Anda di halaman 1dari 4

REVIEW JURNAL

ANALISIS AWAL MASALAH KERJASAMA INTERNASIOANAL


DALAM PENGURANGAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM MELALUI
PARIWISATA
Basuki Antariksa
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan
Kementerian Kebudayaan dan Kepariwisataan
Reviewer:
Muhammad Hafiz
1404107010046
Teknik Geofisika
Universitas Syiah Kuala

Apabila dilihat dari judulnya maka anggapan yang mungkin muncul yaitu analisis
tentang permasalahan kerjasama internasional terkait pengurangan dampak perubahan
Iklim melalui Pariwisata tetapi jika dilihat substansi nya jurnal ini menganalisis mengenai
pengurangan dampak perubahan iklim melalui pariwisata baik dalam negeri ataupun secara
internasioanal.
Jurnal ini membahas beberapa sub bab yaitu tinjauan sekilas keterkaitan antara
pariwisata dan perubahan iklim, persoalan dalam penguraian emisi gas rumah kaca, persoalan
di Indoneisa, dan kerjasama internasioanal dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca
melalui pariwisata.

Keterkaitan antara pariwisata dan perubahan iklim.


Jurnal ini membahas bahwa pariwisata menjadi salah satu faktor penyumbang
perubahan iklim dalam hal ini yaitu gas rumah kaca terkait dengan produksi CO2.
Sumbangan tersebut diantaranya dapat disebabkan oleh kegiatan pariwisata yakni akomodasi,
aktivitas, dan transportasi. Dihasilkannya CO2 dari kegiatan akomodasi misalya yakni dari
fasilitas penginapan ataupun fasilitas pariwisata lainnya misalnya AC, pendingin ruangan
atau teknologi-teknologi pendudung pariwisata yang notabennya dapat menghasilkan zat
karbon. Sedangkan aktivitas misalnya kegiatan pariwisata olahraga menggunakan kendaraan
bermotor yang pasti akan menghasilkan emisi.
Hal yang paling menyumbang emisi terbanyak dari pariwisata seperti yang
disebuykan dalam jurnal ini dan telah dilakukan penelitian yaitu dari transportasi karena
pariwisata pada dasarnya merupakan kegiatan yang memerlukan perpindahan tempat baik
skala lokal sampai dengan skala internasional yang tentu membutuhkan moda transportasi
sedangkan dari berbagai moda transportasi di seluruh dunia masih relatif sangat sedikit yang
sudah ramah lingkungan sehingga diperkirakan 87% emisi gas rumah kaca berasal dari
transportasi, dan dari penelitian di UNI EROPA pada tahun 2000 70% emisi dihasilkan dari
kegiatan transportasi pariwisata berupa moda pesawat.
Selain kegiatan pariwisata dapat mempengaruhi perubahan iklim, hal sebaliknya juga
dapat terjadi yaitu perubahan iklim dapat mempengaruhi kegiatan pariwisata. Misalnya pada
pariwisata-pariwisata yang masih sangat mengandalkan alam misalnya pariwisata di
Indonesia yang masih menyuguhkan keindahan alam sebagai daya tarik wisatawan. Apabila
perubahan iklim terus terjadi maka alam tidak dapat diprediksi, akan terjadi ancaman-
ancaman alam misalnya kekeringan, banjir atau kerusakan alam lainnya yang akan dapat
menurunkan daya tarik wisata. Berdasarkan kedua keterkaitan tersebut sehingga perlu
dilakukan upaya-upaya agar kegiatan pariwisata tidak banyak menyumbang emisi
(mewujudkan kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan) sehingga lingkungan dapat terjaga
sekaligus dapat meningkatkan daya tarik wisata khususnya wisata yang masih sangat
tergantung dengan alam.

Persoalan dalam penguraian emisi gas rumah kaca


Apabila ditinjau dari sumbangan pariwista terhadap emisi gas rumah kaca seperti
yang dijelaskan pada bagian diatas dapat diketahui faktor penymbang utama yaitu dari
transportasi pesawat terbang sehingga diperlukan alternatif-laternatif untuk mengurangi
dampak tersebut misalnya saja dengan mengurangjumlah penerbangan ataupun
memperpendek rute sehingga emisi yang dikeluarkan relatif lebih kecil tetapi hal tersebut
tidak lah mudah mengingat industri pesawat rebang merupakan salah satu industri terbesar di
dunia dan lintas negara sehingga hal tersebut dapat menjadikan kegoncangan politis.
Sedangkan untuk memperpendek rute hal tersebut sangat suah dan dapat merugikan
negara-negara berkembang karena biasanya pelaku wisatawan antar negara adalah penduduk
negara maju dan apabila rute diperpendek maka jangkauan ke negara berkembang menjadi
terhambat dan hal tersebut dapat mengurangi penghasilan negara, selain itu perpendekan rute
juga tidak bisa dipaksakan karena kita tidak dapat memaksakan kehendak wisatawan untuk
tidak berkunjung ke temapat-tempat jauh yang ingin mereka kunjungi.
Alternatif lainnya untuk mengurangi penerbangan yakni dengan menggunakan
transportasi ramah lingkungan tetapi kembali lagi ke maslah diatas bahwa destinasi wisata
tidak hanya di wilayah-wilayah yang dapat dijangkau dengan transportasi lokal tetapi juga
dapat antar pulau ataupun negara yang membutuhkan pesawat sebagai alat transportasi
utama.
Pengurangan penerbangan juga dapat diupayakan dengan cara konsep “stay longer in
each destination” sehingga diharpakan penerbangan untuk berpindah dari satu tempat wisata
ke tempat wisata lainnya dapat diminimalisir tetapi persoalannya yaitu untuk membuat
wisatawan merasa betah seharusnya fasilitas yang ada ataupun daya tarik wisata harus
ditingkatkan dan itu berarti akan menambah biaya, terlebih apabila konsep yang dilakukan
ramah lingkungan berarti fasilitas dan pariwisata haruslah ramah lingkungan yang otomatis
harus ada dukungan teknologi ramah lingkungan, pembaruan fasilitas ataupun kegiatan
pariwisata yang belum ramah lingkungan menjadi ramah lingkungan sehingga diperlukan
banyak biaya dan hal tersebut menjadi permasalahan yang relatif besar.

Persoalan di Indonesia
Persoalan pariwisata terhadap kelestarian lingkungan atau penjaggan lingkungan di
Indonesia ataupun negara berkembang yakni lebih kepada kurangnya konsistensi penegakan
hukum karena pada dasarnya Indonesia telah memiliki bernagai undang-undang yang
mengatur kegiatan pariwisata atau penjagaan lingkungan tetapi realisasinya pengawasan yang
dilakukan kurang ketat ataupun pihak-pihak pengembang kurang konsisten memenuhi
peraturan yang ada. Hal tersebut menjadikan dari tahun ke tahun mungkin dibuat undang-
undang baru yang hanya menjadi tumpukan berkas karena kurangnya implementasi terhadap
hal-hal didalamnya.
Kerjasama Internasional dalam Upaya Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca melalui
Pariwisata
Disebutkan di jurnal ini bahwa permasalahan lingkungan terlebih terkait perubahan
iklim merupakan permasalahan global dan lintas negara sehingga diperlukan upaya bersama
atau kerjasama internasional yakni dalam hal hemat energi, meningkatkan enegi yang efisien
dan terbaharukan, serta mengurangi zat karbon. Hal tersebut selama ini masih menjadi hal
yang konseptual dan diplomatis yang kurang diimplementasikan menurut jurnal ini sehingga
perlu langkah kongkrit.
Indonesia juga dapat ikut andil dalam kerjasama Internasional yakni misal dengan
cara meyakinkan negera-negara maju yang notabennya sebagai produsen pesawat terbang
yang dirasa menyumbang emisi terbesar dari kegiatan pariwisata untuk melakukan tindakan-
tindakan mitigasi yang pertama yaitu dengan cara mengajukan klausul khusus terkait alih
teknologi non-emisi gas rumah kaca terkait pariwisata, peningkatan kerjasama untuk
menambah daya tarik destinasi wisata sehingga dapat tercapai “stay longer”, kerjasama
pemerintah untuk menekan industri di negara maju yang menggunakan sumberdaya alam dari
negara-negara berkembang. Keempat yakni meningkatkan kerjasama internasional terkait
penegakan hukum dalam hal pengembambangan kepariwisataan yang berbasis
lingkungan/ramah lingkungan. Dalam jurnal ini langkah-langkah kerjasama internasional
belum dijelaskan secara mendetail tetapi hanya berupa gagasan saja sehingga diperlukan
studi lebih lanjut selain dri jurnal ini karena apabila dilihat dari judulnya isinya kurang
lengkap dibanding dengan substansi yang ada.

Anda mungkin juga menyukai