaper lembar Rp
2.500,00. Pada tanggal 1 Oktober, dijual kembali 300 lembar dengan harga @ Rp
1.800,00 dan pada tanggal 1 Desember, seluruh saham treasury dijual dengan harga per
lembar Rp 1.500,00.
- Jurnal pada saat pembelian saham treasury:
Saham treasury Rp 2.000.000,00
Kas Rp 2.000.000,00
- Jurnal penjualan 400 lembar saham treasury @ Rp 2.500,00 :
Kas Rp 1.000.000,00
Saham treasury Rp 800.000,00
Kelebihan modal dari penjualan
saham treasury Rp 200.000,00
- Jurnal penjualan 300 lembar saham treasury @ Rp 1.800,00:
Kas Rp 540.000,00
Kelebihan modal dari penjualan
saham treasury Rp 60.000,00
Saham treasury Rp 600.000,00
- Jurnal penjualan 300 lembar saham treasury @ Rp 1.500,00:
Kas Rp 450.000,00
Kelebihan modal dari penjualan
saham treasury Rp 140.000,00
laba yang ditahan Rp 10.000,00
saham treasury Rp 600.000,00
2. Metode Nilai Nominal

Pada Metode nilai nominal, perusahaan mengakui nilai saham treasury sebesar nilai
nominal ketika saham dikeluarkan. Selisih antara harga beli dengan nominal dibebankan
kedalam kelebihan modal penjualan saham (agio saham) dan laba yang ditahan. Pada
penjualan saham treasury, perusahaan akan mengakui laba rugi penjualan dengan
membebankan langsung kepada kelebihan modal dari penjualan saham (agio saham).

Contoh pada metode harga pokok sebelumnnya apabila digunakan dalam metode nilai
nominal, dengan tambahan data bahwa saham tersebut ketika dikeluarkan dijual dengan
harga Rp 1.600,00 per lembar atau dijual dengan agio sebesar Rp 600,00 per lembar
maka pencatatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

- Jurnal pada saat pembelian saham treasury:


Saham treasury Rp 1.000.000,00
Agio saham treasury Rp 600.000,00
Laba yang ditahan Rp 400.000,00
Kas Rp 2.000.000,00
- Jurnal penjualan 400 lembar saham treasury @ Rp 2.500,00
Kas Rp 1.000.000,00
Saham treasury Rp 400.000,00
Kelebihan modal dari penjualan
Saham (agio saham) Rp 600.000,00
- Jurnal penjualan 300 lembar saham treasury @ Rp 1.800,00 :
Kas Rp 540.000,00
Kelebihan modal dari penjualan
Saham (agio saham) Rp 240.000,00
Saham treasury Rp 300.000,00
- Jurnal penjualan 300 lembar saham treasury @ Rp 1.500,00 :
Kas Rp 450.000,00
Kelebihan modal dari penjualan
Saham (agio saham) Rp 150.000,00
Saham treasury Rp 300.000,00
C. Keuntungan investasi pada modal saham

Keuntungan investasi pada modal saham meliputi:

1. Dividen

Deviden merupakan pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya


saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia
bagi perusahaan, tetapi distribusi keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan
utama suatu bisnis. Dividen dapat dibagi menjadi empat jenis:

a. Deviden Tunai

Deviden tunai merupakan cara pembayaran dividen yang dilakukan oleh


perusahaan secara tunai. Terkadang perusahaan membayarkan dividen tunai ini
sebanyak 2 hingga 4 kali dalam satu tahun. Dana dari pembayaran dividen tunai ini
diambilkan dari laba ditahan yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga secara otomatis
laba ditahan dan kas perusahaan akan berkurang.

Misal:1 Okt 2005 mengumumkan pembagian dividen 1500 lbr saham yg beredar Rp.
500/lbr yg akan dibayar 10 Oktober 2005.

- 1 Okt 2005

Laba ditahan 750.000

Hutang dividen 750.000

- 10 Okt 2005
Hutang dividen 750.000

Kas 750.000
b. Deviden Saham

Deviden saham merupakan distribusi sebagai keuntungan perusahaan dalam bentuk


saham kepada pemegang saham. Pada umumnya deviden saham dibagikan dalam
bentuk saham biasa dan diterbitkan kepada pemegang saham biasa. Efek dari deviden
saham terhadap laporan keuangan adalah mengurangi laba dutahan dan menambah
modal disetor. Akan tetapi, tidak seperti deviden tunai, deviden saham tidak akan
mempengaruhi total aktiva, total kuwajiban, maupun jumlah modal pemegang saham.

Misal: 1 Nopember 2005 PT Mango yg mempunyai 1500 lbr saham biasa


membagikan dividen saham kepada setiap pemegang 2 lbr saham PT Mango & saat
itu hrg pasar saham Rp.11.000, nominal 10.000.

- Dividen yg dibagikan = 1500:2 = 750


- Perhitungan:

Hrg pasar SB: 750 x 11.000 = Rp. 8250.000

N.Nominal SB:750 x 10.000 = Rp. 7.500.000

Agio saham biasa = Rp. 750.000

- Jurnal pada saat diumumkan

Laba ditahan 8.250.000

Hutang Dividen saham 7.500.000

Agio modal SB 750.000

- Jurnal pada saat dibagikan :

Hutang Dividen saham 7.500.000

Modal SB 7.500.000

c. Dividen Property
Dividen properti adalah apabila suatu perusahaan tidak memiliki kas yang
cukup, atau mempunyai kas namun akan digunakan untuk hal lain, maka pembagian
dividen menggunakan aktiva selain kas atau dividen properti. Masalah yang timbul
biasanya adalah menentukan nilai properti, para akuntan biasanya menggunakan nilai
pasar aktiva non kas yang diserahkan sebagai dasar untuk mencatat. Apabila aktiva
yang diserahkan tidak mempunyai nilai pasar, maka akan menggunakan nilai buku
aktiva tersebut yang digunakan sebagai dasar pencatatan. Dasar pencatatan dividend
property adalah menggunakan nilai pasar aktiva non kas yang diserahkan sebagai
dasar untuk mencatat. Karena dengan digunakannya nilai pasar aktiva akan
mengakibatkan perlunya pengakuan laba atau rugi apabila ada perbedaan nilai pasar
dan nilai buku. Apabila aktiva yang diserahkan tidak mempunyai nilai pasar maka
nilai buku aktiva tersebut digunakan sebagai dasar pencatatan.

Misal : PT ABC mengumukan akan membagikan dividen properti. Pada saat itu nilai
buku properti : 1.250.000 sementara nilai pasarnya 2.000.000

- Maka jurnalnya pada saat pengumuman:

Investasi dlm sekuritas 750.000

Laba yg belum direalisasi 750.000

Laba ditahan 2.000.000

Hutang dividen properti 2.000.000

- Pada saat pembayaran :

Hutang dividen properti 2.000.000

Investasi dalam sekuritas 2.000.000

d. Dividen Likuidasi

Dividen likuidasi adalah dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan. Dividen ini
menunjukkan pengembalian modal (investasi ) atas pemilik atau bukan dari
pembagian laba perusahaan. Dividen likuidasi pada dasarnya bisa timbul dari donasi
pihak pemegang saham, tetapi pada umumnya dividen likuidasi diperlakukan sebagai
pengurang agio saham atau bukan laba ditahan seperti pembagian jenis lainnya.

Misal: PT ABC mengumumkan membagikan dividen sebesar 1.200.000. Perusahaan


memutuskan 900.000 dipertimbangkan sebagai laba, sisanya sebagai pengembalian
modal

- Jurnal saat pengumuman:

Laba ditahan 900.000

Tambahan modal disetor 300.000

Hutang dividen 1.200.000

- Pada saat dibagikan:

Hutang dividen 1.200.000

Kas 1.200.000

2. Capital Gain

Capital gain adalah keuntungan yang anda dapatkan dari selisih harga jual dikurangi
harga beli suatu saham. Sebagai contoh anda membeli saham di harga 1.000 dan menjual
saham di harga 1.500, maka disini anda mendapatkan capital gain saham atau keuntungan
sebesar Rp 500 (1.500-1.000). Untuk lebih mudahnya, silahkan lihat ilustrasi capital gain
beli -jual saham dibawah ini.

Saham Harga Jumlah Total Harga Jumlah Total Capital


Beli saham jual saham Gain
(Rp)
ACES 800 1000 800.000 1.000 1.000 1.000.000 200.000
Pada contoh diatas, bisa anda lihat, membeli saham ACES di harga 800 sebanyak 1.000
dan menjual di harga 1.000 sebanyak 1000. Maka capital gain yang anda dapatkan adalah
sebesar Rp200.000 (1.000.000 - 800.000).

Anda mungkin juga menyukai