Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN KASUS

Makroglobulinemia Waldenstrom
Eva Roswati
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSU Pringadi/
RSUP H. Adam Malik, Medan, Sumatera Utara, Indonesia

ABSTRAK
Makroglobulinemia Waldenstrom (Waldenstrom macroglobulinemia, WM) adalah varian plasmacytoid lymphocytic lymphoma yang memproduksi
Ig M monoklonal dalam jumlah besar, menimbulkan makroglobulinemia yang mengakibatkan hiperviskositas dan volume plasma meningkat.
WM merupakan kasus jarang, biasanya ditemukan pada pria umur pertengahan dan lebih tua. Diagnosis ditegakkan bila dijumpai gejala klinik, Ig
M serum >1,5 g/dL, sumsum tulang: infiltrasi limfosit, sel plasma dan limfosit plasmasitoid, laju endap darah meningkat, histologi kelenjar getah
bening gambaran sel limfoplasmasitoid. Dilaporkan kasus, laki-laki, 43 tahun dengan keluhan muka pucat, mata kabur, nyeri kepala disertai
riwayat epistaksis, gusi berdarah dan melena berulang. Pemeriksaan fisik anemis. Pemeriksaan laboratorium didapati pansitopenia, morfologi
darah tepi normokrom normositer, LED 115 mm/jam, Ig M serum 9,6 gr/dL. SPE menunjukkan M-spike. Dari BMP dijumpai hiposelularitas, limfosit
61,25%, sel plasma (sel limfoplasmasitoid) 6,5% kesan WM. Hasil gastroskopi kesan ulkus akut di korpus dan gastritis erosif di antrum. Pasien
didiagnosis WM dan diberi terapi suportif yang menghasilkan perbaikan klinis. Pasien direncanakan mendapat kemoterapi CHOP (siklofosfamid,
doksorubisin, vinkristin, prednison).

Kata kunci: Makroglobulinemia Waldenstrom, hiperviskositas, limfoplasmasitoid

ABSTRACT
Waldenstrom Macroglobulinemia (WM) is a variant of plasmacytoid lymphocytic lymphoma producing monoclonal Ig M in large quantity,
causing macroglobulinemia resulted in hyperviscosity and increased plasma volume. WM is rare, usually found in middle aged men and older.
Diagnosis is confirmed with appropriate clinical symptoms, serum Ig M >1.5 g/dL, bone marrow lymphocytes infiltration, plasma cells and
plasmacytoid lymphocytes, increased erythrocyte sedimentation rate, lymphoplasmacytoid cells in lymph node. This is a report of a 43 year-old
male with complaints of pallor, blurred eyes, headaches accompanied by a history of epistaxis, gum bleeding and recurrent melena. Physical
examination reveals anemia. Laboratory tests found pancytopenia, normochromic normocyte, ESR 115 mm/h, serum IgM 9.6 g/dL. SPE showed
M-spike. BMP encountered hypocellularity, 61.25% lymphocytes, plasma cells (cells lymphoplasmasitoid) 6.5%. Gastroscopy suggests acute
ulcer in the corpus and erosive gastritis in the antrum. Patients diagnosed as WM and given supportive therapy resulting clinical improvement.
Patients were scheduled to receive CHOP chemotherapy (cyclophosphamide, doxorubicin, vincristine, prednisone). Eva Roswati. Waldenstrom
Macroglobulinemia – Case Report.

Key words: Waldenstrom macroglobulinemia, hiperviscosity, lymphoplasmacytoid

PENDAHULUAN an. Deskripsi awal Waldenström tersebut yang pasien sejak 2 bulan secara perlahan-lahan.
Pada tahun 1944, Jan Waldenström menyebabkan penyakit ini dikenal dengan Tidak dijumpai riwayat trauma mata, darah
mendeskripsikan dua pasien dengan makroglobulinemia Waldenström. tinggi ataupun sakit gula. Riwayat keluarga
hepatosplenomegali, anemia, perdarahan yang menderita sakit yang sama tidak jelas.
oronasal dan protein‘aneh’dalam serum. Beliau KASUS
memperhatikan kebanyakan serum globulin Seorang laki-laki, 43 tahun mengeluh buang Pada saat masuk dijumpai kesan sakit berat,
normal tersedimentasi dengan koefisien 7S, air besar (BAB) hitam seperti kopi sejak 1 kompos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg,
sedangkan pasien mempunyai jumlah serum minggu, 2 kali/hari, tidak dijumpai lendir. nadi 85 x/mnt, pernapasan 20 x/mnt, suhu
globulin besar dan koefisien sedimentasi Riwayat bab hitam sebelumnya dialami pasien 36,5 ºC. Pemeriksaan fisik anemis. Pemeriksaan
19S. Deskripsi Waldenström ini muncul sejak 8 bulan yang lalu disertai keluhan muka laboratorium: Hb 2,7 g%, Leukosit 4.800/mm3,
sebelum pengembangan elektroforesis, se- pucat; pasien pernah mendapat transfusi 7 Ht 8,6%, Trombosit 73.000/mm3. Morfologi
hingga belum ada konsep puncak serum kantong PRC. Tidak dijumpai riwayat konsumsi darah tepi kesan pansitopenia. LED 140
monoklonal. Sampai tahun 1937 Teselius jamu, alkohol dan obat penghilang rasa nyeri mm/jam. IgM serum 9,6 gr/dL. Pemeriksaan
baru mendeskripsikan pemisahan serum maupun riwayat muntah darah. Pasien sudah gastroskopi kesan: ulkus akut di korpus dan
globulin menjadi α, β, dan γ, dan konsep pernah menjalani endoskopi dan sudah diberi gastritis erosif di antrum, hasil histopatologi
imunoglobulin baru dideskripsikan akhir 1950- obat selama 14 hari. Pandangan kabur dialami jaringan antrum: displasia dan atrofi. Pada

Alamat korespondensi email: er2411@gmail.com

272 CDK-215/ vol. 41 no. 4, th. 2014


LAPORAN KASUS

Tabel 2 Kriteria stratifikasi risiko pada makroglobulinemia namun tidak ada data yang mendukung
Waldenström2 hubungan sebab akibat antara virus-virus
tersebut dengan WM.1,2,6,8
Clinical parameters Laboratory parameters

• Hyperviscosity symptoms • Hemoglobin Gejala biasanya tidak jelas dan nonspesifik,


• Constitunional symptoms • Platelet count
• Bulky lymphadenophaty/ • Bone marrow infiltration
paling sering berupa badan lemah, anoreksia,
splenomegaly dan penurunan berat badan. Pasien dapat
• Presence of symptomatic mengalami gejala-gejala yang berhubungan
or unresponsive
neurophaty
dengan deposisi imunoglobulin atau
• Hemolytic anemia hiperviskositas. Fenomena Raynaud dan
keluhan neuropati perifer boleh jadi
Tabel 3 Manifestasi klinis sindrom hiperviskositas10 merupakan penanda manifestasi lebih serius.
Gambar 1 Gambaran sumsum tulang penderita WM Kelainan IgM protein monoklonal pada
Mucosal hemorrhage Neurological
• Gingival • Headache WM mempunyai aktivitas glikoprotein yang
pemeriksaan sumsum tulang didapati • Epistaxis • Vertigo bersifat antimielin, menyebabkan ikatan ke
gambaran hiposeluler. Tidak dijumpai • Gastrointestinal bleeding • Deafness selubung mielin saraf perifer, menimbulkan
• Postsurgical bleeding • Syncope
prekursor sel-sel mieloid, dijumpai limfosit • Ataxia demyelinating peripheral neuropathy. Biopsi
61,25%, plasma sel 6,5% dan sel mieloma, Visual abnormalities • Diplopia serabut saraf menunjukkan demielinasi
kesan makroglobulinemia Waldenstrom. • Blurring or visual loss • Somnolence or coma dan deposit IgM di selubung mielin. Gejala
• Retinal vein thrombosis • Cerebral hemorrhage
• Retinal hemorrhage and • Seizures cukup bervariasi pada masing-masing pasien,
Tabel 1 Pemeriksaan SPE menunjukkan M-spike: exudates • Chorea bahkan ada yang asimptomatik.
• Papilledema
Fractions % Ref. % Cardiac
• Heart failure (high output Pemeriksaan sumsum tulang
Albumin 22,4 55,8 – 66,1
Alpha 1 3,3 2,9 – 4,9
vs increased after load) Sumsum tulang selalu terlibat pada WM.
Alpha 2 2,4 7,1 – 11,8 Terdapat 3 subtipe sitologi sumsum tulang
Beta 2,7 8,4 – 13,1 Tabel 4 Hasil laboratorium pasien makroglobulinemia yang mendeskripsikan infiltrasi sumsum
Gamma 69,2 11,1 – 18,8
Waldenström1 tulang: limfoplasmsitoid, terdiri dari limfosit
A/G Ratio: 0,29
Parameter Frequency (%)
kecil dan sel plasmasitoid dengan ciri nodular
Diagnosis kerja: Makroglobulinemia Waldenstrom + (47%); limfoplasmasitik, terdiri dari limfosit
Hemoglobin < 120 g/L 63
perdarahan ulkus kecil dan sel plasma matur serta sel mast
WBC < 3x109/L 4 yang dominan, dengan pola interstitial/
Penderita diterapi infus NaCl 0,9% 20 Platelets < 100x109/L 16 nodular (42%); dan polimorf, dicirikan dengan
tetes/menit, omeprazol 80 mg IV bolus, IgM monoclonal component: berbagai spektrum sel termasuk limfosit kecil,
selanjutnya 40 mg/12 jam, asam traneksamat kappa/lambda 80/20 sel plasmasitoid, sel plasma, dan imunoblas
> 30 g/L 35
500 mg IV/8 jam, transfusi packed red cell 6 dengan gambaran mitotik (11%). Ditemukan
Bence Jones proteinuria 38
kantong @175 mL. Setelah dirawat selama inklusi intranuklear (badan Dutcher-Fahey)
Serum β2-microglobulin > 3 mg/L 62
3 minggu, pasien menunjukkan perbaikan yang terdiri dari deposit IgM di perinuklear
klinis dan direncanakan kemoterapi CHOP Relative serum viscosity > 4 17 dan kadang di vakuola intranuklear.1
(siklofosfamid, doksorubisin, vinkristin,
prednison). 1-2% malignansi di bidang hematologi, WM saat ini tidak dapat disembuhkan,
paling tinggi pada kulit putih dan jarang di angka median kesintasan diperkirakan
DISKUSI kelompok populasi lain. Usia median saat sekitar 5 tahun. Penyakit ini diketahui saat
Makroglobulinemia Waldenstrom (WM) diagnosis ditegakkan bervariasi antara 63- pasien berusia 50-60 tahun, sebagian
adalah varian plasmacytoid lymphocytic 68 tahun dan kebanyakan pada pria (55%- pasien meninggal oleh sebab yang tidak
lymphoma sesuai klasifikasi Revised 70%).2-5 berhubungan dengan WM. Karena penyakit
European American Lymphoma (REAL) ini tidak dapat diobati dan manifestasi klinis,
dan World Health Organization (WHO). Tidak ada etiologi pasti untuk makroglobu- komorbiditas, dan penyebab kematiannya
Makroglobulinemia Waldenstrom, salah linemia Waldenström. Faktor lingkungan, bervariasi, keputusan mengobati pasien
satu malignansi gamopati monoklonal, familial, genetic, dan virus telah dilaporkan dan pilihan terapi menjadi sangat kompleks.
adalah kelainan limfoproliferatif dengan namun belum jelas peranannya. IgM Sejumlah konsensus telah menetapkan
ciri kadar makroglobulin (IgM) meningkat, monoclonal gammopathies of undetermined pilihan terapi, tetapi keputusan terapi tetap
hiperviskositas, dan infiltrasi limfoplasmasitik significance (MGUS) diperkirakan sebagai sulit pada pasien dengan penyakit jarang.
di sumsum tulang.1,2,6 prekusor. Berbagai laporan kasus WM di dalam Meskipun ada kemajuan terapi malignansi
keluarga menunjukkan adanya predisposisi hematologi dengan analog nukleosida dan
Insidens WM diperkirakan sekitar 5 kasus per genetik. Hepatitis C, hepatitis G, dan human agen kemoterapi lain, namun tidak terdapat
1 juta penduduk per tahun, dan merupakan herpesvirus 8 telah dilaporkan berkaitan, perbaikan bermakna pada prognosis pasien

CDK-215/ vol. 41 no. 4, th. 2014 273


LAPORAN KASUS

makroglobulinemia Waldenström sejak akhir mikroglobulin. Penyebab kematian yang globulinemia Waldenstrom berdasarkan
abad ke-20.4,7 Prognosis pasien dengan tipe penting, di antaranya, adalah proses proliferatif, gejala klinis, pemeriksaan laboratorium,
nodular cenderung lebih baik dibandingkan infeksi, gagal jantung, gagal ginjal, stroke, dan dan pemeriksaan sumsum tulang. Terapi
dengan tipe difus. Faktor prognostik buruk, perdarahan saluran cerna.1,2,9 yang diberikan bersifat suportif dan pasien
antara lain, adalah usia lebih dari 65 tahun, direncanakan menjalani kemoterapi CHOP
kadar hemoglobin <10 g/dL, kadar albumin SIMPULAN (siklofosfamid, doksorubisin, vinkristin,
<4,0 g/dL, dan peningkatan kadar beta-2- Telah dilaporkan satu kasus makro- prednison).

DAFTAR PUSTAKA
1. Gertz MA, Merlini G, Treon SP. Amyloidosis and Waldenström’s Macroglobulinemia, American Society of Hematology Education Program, www.ncbi.nlm.nih.gov, 2004, PubMed: 15561687,
p. 257-82.
2. Ansell SM, Kyle RA,Reeder CB, Fonseca R,Mikhael JR, Morice WG. Diagnosis and Management of Waldenström Macroglobulinemia: Mayo Stratification of Macroglobulinemia and Risk-
Adapted Therapy (mSMART) Guidelines, www.mayoclinicproceedings.com, 2010;85(9): p. 824-33.
3. Blade J. Monoclonal Gammopathy of Undetermined Significance, NEJM 2006;355(26): 2765-70.
4. Mollee P. Review Article Current Trends in the Diagnosis, Therapy and Monitoring of the Monoclonal Gammopathies, Clin Biochem Rev, August 2009; 30: 93-103.
5. Seiter K, Besa EC., Waldenstrom Macroglobulinemia, http://emedicine.medscape.com/article/207097.
6. Blinder MA. Monoclonal Gammopathies, Washington University in St. Louis.
7. Branagan AR, Garcia-Sanz R, Johnson S, Kimby E, LeBlond V, Treon SP. Update on treatment recommendations from the Third International Workshop on Waldenström’s Macroglobulinemia,
Blood 2006; 107(9):.3442-6.
8. Stone MJ, Pascual V,. Pathophysiology of Waldenström’s macroglobulinemia, Haematologica 2010; 95(3):359-64.
9. Kyle RA,Therneau TM,Vincent Rajkumar S,.Offord JR,.Larson DR,.Plelvak MF, and Melton LJ, A Long-Term Study of prognosis in monoclonal gammopathy of undetermined significance, N
Engl J Med, 2002; 346( 8):564-60.
10. Gertz MA, Fonseca R, Rajkumar SV., Waldenström’s Macroglobulinemia The Oncologist, 2000;5:63-8.

274 CDK-215/ vol. 41 no. 4, th. 2014

Anda mungkin juga menyukai