Anda di halaman 1dari 6

Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 14, No.

2 – Juli 2010 (ISSN : 1410-7031) 1

FORMULASI DAN EVALUASI KESTABILAN FISIK


EMULSI GANDA TIPE A/M/A DENGAN EMULGATOR
SORBITAN MONOOLEAT DAN POLISORBAT 80
Ermina Pakki 1, Mirawati 2, dan Muh. Darwis 2
1 FakultasFarmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
2 Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar

ABSTRAK
Emulsi ganda A/M/A dikembangkan untuk memperlambat pelepasan obat di
dalam tubuh, yang pada tahap awal obat yang larut dalam fasa air emulsi primer
(A/M) akan dilepas menjadi fasa luar air dari emulsi A/M/A tersebut. Penelitian ini di-
lakukan untuk mengevaluasi kestabilan fisik emulsi ganda tipe A/M/A menggunakan
emulgator sorbitan monooleat dan polisorbat 80 dan sebagai model obat adalah
kafein. Pada penelitian ini dirancang tiga formula dengan variasi konsentrasi sorbitan
monooleat 2, 3, 4%. Evaluasi kesetabilan dilakukan sesudah pembuatan dan
sesudah kondisi dipaksakan pada suhu 5ºC dan 35ºC untuk emulsi primer sedang-
kan pada emulsi ganda penyimpanan pada suhu kamar (35º) dengan parameter
pengujian adalah pengamatan tetes terdispersi, volume kriming, viskositas dan tipe
aliran. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi kriming sedangkan pada peng-
amatan tetes terdispersi menunjukkan perubahan tetes terdispersi pada semua
formula baik emulsi primer maupun emulsi ganda. Hasil analisa statistic terhadap
viskositas menunjukan formula I tidak terdapat perbedaan nyata pada taraf 5% dan
1% baik pada emulsi primer maupun pada emulsi ganda.

Kata kunci : emulsi ganda, kestabilan fisik, emulgator, sorbitan monooleat,polisorbat

PENDAHULUAN an obat serta dapat pula memisahkan


Emulsi adalah suatu sistem dua bahan hidrofilik yang tidak saling
yang tidak stabil secara termodina- bercampur (incompatible) yakni pada
mika yang mengandung paling sedikit fase air internal dan fase air eksternal
dua fase cair yang tidak saling ber- yang dipisahkan oleh fase pertengah-
campur, yang satu di antaranya ter- an minyak atau emulsi ganda tipe
dispersi sebagai globul atau tetesan- A/M/A (2).
tetesan kecil dalam fase cair lainnya, Pembentukan emulsi ganda
dan sistem ini dibuat stabil dengan dipengaruhi oleh pemilihan emulgator/
adanya suatu zat pengemulsi (1). pengemulsi yaitu mempengaruhi ke-
Salah satu inovasi terbaru da- kuatan lapisan antarmuka dari fase
lam teknologi emulsi adalah pengem- minyak dengan surfaktan hidrofobik
bangan emulsi ganda yakni emulsi maupun lapisan antarmuka pada fase
yang fase terdispersinya mengandung air dengan surfaktan hidrofilik, juga
tetesan-tetesan kecil atau globul de- dipengaruhi oleh tekanan osmotik di
ngan emulsi ganda terbagi atas dua dalam globul atau tetesan-tetesan
tipe emulsi yakni emulsi tipe M/A/M fase internal dan fase eksternal (3).
artinya fase minyak terdispersi pada Emulgator nonionik merupa-
fase air emulsi A/M, dan tipe emulsi kan emulgator yang memiliki kesetim-
A/M/A dengan fase air terdispersi bangan hidrofilik-lipofilik yang seim-
pada fase minyak emulsi M/A (2). bang di dalam molekulnya. Tidak se-
Penggunaan emulsi ini memi- perti emulgator anionik dan kationik,
liki keuntungan yakni menutupi rasa emulgator nonionik tidak mudah di-
yang tidak enak, meningkatkan ab- pengaruhi oleh perubahan pH dan
sorbsi obat, memperpanjang pelepas- adanya elektrolit (2).
Universitas Hasanuddin, Makassar 2

Ester asam lemak sorbitan Pembuatan emulsi ganda


monooleat (Span 80) adalah emulga- Emulsi ganda (A/M/A) dibuat
tor nonionik yang larut dalam minyak melalui dua tahap :
yang menunjang terbentuknya emulsi a. Pembuatan emulsi primer air
A/M, karena memiliki nilai HLB yang dalam minyak (A/M)
rendah (HLB=4,3). Ester-ester asam Fase air yang mengandung kafe-
lemak polioksietilen sorbitan mono- in 1,5% dan NaCl 0,03% dibuat
oleat (polisorbat 80) merupakan emul- dengan cara memanaskan ber-
gator larut dalam air membantu ter- sama air hingga 70oC sedangkan
bentuknya emulsi M/A karena memiliki fase minyak mengandung sorbi-
nilai HLB yang tinggi (HLB=15), selain tan monooleat dan parafin dibuat
itu keduanya sering digunakan dalam dengan memanaskan hingga
kosmetik, produk makanan dan sedia- 70oC dan diaduk hingga homo-
an farmasi oral, parenteral dan topikal gen. Fase air diemulsikan ke
dan secara umum merupakan bahan dalam fase minyak lalu diaduk
yang tidak toksik dan tidak mengiritasi. dengan pengaduk elektrik agar
Untuk menentukan kestabilan menghasilkan globul globul yang
fisik emulsi ganda, maka dilakukan halus. Rancangan formula emulsi
pengujian kestabilan. Metode evaluasi primer seperti yang terlihat pada
kestabilan fisik emulsi ganda sangat tabel 1.
terbatas, berbeda dengan emulsi bia-
sa karena untuk metode analisis ke- Tabel 1. Formula emulsi primer tipe air
stabilan dipercepat (suhu, siklus mem- dalam minyak (A/M)
beku/mencair, dan sentrifugasi ) tidak Komposisi Formula
dapat memprediksi waktu kestabilan I II III
dari emulsi ganda karena dapat me- Fase minyak
nyebabkan destabilisasi dari emulsi Parafin cair 30% 30% 30%
ganda tersebut, sehingga metode eva- Sorbitan monooleat 2% 3% 4%
luasi kestabilan emulsi ganda hanya Fase air internal
berupa pengamatan mikroskopik yakni NaCl 0,03% 0,03% 0,03%
Cafein 1,5% 1,5% 1,5%
pengukuran ukuran globul, pengukur- Aquadest 66,47% 65,47% 64,47%
an volume kriming, pengukuran visko-
sitas serta pengukuran sifat aliran
b. Pembuatan emulsi ganda
(rheologi) (6). Berdasarkan hal terse-
Rancangan formula emulsi ganda
but, maka penelitian ini bertujuan
seperti pada tabel 2.
untuk menguji kestabilan fisik emulsi
ganda tipe air dalam minyak (A/M/A) Tabel 2. Formula emulsi ganda tipe air
dengan emulgator sorbitan monooleat dalam minyak dalam air (A/M/A)
dan polisorbat 80.
Komposisi Formula
I II III
METODE PENELITIAN Fase minyak
Alat yang digunakan Emulsi primer A/M 80% 80% 80%
Gelas erlenmeyer 250 ml, Fase air internal
gelas piala 100 ml, 250 ml, gelas ukur Polisorbat 80 2% 2% 2%
5 ml, 10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml, Aquadest 18% 18% 18%
pengaduk elektrik, mikroskop, multi-
tester, pipet volum, penangas air, ter- Emulsi primer sebanyak 80 bagi-
mometer, timbangan analitik, visko- an diemulsikan ke dalam fase air
meter RVT Brookfield. sebanyak 20 bagian yang me-
Bahan yang digunakan ngandung larutan polisorbat 80
Air suling, kafein, NaCl, para- sebanyak 2% dan diaduk dengan
fin, polisorbat 80, dan sorbitan mono- kecepatan lebih rendah daripada
oleat. tahap pertama.
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 14, No.2 – Juli 2010 (ISSN : 1410-7031) 3

Uji Pada Kondisi Dipaksakan (A/M) adalah sorbitan monooleat yang


Emulsi primer yang terbentuk, memiliki nilai HLB lebih rendah (4,3)
disimpan pada kondisi dipaksakan daripada sorbitan monostearat (4,7)
yaitu suhu 5C dan 35C secara ber- dan sorbitan monolaurat (8,6). Sema-
selang-seling selama 10 siklus. Emulsi kin rendah nilai HLB maka semakin
ganda yang terbentuk, disimpan pada besar kecenderungannya untuk mem-
suhu kamar (35C) selama 4 minggu. bentuk emulsi A/M. Selanjutnya pada
Pengujian Tipe Emulsi Berdasarkan tahap pembentukan emulsi ganda,
Daya Hantar Listrik emulsi primer diemulsikan kembali ke
Emulsi primer maupun emulsi fase luar. Pada tahap ini emulgator
ganda yang telah dibuat dimasukkan yang digunakan adalah polisorbat 80
ke dalam gelas piala, kemudian di- (HLB=15), bukan polisorbat 60 (9,12).
hubungkan dengan multitester. Bila Semakin tinggi nilai HLB maka akan
jarum bergerak pada alat tersebut ber- semakin besar kecenderungan untuk
arti menghantarkan listrik, maka fase membentuk emulsi M/A.
terluarnya adalah air atau tipe emulsi Tipe emulsi primer sebelum
adalah minyak dalam air (M/A). dan sesudah kondisi dipaksakan diuji
Evaluasi Kestabilan berdasarkan daya hantar listrik, dan
Terhadap sediaan emulsi tidak menunjukkan daya hantar listrik,
yang telah terbentuk (baik emulsi pri- yang berarti fase luar adalah minyak
mer maupun emulsi ganda) dilakukan sehingga tipe emulsi primer yang ter-
beberapa pengujian untuk menentu- bentuk adalah emulsi A/M. Hal ini
kan stabilitas emulsi ganda karena penggunaan sorbitan mono-
a. Pengukuran volume kriming oleat yang memiliki nilai HLB 4,3,
Sampel emulsi primer sebanyak yang jika semakin kecil nilai HLB
25 ml ditempatkan di dalam (kurang dari 7) maka emulgator terse-
gelas ukur dan ditutup kemudian but semakin bersifat hidrofobik sehing-
disimpan pada kondisi dipaksa- ga akan cenderung untuk terdistribusi
kan yaitu suhu 5oC dan 35oC dalam fase minyak sehingga mem-
secara berselang-seling masing- bentuk tipe emulsi air dalam minyak.
masing selama 12 jam, kemudi- Pengamatan tipe emulsi pada emulsi
an volume kriming yang terben- ganda sebelum dan sesudah penyim-
tuk diamati setiap satu siklus panan pada suhu kamar (35C) sela-
hingga siklus ke 10. ma 4 minggu menggunakan metode
b. Pengamatan mikroskopik daya hantar listrik menunjukkan ada-
Pengamatan dilakukan dengan nya daya hantar listrik. Hal ini menun-
mikroskop, emulsi primer diamati jukkan fase terluar adalah air sehing-
sesudah pembuatan dan sesudah ga tipe emulsi ganda yang diperoleh
kondisi dipaksakan, sedangkan adalah tipe air dalam minyak dalam air
pada emulsi ganda diamati fase (A/M/A), karena penggunaan emulga-
terdispersi pada minggu pertama tor polisorbat 80 yang memiliki nilai
dan minggu keempat. HLB 15,0, semakin besar nilai HLB
c. Uji Viskositas dan Tipe Aliran (lebih dari 7) semakin bersifat hidrofilik
Pengukuran dilakukan dengan sehingga cenderung untuk terdistri-
viskometer Brookfield. busi dalam fase air membentuk tipe
emulsi air dalam minyak.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada emulsi primer sebelum
Pembentukan emulsi ganda dan sesudah kondisi dipaksakan tidak
melalui 2 tahap yakni pembentukan terjadi kriming pada semua formula.
emulsi primer dan tahap mengemulsi- Hal ini menunjukkan bahwa emulsi pri-
kan kembali emulsi primer ke fase mer yang terbentuk adalah stabil.
terluarnya. Pada tahap pertama emul- Sedangkan emulsi ganda sebelum
gator yang digunakan untuk emulsi dan sesudah penyimpanan pada suhu
Universitas Hasanuddin, Makassar 4

35C selama 4 minggu menunjukkan disebabkan rusaknya lapisan antar-


tidak terjadinya kriming pada semua muka, juga disebabkan oleh adanya
formula, hal ini menunjukkan bahwa perbedaan tekanan osmotik pada fase
emulsi ganda yang terbentuk stabil. air internal dan fase air eksternal.
Viskositas emulsi primer dan
emulsi ganda setelah penyimpanan, KESIMPULAN
keduanya mengalami penurunan vis- Berdasarkan hasil penelitian
kositas. Hal ini disebabkan karena dan pembahasan maka dapat disim-
surfaktan nonionik tidak memiliki sifat pulkan bahwa emulsi ganda formula I
sebagai pengental fase minyak dan yang menggunakan sorbitan mono-
juga pada fase air tetapi hanya seba- oleat 2% memiliki kestabilan fisik yang
gai pengemulsi, selain itu dapat dise- lebih baik.
babkan oleh terjadinya penggabungan
(koalesense) pada masing-masing DAFTAR PUSTAKA
fase yang diakibatkan oleh rusaknya 1. Martin, E.L., Warrbrick, J., and
lapisan antarmuka yang dibentuk oleh Cammarata, A., 1983, Physical
emulgator. Pharmacy, 3nd ed., Lea and
Analisis statistik menunjukkan Febiger Philadelphia 556,629.
bahwa viskositas emulsi primer pada 2. Gennaro, R., 1990, Remington’s
formula I sebelum dan sesudah kondi- Pharmaceutical Sciences, 18th ed.
si dipaksakan selama 10 siklus tidak Mack Publishing Company, Penn-
mengalami perubahan viskositas yang sylvania. 320-327, 303, 306,
nyata. Hal ini menunjukkan bahwa for- 1308, 1315.
mula I lebih stabil daripada formula II 3. Tirnaksiz, F., 2005. A Topical
dan formula III. Analisis statistik me- W/O/W Multiple Emulsions Pre-
nunjukkan bahwa viskositas emulsi pared With Tetronic 908 As
ganda pada formula I setelah pembu- Hydrofilik Surfactant ; Formulation
atan (minggu 0) hingga minggu ke-4 Characterization And Realease
tidak mengalami perubahan viskositas Study.
yang nyata pada taraf 1% dan 5%, hal 4. Banker and Rhodes, C.T., 1979,
ini menunjukkan bahwa formula I lebih Modern Pharmaceutics, Volume
stabil daripada formula II dan III. 7, Marcell Dekker, Inc, New York,
Aliran emulsi ganda sebelum Bassel, 352, 355.
dan sesudah penyimpanan berdasar- 5. Ditjen Pengawasan Obat dan
kan pengukuran tipe alir menunjukkan Makanan, 1979, Farmakope Indo-
tipe aliran pseudoplastis. nesia, ed.3, Departemen Kesehat-
Dari pengamatan mikroskopis, an Republik Indonesia, Jakarta,
tetes terdispersi (globul) pada emulsi 6. JimJiao and Diane J. Burgess.
primer sebelum dan sesudah kondisi 2004. Stability study of W/O/W
dipaksakan selama 10 siklus meng- viscosified multiple emulsions.
alami perubahan menjadi lebih besar. 7. Jim Jiao, David,G,Rhodes, and
Hal ini disebabkan oleh rusaknya Diane J. Burgess.2002. Multiple
lapisan antarmuka yang dibentuk oleh emulsion stability : pressure ba-
emulgator setelah kondisi dipaksakan lance and interfacial film strength.
sehingga menyebabkan penggabung- 8. Lachman, L., Lieberman H.A.,
an pada masing-masing fase air dan Kanig, J.L., 1986, The Theory and
minyak pada emulsi primer emulsi. Practice of Industrial Pharmacy,
Tetes terdispersi (globul) pada emulsi 2nd ed., Lea and Febiger, Phila-
ganda sebelum dan sesudah penyim- delphia. 136, 137, 486, 504, 506,
panan selama 4 minggu pada suhu 508, 509, 517, 1033- 1041.
kamar juga mengalami perubahan 9. Kibbe, A.H., 2000. Handbook of
ukuran tetes terdispersi menjadi lebih Pharmaceutical Excipients, 3rd ed,
besar, hal ini kemungkinan selain Departement of Pharmaceutical
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 14, No.2 – Juli 2010 (ISSN : 1410-7031) 5

School of Pharmacy, Wilkes – 11. Sprowl, J.B., 1970, Prescription


Barre, Pennsylvania. 340, 416. Pharmacy, 2nd ed., Lippincott Co.,
10. Rosen, M.J., 1976, Surfactan and Philadelphia, Toronto,215.
Interfacial Phenomena, A Wiley 12. Sprowl, J.B., 1970, American
Interscience Publication, John Pharmacy, 5th ed., Lippincott Co.,
Wiley And Sons Inc,231,246. Philadelphia, Toronto, 138,310
Universitas Hasanuddin, Makassar 6

Anda mungkin juga menyukai