Anda di halaman 1dari 41

Penyakit

Saraf Tepi
Pembimbing : dr. Nuning Puspitaningrum, Sp.S

Dipresentasikan oleh :
Nesrin Zaharah
Ronty Birnanda Ramadhona

SMF ILMU SARAF


RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
TABLE OF
2

Lesi Kornu • Amyotropic Lateral


Sclerosis
CONTENTS
Anterior

Lesi pada • Radiculopathy


Radiks

Lesi pada • Plexopathy


Plexus

Lesi pada • Carpal Tunnel


Nervus Syndrome

Lesi pada • Miasthenia Gravis


NMS
3

Amyotropic
Lateral
Sclerosis (ALS)
ALS adalah penyakit neurologis
kronik progresif yang
dikarakterisasikan oleh degenerasi
UMN dan LMN (upper and lower
motor neuron).
Disebut juga motor neuron
disease (MND), Charcot disease,
Lou Gehrig disease.
4
5

Gejala Klinis
Tidak ditemukan adanya :
- Gangguan sensoris
- Gangguan sphincter
- Gangguan visual
- Gangguan otonom
- Disfungsi ganglia basal
- Demensia tipe alzheimer
6
Kriteria Diagnosis
7

Pemeriksaan Penunjang

Elektrofisiologi
• EMG (electromyography)
• TMS
Neuroimaging

Pemeriksaan lain
• Enzim otot (CK, ALT, AST, LDH)

Biopsi otot dan neuropatologi • Creatinin serum


• Cl-
• Bikarbonat
8

tatalaksana
8

Prognosis
9
Poliradikuloneuropathy :
Guillain-Barre Syndrome

Guillain-Barré syndrome (GBS) adalah


penyakit sistem saraf yang dimediasi oleh
respon imun, beronset akut atau subakut,
dan biasanya ditandai dengan kelemahan
progresif dari ekstremitas, parestesia
ekstremitas, dan arefleksia relatif atau
komplit (Shrivastava, 2017).
10

EPIDEMIOLOGI
25%
Gagal nafas 4-15%
Membutuhkan
ventilator Kematian

67% Menurut AAN guideline on 20%


Kelemaham Guillain-Barré syndrome,
persisten GBS terjadi pada 1 sampai Kecacatan
4 penderita per 100.000
populasi di seluruh dunia
per tahunnya
11

EPIDEMIOLOGI
Pria = Wanita
● Insiden tertinggi pada usia 30-50 th
(usia Produktif)
● Tidak dipengaruhi ras
● Data di RSCM tahun 2010-2011 tercatat
terdapat 48 kasus GBS
● Tahun 2012 kasus GBS di RSCM
meningkat 10%
12

FAKTOR RISIKO

Infeksi bakteri Infeksi virus Vaksinasi


Campylobacter jejuni CMV, Epstein-Barr virus, Polio, influenza, ect
dilaporkan paling banyak influenza

Penyakit
sistemik Tindakan Hamil
Keganasan, SLE,
bedah Nifas
tiroiditis
13

PATOFISIOLOGI
14

SUBTYPE GBS
Acute Inflammatory
AIDP
Demyelinating
polyradiculoneuropathy

AMAN Acute Motor Axonal Injury

Acute motor-sensory axonal


AMSAN
neuropathy

MFS Miller Fisher Syndrome


Jarang terjadi
Acute Autonomic
Neuropathy Sangat jarang
15

GEJALA KLINIS

● Kelemahan bilateral
progresif 2-3 minggu
setelah infeksi
● Kelemahan / baal terjadi
dari ekstremitas bawah
distal  menjalar ke
proksimal (ascending
paralysis)
● Arefleksia
● 15% kasus  gagal
nafas
16

PERJALANAN PENYAKIT GBS

Fase Progresif Fase Plateau Fase Penyembuhan


Berlangsung 2-3 minggu. Tidak didapatkan Sistem imun berhenti
Muncul gejala kelemahan, perburukan ataupun memproduksi antibodi, gejala
baal, nyeri. Tatalaksana perbaikan gejala. Derajat mulai menghilang,
cepat menurunkan durasi kelemahan menetap. penyembuhan saraf terjadi.
dan risiko kerusakan Memulai fisioterapi. Lama Dapat muncul relaps. Derajat
permanen fase tidak bisa diprediksi, kesembuhan tergantung
bisa sampai beberapa bulan kerusakan saraf.
17

DIAGNOSIS
GEJALA UTAMA ● Disfungsi saraf otonom
● Kelemahan yang bersifat progresif pada satu ● Tidak disertai demam saat onset gejala
atau lebih ekstremitas dengan atau tanpa neurologis
disertai ataksia ● Pemulihan dimulai mgg ke 2-4 setelah
● Arefleksia atau hiporefleksia yang bersifat progresivitas berhenti. Fungsi umumnya dapat
general kembali

GEJALA TAMBAHAN PMX PENUNJANG


● Progresivitas ● LP  CSF  Peningkatan protein tanpa
● Simetris pleiositosis (disosiasi sito albumin)
● Gangguan sensoris ringan ● Elektrodiagnostik  perlembatan/blok konduksi
● Gejala saraf kranial impuls saraf
PEMERIKSAAN
18 Catatan :
Karena keterbatasan biomarker yang sensitive dan

PENUNJANG
spesifik untuk mendiagnosis GBS, diagnosis GBS
ditetapkan berdasarkan riwayat penyakit dahulu dan
klinis pasien dan ditunjang dari
pemeriksaan CSF dan elektrodiagnosis

Pemeriksaan level
Pmx lab awal antibody anti-

A C
pasien suspek ganglioside pada
GBS : DL, GDA, serum. Hasil negative
elektrolit, RFT, tidak menyngkirkan
LFT diagnosis.

Pemeriksaan
Lumbal Pungsi
khas disosiasi
B D MRI dapat digunakan
sebagai modalitas
sito albumin diagnostic tambahan,
jika pmx lain
memberikan hasil
yang samar
19
TATALAKSANA

mGOS : Modified
Erasmus GBS Outcome
Score
20
EGRIS : Erasmus GBS Respiratory
Insufficiency Score
21

DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS BANDING
22

PROGNOSIS
> 90% Pasien mengalami perbaikan tanpa meninggalkan
deficit yang bermakna, namun pada 3-5% pasien bisa
berkembang menjadi kronis CIDP (Chronic Inflammatory
Demyelinating Polyneuropathy) atau gejala berulang CRPN
(Chronic Recurrent Polyneuropathy).

Pasien subtype (AMAN) pada umumnya memiliki suatu


prognosis yang buruk dibandingkan dengan pasien-pasien
(AIDP) dan lebih banyak pasien AMAN yang mengalami
penyembuhan yang tidak lengkap dan tidak banyak
perbaikan yang terjadi dengan pemberian IVIG
23

ANATOMI
01 PLEXUS BRACHIALIS BRACHIAL
PLEXOPATHY
24

DEFINISI
● Trauma pada pleksus brachialis
bagian atas (C5-C6)
menimbulkan gejala kelemahan
dan atrofi dari bahu dan otot
lengan atas (Erb’s palsy).
● Trauma pada pleksus brachialis
bagian bawah (C8-T1)
menimbulkan gejala kelemahan
atrofi dan defisit sensorik pada
lengan bawah
(Klumpke’s syndrome).
25

Erb-Duchenne Syndrome

Sensoris : hipestesia
permukaan deltoideus radialis
lengan bawah dan tangan.
26

Klumpke’s Syndrome

Sindrom Horner
● miosis
● ptosis
● anhidrosis.
27

DIAGNOSIS

Brachial plexopathy tampak dengan


sendirinya, jika tidak tampak dapat
dilakukan :

● X-Ray dada dan servikal


● MRI dapat memperlihatkan respon
inflamasi dan edema jaringan
sekitarnya.
28

TERAPI
● Konservatif adalah mempertahankan jangkauan gerak ekstremitas, untuk
memperkuat otot fungsional yang tersisa, untuk melindungi denervasi
dermatom, dan untuk managemen nyeri.
● Menjaga ekstremitas terangkat dapat menurunkan edema
● Manajemen nyeri  NSAIDs dan opioid dapat membantu selama tahap
pertama tapi tidak untuk membantu pasien dengan nyeri neuropatik, yang
membutuhkan penggunaan obat antiepilepsi atau antidepresan seperti
amitriptilin secara hati-hati.
● Operasi Dorsal Root Entry Zone (DREZ) dilakukan pada pasien dengan nyeri
terus-menerus
29

PROGNOSIS
30

Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah gangguan akibat


penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema
fasia pada terowongan maupun kelainan pada tulang-
tulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan terhadap
nervus medianus di pergelangan tangan.
Carpal tunnel syndrome diartikan sebagai kelemahan
pada tangan yang disertai nyeri pada daerah distribusi
nervus medianus.
31
32
Diagnosis
ANAMNESIS : PEMERIKSAAN FISIK
1. Nyeri pada malam hari • Phalen’s test
2. Paresthesia • Tourniquet test
3. Kelemahan dan atrofi otot tenar • Tinel’s sign
4. Numbness dan tingling. • Flick’s sign
5. Membaik dengan istirahat • Tenar wasting
• Wrist extension test
PEMERIKSAAN PENUNJANG : • Pressure test
1. EMG • Luthy’s sign
2. Radiologi • Pemeriksaan sensibilitas
3. Lab : gula darah, kadar hormon • Pemeriksaan fungsi otonom
tiroid, DL
33

Tatalaksana

KONSERVATIF : EDUKASI :
1. Istirahat 1. Mengurangi posisi kaku,
2. NSAID repetitive, dan getaran pada
3. Pemasangan bidai  tangan
imobilisasi 2. Modifikasi peralatan kerja pada OPERATIF
4. Injeksi steroid posisi netral
5. Vitamin B6 3. Metode kerja dengan istirahat
6. Fisioterapi sesekali
4. Meningkatkan pengetahuan
pekerja mengenai gejala dini
CTS
34

Myasthenia Gravis

Merupakan penyakit autoimun pada myoneural junction


dimana terdapat antibody yang menempati reseptor
asetilkolin pasca-sinaps yang ditandai oleh suatu
kelemahan abnormal pada otot yang digunakan secara
terus-meneruss disertai kelelahan saat beraktifitas
(bersifat fluktuatif)
35
36

Diagnosis
PEMERIKSAAN FISIK :
1. Tes pita suara
GEJALA KLINIS : 2. Tes wartenberg
1. Kelemahan otot rangka yang meningkat pada 3. Mengedipkan mata terus menerus
saat aktifitas dan berkurang saat istirahat.
2. Ptosis PEMERIKSAAN PENUNJANG :
3. Kelemahan otot bulbar 1. Uji anti asetilkolin reseptor antibody
4. Gangguan fleksi dan ekstensi kepala 2. Antistriated muscle (anti SM) antibody
5. Gangguan otot lidah, faring, pallatum molle, 3. Anti muscle specific (MuSK) antibody
dan laring  gangguan menelan dan berbicara 4. Antistriational antibody
5. Foto thorax
6. EKG
7. SFEMG
37
Terminologi
MG

Myasthenic Crisis  perburukan gejala MG, beresiko kematian

Cholinergic crisis  akibat pengobatan dengan GEJALA : Miosis + SLUDGE


antikolinesterase yang berlebihan sehingga 1. Salivation
terjadi penyebaran blok delpolarisasi dan 2. Lacrimation
ransmisi neuromuscular. 3. Urinary Incontinentia
4. Diarrhea
5. GI upset & Hypomotility
6. Emesis
38
39
‫وهللاأ علم أ الصواب‬
And (only) Allaah knows the truth

Anda mungkin juga menyukai