Anda di halaman 1dari 3

1.

Identitas Buku
Judul : Handout Kuliah Fisika Batuan
Penulis : Prof. Dr. Sismanto
Penerbit : Universitas Gadjah Mada
Kota : Yogyakarta
Tahun : 2012

2. Ringkasan Materi
a. Porositas
Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa, porositas adalah perbandingan antara
volume ruang pori vp terhadap volume total atau volume bulk v dari massa batuan yang
secara matematis dituliskan sebagai,

𝑉𝑝 𝑉𝑚
∅= = 1−
𝑣 𝑉
dengan vm adalah volume batuan bagian padatnya. Porositas adalah besaran yang tidak
berdimensi dan sering dinyatakan dalam bagian (fraction) atau persen.
Porositas merupakan hasil proses geologis, fisis dan kimiawi selama dalam proses
pembentukan batuan tersebut maupun pada tahap setelah pembentukan, sehingga dapat
menimbulkan porositas primer maupun porositas sekunder. Secara petrographi asal mula
pembentukan porositas dapat dibedakan menjadi,
1. Porositas intergranular, yaitu ruang pori yang terbentuk antar butiran partikel
atau fragmen material klastik akibat batuan yang memiliki kemas lepas (looses packing),
terkompaksi atau tersementasi.
2. Porositas intragranular atau interkristalin, terbentuk akibat adanya shrinking (
lenyapnya butiran akibat reaksi kimia ) atau kontraksi butiran.
3. Porositas rekahan, diakibatkan oleh adanya proses mekanik atau proses kimiawi
secara parsial terhadap batuan yang masiv pada awalnya, seperti batu gamping. Porositas
jenis ini merupakan porositas sekunder.
4. Porositas vugular, adalah porositas yang dibentuk oleh organisme dan
bersamaan dengan terjadinya proses/ reaksi kimia pada tahapan selanjutnya. Porositas ini
merupakan jenis porositas primer dan sekunder. Jenis dan derajad koneksi (hubungan)
antar pori (interconnection) adalah suatu hal yang tidak mudah diklasifikasikan, karena
geometri bentuknya sangat komplek. Pori-pori dapat saja berhubungan seluruhnya atau
sebagian terisolasi satu sama lainnya .
b. Porositas Terhadap Ukuran Butir
Sifat geometri butiran akan mempengaruhi porositas, seperti,
1. Ukuran butir, dengan semakin kecilnya ukuran butir, porositasnya akan semakin
besar, seperti yang diperlihatkan pada Tabel II.1.
2. Distribusi dan pemilahan ukuran butir (sorti), dengan naiknya sorti pada
umumnya porositas ikut naik. Pada sedimen yang sortinya jelek, ruang antar butiran
dengan diameter yang besar akan diisi oleh butiran-butiran lain yang lebih kecil.
3. Bentuk butiran, porositas cenderung naik pada butiran yang berbentuk bola atau
butiran yang membulat hingga ke bentuk butiran yang menyudut.
c. Pengaruh Proses Diagenesa
Kedalaman dan tekanan Diindikasikan bahwa tahapan berikut mengakibatkan
menurunnya porositas intergranular yaitu
1. Kemas (packing), mengakibatkan partikel-partikel sedimen yang lepas terkumpul
menempati posisi yang lebih stabil dibawah tekanan beban material di atasnya
(overburden) yang bertambah besar sesuai dengan kedalamannya.
2. Kompaksi, menyebabkan porositas menurun akibat deformasi butiran karena
proses mekanik dan sebagian kimiawi di bawah tekanan overburden (beban) yang
bertambah besar. Titik-titik kontak antar butir secara gradual berubah bentuknya dari titik
singgung atau datar menjadi bentuk cekung-cembung.
3. Sementasi, proses pengendapan materi-materi yang terurai pada permukaan
batuan bebas, khususnya di sekitar daerah kontak, masih mengalami pengurangan ruang
pori akibat tekanan yang meningkat terus
d. Permeabilitas
Permeabilitas merupakan sifat batuan berpori yang mengalirkan fluida melalui
ruang-ruang pori. Permeabilitas bergantung pada porositas, dimensi dan geometri ruang
pori sehingga dapat merupakan sebuah tensor
e. Densitas Batuan
Densitas merupakan sifat fisis batuan yang mempunyai pengaruh signifikan
didefinisikanterhadap parameter fisis lainnya dari beberapa jenis batuan. Densitas
sebagai perbandingan massa m terhadap volume v suatu batuan
3. Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan
Buku ini dijelaskan secara detail. Ada ditambahkan beberapa tabel. Tabel di sini
fungsinya untuk memberikan gambaran contoh- contoh yang sesuai. Contohnya yaitu tabel
Hubungan Porositas terhadap Kedalaman untuk Batupasir dan Batu lempung dari Laut
Utara (Schön, 1998). Dari tabel bisa langsung dilihat perbandingan antara batu pasir
dengan batu lempung.
b. Kekurangan
Dalam buku ini, jarang dibuat gambar. Sehingga jika ingin melihat langsung bentuk
dari jenis-jenis batu harus menggunakan sumber lain.

Anda mungkin juga menyukai